DISUSUN :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Pembimbing Pendidikan
NIP : 10.02.183
1
LAPORAN PENDAHULUAN
b. Lubang hidung
Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media
dan diantara concha media dan inferior
Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui
appertura nasalis posterior.
c. Faring (tekak)
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
2
Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian
dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.
d. Laring (tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan
bagian atas esopagus.
Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:
1. cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2
cartilago arytenoidea
2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os.
Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica
vokalis
Cartilago tyroidea à berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai
jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat
melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih
kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.
Membrana Tyroide à mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os
hyoideum.
Membrana cricothyroideum à menghubungkan batas bawah dengan cartilago
cricoidea.
e. Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar
lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis
menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring
f. Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang.
Terletak dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut
oleh membrane cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi
dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana cricottracheale
menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I
g. Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago
cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid
yang menonjol kedepan
3
h. Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel
silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
i. Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di
atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam
cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian
belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica
vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
j. Otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan
thyroidea, yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan
memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis
X (vagus).
k. Fonasi
Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang
dihasilkan dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan
resonansi tertentu oleh sinus udara cranialis.
m. Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-
kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea
dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah
dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih
lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri,
4
disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing
dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah
menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis
tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.
Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut
saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar
udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus
alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut
lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20
kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus
dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
n. Paru-Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-
paru memilki :
1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
4. dan basis. Terletak pada diafragma
paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di
dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi.
Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior
sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap
lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe,
arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,
sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.
5
1. Pernapasan Dada
Pada saat insipirasi (a) rongga dada membesar dan (b) diafragma
mendatar
2. Pernapasan Perut
Pernapasan perut terjadi karena aktivitas otot-otot diafragma yang
membatasi rongga perut dan rongga dada. Bila otot diafragma
berkontraksi, maka diafragma akan mendatar. Keadaan ini mengakibatkan
rongga perut turun kebawah, rongga dada membesar, paru-paru
mengambang, dan tekanan udara di paru-paru mengecil. Akibatnya, udara
luar yang kaya oksigen masuk ke dalam paru-paru melalui saluran
pernapasan. Dengan demikian, terjadilah inspirasi.
6
Sebaliknya, bila otot diafragma relaksasi (kembali pada posisi
semula), maka kedudukan diafragma melengkung ke atas. Keadaan ini
mengakibatkan rongga perut kembali ke posisi semula, rongga dada
mengecil., volume paru-paru berkurang dan tekanan udara dalam paru-
paru membesar. Akibatnya, udara dari paru-paru yang kaya karbon
dioksida terdorong ke luar. Dengan demikian terjadilah ekspirasi.
Pada saat ekspirasi (a) rongga dada mengecil dan (b) diafragma
melengkung ke atas
7
penanganan konvensional. ARDS diawalai dengan berbagai penyakit yang
srius yang pada akhirnya mengakibatkan edema paru-paru difus
nonkardiogenikyang khas. (Sylvia A. price & Lorraine M. Wilson, 1995)
SDPD adalah kondisi disfungsi parenkim paru yang dikarakteristikan oleh
(1 ) kejadian antesenden mayor, (2 ) ekslusi kardiogenik menyebabkan
edema paru, ( 3 ) adanya takipnea dan hipoksia, dan (4 ) infiltrate pucat
pada foto dada.(Marilynn E. Doenges, 2000).
Acult respiratory distress (ARDS) merupakan kelanjutan dari
shock paru-paru, kongesti atelaktasis, post traumatic paru-paru, post
infusion paru, dan ventilasi paru.
1.3. Etiologi
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa
trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung .
Faktor Resiko
Trauma langsung pada paru
· Pneumoni virus,bakteri,fungal
· Contusio Paru
· Aspirasi cairan lambung
· Inhalasi asap berlebih
· Inhalasi toksin
· Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama
1.4. Patofisiologi
8
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas
kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda.
Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang
parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan
penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien
dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan
penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi
toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara
bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan
asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang
ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt
tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja
pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital
adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
ARDS selalu berhubungan dengan penambahan cairan dalam paru.
Sindrom ini merupakan suatu edema paru karena kelainan jantung. Dari
segi histologis. Mula-mula terjadi kerusakan membrane kapiler-alveoli,
selanjutnya terjadi peningkatan permeabilitas endothelium kapiler pa`ru
dan epitel aveoli yang mengakibatkan terjadinya edema alveolidan
interstitial.
Sel endotel mempunyai celah yang dapat menjadi lebih besar daripada 60
Å sehingga terjadi perembesan cairan dan unsure-unsur lain darah kedalam
alveoli dan terjadi edema paru. Mula-mula cairan berkumpul di
interstisium terlampaui, alveoli mulai terisi menyebabkan atelektasis
kongesti dan terjadi hubungan intrapulmoner (shunt).
Mekanisme kerusakan endotel pada ARDS dimulai dengan
aktivitas komplemen sebagai akibat trauma, Syok, dan lain lain.
Selanjutnya aktivitas komplemen akan menghasilkan C5a menyebabkan
granulosit teraktivasi dan menempel serta merusak endothelium
mikrovaskular paru, sehingga mengakibatkan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Agregasi granulosit neutrofit merusak sel endothelium
dengan melepaskan protease yang menghancurkan struktur protein seperti
kolagen, elastin dan fibronektin, dan proteolisis protein plasma dalam
sirkulasi seperti factor Hageman, fibrinogen, dan komplemen.
Endotoksi bakteri, aspirasi asam lambung, dan intoksigasi oksigen
dapat merusak sel endothelium arteri pulmonalis dan leukosit dan
neutrofityang teraktifasi akan memperbesar kerusakan tersebut. Histamin,
serotonin, atau bradikinin dapat menyebabkan kontraksi sel endothelium
9
dan mengakibatkan pelebaran porus interselular serta peningkatan
permeabilitas kapiler.
Adanya hipotensi dan pancreatitis akut dapat menghambat
produksi surfaktan dan fosfolipase A. selain itu,cairan edema terutama
fibrinogen akan menghambat produksi dan aktivitas surfaktan sehingga
menyebabkan mikroakteletasis dan sirkulasi venoarterial bertambah.
Adanya perlambatan aliran kapiler sebab hipotensi, hiperkoagulabilitas
dan asidosis, hemolisis, toksin bakteri, dan lain-lain dapat merangsang
timbulnya koagulasi intravascular tersebar.
Adanya peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan
cairan merembes ke jaringan interstitial dan alveoli, menyebabkan edema
paru dan atelektasi kongesif yang luas. Terjadi pengurangan volume paru,
paru menjadi kaku, dan komplian paru menurun. Kapasitas residu
fungsional juga menurun. Hipoksemia berat merupakan gejala penting
ARDS dan penyebab hipoksemia adalah ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi, hubungan arterio-venous (aliran darah mengalir ke alveoli yang
kolaps), dan kelainan difusi alveoli-kapiler akibat penebalan dinding
alveoli-kapiler.
Peningkatan permeabilitas membrane alveoli-kapiler menimbulkan
edema interstitial dan alveolar serta atelektasi alveolar, sehingga jumlah
udara sisa pada paru di akhir ekspirasi normal dan kapasitas residu
fungsional menurun.
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak
adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan
medulla).
Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor
otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai
kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi
lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi
pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan
denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari
analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat
mengarah ke gagal nafas akut.
10
1.5. pathway
11
1.6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ARDS bervariasi tergantung dari penyebabnya.
Pada permulaan cidera dan selama beberapa jam pertama, pasien mungkin
bebas dari gejala-gejala dan tanda-tanda gangguan pernafasan. Seringkali
tanda terdininya adalah peningkatan frekuensi pernafasan yang segera
diikuti dengan dipsnea .
Pengukuran analysis blood gasses (ABGs) lebih dini akan
memperlihatkan peningkatan PO2 meskipun PCO2 menurun, sehingga
perbedaan oksigen alveolar arteri meningkat. Pada stadium dini tersebut
pemberian oksigen dengan masker atau dengan kanula menyebabkan
peningkatan bermakna dalam PO2 arteri.
Pada pemeriksaan fisik dapat juga di temukan suara ronchi basahi
saat inspirasi halus, meskipun tidak begitu jelas.
Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa ARDS sangat tergantung dari
pengambilan anamnesa klinis yang tepat. Pemeriksaan laboraturium yang
paling awal adalah hipoksemia, sehingga penting untuk melakukan
pemeriksaan gas-gas darah arteri pada situasi klinis yang tepat, kemudian
hiperkapnea dengan asidosis respiratorik pada tahap akhir.
12
pada tahap awal umumnya dapat menaikkan tekanan PO2 arteri ke arah
yang masih dapat ditolelir. Pada tahap berikutnya sesak nafas bertambah,
sianosis penderita menjadi lebih berat ronki mungkin terdengar di seluruh
paru-paru. Pada saat ini foto dada menunjukkan infiltrate alveolar bilateral
dan tersebar luas. Pada saat terminal sesak nafas menjadi lebih hebat dan
volume tidal sangat menurun, kenaikan PCO2 dan hipoksemia bertambah
berat, terdapat asidosis metabolic sebab hipoksia serta asidosis respiratorik
dan tekanan darah sulit dipertahankan.
13
Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di
alveoli
12. Tes Fungsi paru :
Pe ↓ komplain paru dan volume paru
Pirau kanan-kiri meningkat
1.9. Penatalaksanaan
14
paru-paru tampak toleran dengan oksigen 100% selama 24-72 jam tanpa
abnormalitas fisiologi yang signifikan.
2. Ventilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanis. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memmberikan dukungan ventilasi sampai
integritas membrane alveolakapiler kembali membaik. Dua tujuan
tambahan adalah :
a. Memelihara ventilasi adekuat dan oksigenisasi selama periode kritis
hipoksemia berat.
b. Mengatasi factor etiologi yang mengawali penyebab distress
pernapasan.
15
Dukungan nutrisi yang adequat sangat penting dalam mengobati ARDS.
Pasien dengan ARDS membutuhkan 35 – 45 kkal/kg sehari untuk
memenugi kebutuhan normal. Pemberian makan enteral adalah
pertimbangan pertama, namun nutrisi parenteral total dapat saja diperlukan
1.10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ARDS adalah :
Ketidak seimbangan asam basa
Kebocoranudara
(pneumothoraks,neumomediastinum,neumoperkardium,dll)
Perdarahan pulmoner
Displasia bronkopulmoner
Apnea
Hipotensi sistemik
16
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
2.1. Pengkajian
Pengekajian primer dan sekunder
Airway :
Mengenali adanya sumbatan jalan napas
Peningkatan sekresi pernapasan
Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
Jalan napas bersih atau tidak
Breathing
Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
Frekuensi pernapasan : cepat
Sesak napas atau tidak
Kedalaman Pernapasan
Retraksi atau tarikan dinding dada atau tidak
Reflek batuk ada atau tidak
Penggunaan otot Bantu pernapasan
Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
Irama pernapasan : teratur atau tidak
Bunyi napas Normal atau tidak
Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
Papiledema
17
Penurunan haluaran urine
Disability
Keadaan umum : GCS, kesadaran, nyeri atau tidak
adanya trauma atau tidak pada thorax
Riwayat penyakit dahulu / sekarang
Riwayat pengobatan
Obat-obatan / Drugs
18
· Kulit dan membran mukosa: pucat, dingin, sianosis biasanya
terjadi (tahap lanjut
c) Integritas ego
Gejala: Ketakutan,ancaman perasaan takut
Tanda: Gelisah, agitasi, gemetar, mudah terangsang, perubahan mental
d) Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan selera makan , mual
Tanda: Edema/perubahan berat badan, Hilang/berkurangnya bunyi usus
e) Neurosensori
Gejala/tanda: Adanya trauma kepala, Mental lamban, disfungsi motor
f) Pernapasan
Gejala: Adanya aspirasi/tenggelam, inhalasi asap/gas, infeksi difus paru,
Timbul tiba-tiba/bertahap
Tanda: Pernapasan:
· cepat, mendengkur, dangkal
· Peningkatan kerja napas: penggunaan otot aksesori pernapasan,
contoh retraksi interkostal atau substernal, pelebaran nasal,
memerlukan oksigen konsentrasi tinggi
· Bunyi napas: pada awal normal. AKrekels, ronki, dan dapat terjadi
bunyi napas bronkial
· Perkusi darah: bunyi pekak diatas area konsolidas
· Ekspansi dada menurun atau tak sama
· Peningkatan premitus (getar fibrasi pada dinding dada dengan
palpitasi)
· Sputum sedikit, berbusa.
· Pucat atau sianosis.
· Penurunan mental, bingung
g) Keamanan
Gejala: Riwayat trauma ortopedik/fraktur, sepsis, tranfusi darah, episode
anafilaktik.
h) Seksualitas
Gejala:Kehamilan dengan adanya komplikasi eklamplisia
i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:Makan atau kelebihan dosis obat
Pengkajian B1-B6
B1 (Breath): sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, batuk kering, ronkhi
basah, krekel halus di seluruh bidang paru, stridor, wheezing.
B2 (Blood): pucat, sianosis (stadium lanjut), tekanan darah bisa normal
ataumeningkat (terjadinya hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium
lanjut(shock), takikardi biasa terjadi, bunyi jantung normal tanpa murmur
ataugallop.
19
B3 (Brain): kesadaran menurun (seperti bingung dan atau agitasi), tremor.
B4 (Bowel): -
B5 (Bladder): -
B6 (Bone): kemerahan pada kulit punggung setelah beberapa hari dirawat.
Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium :
1. Pemeriksaan fungsi ventilasi
a. Frekuensi pernafasan per menit
b. Volume tidal
c. Ventilasi semenit
d. Kapasitas vital paksa
e. Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
f. Daya inspirasi maksimum
g. Rasio ruang mati/volume tidal
h. PaCO2, mmHg.
2. Pemeriksaan status oksigen
3. Pemeriksaan status asam-basa
4. Arteri gas darah (AGD) menunjukkan penyimpangan dari nilai normal
pada PaO2, PaCO2, dan pH dari pasien normal; atau PaO2 kurang dari 50
mmHg, PaCO2 lebih dari 50 mmHg, dan pH < 7,35.
5. Oksimetri nadi untuk mendeteksi penurunan SaO2
6. Pemantauan CO2 tidal akhir (kapnografi) menunjukkan peningkatan
7. Hitung darah lengkap, serum elektrolit, urinalisis dan kultur (darah,
sputum) untuk menentukan penyebab utama dari kondisi pasien.
8. Sinar-X dada dapat menunjukkan penyakit yang mendasarinya.
9. EKG, mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi
kanan, disritmia.
20
Psychiatric Assosiation (APA) dikenal dengan rumusan “bio-psiko-sosio-
spiritual” (Priharjo, 2008).
Kebutuhan akan aspek spiritual terutama sangat penting selama periode
sakit, karena ketika sakit, energi seseorang akan berkurang dan spiritual
orang tersebut akan terpengaruhi, oleh karena itu kebutuhan spiritual
pasien perlu dipenuhi (Potter & Perry, 2005). Penelitian yang dilakukan
oleh Hodge et al (2011) tentang kebutuhan spiritual pasien, dimana pasien
mengungkapkan bahwa kebutuhan spiritual mereka adalah kebutuhan akan
makna, tujuan dan harapan dalam hidup, hubungannya dengan Tuhan,
praktek spiritual, kewajiban agama, hubungan dengan sesama dan
hubungan dengan perawat.
Memperhatikan besarnya peran aspek spiritual bagi kesehatan maka
pemberian pelayanan spiritual merupakan hal yang penting yang perlu
dilakukan oleh perawat. Perawat harus berupaya membantu memenuhi
kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh
pasien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual
pasien yaitu perawat harus mampu mendapatkan informasi dari pasien
tentang spiritual dan prakteknya yang dapat disediakan di Rumah Sakit,
membantu pasien untuk mengungkapkan persepsinya mengenai makna
dalam keadaan sakit, menerapkan prinsip membantu pasien melaksanakan
konsep - konsep spiritual dalam suatu konteks keperawatan. Hal ini dapat
terlaksana jika perawat memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan
memahami aspek spiritual pasien, dan bagaimana keyakinan spiritual
dapat mempengaruhi kehidupan setiap individu (Hamid, 2008; Potter &
Perry, 2005). Menurut American Psychologists Association (1992 dalam
Hawari, 2008) bahwa spiritual dapat meningkatkan koping individu ketika
sakit dan mempercepat proses penyembuhan selain terapi medis yang
diberikan.
Prof. Zakiah (dalam Wahyuni, 2014) mengatakan bahwa sembahyang,
doadoa kepada Allah SWT merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan
mengembalikan ketentraman jiwa kepada orang-orang yang
melakukannya. Dengan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta juga akan
memberikan petunjuk tentang nilai-nilai makna kehidupan, maka
diharapkan kecemasan seseorang sedikit demi sedikit dapat berkurang.
21
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas tidak adekuat,
peningkatan secret, penurunan kemampuan untuk oksigenasi, kelelahan.
4. Ansietas/ketakutan yang berhubungan dengan:
a. Krisis situasi
b. Ancaman untuk/perubahan status kesehatan;takut mati
c. Faktor psikologis(efek hipoksemia)
INTERVENSI
TUJUAN DAN
INTERV
DX.KEP KRITERIA RASIONAL
NO ENSI
HASIL
1. . Bersihan Mempertahank Mandiri:
jalan napas an jalan napas - 1. 1) Penggunaan otot-otot
tidak efektif. Catat interkostal/abdominal/leh
efektif perubahan er dapat meningkatkan
berhubung Setelah dalam usaha dalam bernafas
an dengan dilakukan bernafas 2) Pemeliharaan jalan
hilangnya intervensi dan pola nafas bagian nafas
fungsi keperawatan nafasnya dengan paten
jalan selama 1x24 - 2.
napas, jam diharapkan Observasi
peningkata Jalan nafas dari
n sekret kembali normal penuruna
pulmonal, dan efektif n 3) Mengeluarkan
peningkata pengemba secret meningkatkan
n resistensi Kriteria Hasil : ngan dada transport oksigen
jalan a. Pasien dapat dan
napas. mempertahanka peningkat 4) Untuk mengeluarkan
n jalan nafas an sekret
dengan bunyi fremitus
nafas yang - 3.
jernih Catat
- b. Pasien karateristi 5) Meningkatkan
22
bebas dari k dari drainase sekret paru,
dispneu suara peningkatan efisiensi
- c. nafas penggunaan otot-otot
Mengeluarkan pernafasan
sekret tanpa - 4.
kesulitan Catat
- d. karateristi 6) Peningkatan cairan per
Memperlihatka k dari oral
n tingkah laku batuk dapat mengencerkan
mempertahanka sputum
n jalan nafas 5.
Pertahank
an
posisi
tubuh/kep
ala dan
gunakan
jalan
nafas
tambahan
bila perlu
- 6. Kaji Kolaboratif
kemampu - Mengeluarkan sekret
an batuk, dan meningkatkan
latihan transport oksigen
nafas
dalam,
perubahan
posisi dan - Dapat berfungsi
7. sebagai bronchodilatasi
lakukan dan mengeluarkan sekret
suction
bila ada - Meningkatkan
indikasi drainase sekret paru,
- Pening peningkatan efisien
katan oral penggunaan otot-otot
intake pernafasan
jika
memungk
inkan
Kolaborat
23
if - Diberikan untuk
- Berika mengurangi
n bronchospasme,
O2 cairan menurunkan viskositas
IV : sekret dan meningkatkan
tempatkan ventilasi
di kamar
humidifie
r sesuai
indikasi
- Berika
n terapi
aerosol,
ultrasonic
nabulisasi
- Berika
n
fisioterapi
dada
misalnya :
postural
drainase,
perkusi
dada/vibr
asi jika
ada
indikasi
- Berika
n
bronchodi
lator
misalnya;
aminofilin
, albuteal
dan
mukolitik
24
2.GGangguan Meningkatkan 1Mandiri: 1) Takipneu adalah mekanisme
pertukaran gas pertukaran gas yang - 1. Kaji kasus kompensasi untuk hipoksemia
berhubungan adekuat . pernapasan, dan peningkatan usaha nafas
dengan Setelah dilakukan 2. catat 2) Selalu berarti bila diberikan
hipoventilasi intervensi peningkatan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb)
alveoli, keperawatan selama respirasi atau sebelum cyanosis muncul
penumpukan 1x24 diharapakan perubahan pola
cairan di alveoli, klien mengalami napas. 3) Menyimpan tenaga pasien,
- 3. Catat ada
hilangnya penurunan mengurangi penggunaan oksigen
tidaknya suara
surfaktan pada penumpukan cairan di
nafas dan adanya
permukaan alveoli alveo. bunyi nafas
Kriteria Hasil : tambahan sperti
1. pasien dapat crakles, dan
meperlihatkan wheezing.
ventilasi dan - 4. Kaji adanya 4) Memaksimalkan pertukaran
oksigenasi yang cyanosis oksigen secara terus menerus
adekuat dengan nilai - 5. Observasi dengan tekanan yang sesuai
2. AGD normal adanya 5) Untuk mencegah kondisi lebih
- 3. Bebas dari gejala somnolen, buruk pada gagal nafas.
distress pernapasan confusion, apatis
dan
ketidakmampuan
beristirahat.
Kolaboratif:
- 1. Berikan
humidifier
oksigen dengan
masker CPAP
jika ada indikasi
- 2. Berikan
pencegahan IPPB
- 3. Review X-
Ray dada
- 4. Berikan obat-
obat jika ada
indikasi seperti
steroids,
antibiotic,
bronchodilator,
dan ekspektorant
25
5)
3. PoPola napas tidak Kebutuhan cairan klien11. monitor vital 1) Berkurangnya
efektif terpenuhi dan signs seperti volume/keluarnya cairan dapat
berhubungan kekurangan cairan tekanan darah, meningkatkan heart rate,
dengan pertukaran tidak terjadi setelah heart rate, denyut menurunkan TD, dan volume
gas tidak adekuat, dilakukan tindakan nadi (jumlah dan denyut nadi menurun
peningkatan keperawatan selama 1x volume).
secret, penurunan 24 jam dengan kriteria22. Amati 2) mempengaruhi perfusi/fungsi
kemampuan untuk hasil : perubahan cerebral. Deficit cairan dapat
oksigenasi, Pasien tidak kesadaran, turgor diidentifikasi dengan penurunan
kelelahan. kekurangan nutrisi kulit, kelembaban turgor kulit,
membran mukosa
dan karakter
sputum.
33. Hitung intake, 3) Keseimbangan cairan negatif
output dan merupakan indikasi terjadinya
balance cairan. deficit cairan.
Amati “insesible
loss”
44. Timbang berat
badan setiap hari 4) Perubahan yang drastis
merupakan tanda penurunan total
55. Berikan cairan body wate
IV dengan 5) mempertahankan/memperbaiki
observasi ketat volume sirkulasi dan tekanan
osmot.
Mandiri:
- Hipoksemia
dapat
menyebabkan
kecemasan.
\
Mandiri:
4. Ansietas/ketakutan - Observasi - Cemas berkurang oleh
yang berhubungan peningkatan meningkatnya relaksasi dan
dengan: pernapasan, pengawetan energy yang
agitasi, digunakan.
a) Krisis situasi kegelisahan dan
kestabilan emosi.
b) Ancaman Setelah dilakukan -
untuk/perubahan intervensi keperawatan Pertahankan
status selama 3X24 jam lingkungan yang - Memberi kesempatan kepada
kesehatan;takut pasien diharapkan tenang dengan pasien untuk mengendalikan
mati dapat mendiskusikan meminimalkan kecemasannya dan merasakan
26
c) Faktor rasa takut stimulasi. sendiri dari pengontrolannya.
psikologis(efek - Menolong mengenali asal
hipoksemia) Kriteria hasil : kecemasan/ketakutan yang
- 1. Menyatakan dialami.
kesadaran terhadap Usahakan
ansietas perawatan dan - Langkah awal dalam
- 2. Mengaku dan prosedur tidak mengendalikan perasaan-
mendiskusikan takut. menggangu perasaan yang teridentifikasi
- 3. Tampak rileks dan waktu istirahat. yang terekspresi
melaporkan ansietas - Bantu dengan - Menerima stress yang sedang
menurun sampai tekhnik relaksasi, dialami tanpa denial, bahwa
tingkat dapat ditangani. meditasi. segala akan menjadi baik.
-
- Indentifikasi
tehnik pasien
yang digunakan
sebelumnya
untuk
menanggulangi
rasa cemas.
Kolaboratif:
27
- Memberikan
sedatif sesuai
indikasi dan
monitor efek
yang merugikan.
c. tidak terjadinya kekurangan cairan pada klien dan kebutuhan klien dapat
terpenuhi
28
29
DAFTAR PUSTAKA
Ny.W usia 45 tahun dibawah ke IGD RSI Sakinah dengan keluhan sesak nafas
pasca terjatuh terpeleset dikamar mandi. Pasien mengalami penurunan kesadaran
nadi 110x/menit dan lemah tekanan darah 110/80 mmHg, dengan frekuensi nafas
30x/menit pendek dan dangkal. Pasien rencana akan dipasang ventilator.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Ny.W
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kintelan Puri Mojokerto
Tanggal masuk : 21 april 2021 jam : 08.00
Dx medis : Gagal Nafas
No.register : 123xxx
Pasien kategori triage merah.
b. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama : pasien tidak sadar
2. Riwayat penyakit sekarang
Sebelum masuk RS pasien terjatuh terpeleset dikamar mandi terus
tidak sadarkan diri. Pasien sesak nafas kemudian dibawah ke RSI
Sakinah lewat IGD
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, jantung dll
c. Pengkajian primer
1. Airway : jalan nafas secret kental produktif, ada reflek batuk bila
dilakukan hisap lendir
Breathing : memakai et no.7,5 dengan ventilator mode Cpap, Fi0 ;
30% nafas 30x/menit bunyi ronchi kasar seluruh paru.
2. Circulation : td 110/80 mmhg nadi 110x/menit suhu 36,5 c, edema
ekstremitas atas dan bawah
d. Pengkajian sekunder
1. Kepala : nampak bersih, tidak ada hematom/luka pada kepala
2. Mata : konjung tiva tidak anemis, sclera tidak icterik, pupil isokor,
tidak ada hematom kelopak mata
3. Hidung ; simetris, terdapat lendir kental jika dilakukan hisap lendir
4. Telinga :tampak bersih tidak terdapat discarge
5. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
6. Thorax :
Paru
I : pengembangan paru simetris kanan dan kiri
P : sterm fremitus kanan dan kiri sama
P : sonor seluruh lapang pandang paru
A : terdengan sura ronchi
Jantung
I : iktus cordis tidak nampak
P : iktus kordis teraba pada sic 5,2 cm
P: suara pekak, konfigurasi dalam batas normal
A : bunyi jantung normal, tidak terdapat murmur
7. Abdomen
I : simetris
A : bising usus normal 15x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak terdapat pembesaran hepar dan lien
8. Ekstremita : edema ekstremitas atas dan bawah
9. A. Data penunjang :
a. Laboratorium kultur steril tidak ada kuman
b. Kultur darah ditemukan kuman stapilokokus epidermis
c. Kultur urine ditemukan kuman stapilokokus aeureus
d. Kuman resisten terhadap semua cephalosforin dan beta lactam
e. Ph : 7,36
f. Pco2 : 37,4 mmHg
g. Po2 : 58,6 mmHg
h. Hc03 : 24,5
i. Be : 0,7
j. Be ecf : -0,5
k. Aado2 : 143
l. Sao2 : 93 %
b. Foto Rontgen
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sumbatan jalan nafas dan
kurangnya ventilasi sekunder terhadap retensi lendir
4. INTERVENSI
- 3. Catat
karateristik dari
suara nafas
- 4. Catat
karateristik dari
batuk
Terapeutik :
5. Pertahankan
posisi
tubuh/kepala dan
gunakan jalan
nafas tambahan
bila perlu
- 6. Kaji
kemampuan
batuk, latihan
nafas dalam,
perubahan posisi
dan
7. lakukan
suction bila ada
indikasi
- Peningkatan
oral intake jika
memungkinkan
Kolaboratif :
- Berikan O2 cairan IV :
tempatkan di kamar
humidifier
6.EVALUASI
Diagnosa Tanggal Evaluasi
Bersihan jalan nafas 23 april 2021 S:-
tidak efektif b.d Jam 08.00 O : ronchi (+)
sumbatan jalan nafas Lendir keluar lebih
dan kurangnya encer
ventilasi sekunder Posisi elevasi 30
terhadap retensi lendir derajat
(D.0001) A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
sebelumnya
A. LATAR BELAKANG
METODE
Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab
MEDIA
1. Leaflet
2. Laptop
3. LCD
KISI-KISI MATERI
1. Pengertian Penyakit Gagal nafas akut
2. Penyebab Gagal nafas akut
3. Tanda dan gejala penyakit Gagal nafas akut
4. Gambaran klinis penderita Gagal nafas akut
5. Penatalaksanaan penderita Gagal nafas akut
6. Pengobatan penderita Gagal nafas akut
PENGORGANISASIAN
No KEGIATAN RESPON WAKTU
KELUARGA
1. Pendahuluan 3 menit
METODE EVALUASI
Menanyakan pada peserta penyuluhan tentang :
1. Pengertian Penyakit Gagal nafas akut
2. Penyebab Gagal nafas akut
3. Tanda dan gejala penyakit Gagal nafas akut
4. Gambaran klinis penderita Gagal nafas akut
5. Penatalaksanaan penderita Gagal nafas akut
6. Pengobatan penderita Gagal nafas akut
DAFTAR PUSTAKA
Hudak and Gallo. 1994. Critical Care Nursing, A Holistic Approach. Philadelpia :
JB Lippincott company
A. PENGERTIAN
Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga
terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbondi oksida arteri), dan
asidosis.
Gagal nafas adalah suatu kondisi dimana system respirasi gagal untuk
melakukan fungsi pertukaran gas, pemasukan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida. Keadekuatan itu dapat dilihat dari kemampuan jaringan untuk
memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempetahankan oksigenasi.
B. PENYEBAB
Penyebab gagal nafas akut biasanya tidak berdiri sendiri dan merupakan
kombinasi dari beberapa keadaan dimana penyebab utamanya adalah :
1. Gangguan Ventilasi
Obstruksi akut, misalnya disebabkan fleksi leher pada pasien tidak sadar,
spasme larink atau oedem larink.
Obstruksi kronis, misalnya pada emfisema, bronkritis kronis, asma,
bronkiektasis, terutama yang disertai sepsis.
Penurunan compliance, compliance paru atau toraks, efusi pleura, edema
paru, atelektasis, pneumonia, kiposkoloisis, patah tulang iga, pasca operasi toraks/
abdomen, peritonitis, distensi lambung, sakit dada, dan sebagainya.
Gangguan neuromuskuler, misalnya pada polio, “guillain bare syndrome”,
miastenia grafis, cedera spinal, fraktur servikal, keracuan obat/ zat lain.
Gangguan / depresi pusat pernafasan, misalnya pada penggunaan obat
narkotik / barbiturate/ trankuiliser, obat anestesi, trauma / infak otak, hipoksia
berat pada susunan saraf pusat dan sebagainya.
C. TANDADANGEJALA
- Tanda
Gagal nafas total
Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta
tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
Gagal nafas parsial
Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan wheezing.
Ada retraksi dada
- Gejala
Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun
Pengobatan Gagal nafas akut diarahkan pada terapi khusus yang mendukung
fungsi oksigenasi dan ventilasi dari paru-paru sampai dapat pulih dari akibat
buruk disfungsi paru. Tiga prinsip utama dalam pengelolaan kegagalan pernafasan
akut yaitu :
1. koreksi hipoksemia arteri,
2. penghapusan kelebihan karbon dioksida, dan
3. penyediaan jalan napas atas yang paten yaitu Oksigen tambahan