Anda di halaman 1dari 88

Dicetak pada tanggal 2020-11-25

Id Doc: 589c899b81944d341049403c

HUBUNGANANTARA PERILAKU DELINKUENSI DAN MOTIVASI BELAJAR


TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWAPADA MATA PELAJARAN
EKONOMI KELAS XI IPS SMA PGRI 2 KOTA JAMBI

SKRIPSI

Diajukan kepada
Universitas Jambi
Untuk memenuhi syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi

DIAJUKAN OLEH

IMAM MUTTAKIN
RRA1A110070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

ABSTRAK

Imam Muttakin, Hubungan Antara Perilaku Delinkuensi dan Motivasi Belajar terhadap
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA PGRI 2
Kota Jambi. Skripsi. Jurusan PIPS FKIP Universitas Jambi. Dosen Pembimbing I
Drs.Irwan,M.Pd Pembimbing II Fachruddiansyah Muslim. M,Pd

Kata Kunci : Perilaku Delinkuensi, Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar

Prestasi belajar ekonomi pada kelas XI di SMA PGRI 2 Kota Jambi belum bisa
memuaskan, disebabkan Perilaku Delinkuensi terbilang Tinggi dan Motivasi belajar
terbilang Sedang, Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi faktor internal maupun
eksternal salah satunya Motivasi belajar yang baik..
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara Perilaku Delinkuensi
terhadap Prestasi Belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di kelas XI IPS di SMA
PGRI 2 Kota Jambi, Hubungan antara Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar siswa
pada mata pelajaran ekonomi di kelas XI IPS di SMA PGRI 2 Kota Jambi hubungan
Antara Perilaku Delinkuensi dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi,
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptip regresi serta jenis penelitianya
adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu data penelitian berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik (sugiyono, 2013 :7). Responden dalam penelitian ini
berjumlah 40 siswa. Data dikumpulkan melalui angket dan disusun berdasarkan indikator
variabel. Untuk menganalisis data menggunakan rumus regresi sederhana dan regresi
berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara
perilaku delinkuensi terhadap prestasi belajar. R Squere menunjukan nilai koefesien
determinasi (R2) sebesar 0,069. Dengan demikian menunjukan ada hubungan perilaku
delinkuensi terhadap prestasi belajar sebesar 6,9%. Selanjutnya ada hubungan yang
signifikan antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. R Square menunjukan
nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,013. Dengan demikian menunjukan ada
hubungan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa sebesar 1,3%. Selanjutnya ada
hubungan signifikan antara perilaku delinkuensi dan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar siswa. R Square menunjukan nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,184.
Dengan demikian menunjukan ada hubungan antara perilaku delinkuensi dan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar siswa sebesar 18,4%. Sedangkan sisanya (100% - 18,4%
= 81,6% ) merupakan kontribusi faktor yang tidak diteliti.
Dari hasil penelitian tersebut,dapat disimpulkan bahwa perilaku delinkuensi serta
motivasi belajar dapat menentukan prestasi belajar seorang siswa, karna akan berdampak
terhadap siswa tersebut, kemudian perlu adanya upaya untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa dengan cara menekan tingginya angka siswa yang berperilaku delinkuensi
dan memotivasi siswa dalam pelajaran dengan memberikan arah dan semangat pada
kegiatan belajar ke siswa.
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Hidayah, Rahmat, Karunia, Hidayah dan Kasih sayang-Nya kepada

Penulis, sehingga Penulis masih diberi kekuatan, motivasi dan semangat yang luar

biasa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Antara

Perilaku Delinkuensi dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi”.

Sholawat beriringan salam juga Penulis persembahkan kepada Junjungan Agung

Nabi besar Muhhammad Rasulullah SAW.

Saya selaku Penulis skripsi ini menyadari banyak menghadapi berbagai

hambatan dan rintangan, namun berkat kekuatan, motivasi dan semangat yang

kuat dari Penulis serta, adanya bimbingan, masukan, arahan, dorongan dan

bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu,

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr.Drs. H. Aulia Tasman, M.Sc selaku Rektor Universitas


Jambi
2. Bapak Prof. Dr. M. Rusdi, S.Pd, M.Sc selaku Dekan FKIP Universitas
Jambi.
3. Ibu Dr. Farida Kohar, MP selaku ketua jurusan PIPS Universitas Jambi.

4. Ibu Rosmiati, S.Pd, M.Pd selaku ketua Prodi Pendidikan Ekonomi

Umiversitas Jambi.

5. Bapak Drs. Irwan, M,Pd selaku Pembimbing I yang telah meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan Penulis

hingga terselesaikannya skripsi ini.


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

6. Bapak Fachruddiansyah Muslim, M.Pd Pembimbing II yang juga telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan

mengarahkan Penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak Drs. Irzal Anderson, M.Psi selaku Pembimbing Akademik (PA)

yang telah membantu dan membimbing Penulis selama mengikuti

perkuliahan.

8. Bapak Drs. H. Arpizal, M.Pd selaku ketua seminar PIPS Universitas

Jambi.

9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PIPS yang telah membekali Penulis dengan

berbagai ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat.

10. Terkhusus terima kasih untuk orang tuaku, Ayahanda Samin dan Ibunda

Latifah yang telah memberikan dukungan yang luar biasa dan

do’a,dorongan moril dan materil, serta kesabaran dan perhatian yang tulus

selama mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Penulis menjadi

motivasi dan menjadi semangat penulis atas segala perjuangan dan kasih

sayang yang tak tergantikan. Semoga Allah memudahkan jalan kita

menuju kebaikan.

11. Untuk adik-adikku Nurul Ichsan, Haris Subarkah, Robby Subagja, dan Siti

Aisyah Nuriyyah yang tak pernah bosan memberikan semangat kepada

penulis selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi.

12. Teman-teman jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) yang

tidak bisa disebutkan satu persatu terutama angkatan 2010. Anisa, Jeje,

Putri, Desi, Upi, Siti Marpuah, Inggri Sepria, Tika, Tiwi, Febriani,

Khairat, Devi, Mardiana, Anna, Sa’anah, Intan, Wirra, Ega, Beni, Toni,
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Ammar, Frengki, Emil, Budi, M. Fadhol, Khomaini, Jupriono, Adi, Sigit,

Asari, Ijul, Ari Cupriana, Ijal, Nopri, Dedi, Eko Widiantoro, Eko PH,

Ramli, Roni Rumanda. Seperjuangan yang senantiasa memberikan arahan,

dorongan dan bantuan menemani penulis disaat suka dan duka, terima

kasih atas bantuan motivasi dan Do’a kalian.

13. Kepada teman-teman PPL, Lili Sulistio Rini, Shiddiq, Oliv, Mela, Samsul,

Rudi, Setio, Noni, Wirra, Frengki, Roni Rumanda. Dan Teman-taman

KUKERTA Posko 15 Kel Simpang, Kec, Berbak, Kab, Tanjabtim. Will

Hendri, Joni, Uki, Nanda Rizkie, Fatwa, Desta, Zulkifli, Hendra, Dewi,

Mala, Mega, Desri, terima kasih atas bantuan dan Do’a kalian

Semoga Allah SWT memberikan balasan semua kebaikan yang telah

mereka berikan kepada Penulis. Kritik dan saran yang bersifat membangun

senantiasa Penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Jambi, 2016

Penulis
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
PERNYATAAN ............................................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
1.5 Batasan Masalah ......................................................................... 7
1.6 Definisi Operasional ................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Prestasi Belajar ........................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Prestasi belajar. ................................................. 9
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .......... 11
2.2 Perilaku Delinkuensi ................................................................... 13
2.2.1 Pengertian Perilaku Delinkuensi ....................................... 14
2.2.2 Macam-Macam Perilaku Delinkuensi ............................... 16
2.2.3 Bentuk-Bentuk Perilaku Delinkuensi ................................ 17
2.2.4 Pengaruh Negatif Yang Timbul di Sekolah. ....................... 21
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Perilaku
Delinkuensi. ........................................................................ 22
2.2.6 Indikator Delinkuensi. ........................................................ 25
2.3 Motivasi Belajar ......................................................................... 26
2.3.1 Pengertian Motivasi .......................................................... 26
2.3.2 Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik ..................................... 29
2.3.3 Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar ....................................... 30
2.3.4 Fungsi Motivasi dalam Belajar .......................................... 32
2.3.5 Bentuk-Bentuk Motivasi dalam Belajar. ............................ 33
2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar. ....... 37
2.3.7 Indikator Motivasi Belajar. ................................................. 38
2.4 Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 39
2.5 Kerangka Berfikir ....................................................................... 41
2.6 Hipotesis Penelitian .................................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 44
3.2 Variabel Penelitian ..................................................................... 44
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 45
3.4 Populasi dan Sampel ................................................................... 45
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

3.4.1 Populasi Penelitian ............................................................ 46


3.4.2 Sampel Penelitian .............................................................. 46
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................... 46
3.5.1 Angket ............................................................................... 46
3.5.2 Dokumentasi ...................................................................... 47
3.6 Uji Coba Instrumen .................................................................... 47
3.6.1 Uji Validitas ....................................................................... 48
3.6.2 Uji Reliabilitas ................................................................... 49
3.7 Teknik Pengumpulan Data. ......................................................... 50
3.7.1 Penyebaran Instrumen (Angket)......................................... 51
3.7.2 Penarikan Instrumen. .......................................................... 51
3.8 Teknis Analisis Data. .................................................................. 52
3.9 Teknis Analisis Data Angket. ..................................................... 52
3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif. .............................................. 52
3.9.2 Uji Persyaratan Analisis. .................................................... 53
3.9.3 Uji Normalitas Data. .......................................................... 53
3.9.4 Uji Linearitas. ..................................................................... 53
3.9.5 Uji Homogenitas. ............................................................... 54
3.9.6 Uji Hipotesis....................................................................... 55
3.9.7 Langkah-Langkah Pengujian Hipotesis. ............................ 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 59
4.1.1 Deskripsi Data Perilaku Delinkuensi ............................... 59
4.1.2 Deskripsi Data Motivasi Belajar ...................................... 63
4.1.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar ........................................ 67
4.2 Uji Persyaratan Analisis ............................................................ 70
4.2.1 Uji Normalitas .................................................................. 71
4.2.2 Uji Linieritas .................................................................... 72
4.2.3 Uji Homogenitas .............................................................. 73
4.3 Uji Hipotesis .............................................................................. 74
4.3.1 Hubungan Antara Perilaku Delinkuensi Terhadap Prestasi
Belajar ............................................................................... 77
4.3.2 Hubungan Antara Motivasi Belajar Terhadap Prestasi
Belajar .................................................................. 77
4.3.3 Hubungan Antara Perilaku Delinkuensi dan Motivasi
Belajar Terhadap Prestasi Belajar ......................... 80
4.4 Pembahasan ................................................................................ 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 87
5.2 Saran ........................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................... 44


4.1 Histogram Data Perilaku Delinkuensi ........................................ 64
4.2 Histogram Data Motivasi Belajar ............................................... 67
4.3 Histogram Data Prestasi Belajar ................................................ 71
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman

1.1 Daftar Perilaku Menyimpang Siswa .......................................... 3


1.2 Daftar Nilai Rata-Rata Ujian Ekonomi. ...................................... 6
3.1 Populasi Kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi ....................... 47
3.2 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi .................................. 56
4.1 Deskriptif Statistik Perilaku Delinkuensi ................................... 60
4.2 Distribusi Frekuensi Data Perilaku Delinkuensi ........................ 61
4.3 Deskriptif Statistik Motivasi Belajar .......................................... 64
4.4 Konversi Kategori Variabel X2 ................................................. 67
4.5 Deskriptif Statistik Prestasi Belajar ........................................... 68
4.6 Konversi Kategori Variabel Y ................................................... 70
4.7 Hasil Uji Normalitas Perilaku Delinkuensi (X1) ....................... 72
4.8 Hasil Uji Normalitas Motivasi Belajar (X2) ............................... 72
4.9 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar (Y) .................................. 73
4.10 Hasil Uji Linieritas ................................................................... 74
4.11 Hasil Uji Homogenitas ............................................................. 74
4.12 Analisis Korelasi Perilaku Delinkuensi (Y) dengan Prestasi Belajar
................................................................................................................... 75
4.13 Koefisiensi Persamaan Regresi X1 dan Y (Uji-t) .................... 76
4.14 Koefisien Determinasi .............................................................. 77
4.15 Koefisiensi Persamaan Regresi X2 dan Y (Uji-t) .................... 79
4.16 Koefisien Determinasi .............................................................. 79
4.17 Koefisiensi Persamaan Regresi X1-X2 dan Y (Uji-t) .............. 81
4.18 Uji F Variabel X1, X2 dan Y ................................................... 82
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang paling

pokok, karena pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada

bagaimana proses belajar dilakukan, keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

ditentukan oleh proses belajarnya. Hasil belajar ini sebagai tingkat keberhasilan

belajar dapat dinyatakan dalam bentuk skor dan perubahan perilaku setelah

seseorang melakukan proses belajar.

Belajar sebagai proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalaman

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.Perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak

setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan

hasil dari proses belajar.Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar

harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri,Untuk itu para ahli

mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan anut,

Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Sehubungan dengan prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh

seseorang dalam belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.Prestasi

belajar dikatakan sempurna jika dipenuhi tiga aspek yakni:kognitif,afektif dan


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang

belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Rendahnya prestasi

belajar itu sendiri karena dipengaruhi faktor-faktor, yakni: faktor eksternal dan

faktor internal.

Pada umumnya prestasi belajar adalah keinginan yang dicapai oleh

individu,dalam hal ini siswa atas proses belajar yang telah dilakukannya.Prestasi

belajar juga adalah implementasi dari suatu keberhasilan siswa setelah melakukan

proses belajar.Di dalam proses pendidikan terutama pada sistem pembelajaran

siswa diharapkan meningkatkan prestasi belajar yang baik dan bermutu, agar

siswa-siswa menjadi lulusan yang berintelektual, kreatif serta menjadi calon-calon

tenaga terdidik yang professional maupun pribadi yang bertanggung jawab.

Berdasarkan pengamatan dan observasi singkat pada SMA PGRI 2 Kota

Jambi penulis melihat ada ketidak sesuaian yang diharapkan. XI IPS yang

berjumlah 40 siswa yang terbagi dalam 2 kelas, banyak permasalahan yang terjadi

khususnya dalam proses pembelajaran.Adapun mata pelajaran paling banyak tidak

tuntas adalah pelajaran ekonomi,Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi rendahnya prestasi belajar,karena di akibatkan dalam proses

pembelajaran berlangsung siswa lebih memilih untuk tidak masuk kelas pada jam

pertama mata pelajaran.Alasan terlambat karena jarak rumah yang jauh dengan

sekolah,serta ada beberapa siswa juga yang sering terlambat karena sebelum

berangkat ke sekolah harus membantu orang tuanya karena keadaan ekonomi.

Kenyataannya, di SMA PGRI 2 Kota Jambi banyak ditemui siswa yang

berperilaku menyimpang, Hal ini dapat dilihat dari data siswa selama semester 2

tahun ajaran 2013/2014 sebagai berikut :


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Tabel 1.1 Daftar Perilaku Menyimpang Siswa Tahun ajaran

2013/2014

NO Kasus Banyaknya siswa yang melanggar Keterangan

Kelas X Kelas XI Kelas XII

1 Berkelahi 20 30 35

2 Merokok 26 35 41 Jumlah siswa

3 Membolos/Melompat 24 32 30 Kelas X =85

pagar sekolah KelasXI=115

4 Tidur di saat jam 15 18 16 KelasXII=122

pelajaran berlangsung

Jumlah 85 115 122

Sumber Data : Dokumen BP dan TU SMA PGRI 2 Kota Jambi

Dari tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang Kelas X 85 siswa , Kelas

XI 115 siswa,dan Kelas XII 122 siswa. Adanya perilaku menyimpang di

karenakan kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan putra-putrinya dan

kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anaknya. Sumber di dapatkan dari

hasil observasi awal.

Selain itu, ada beberapa siswa yang sering bolos atau berada diluar kelas

pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan sebagian siswa yang

tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru sehingga mereka takut masuk ke
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

dalam kelas, dengan alasan takut akan dihukum, dan merasa bosan di dalam kelas.

Sebagian siswa lain juga sering bolos dengan alasan malas atau bosan dengan

mata pelajaran tertentu maupun ada pengaruh teman dari luar sekolah. Bahkan ada

siswa-siswa yang sering keluar masuk pada saat proses pembelajaran berlangsung

dan kurang memperhatikan guru pada saat mengajar, baik siswa laki-laki maupun

perempuan. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh faktor dari dalam diri siswa

maupun dari luar sehingga mereka mengesampingkan belajar. Akibatnya siswa

yang sering melakukan hal ini akan ketinggalan materi pelajaran, sehingga hasil

evaluasi tidak mencapai nilai ketuntasan yang sudah ditentukan. Sumber ini di

dapatkan sewaktu mengikuti Pengalaman Praktek Lapangan (PPL) di SMA PGRI

2 Kota Jambi.

Melihat hal itu, guru telah berupaya mencarikan solusi maupun

mengadakan pendekatan pada siswa itu sendiri, seperti memotivasi siswa dan

memberikan pemahaman tentang masa depan mereka jika mereka tidak mengubah

perilaku ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan penelitian yang sudah ada yang berjudul “ Hubungan antara

kenakalan remaja dengan prestasi belajar di SMP Negeri 2 Gamping Sleman” bisa

di simpulkan bahwa

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kenakalan remaja

dengan prestasi belajar pada siswa SMP. Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah ada hubungan antara kenakalan remaja dengan prestasi

belajar.Variabel bebas adalah kenakalan remaja, variabel tergantung adalah

prestasi belajar dan variabel kontrolnya adalah inteligensi.


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 58 siswa laki-laki, yang terdiri ataskelas

IXA sampai IXF di SMP Negeri 2 Gamping, Sleman. Alat ukur yang digunakan

untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja adalah dengan skala kenakalan remaja

yang dibuat sendiri oleh peneliti. Alat ukur untuk mengetahui prestasi belajar

menggunakan nilai rata-rata hasil songsong Ujian Akhir Nasional (UNAS) 2007.

Alat ukur untuk mengetahui inteligensi siswa menggunakan tes inteligensi SPM

dari Rave

Kemudian berdasarkan penelitian yang sudah ada yang berjudul “

Hubungan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas X

dan XI IPS SMA N 1 Minggir Sleman Tahun Ajaran 2009/2010”. Tujuan

penelitian ini adalah (1) Mengetahui hubungan motivasi belajar intrinsik terhadap

prestasi siswa belajar geografi, (2) Mengetahui hubungan motivasi belajar

ekstrinsik terhadap prestasi siswa belajar geografi, (3) Mengetahui hubungan

motivasi belajar intrinsik dan secara ekstrinsik secara bersama sama terhadap

prestasi belajar geografi siswa kelas X dan XI IPS SMA N 1 Minggir Sleman

Tahun Ajaran 2009/2010.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Ada hubungan yang positif dan

signifikan variabel motivasi belajar intrinsik siswa dengan prestasi belajar dengan

nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,340>0,297). (2) Ada hubungan yang

positif dan signifikan vairabel motivasi belajar ekstrinsik dengan prestasi belajar

geografi dengan nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,375>0,297). (3) ada

hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar intrinsik dengan

belajar ekstrinsik terhadap prestasi belajar geografi, dimana F hitung sebesar

4,868, sedangkan F tabel 3,22 dengan N=44 pada taraf signifikansi 5%. Jadi
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

dihitung lebih besar dari pada f tabel (4,868>3,22), karena hasil penelitian

menunjukkan hubungan positif dan signifikan maka dengan demikian keseluruhan

uji hipotesis ini mendukung penelitian. Jadi semakin tinggi motivasi belajar

geografi siswa akan semakin pula prestasi belajarnya.

Tidak bisa disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh

banyak faktor.Sehingga bagi pelajar itu sendiri adalah penting untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya.Hal ini menjadi lebih penting tidak

hanya bagi pelajar tetapi juga bagi calon-calon pendidik,pembimbing dan

pengajar di dalam mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar sehingga terjadi proses belajar yang optimal.

Sesuai dengan kenyataan yang ada di SMA PGRI 2 Kota Jambi nilai rata-

rata ulangan semester kelas XI Tahun Ajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2 Daftar Nilai Rata-rata Ujian Ekonomi Siswa Semester 2 T.A

2014/2015

Nilai Rata-Rata
NO Kelas Standar Kompetensi
Siswa Pelajaran Ekonomi

1 XI IPS 1 70,03 75

2 XI IPS 2 71,30 75

Sumber Data : Guru Ekonomi Kelas XI

Dari tabel di atas menunjukan nilai ekonomi siswa di bawah standar

kompetensi pelajaran Ekonomi yang ditunjukkan melalui nilai rata-rata siswa.

Belum optimalnya hasil belajar yang berdampak minimnya prestasi belajar siswa.

Hal ini di pengaruhi oleh berbagai sebab seperti motivasi belajar yang masih

rendah dan siswa yang berperilaku menyimpang di sekolah.


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Berdasarkan uraian masalah diatas, masih banyak lagi faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa rendah,maka di dalam penelitian ini penulis

sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Antara Perilaku Delinkuensi dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota

Jambi”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian

ini

“Apa penyebab terjadinya siswa berperilaku menyimpangdan motivasi belajar

yang berpengaruh terhadap prestasi siswapada mata pelajaran Ekonomi kelas

XIIPSdi SMA PGRI 2 Kota Jambi”?

1. Apakah terdapat hubungan antara perilaku delinkuensi dengan prestasi

belajar?

2. Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar?

3. Apakah terdapat hubungan antara perilaku delinkuensi,motivasi belajar

dengan prestasi belajar secara bersama-sama?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuandiadakan penelitian ini adalah untuk mengetahuipenyebab perilaku

delinkuensi atau perilaku menyimpang dan motivasi belajarsiswa pada mata

pelajaran ekonomi yg berdampak rendahnya prestasi belajarsiswa kelas XI IPSdi

SMA PGRI 2 Kota Jambi.

1. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku delinkuensi dengan

prestasi belajar?
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

2. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi

belajar?

3. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku delinkuensi,motivasi

belajar dengan prestasi belajar?

1.4. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitiandiharapkan dapat memperkaya kajian tentangpenyebab

terjadi hubungan perilaku delinkuensi atau perilaku menyimpang dan

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi yang berdampak pada

rendahnya prestasi belajar. Di dalam proses pembelajaran pendidikdapat

mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasibelajar sehingga terjadi proses belajar yang optimal.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan agar lebih memperhatikan

perkembangansiswadalam kegiatan belajar terhadapmeningkatkan

prestasisiswa dan dapatmenjadi masukan bagi sekolah tentang

pentingnyamengetahui danmengendalikan faktor-faktor penyebab

rendahnya prestasi belajar terutama dalam layanan bimbingan konseling

1.5. Batasan Masalah

Agar tidak terjadi perluasan masalah, dan terdapat persepsi yang sama

dalam menelaah penelitian ini, maka diperlukan batasan masalah,

Adapun batasan masalah yang di teliti sebagai berikut :

1. Perilaku delinkuensi yang di teliti adalah perilaku menyimpang siswa

seperti bolos pada jam pelajaran,merokok,berkelahi,tidur di saat jam


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

pelajaran yang berdampak pada prestasi siswa di mata pelajaran

ekonomi kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi

2. Motivasi yang di teliti dalam penelitian ini adalah motivasi belajar

siswa kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi, Sebagai berikut,

semangat belajar siswa di kelas, antusias dalam menghadapi ujian dan

tugas, dan lebih senang mengerjakan tugas secara mandiri.

3. Prestasi siswa yang di teliti dalam penelitian ini adalah prestasi belajar

siswa kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi, sebagai

berikut,prestasidi kelas, mendapatkanrangking yang bagusatau 10

besar di kelas, danjuaraumum di sekolah.

1.6. Defenisi Operasional

1.Prestasi belajar adalah hasil belajar/nilai pelajaran sekolah yang dicapai

oleh siswa berdasarkan kemampuan/usahanya dalam belajar dan

dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf yang tertera dalam laporan

hasil belajar siswa seperti raport

2. Perilaku delinkuensi merupakan suatu bentuk perbuatan antisosial,

melawan hukum negara, norma-norma masyarakat dan norma-norma

agama serta perbuatan yang tergolong anti sosial yang menimbulkan

keresahan masyarakat,sekolah maupun keluarga, yang dilakukan oleh

anak dan remaja usia 15-19 tahun di bawah usia 21, jika perbuatan itu

dilakukan oleh orang dewasa maka dikualifikasikan sebagai tindakan

kejahaatan, Adapun kenakalan itu seperti (Kenakalan fisik,Kenakalan

materi,Kenakalan sosial,Melanggar peraturan sekolah akan tetapi tidak


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

tergolong pidana umum maupun khusus, yang dilakukan oleh orang

yang belum dewasa (anak dan remaja) pada usia 15-19 tahun.

3. Motivasi belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam

diri individu yang memberikan arah dan semangat pada kegiatan

belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.Jadi peran

motivasi bagi siswa dalam belajar sangat penting.Dengan adanya

motivasi akan meningkatkan, memperkuat dan mengarahkan proses

belajarnya, sehingga akan diperoleh keefektifan dalam belajar.


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Prestasi Belajar

2.1.1 Pengertian prestasi belajar

Prestasi tidak dapat dilepaskan dengan proses belajar. Prestasi merupakan

kecakapan nyata yang dapat diukur dan belajar merupakan proses perubahan

tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman siswa dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai hasil kecakapan yang

baru dari proses belajar seseorang yang mempunyai prestasi yang baik dalam

belajarnya, artinya ia mendapatkan kecakapan yang baru dari apa yang

dipelajarinya (Suryabrata, 2001:232).

Belajar disekolah mengakibatkan siswa memperoleh sesuatu perubahan

tingkah laku berupa pengetahuan, sikap perilaku atau sesuai dengan tujuan

belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Departement Pendidikan

Nasional (1992:700), Prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari

kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui

pengukuran dan penilaian.

Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti

keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan

belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya. Nasution (1996:17) mengemukakan

prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir,

merasa dan berbuat. Menurut Hamalik (1994:45) prestasi belajar diartikan sebagai
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah

mempelajari sesuatu.

Menurut Tu’u (2004:75) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan

atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan

dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Pernyataan ini serupa

dengan Muhibin(1999:141) yang mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan

taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari

hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Selanjutnya Marsun dan Martaniah yang dikutip Tjundjing (2000:71)

berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh

mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh

munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini

berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian

terhadap hasil belajar siswa. Selanjutnya, prestasi belajar adalah penilaian hasil

usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, hurup,

maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh setiap

anak dalam periode tertentu (Tirtonegoro, 2001:43)

Prestasi belajar adalah hasil atas kepandaian atau keterampilan yang dicapai

oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksinya dengan

lingkungan (Hamalik, 2003:45)

Prestasi belajar sebagai hasil dari proses belajar siswa biasanya pada setiap

akhir semester atau akhir tahun ajaran yang disajikan dalam buku laporan prestasi
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

belajar siswa atau Raport. Raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan

oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar (Suryabrata, 2001:296).

Pendapat ini sejalan dengan Purwanto (2001:2) yang menyatakan prestasi belajar

merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana

yang dinyatakan dalam raport.

Oleh sebab itu, untuk mengetahui prestasi belajar siswa bisa dilihat pada

nilai-nilai yang tertera dalam raport. Siswa yang nilai raport nya tinggi dikatakan

mempunyai prestasi belajar tinggi, sebaliknya siswa yang nilai raportnya rendah

dikatakan mempunyai prestasi belajar rendah.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa

secara konseptual prestasi belajar adalah hasil belajar/nilai pelajaran sekolah yang

dicapai oleh siswa berdasarkan kemampuan/usahanya dalam belajar dan

dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf yang tertera dalam laporan hasil belajar

siswa seperti raport.

Azwar (1996:44) menyatakan prestasi belajar dapat dioperasionalkan dalam

bentuk-bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi angka

kelulusan dan predikat keberhasilan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menetapkan indikator-indikator prestasi

belajar dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata raport siswa SMA PGRI 2 Kota

Jambi pada Semester 2 waktu ia dikelas XI yang dinyatakan dengan angka atau

huruf.

2.3.1 faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Mempengaruhi Prestasi Belajar Secara umum,menurut Toto,hasil belajar

siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor-
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

faktor yang ada dalam diri siswa. Faktor eksternal yaitu faktorf-aktor yang berada

di luar diri siswa. Yang tergolong faktor internal adalah:

1. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaanmaupun yang

diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh,cacat tubuh, dan

sebagainya.

2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan meliputi:

a. Faktor intelektual terdiri atas:

1. Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.

2. Fakor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.

b. Faktor non-intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian

diri, emosional, dan sebagainya.

3. Faktor kematangan baik fisik maupun psikis.

Yang tergolong faktor eksternal adalah:

1. Faktor sosial yang terdiri atas:

a. Faktor lingkungan keluarga

b. Faktor lingkungan sekolah.

c. Faktor lingkungan masyarakat.

d. Faktor kelompok.

2. Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi,

kesenian dan sebagainya.

3. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,iklim,

dan sebagainya.
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

4. Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.

Menurut Sudjana (2005: 39), “hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi

oleh dua faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri

siswa atau faktor lingkungan”. Faktor yang datang dari diri siswa terutama

kemampuan yang dimilikinya. Faktor dari luar diri siswa adalah lingkungan

belajar, yang paling dominan salah satunya adalah kualitas pengajaran.

Kesimpulannya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

siswa ada dua, yaitu faktor internal yang meliputi kesehatan jasmani, intelegensi,

minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan.Faktor eksternal meliputi pola

asuh keluarga, keadaan ekonomi keluarga, metode mengajar guru, fasilitas belajar,

hubungan siswa dengan guru dan teman, waktu belajar, disiplin sekolah,

lingkungan masyarakat.

2.2 Perilaku Delinkuensi

2.2.1 Pengertian Perilaku Delinkuensi

Delinkuensi (delinquency) berasal dari bahasa Latin “delinquere”, yang

diartikan terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas menjadi jahat, anti

sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror dan tidak

dapat diatur.
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Kartono (1998), dalam mengartikan delinkuensi lebih mengacu pada suatu

bentuk perilaku menyimpang, yang merupakan hasil dari pergolakan mental serta

emosi yang sangat labil dan defektif.

Selanjutnya Kartono (1992) menyatakan bahwa kenakalan atau delikuensi

adalah perilaku kejahatan atau kenakalan anak-anak muda yang merupakan gejala

sakit(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh

satu bentuk tingkah laku yang menyimpang. Delikuensi itu selalu mempunyai

konotasi serangan kejahatan, keganasan dan pelanggaran terhadap norma-norma

sosial dan hukum yang dilakukan oleh anak-anak muda di bawah usia 22 tahun.

Masih menurut Kartono (1992) kasus delikuensi paling banyak dialami

remaja berusia dibawah 21tahun, dan angka tertinggi delikuensi remaja terdapat

pada usia 15-19 tahun. Dariberbagai definsi di atas tentang kenakalan remaja

dapat ditarik kesimpulan bahwa kenakalan remaja adalah perilaku yang dapat

menyakiti atau merugikan dirinya sendiri atau orang lain dengan melanggar

norma-norma hukum, agama, kelompok,sosial seperti penyalahgunaan obat-

obatan terlarang dan membolos.Macam-macam perilaku kenakalan remaja.

Jensen (dalam Sarwono, 2003) mengkategorikan kenakalan remaja ke dalam 4

kategori, yaitu:

a. Kenakalan Remaja yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti

perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain.

b. Kenakalan Remaja yang menimbulkan korban materi seperti

perusakan,pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.

c. Kenakalan Remaja sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak lain seperti

pelacuran dan penyalahgunaan obat.


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

d. Kenakalan Remaja yang melawan status misalnya mengingkari status sebagai

pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat

dari rumah.

Walgito (dalam Sudarsono, 1997) merumuskan bahwa istilah delinkuensi

lebih ditekankan pada perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh anak dan

remaja, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu

merupakan kejahatan.

Fuad Hasan (dalam Hadisuprapto, 1997), merumuskan perilaku

delinkuensi sebagai perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak dan remaja

yang bila dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.

Simanjuntak (dalam Sudarsono, 1997), memberi tinjauan bahwa suatu

perbuatan disebut delinkuensi apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan

dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat di mana seseorang tinggal atau

suatu perbuatan anti sosial di mana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti

normatif. Suatu perbuatan dikatakan sebagai delinkuensi atau tidak, ditinjau dari

dua faktor, yaitu hukum pidana serta norma-norma dalam masyarakat.

Sudarsono(1997), merumuskan bahwa perilaku delinkuensi memiliki arti

yang luas, yaitu perbuatan yang menimbulkan keresahan masyarakat, sekolah

maupun keluarga, akan tetapi tidak tergolong pidana umum maupun khusus.

Antara lain, perbuatan yang bersifat anti susila, yaitu durhaka kepada orang tua,

membantah, melawan, tidak patuh, tidak sopan, berbohong, memusuhi orang tua,

saudara-saudaranya, masyarakat dan lain-lain. Serta dikatakan delinkuensi, jika

perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma agama yang dianut.

Farrington (dalam Quay, 1987), mengartikan delinkuensi sebagai perilaku yang


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

meliputi pencurian, perampokan, sifat suka merusak (vandalism), kekerasan

terhadap orang lain, dan penggunaan obat, pengkategorian delinkuensi juga

meliputi perilaku status offenses (status bersalah) seperti minum-minuman

beralkohol dan pelanggaran jam malam yang dilakukan oleh remaja.

Seperti yang dikemukakan Lewis (dalam Short, 1987), perilaku

delinkuensi merupakan perilaku ilegal yang dilakukan oleh remaja meliputi,

membolos, diasosiasikan dengan remaja yang suka melanggar peraturan, dan

melanggar jam malam, Sedangkan Sunarwiyati (dalam Masngudin, 2004),

merumuskan perilaku delinkuensi meliputi, kenakalan biasa, seperti suka

berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit,

kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti mengendarai

mobil tanpa SIM, mengambil barang miliki orang tua/orang lain tanpa izin, serta

kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah,

pemerkosaan, penganiayaan,penyiksaan,pembunuhan dan lain-lain.

Seiring perkembangannya Papalia (2003), mengartikan perilaku

delinkuensi mengacu pada suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku

yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti bertindak berlebihan di sekolah,

yakni melanggar tata tertib, berkelahi), pelanggaran (seperti melarikan diri dari

rumah) hingga tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri), yang dilakukan oleh

anak dan remaja. Perilaku delinkuensi merupakan suatu bentuk pelanggaran,

kesalahan, serangan atau kejahatan yang relatif minor melawan undang-undang

legal atau tidak terlalu berat dalam pelanggaran terhadap undang-undang, yang

khususnya dilakukan oleh anak-anak muda yang belum dewasa (Chaplin, 2004).
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku delinkuensi

merupakan suatu bentuk perbuatan anti sosial, melawan hukum negara, norma-

norma masyarakat dan norma-normaagama serta perbuatan yang tergolong anti

sosial yang menimbulkan keresahan masyarakat,sekolah maupun keluarga, akan

tetapi tidak tergolong pidana umum maupun khusus, yang dilakukan oleh orang

yang belum dewasa (anak dan remaja).

2.2.2 Macam-macam Perilaku Delinkuensi

Masyarakat memandang beberapa perilaku sebagai negatif, misalnya

perilaku tersebut ilegal karena status usia si pelaku yang masih muda, inilah yang

disebut status offenses, meliputi bolos sekolah, penyalahgunaan obat-obatan,

minuman keras, ketidakpatuhan dengan aturan orang tua, berteman dengan orang-

orang yang suka melanggar peraturan, lari dari rumah dan melanggar jam malam.

Sedangkan index offenses, digunakan dalam pengkategorian perilaku yang lebih

serius, meliputi pembunuhan, pemerkosaan, perampokkan dan penyerangan yang

masuk dalam ”violent crimes”, yang merupakan suatu tindakan atau perilaku yang

ditujukan langsung pada orang lain, sedangkan maling, pencuri kendaraan

bermotor dan pembakaran, dimasukkan dalam ”property crimes”, yaitu kejahatan

yang tanpa kekerasan tetapi berhubungan langsung dengan properti

(Bynum&Thompson, 1996).Department of Justice in the National Crime (dalam

Kelley, Loeber, Keenan, & DeLamatre, 1997), membagi perilaku delinkuensi

dalam dua kategori. Pertama, ”index offenses” perilaku delinkuensi sebagai

perilaku yang melibatkan tindakan pengrusakan dan pencurian barang-barang

milik orang lain, kekerasan terhadap orang lain, mengkonsumsi dan

memperjualbelikan alkohol dan obat-obatan, dan kepemilikan senjata api. Kedua,


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

”status offenses”, dimana tidak merupakan suatu pelanggaran bila dilakukan oleh

orang dewasa, antara lain membolos, lari dari rumah, memiliki atau

mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan,

pelanggaran jam malam.

Papalia (2003) membedakan perilaku delinkuensi dalam dua kategori yaitu

index offenses dan status offenses. Index offenses, merupakan tindakan kriminal,

baik yang dilakukan remaja maupun orang dewasa. Tindakan-tindakan itu

meliputi perampokan, penyerangan dengan kekerasan, pemerkosaan, dan

pembunuhan. Status offenses, merupakan tindakan-tindakan yang tidak terlalu

serius seperti lari dari rumah, bolos dari sekolah, mengkonsumsi minuman keras

yang melanggar ketentuan usia, pelacuran, dan ketidakmampuan mengendalikan

diri sehingga menimbulkan perkelahian. Tindakan-tindakan itu dilakukan oleh

anak-anak muda di bawah usia tertentu, sehingga pelanggaran-pelanggaran itu

disebut pelanggaran-pelanggaran remaja.

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita lihat bahwa perilaku delinkuensi

mencakup dua kategori yaitu pertama, ”index offenses” sebagai perilaku

kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain dan kenakalan yang

menimbulkan korban materi atau properti. Kedua, ”status offenses”, sebagai

perilaku kenakalan yang tidak terlalu serius, yang merupakan pelanggaran-

pelanggaran remaja seperti membolos, lari dari rumah, perkelahian, dan

pelanggaran-pelanggaran lain melanggar status usia remaja.

2.2.3 Bentuk-bentuk Perilaku Delinkuensi

Bynum dan Thompson (1996), mengkategorikan bentuk-bentuk perilaku

delinkuensi yang termasuk dalam status offenses meliputi running away,


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

truancy,ungovernable behaviour dan liquor law violations, sedangkan yang

termasuk dalam kategori index offenses, pembunuhan, pemerkosaan,

perampokkan, penyerangan, mencuri, pencuri kendaraan bermotor, merampok dan

pembakaran. Steinhart (1996), seorang pengacara ahli dalam sistem peradilan

anak, menyatakan bahwa status offenses merupakan perilaku yang tidak legal bagi

anak-anak, tetapi itu merupakan perilaku yang legal bagi orang dewasa.

Bentuk-bentuk status offenses yang umum yaitu, membolos (truancy), lari

dari rumah (runningaway from home), menentang perintah dan aturan orang tua

(incorrigibility:disobeying parents), melanggar jam malam bagi anak dan remaja

(curfewviolations), dan mengkonsumsi alkohol (alcohol possession by minors).

Sementara itu, index offenses meliputi bentuk pelanggaran lebih serius,

yang terdiri dari dua kategori yaitu pelanggaran kekerasan terhadap orang dan

pelanggaran kekerasan terhadap barang/properti. Antara lain pembunuhan,

pemerkosaan, pencurian, penyerangan, perampokan, pencurian kendaraan

bermotor, dan pembakaran.

United Stated Department of Justice’s Office of Juvenile Justice and

Delinquency Prevention (OJJDP) mengindentifikasi index offenses dalam

empatkategori utama (dalam Hund, 1998), yaitu :

a. Pelanggaran kekerasan (violent offenses), yaitu perbuatan-perbuatan yang

menimbulkan korban fisik, meliputi kekerasan fisik baik menyebabkan

kematian ataupun tidak, pemerkosaan, menyerang, dan merampok dengan

senjata.
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

b. Pelanggaran properti (property offenses), yaitu perbuatan-perbuatan yang

menimbulkan kerusakan property milik orang lain, meliputi pengrusakan,

pencurian, pembakaran.

c. Pelanggaran hukum negara (public offenses), yaitu segala perbuatan yang

melanggar undang-undang Negara selain dari violent offenses dan property

offenses.

d. Penyalahgunaan obat-obatan dan minuman keras (drug and liquor

offenses), yaitu perbuatan yang melibatkan obat-obatan danminuman

keras, meliputi mengkonsumsi dan memperjualbelikanobat-obatan serta

minuman keras.

United Stated Department of Justice’s Office of Juvenile Justice

andDelinquency Prevention(OJJDP) mengindentifikasi status offenses dalam

empatkategori utama (dalam Hund, 1998), yaitu :

a. Lari dari rumah (runaway), termasuk pergi keluar rumah tanpa pamit.

b. Membolos (truancy) dari sekolah tanpa alasan jelas dan berkeliaran di

tempat-tempatumum atau tempat bermain.

c. Melanggar aturan atau tata tertib sekolah dan aturan orang tua

(ungovernability).

d. Mengkonsumsi alkohol (underage liquor violations)

e. Pelanggaran lainnya (miscellaneous category), meliputi pelanggaran jam

malam, merokok, berkelahi dan lain-lain.

Sementara itu peneliti di Indonesia, Sunarwiyati (dalam Masngudin,2004),

merumuskan bentuk-bentuk perilaku delinkuensi dalam tiga kategori. Pertama,


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi

dari rumah tanpa pamit. Kedua, kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan

kejahatan, seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang miliki orang

lain tanpa izin. Ketiga, kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika,

hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan, penganiayaan, penyiksaan,

pembunuhan dan lain-lain. Bentuk-bentuk perilaku kenakalan yang lazim terjadi

pada remaja antara lain : berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit, keluyuran,

begadang di luar rumah hingga larut malam, membolos sekolah, buang sampah

sembarangan, membaca buku porno, melihat gambar porno, menonton film porno,

mengendarai kendaraan tanpa SIM, kebut-kebutan, minum-minuman keras,

penyalahgunaanobat, berkelahi, hubungan seks diluar nikah, mencuri,

mengompas, mengancam/menganiaya, berjudi/taruhan, sedangkan membunuh dan

memperkosa termasuk dalam jumlah yang sangat sedikit pada remaja.

Jensen (dalam Sarwono, 2006), mengkategorikan bentuk-bentuk perilaku

delikuensi menjadi empat kategori. Pertama, kenakalan yang menimbulkan

korban fisik pada orang lain, antara lain perkelahian, perkosaan, perampokan,

pembunuhan, dan lain-lain. Kedua, kenakalan yang menimbulkan korban materi,

antara lain perusakan, pencurian, pecopetan, pemerasan, dan lain-lain. Ketiga,

kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, antara lain

pelacuran, penyalahgunaan obat, merokok dan minuman keras. Keempat,

kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status sebagai pelajar,

dengan cara membolos dan melanggar peraturan sekolah, mengingkari status

orang tua, dengan cara minggat dari rumah, melawan orang tua, memusuhi

keluarga, dan sebagainya. Bagi remaja, perilaku-perilaku tersebut merupakan


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

suatu pelanggaran, memang belum melanggar hukum dalam arti sesungguhnya,

karena merupakan pelanggaran dalam lingkungan keluarga dan sekolah.

Perilaku kenakalan remaja yang umum dilakukan antara lain, mulai dari

bolos sekolah, keluyuran di tempat wisata, halte, terlibat tawuran, mabuk,

pelanggaran lalu lintas, melakukan tindakan pemerasan, hamil di luar nikah,

menjadi pekerja seks komersial hingga melakukan tindakan kriminal. Data remaja

yang terlibat kenakalan dalam satu tahun mencapai angka 6.664 orang dengan

presentase terbesar bolos sekolah/keluyuran di tempat wisata, bioskop, halte dan

sebagainya sejumlah 3.485 orang (Syamsiah dan Wiyono, 2001).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi

perilaku delinkuensi sebagai berikut : Pertama, index offenses meliputi kenakalan

yang menimbulkan korban fisik pada orang lain (violent offenses), antara lain

perkelahian, penganiayaan, pengancaman dan perampokan; kenakalan yang

menimbulkan korban materi (property crimes), antara lain perusakan, pencurian,

dan pemerasan; kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang

lain (drug/ liquor and public), antara lain pelacuran, penyalahgunaan dan

memperjualbelikan obat/minuman keras dan berjudi/taruhan.

Kedua, statusoffenses yaitu kenakalan yang melawan status, antara lain

mengingkari statussebagai pelajar dan mengingkari status orang tua, meliputi lari

dari rumah(runaway), termasuk pergi keluar rumah tanpa pamit; membolos

sekolah(truancy) dan keluyuran; melanggar aturan atau tata tertib sekolah dan

aturanorang tua (ungovernability), seperti melawan orang tua, berbohong,

pakaianseragam tidak lengkap, dan lain-lain; mengkonsumsi alkohol (underage


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

liquor violations); dan pelanggaran lainnya (miscellaneous category),

meliputipelanggaran jam malam, merokok, obat-obatan dan lain-lain.

2.2.4. Pengaruh Negatif yang Timbul di Sekolah

Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semua berwatak baik, misalnya

pengisap ganja, cross boys dan cross girls yang memberikan kesan kebebasan

tanpa kontrol dari semua pihak terutama pada lingkungan sekolah. Dalam sisi

lain, anak-anak yang masuk sekolah ada yang berasal dari keluarga yang kurang

memperhatikan kepentingan anak dalam belajar yang kerap kali berpengaruh pada

teman yang lain. Sesuai dengan keadaan seperti ini sekolah-sekolah sebagai

tempat pendidikan anak-anak dapat menjadi sumber konflik-konflik psikologis

yang pada prinsipnya memudahkan anak menjadi delinkuen.

Pengaruh negatif yang menangani langsung proses pendidikan antara lain

kesulitan ekonomi yang di alami pendidik dapat mengurangi perhatianya terhadap

anak didik. Pendidik sering tidak masuk, akibatnya anak-anak didik terlantar,

bahkan sering terjadi pendidik marah kepada muridnya. Biasanya guru marah

apabila terjadi sesuatu yang menghalangi keinginanya tertentu. Dia akan marah,

apabila kehormatanya direndahkan, baik secara langsung maupun tidak langsung,

atau sumber rejekinya dan sebangsanya dalam keadaan bahaya, sebagian atau

seluruhnya atau lain dari itu.


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil, hukuman/sanksi

yang kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan,ancaman yang tidak ada

putus-putusnya disertai disiplin terlalu ketat, disharmonis anatara peserta didik

dan pendidik,kurangnya kesibukan belajar dirumah. Proses pendidikan yang

kurang menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak kerap kali memberi

pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap peserta didik disekolah sehingga

dapat menimbulkan kenakalan remaja (juvinile delinquency).

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Perilaku

Delinkuensi

Perilaku delinkuensi merupakan perilaku yang mayoritas dilakukan oleh

anak dan remaja di bawah usia 21 tahun. Banyak peneliti yang berusaha

mengungkapkan faktor-faktor penyebab munculnya perilaku delinkuensi pada

masa remaja. Salah satunya Bynum dan Thompson (1996) yang membahas latar

belakang timbulnya perilaku delinkuensisi berdasarkan berbagai teori.

a. Teori differential association, teori yang dikemukakan oleh Sutherland ini

melandaskan pada proses belajar. Teori ini mengungkapkan bahwa

perilaku delinkuensi adalah perilaku yang dipelajari secara negatif, berarti

perilaku tersebut tidak diwarisi. Perilaku delinkuensi inidipelajari dalam

interaksi dengan orang lain, khususnya orang-orang dari kelompok

terdekat seperti orang tua, saudara kandung, sanak saudara atau

masyarakat di sekitar tempat tinggal. Keluarga sebagai unit sosial yang


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

memberi pengaruh besar terhadap perkembangan anak,seperti interaksi

negatif antar saudara kandung dapat menjadi dasar munculnya perilaku

negatif pada anak.

b. Teori Anomie, teori ini diajukan oleh Robert Merton, yang berorientasi

pada kelas, berbagai struktur sosial yang mungkin terdapat di masyarakat

dalam realitasnya telah mendorong orang-orang cenderung berperilaku

menyimpang dari norma-norma. Philip Graham (dalam Sarwono, 2006),

membagi faktor-faktor penyebab perilaku delinkuensi lebih mendasarkan

pada sudut kesehatan mental remaja,yaitu :

1) Faktor lingkungan, meliputi malnutrisi (kekurangan gizi), kemiskinan,

gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan

lain-lain), migrasi (urbanisasi, pengungsian, dan lain-lain).

a. Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan lain-

lain).

b. Keluarga yang tercerai berai (perceraian, perpisahan yang terlalu

lama,dan lain-lain).

c. Gangguan dalam pengasuhan, meliputi kematian orang tua, orang

tua sakit atau cacat, hubungan antar anggota keluarga, antar

saudara kandung, sanak saudara yang tidak harmonis serta pola

asuh yang salah. Hubungan antar anggota yang tidak haarmonis

dapat menghambat perkembangan individu, khususnya

perkembangan mental dan perilakunya.

2) Faktor pribadi, seperti faktor bawaan yang mempengaruhi temperamen

(menjadi pemarah, hiperaktif, dan lain-lain), cacat tubuh, serta


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

ketidakmampuan menyesuaikan diri. Santrock (2003), berdasarkan teori

perkembangan identitas Erikson mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku delinkuensi pada remaja:

a. Identitas negatif, Erikson yakin bahwa perilaku delinkuensi muncul

karenaremaja gagal menemukan suatu identitas peran.

b. Kontrol diri rendah, beberapa anak dan remaja gagal memperoleh

kontrol yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses

pertumbuhan.

c. Usia, munculnya tingkah laku antisosial di usia dini (anak-anak)

berhubungan dengan perilaku delinkuensi yang lebih serius

nantinya di masa remaja. Namun demikian, tidak semua anak

bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku

delinkuensi.

d. Jenis kelamin (laki-laki), anak laki-laki lebih banyak melakukan

tingkah laku antisosial daripada anak perempuan. Keenan dan

Shaw (dalam Gracia, et al., 2000), menyatakan anak laki-laki

memiliki risiko yang lebih besar untuk munculnya perilaku

(conduct) merusak. Namun, demikian perilaku pelanggaran seperti

prostitusi dan lari dari rumah lebih banyakdilakukan oleh remaja

perempuan.

e. Harapan dan nilai-nilai yang rendah terhadap pendidikan. Remaja

menjadi pelaku kenakalan seringkali diikuti karena memiliki

harapan yang rendah terhadap pendidikan dan juga nilai-nilai yang

rendah di sekolah.
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

f. Pengaruh orang tua dan keluarga. Seseorang berperilaku nakal

seringkaliberasal dari keluarga, di mana orang tua menerapkan

pola disiplin secara tidak efektif, memberikan mereka sedikit

dukungan, dan jarang mengawasi anak-anaknya sehingga terjadi

hubungan yang kurang harmonis antar anggota keluarga, antara

lain hubungan dengan saudara kandung dan sanak saudara.

Hubungan yang buruk dengan saudara kandung di rumah akan

cenderung menjadi pola dasar dalam menjalin hubungan sosial

ketika berada di luar rumah.

g. Pengaruh teman sebaya. Memiliki teman-teman sebaya yang

melakukan kenakalan meningkatkan resiko untuk menjadi pelaku

kenakalan.

h. Status ekonomi sosial. Penyerangan serius lebih sering dilakukan

oleh anak-anak yang berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih

rendah.

i. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal. Tempat dimana

individu tinggal dapat membentuk perilaku individu tersebut,

masyarakat dan lingkungan yang membentuk kecenderungan kita

untuk berperilaku ”baik”atau ”jahat”.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa

salah satufaktor yang paling mempengaruhi terbentuknya perilaku

delinkuensi, yaitu faktor keluarga, hubungan antar anggota keluarga yang

tidak harmonis, seperti hubunganantar saudara kandung yang buruk, akan

memberikan kesempatan pada anakuntuk belajar dari pengalamannya


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

berinteraksi secara negatif dengan saudara kandungnya di rumah, yang

kemudian akan menjadi dasar dalam berperilaku diluar rumah.

2.2.6 Indikator Perilaku Delinkuensi

Menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku

delinkuensi merupakan suatu bentuk perbuatan anti sosial, melawan

hukum negara, norma-norma masyarakat dan norma-norma agama serta

perbuatan yang tergolong anti sosial yang menimbulkan keresahan

masyarakat,sekolah maupun keluarga, yang dilakukan oleh anak remaja

usia 15-19 tahun di bawah usia 21 tahun, jika perbuatan itu dilakukan

oleh orang dewasa maka dikualifikasikan sebagai tindakan kejahatan,

akan tetapi tidak tergolong pidana umum maupun khusus, yang dilakukan

oleh orang yang belum dewasa (anak dan remaja), Adapun kenakalan

remaja ke dalam 4 kategori,yaitu:

1.(Kenakalan fisik) 2.(Kenakalan materi) 3.(Kenakalan sosial)

4.(Melanggar peraturan sekolah).

Jadi peneliti akan membatasi teori perilaku delinkuensi yaang mengacu ke

arah pendidikan, kenakalan remaja yang mengarah ke pendidikan di sekolah.

United Stated Department of Justice’s Office of Juvenile Justice and

Delinquency Prevention(OJJDP) mengindentifikasi status offenses dalam empat

kategori utama (dalam Hund, 1998), yaitu :

a. Lari dari rumah (runaway), termasuk pergi keluar rumah tanpa pamit.

b. Membolos (truancy) dari sekolah tanpa alasan jelas dan berkeliaran di

tempat-tempatumum atau tempat bermain.


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

c. Melanggar aturan atau tata tertib sekolah dan aturan orang tua

(ungovernability).

d. Mengkonsumsi alkohol (underage liquor violations)

e. Pelanggaran lainnya (miscellaneous category), meliputi pelanggaran jam

malam, merokok, berkelahi,mengompas dan lain-lain.


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Sesuai masalah dan tujuan yang dikemukakan maka rancangan penelitian ini

menggunakan pendekatan Ex Post Facto. Penelitian Ex Post Facto adalah suatu

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

menyebabkan timbulnya kejadian itu (Sugiyono, 2006). Penelitian ex post facto

disebut demikian karena sesuai dengan arti ex post facto, yaitu “dari apa

dikerjakan setelah kenyataan”. Maka penelitian ini disebut sebagai penelitian

sesudah kejadian.Penelitian ex post facto merupakan penelitian dimana variabel-

variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel

terikat dalam suatu kejadian.

(Arikunto,2006:309).Dalam penelitian ini penulis tujuannya yaitu ingin

mengetahui tentang Hubungan Antara Perilaku Delinkuensi dan Motivasi Belajar

Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS

SMA PGRI 2 Kota Jambi

3.2 Variabel penelitian

Arikunto (2002:96) mendefenisikan variabel penelitian adalah suatu objek

penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian. Sesuai dengan

permasalahan yang sudah dirumuskan, maka variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas (independentvariable) adalah variabel yang mempengaruhi disebut

variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X).Dalam penelitian

terdapat dua variabel bebas (X) yaitu variabel bebas (X1) dalam penelitian ini

adalah Perilaku Delinkuensi.Variabel bebas (X2) Motivasi belajar.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat adalah variabel tidak bebas,variabel tergantung,variabel

terikat atau dependent variabel (Y). variabel terikat dalam penelitian ini adalah

Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS di SMA PGRI

2 Kota Jambi.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI 2 Kota Jambi semester genap tahun

pelajaran 2014/2015 yang berlokasi di Jl. Guru Muchtar No 05, Kecamatan

Jelutung, Jambi.

3.4 Populasi dan Sampel penelitian

3.4.1 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang di

tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulanya.

Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI di SMA PGRI 2 Kota Jambi.

Tabel 3.1 Tabel Populasi Kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

No Kelas Jumlah Siswa

1. XI IPS I 20

2. XI IPS II 20

Jumlah 40

Sumber: Tata Usaha SMA PGRI 2 Kota Jambi

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel penelitian adalah sebagian dari

populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi,

dengan kata lain sampel harus representatif. Sedangkan sugiyono, (2006)

menyebutkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang demiliki

oleh populasi tersebut. Untuk sampel pada skripsi ini peneliti akan mengambil

keseluruhan populasi yaitu sebanyak 40 siswa karena jumlahnya kurang dari 100.

3.5.Instrumen penelitian

Menurut arikunto (2002:126) instrumen penelitian adalah alat bantu yang

dipilih oleh peneliti untuk memudahkan pengumpulan data. Alat ini digunakan

dalam pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

3.5.1 Angket

Angket atau Quesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang harus

dijawab dan digunakan untuk memperoleh informasi dari responden berdasarkan

hal-hal yang ingin diketahuinya.Menurut Sugiyono (2010:199) angket merupakan

teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan kepada responden untuk dijawabnya.

Dalam penelitian ini, untuk pemberian skor peneliti menggunakan skala likert.

Menurut Sugiyono (2008:93-94) “ variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan”.

Adapun pemberian skor untuk tiap-tiap jawaban tersebut adalah:

1) Untuk jawaban selalu diberi skor 5

2) Untuk jawaban sering diberi skor 4

3) Untuk jawaban kadang-kadang diberi skor 3

4) Untuk jawaban jarang diberi skor 2

5) Untuk jawaban tidak pernah diberi skor 1

3.5.2 Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan dan diperoleh

melalui dokumen-dokumen. Dokumentasi adalah kumpulan dari dokumen-

dokumen dapat memberikan keterangan atau bukti yang berkaitan dengan proses

pengumpulan dan pengelolaan dokumen secara sistematis serta menyebarluaskan

kepada pemakai informasi.

Untuk melengkapi dan memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini

digunakan metode dokumentasi. Dokumentasi dilakukan peneliti untuk

mendapatkan data prestasi hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI

IPS semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

3.6 Uji Coba Instrumen

Uji coba instrument penulis dilakukan sebelum angket diberikan kepada

responden.Tujuan dari uji coba instrument adalah untuk menghindari pertanyaan-

pertanyaan yang kurang jelas maksudnya, menghilangkan kata-kata yang sulit

dipahami, mempertimbangkan, menambahkan atau mengurangi item. Instrumen

ditentukan oleh tingkat kesahihan dan keterandalan.Uji coba instrument


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen, sehingga

dapat diketahui layak atau tidaknya instrument ttersebut digunakan dalam

pengambilan data penelitiian. Instrumen penelitian yang akan di uji cobakan

adalah instrumen Perilaku delinkuensi (X1) dan Motivasi belajar (X2). Uji coba

instrumen dilakukan pada siswa dari sekolah yang sama yaitu bagian dari siswa

kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi.

3.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan

kesahihan.Validnya instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang harus diukur (Sugiyono, 2008:121). Untuk itu, uji validitas dilakukan

dengan cara pembuatan kisi-kisi instrument berdasarkan indikator-indikator yang

akan diukur.

Adapun teknik mengukur validitas pada penelitian ini mengunakan rumus korelasi

Pearson Product Moment berikut ini (Arikunto, 2002:72).

∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterangan: rᵪᵧ : Koefesienkorelasi antara variabel x dan variabel y

: Banyaknya sampel

∑ : Jumlah skor subjek pada item soal

∑ : Jumlah skor subjek

∑ : Jumlah hasil kali skor subjek pada item soal dan skor total subjek

X 2
: Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

Y 2
: Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Berdasarkan uji coba angket penelitian yang dianalisis menggunakan uji validitas

product moment, dari 27 butir soal angket perilaku delinkuensi sebanyak 5 butir

soal dinyatakan tidak valid, 25 butir soal angket motivasi belajar 3 butir soal

dinyatakan tidak valid. Sesuai pada α 0,05 dengan n = 40. Adapun soal yang

tidak valid dianggap gugur dan tidak digunakan lagi dalam angket penelitian

selanjutnya. Dengan demikian, butir soal yang digunakan untuk mengambil data

dalam penelitian ini sebanyak 22 butir soal untuk variable perilaku delinkuensi

dan 22 butir soal untuk variabel motivasi belajar.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya dan yang reliabel akan

menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Untuk mengujinya digunakan

teknik Belah Dua (Split-Half Technique).

Dilakukan dengan cara membagi tes menjadi dua bagian yang relative sama

(banyaknya soal sama), sehingga masing-masing test mempunyai dua macam

skor, yaitu skor belahan pertama (awal / soal nomor ganjil) dan skor belahan

kedua (akhir / soal nomor genap). Koefisien reliabilitas belahan tes dinotasikan

dengan r1/2 1/2 dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu korelasi

angka kasar Pearson.Selanjutnya koefisien reliabilitas keseluruhan tes dihitung

menggunakan formula Spearman-Brown, yaitu:

Rumus Reliabilitas
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956: 145) adalah sebagai berikut:

 0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi

 0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi

 0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang

 0,20< r11 0,40 reliabilitas rendah.

 -1,00 r11 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliable).

Berdasarkan uji reliabilitas menggunakan rumus (split half technique) teknik

belah dua diperoleh koefisien reliabilitas untuk angket perilaku delinkuensi

sebesar 1,982 motivasi belajar 1,989 pada α 0.05 dengan n = 40. Karena koefisien

reliabilitas r hitung > α 0.05, maka angket tersebut dinyatakan reliabel dan dapat

digunakan untuk pengambilan data penelitian.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui angket dan dokumentasi. Angket digunakan

untuk mengetahui hubungan antara perilaku delinkuensi dan motivasi belajar pada

mata pelajaran ekonomi,serta untuk mengetahui ada tidaknya hubungan perilaku

delinkuensi (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap prestasi belajar (Y) pada

mata pelajaran ekonomi yang di ambil dari nilai RAPORT semester genap tahun

ajaran 2014/2015.

3.7.1 Penyebaran Instrumen (Angket)

Setelah diketahui validitas dan realibilitas dari instrument penelitian yang

dianggap cermat atau sudah mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka

selanjutnya instrument takan disebarkan kepada responden.Penyebaran angket


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

dilakukan dengan cara mendatangi responden secara langsung dilokasi penelitian

yaitu SMA PGRI 2 Kota Jambi dengan sampel yang diambil secara acak dari

masing-masing kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 kemudian peneliti akan menunggu

responden mengisi angket dengan benar, untuk variabel perilaku delinkuensi

berisi 22 soal (X1) dan untuk variabel motivasi belajar berisi 22 soal (X2)

3.7.2 Penarikan instrumen

Untuk penarikan instrument penelitian berupa angket,maka peneliti menunggu

responden mengisi angket sampai selesai dengan masing-masing kelas XI IPS 1

dan XI IPS 2 dengan 22 soal untuk variabel perilaku delinkuensi (X1) Dan 22 soal

untuk variabel motivasi belajar (X2). Setelah instrument penelitian (angket)

diterima kembali oleh peneliti dan jika terdapat kesalahan dalam pengisiannya

atau tidak lengkap,maka peneliti akan mengembalikan instrument penelitian

(angket) tersebut kepada responden untuk dapat diperbaiki dan dilengkapi.

3.8 Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data diperlukan suatu cara atau metode analisis data hasil

penelitian agar dapat diinterprestasikan sehingga laporan yang dihasilkan mudah

dipahami. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa data ini menggunakan

angket (untuk mengetahui perilaku delinkuensi dan motivasi belajar) dan

dokumentasi (untuk mengetahui prestasi belajar). Maka dalam peneliti ini,

digunakan analisis data sebagai berikut:

3.9 Teknik Analisis Data Angket

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis variabel deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai kecendrungan

data hasil penelitian yaitu dengan menguraikan atau menjabarkan data-data


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

variabel penelitian seperti: mean,median,range, dan standar deviasi. Untuk

variabel deskriptif masing-masing variabel diukur nilai pemusatan dengan

mencari nilai Skor Maksimal Ideal, Skor Minimal ideal, Mean ideal (Mi), Standar

Deviasi ideal (Sdi). Rumus yang digunakan untuk mencari rata-rata ideal (Mi)

Adalah 1/2 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) dan untuk mencari Standar

Deviasi ideal digunakan rumus 1/6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal).

Selanjutnya nilai standar deviasi ideal (Sdi) dan rata-rata/mean ideal (Mi)

dikonversikan ke dalam 5 (lima) kategori nilai kecenderungan dengan kriteria

sebagai berikut :

Mi + 1,5 Sdi – Mi + 3,0 Sdi = Sangat tinggi

Mi + 0,5 Sdi – Mi + 1,5 Sdi = Tinggi

Mi + 0,5 Sdi – Mi + 0,5 Sdi = Sedang

Mi + 1,5 Sdi – Mi + 0,5 Sdi = Rendah

Mi + 3,0 Sdi – Mi + 1,5 Sdi = Sangat Rendah

Keterangan :

Mi = Rata- rata ideal

Sdi = Standar Deviasi ideal. (Sugiyono, 2011: 329)

3.9.2 Uji Prasyarat Analisis

Agar dapat melakukan uji statistic terhadap data penelitian, maka

sebelumnya harus dilakukan uji persyaratanan alisis guna memastikan apakah

data penelitian dapat dianalisis dengan menggunakan statistik atau tidak.Adapun

uji persyaratan analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.

3.9.3 Uji Normalitas Data


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Uji normalitas merupakan suatu uji yang digunakan untuk mengetahui apakah

data dari setiap variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal, dan bila

datanya tidak normal maka datanya tidak dapat digunakan, begitu pula sebaliknya.

Dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas data digunakan rumus kolmogorov

smirnov dengan aplikasi SPSS 16.00. Rumus kolmogorov smirnov digunakan

untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data.

Untuk menetapkan kenormalan, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Taraf signifikan α = 0,05

2. Jika signifikan yang diperoleh > α, maka sample berasal dari populasi

yang berdistribusi normal.

3. Jika signifikan yang diperoleh < α, maka sample tidak berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

3.9.4 Uji Linearitas

Uji leaniritas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan

sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu empiris

sebaiknya berbentuk linear,kuadrat, atau kubik (Sugiyono, 2011 :80 ). Dengan uji

ini akan diperoleh informasi apakah model empiris sebaliknya linear, kuadrat atau

kubik.

Penggunaan model linear dikatakan tepat dan dapat digunakan apabila Fhitung >

Ftabel atau dengan membandingkan probabilitas dengan taraf nyatanya (0,05 atau

0,01). Jika probabilitas > 0,05 maka model ditolak dan jika probabilitas < 0,05

maka model diterima.

Pada penelitian ini, diperoleh Fhitung = 4.182 (untuk X1 dan X2 dengan Y).
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Untuk mempermudah perhitungan maka perhitungan dalam penelitian ini

menggunakan bantuan SPSS 16.00.

3.9.5 Uji homogenitas

Uji homogenitas varian bertujuan untuk melihat apakah kedua data yang diuji

tersebut homogen, denga nmembandingkan kedua varian.Menurut sugiyono

(2012:275) untuk melakukan pengujian homogenitas varian menggunakan rumus

uji F sebagai berikut:

Jika Harga F sudah ditetapkan maka harga tersebut selanjutnya dibandingkan

dengan harga F yang terdapat dalam distribusi F dengan tarafkepercayaan 95%

dan dk pembilang n1-1 dan dk penyebut n2-1. Jika hargaFhitung<Ftabel, maka kedua

kelompok data varian adalah homogeny dan sebaliknya Selanjutnya, X2 hitung

dibandigkan dengan X2tabel dengan ketentuan pengujian bila X2hitung < X2tabel maka

dapat disimpulkan bahwa data penelitian bersifat homogen.

3.9.6 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yaitu

hubungan status sosial ekonomi orang tua dan prestasi belajar dengan minat

melanjutkan studi ke perguruan tinggi maka perlu mengikuti langkah-langkah

pengujian hipotesis berikut ini:

3.9.7 Langkah-langkah Pengujian Hipotesis

1. korelasi Parsial
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Adapun kegunaan dari korelasi ini yaitu digunakan untuk mencari hubungan

antara variabel dengan Y, apabila dikendalikan/tetap dan mencari

hubungan antara dengan Y, apabila dikendalikan/tetap. Dalam penelitian ini

korelasi parsial digunakan untuk:

1. Untuk menjawab permasalahan yang pertama yaitu mencari hubungan

antara perilaku delinkuensi prestasi belajar (Y) digunakan rumus

rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:

(Sugiyono,2012:228)
√{ }{ }

Untuk mengetahui signifikasi koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan uji

t yang rumusnya sebagai berikut:



Nilai t hitung tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel.

Untuk memberi interprestasi terhadap kuatnya hubungan antar variabel yang

diteliti, maka dapat digunakan tabel interprestasi berikut:

Tabel 3.2 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
(Sugiyono, 2012:231)
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada

korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Karena ketentuan nilai r

(korelasi) tidak lebih dari harga.

2. Untuk menjawab permasalahan yang kedua yaitu mencari hubungan antara

motivasi belajar prestasi belajar (Y) digunakan rumus rumus korelasi

Product Moment sebagai berikut:

(Sugiyono,2012:228)
√{ }{ }

Untuk mengetahui signifikasi koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan uji

t yang rumusnya sebagai berikut:



Nilai t hitung tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel.

Dalam penelitian ini untuk mempermudah perhitungan, peneliti dibantu dengan

menggunakan program SPSS 16.00.

2. korelasi berganda

Analisis korelasi berganda dilakukan untuk melihat sejauh mana hubungan

antara variabel secara bersama-sama dengan Y. Dalam penelitian ini

korelasi berganda untuk:

Untuk menjawab permasalahan yang ketiga yaitu mencari hubungan status sosial

ekonomi orang tua dan prestasi belajar secara bersama-sama dengan

minat melanjutkan studi ke perguruan tinngi (Y) digunakan rumus korelasi ganda

yang digunakan adalah sebagai berikut:

√ (Sugiyono,2012:233)

Keterangan:
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

= Korelasi antara variabel dan secara bersama-sama dengan variabel

= Korelasi Products Moment antara dan Y

= Korelasi Products Moment antara dan Y

= Korelasi Products Moment antara dan

Untuk mengetahui apakah korelasi itu dapat digeneralisasikan atau tidak maka

harus di uji signifikasi dengan rumus F sebagai berikut:

(Sugiyono,2012:235)

Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel bebas (independen)

n = Jumlah anggota sampel

= Nilai F yang dihitung

Setelah diperoleh harga , kemudian dikonsultasikan dengan

dengan dk pembilang = k dan dk penyebut (n-k-1) dan taraf signifikansi

Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila maka koefisien korelasi ganda yang

diuji adalah signifikan yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi. Dalam

penelitian ini untuk mempermudah perhitungan maka peneliti dibantu

menggunakan program SPSS 16.00


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Perilaku Delinkuensi Dan

Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi

Kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi”, ditampilkan tiga macam data, yaitu:

Data Perilaku Delinkuensi sebagai variabel bebas pertama (X1), Data Motivasi

Belajar sebagai variabel bebas kedua (X2), dan Data Prestasi Belajar, sebagai

variabel terikat (Y).

Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan alat bantu

komputer program serial Statistik SPSS 16.0 for Windows. Data-data yang

terkumpul dapat dideskripsikan sebagai berikut:

4.1.1 Deskripsi Data Perilaku Delinkuensi (X1)

Berdasarkan hasil analisis dari jawaban responden, untuk variabel aktivitas belajar

(X1) diperoleh skor minimum dan maksimum yang dicapai dari 40 variabel ini.

Skor minimum adalah 50 sedangkan skor maksimum adalah 88. Hasil perhitungan

distribusi skor rata-rata sebesar 70.40, varian sebesar 104.092 dan simpangan

baku sebesar 10.202.

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Perilaku Delinkuensi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Perilaku 40 50 88 70.40 10.203 104.092

Valid N (listwise) 40
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Berikut ini adalah perhitunganya sehingga dapat dibuat varia distribusi frekuensi

dan histogram.

● Jumlah Kelas Interval

K = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 40

= 1 + 3,3 * 1,602

= 6,2866 = 6

● Rentang Data (Range)

Rentang data = data terbesar – data terkecil +1

= 80 – 50 + 1 = 31

● Panjang Kelas

Panjang Kelas = Rentang data : Jumlah kelas interval

= 31 : 6 = 5

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Perilaku Delinkuensi

No Kelas Interval Jumlah Siswa Persentase (%)


1 50 – 54 5 12,5
2 55 – 59 1 2,5
3 60 – 64 6 15
4 65 – 69 6 15
5 70 – 74 7 17,5
6 75 – 79 6 15
7 80 – 84 6 15
8 85 – 89 3 7,5
Jumlah 40 100
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui gambaran data secara umum mengenai

nilai maksimum, nilai minimum, standar deviansi, mean, dan varian. Mean ideal

(Mi) = ⁄ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) sehingga diperoleh Mi =

⁄ (88+50) =69 , sedangkan Standar Deviansi (SDi) = ⁄ (skor maksimal ideal

- skor minimal ideal) sehingga diperoleh SDi = ⁄ (88-50) = 6,33 kemudian SDi

dan Mi dikonversikan ke dalam tabel tingkat kecendrungan mean dengan 5 (lima)

kategori sebagai berikut :

 Mi + 1,5 SDi – Mi + 3,0 SDi

69 + 1,5 (6,33) – 69 + 3,0 (6,33)

78 – 88 ………………………………………………. Sangat Tinggi

 Mi + 0,5 SDi – Mi + 1,5 SDi

69 + 0,5 (6,33) – 69 + 1,5 (6,33)

72 – 78 …………………………………………………….. Tinggi

 Mi - 0,5 SDi – Mi + 0,5 SDi

69 – 0,5 (6,33) – 69 + 0,5 (6,33)

66 – 72 .....………………………………………………… Sedang

 Mi - 1,5 SDi – Mi - 0,5 SDi

69 – 1,5 (6,33) – 69 – 0,5 (6,33)

60 – 66 ….......…………………………………………… Rendah

 Mi - 3,0 SDi – Mi - 1,5 SDi

69 – 3,0 (6,33) – 69 – 1,5 (6,33)

50 – 60..... …………………………………………. Sangat Rendah


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Dari perhitungan di atas, maka dapat disusun tabel kecendrungan Perilaku

Delinkuensi dengan lima kategori, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Perilaku Delinkuensi

Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori

78 – 88 12 30 Sangat Tinggi

72 – 78 8 20 Tinggi

66 – 72 6 15 Sedang

60 – 66 8 20 Rendah

50 – 60 6 15 Sangat Rendah

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jumlah frekuensi skor jawaban

mahasiswa untuk 40 variable Perilaku delinkuensi terbanyak terletak pada rentang

78-88 yaitu sebanyak 12 orang atau 30%, yaitu sebaliknya dengan skor terkecil

terletak pada interval 50 – 60 yaitu 15%. Apabila tabel frekuensi ini dimasukkan

ke dalam histogram, sebagaimana disajikan sebagai berikut:


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Berdasarkan nilai rata-rata (mean) diketahui nilai rata-rata variable Perilaku

delinkuensi sebesar 70,4 yang berada diskala 66 – 72 yang berarti Perilaku

delinkuensi termasuk dalam kategori Sedang.

4.1.2 Deskripsi Data Motivasi Belajar (X2)

Berdasarkan hasil analisis dari jawaban responden, untuk variabel kemandirian

dalam mengerjakan tugas (X2) diperoleh skor minimum 48 dan maksimum 89

yang dicapai dari variabel ini. Skor. Hasil perhitungan distribusi skor rata-rata

sebesar 68,52 varian sebesar 121.640 dan simpangan baku sebesar 11.029.

Tabel 4.3 Deskriptif Statistik Motivasi Belajar


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Motivasi 40 48 89 68.52 11.029 121.640

Valid N (listwise) 40
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Berikut ini adalah perhitunganya sehingga dapat dibuat varia distribusi frekuensi

dan histogram.

● Jumlah Kelas Interval

K = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 40

= 1 + 3,3 * 1,602

= 6,2866 = 6

● Rentang Data (Range)

Rentang data = data terbesar – data terkecil +1

= 89 – 48 + 1 = 42

● Panjang Kelas

Panjang Kelas = Rentang data : Jumlah kelas interval

= 42 : 6 = 7

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Motivasi Belajar

No Kelas Interval Jumlah Siswa Persentase (%)


1 48 – 54 5 12,5
2 55 – 61 4 10
3 62 – 68 10 25
4 69 – 75 8 20
5 75 – 81 9 22.5
6 82 – 87 2 5
7 88 – 93 2 5
Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui gambaran data secara umum mengenai

nilai maksimum, nilai minimum, standar deviansi, mean, dan varian. Mean ideal
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

(Mi) = ⁄ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) sehingga diperoleh Mi =

⁄ (89+48) = 68,5 sedangkan Standar Deviansi (SDi) = ⁄ (skor maksimal ideal

- skor minimal ideal) sehingga diperoleh SDi = ⁄ (89-48) = 7, kemudian SDi

dan Mi dikonversikan ke dalam tabel tingkat kecendrungan mean dengan 5 (lima)

kategori sebagai berikut :

 Mi + 1,5 SDi – Mi + 3,0 SDi

68,5 + 1,5 (7) – 68,5 + 3,0 (7)

79 – 89 ……………..…………………………………………. Sangat tinggi

 Mi + 0,5 SDi – Mi + 1,5 SDi

68,5 + 0,5 (7) – 68,5 + 1,5 (7)

72 - 79 ………………..…………………………………………….. Tinggi

 Mi - 0,5 SDi – Mi + 0,5 SDi

68,5 – 0,5 (7) – 68,5 + 0,5 (7)

65 - 72 ……….……………………………………………………… Sedang

 Mi - 1,5 SDi – Mi - 0,5 SDi

68,5 – 1,5 (7) – 68,5 – 0,5 (7)

58 - 65 ……………..………………………………………………… Rendah

 Mi - 3,0 SDi – Mi - 1,5 SDi

68,5 – 3,0 (7) – 68,5 – 1,5 (7)

48 - 58 …………………...……………………………………. Sangat Rendah

Dari perhitungan di atas, maka dapat disusun tabel kecendrungan Kemandirian

dalam mengerjakan tugas dengan lima kategori, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.4 Konversi Kategori Variabel X2


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori


79 – 89 9 22,5 Sangat tinggi
72 – 79 7 17,5 Tinggi
65 – 72 8 20 Sedang
58 – 65 8 20 Rendah
48 – 58 8 20 Sangat Rendah
Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jumlah frekuensi skor jawaban motivasi

belajar terbanyak terletak pada rentang 79 – 89 yaitu sebanyak 9 orang atau

22,5%, sebaliknya dengan skor terkecil terletak pada interval 72 – 79 yaitu hanya

7 orang atau 17,5%. Apabila tabel frekuensi ini dimasukkan ke dalam histogram,

sebagaimana disajikan sebagai berikut:

Gambar 4.2 Histogram Data Motivasi Belajar

Berdasarkan nilai rata-rata (mean) diketahui nilai rata-rata variabel motivasi

belajar sebesar 68,52 yang berada diskala 65 – 72 yang berarti motivasi belajar

termasuk dalam kategori sedang.


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

4.1.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar (Y)

Berdasarkan hasil analisis data prestasi belajar, untuk variabel prestasi belajar (Y)

diperoleh skor minimum dan maksimum yang dicapai dari variabel ini. Skor

minimum adalah 61` sedangkan skor maksimum adalah 75. Hasil perhitungan

distribusi skor rata-rata sebesar 70,30, varian sebesar 7,549 dan simpangan baku

sebesar 2.747.

Tabel 4.5 Deskriptif Statistik Prestasi Belajar


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

prestasi 40 61 75 70.30 2.747 7.549

Valid N (listwise) 40

Berikut ini adalah perhitunganya sehingga dapat dibuat varia distribusi frekuensi

dan histogram.

● Jumlah Kelas Interval

K = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 40

= 1 + 3,3 * 1,602

= 6,2866 = 6

● Rentang Data (Range)

Rentang data = data terbesar – data terkecil +1

= 75 – 61 + 1 = 15

● Panjang Kelas

Panjang Kelas = Rentang data : Jumlah kelas interval

= 15 : 6 = 2,5 dibulatkan menjadi 3


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar

No Kelas Interval Jumlah Siswa Persentase (%)


1 61 – 63 2 5
2 64 – 66 2 5
3 67 – 69 8 20
4 70 – 72 22 55
5 73 – 75 6 15
Jumlah 40 100

Mean ideal (Mi) = ⁄ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) sehingga

diperoleh Mi = ⁄ (75+61) = 68, sedangkan Standar Deviansi (SDi) = ⁄ (skor

maksimal ideal - skor minimal ideal) sehingga diperoleh SDi = ⁄ (75-61) = 2,33

kemudian SDi dan Mi dikonversikan ke dalam tabel tingkat kecendrungan mean

dengan 5 (lima) kategori sebagai berikut :

 Mi + 1,5 SDi – Mi + 3,0 SDi

68 + 1,5 (2,33) – 68 + 3,0 (2,33)

71 – 75 ………………………………………………. Sangat Tinggi

 Mi + 0,5 SDi – Mi + 1,5 SDi

68 + 0,5 (2,33) – 68 + 1,5 (2,33)

69 – 71 …………………………………………………….. Tinggi

 Mi - 0,5 SDi – Mi + 0,5 SDi

68 – 0,5 (2,33) – 68 + 0,5 (2,33)

67 – 69 .....………………………………………………… Sedang

 Mi - 1,5 SDi – Mi - 0,5 SDi

68 – 1,5 (2,33) – 68 – 0,5 (2,33)


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

64 – 67 ….......…………………………………………… Rendah

 Mi - 3,0 SDi – Mi - 1,5 SDi

68 – 3,0 (2,33) – 68 – 1,5 (2,33)

61 – 64........…………………………………………. Sangat Rendah

Dari perhitungan di atas, maka dapat disusun tabel kecendrungan Pretasi belajar

dengan lima kategori, yaitu sebagai berikut

Tabel 4.6 Kategori Variabel Y

Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori


71 – 75 22 55 Sangat Tinggi
69 – 71 8 20 Tinggi
67 – 69 4 10 Sedang
64 – 67 3 7,5 Rendah
61 – 64 3 7,5 Sangat Rendah
Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jumlah frekuensi skor data siswa untuk

variabel prestasi belajar terbanyak terletak pada rentang 71 – 75 yaitu sebanyak 22

orang atau 55%. Apabila tabel frekuensi ini dimasukkan ke dalam histogram,

sebagaimana disajikan sebagai berikut:

Gambar 4.3 Histogram Data Prestasi Belajar


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Berdasarkan nilai rata-rata (mean) diketahui nilai rata-rata variabel prestasi belajar

sebesar 70,3 yang berada diskala 69 – 71 yang berarti prestasi belajar mahasiswa

termasuk dalam kategori tinggi.

a. Uji Prasyarat Analisis

Pengujian persyaratan analisis adalah pengujian persyaratan yang harus dipenuhi

agar analisis regresi dapat dilakukan. Pengujian persyaratan analisis dalam

penelitian ini dilakukan dengan uji normalitas, uji linieritas, dan uji

multikolinearitas.

i. Uji Normalitas

a. Uji Normalitas Data Perilaku Delinkuensi (X1)

Dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas data dapat digunakan uji

Kolmogorov Smirnov (UJI K-S). Taraf signifikan yang digunakan sebagai dasar

menolak dan menerima keputusan normal tidaknya suatu distribusi data adalah
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

a=0,05. Dasar pengambilan keputusan nilai Asymp. Sig (2-tailed) atau

probabilitas > 0,05. Hasil perhitungan Uji Normalitas dan dapat dilihat pada

rangkuman table berikut ini

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Perilaku Delinkuensi (X1)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test X1

Delinkuensi

N 40
a
Normal Parameters Mean 70.4000

Std. Deviation 10.20256

Most Extreme Differences Absolute .076

Positive .071

Negative -.076

Kolmogorov-Smirnov Z .478

Asymp. Sig. (2-tailed) .976

a. Test distribution is Normal.

Tabel. 4.8 Uji Normalitas Motivasi Belajar (X2)


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test X2

Motivasi

N 40
a
Normal Parameters Mean 68.5250

Std. Deviation 1.10291E1

Most Extreme Differences Absolute .069

Positive .069

Negative -.065

Kolmogorov-Smirnov Z .436

Asymp. Sig. (2-tailed) .991

a. Test distribution is Normal.


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Tabel 4.9 Uji Normalitas Prestasi Belajar (Y)


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Y

Prestasi

N 40
a
Normal Parameters Mean 70.3000

Std. Deviation 2.74749

Most Extreme Differences Absolute .201

Positive .124

Negative -.201

Kolmogorov-Smirnov Z 1.268

Asymp. Sig. (2-tailed) .080

a. Test distribution is Normal.

Dilihat pada Kolomogrov-Smirniv. Pada tabel di atas nilai Sig lebih besar
dari 0,05. Maka data berdristibusi normal
Dari hasil Uji Normalitas tersebut diperoleh nilai Sig. Lebih besar dri 0.05,
maka data berdistribusi normal.

4.2.2 Uji Linearitas

Untuk mengetahui apakah model linear yang digunakan sudah tepat atau belum,

maka dilakukan uji linearitas terlebih dahulu. Dalam penelitian ini,digunakan

bantuan SPSS release 16.0. Penggunaan model linear dikatakan tepat dan dapat

digunakan nilai robabilitas (pada table anovatertulis Sig) dengan taraf nyatanya

(0,05 atau 0,01). Jika probabilitas > 0,05 maka model ditolak dan jika probabilitas

< 0,05 maka model diterima.

Adapun ringkasan hal uji linearitas dalam penelitian dapat dilihat pada tabel

berikut :

b
ANOVA
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 54.281 2 27.141 4.182 .023

Residual 240.119 37 6.490

Total 294.400 39

a. Predictors: (Constant), Motivasi, Delinkuensi

b. Dependent Variable: Prestasi

Pada tabel di atas menjelaskan bahwa F hitung = 4.182 dan nilai probabilitas
0.0023 sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan linear Y = a + bx sudah
tepat dan dapat diterima . Hal ini sesuai dengan syarat uji linear yaitu apabila nilai
probabilitasnya < 0,05 ( dari tabel menjelaskan nulai probabilitas = 0,023 < 0,05

4.2.3 Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah salah satu uji yang dilakukan untuk melihat apakah yang

diperoleh berasal dari sampel yang homogeny, berikut adalah analisisnya.

Tabel 4.11
Hasil Uji Homogenitas X1 , X2 , Y

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Delinkuensi 1.193 7 28 .339

Motivasi 1.644 7 28 .164

Dari data di atas diperoleh masing-masing skor signifikan lebih besar dari
0.05. Hal ini berarti skor masing-masing lebih besar dari taraf signifikasi 0,05.
Berdasarkan skor ini maka Ha diterima dan Ho di tolak, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sebaran data berasal dari sampel yang homogen.

4.2.4. Uji Hipotesis


4.2.4.1 Hubungan Perilaku Delinkuensi (X1) terhadap Presatasi Belajar (Y)
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Uji hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product

moment (r). Dalam uji hipotesis yang pertama ini peneliti ingin mengetahui ada

atau tidaknya hubungan antara perilaku delinkuensi (X1) dengan Prestasi belajar

(Y). Maka dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut, Ha: terdapat hubungan

perilaku delinkuensi dengan prestasi belajar, Ho: tidak terdapat hubungan perilaku

delinkuensi dengan prestasi belajar. Dengan pengambilan keputusan sebagai

berikut, Ha: jika nilai signifikansinya > nilai signifikansi Alpha (0,05), Ho: jika

nilai signifikansi < nilai signifikansi Alpha (0,05). Untuk mengetahui hubungan

perilaku delinkuensi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar, maka

dilakukan analisis korelasi sederhana. Dari hasil perhitungan dengan bantuan

program SPSS 16.00 diperoleh hasil koefisien korelasi sebagaimana tercantum

pada tabel 4.12 berikut ini:

Tabel 4.12
Hasil Analisis Korelasi Perilaku Delinkuensi (X1) dengan Prestasi Belajar
(Y)

Correlations

Perilaku prestasi

Perilaku Pearson Correlation 1 .258

Sig. (2-tailed) .109

N 40 40

prestasi Pearson Correlation .258 1

Sig. (2-tailed) .109

N 40 40

Berdasarkan hasil perhitungan tabel di atas bahwa koefesien perilaku delinkuensi

(r) sebanyak 258 sebesar 0,258. Sehingga hubungan perilaku delinkuensi terhadap
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

prestasi belajar siswa dapat disimpulkan memiliki korelasi dengan interprestasi

rendah.

Selanjutnya untuk memastikan hubungan tersebut signifikan atau tidak, dapat

dilihat dengan uji-t sebagaimana tertera pada tabel 4.13 dibawah ini:

Tabel 4.13
Koefesiensi Persamaan Regresi X1 dan Y (Uji-t).

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 74.208 3.525 21.050 .000

Perilaku .081 .050 .258 1.643 .109

a. Dependent Variable: prestasi

Berdasarkan tabel diatas, diketahui nilai signifikan sebesar 0.000 konstanta yang

terbentuk 74.208 sedangkan koefisien persamaan garis regresi yang didapat

sebesar 0,258. Jika dibandingkan dengan nilai signifikasi sebesar 0.000 pada tabel

diatas dibawah nilai signifikan Alpha 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa nilai

koefisien persamaan garis regresi sebesar 0,081 dapat dijadikan sebagai alat

prediksi untuk menentukan setiap gejala yang terjadi pada variabel perilaku

delinkuensi (X1), baik berupa sifat hubungan, pengaruh dan sumbangan melalui

data-data pada variabel perilaku delinkuensi (X1). Ini berarti, jika siswa tidak

melakukan perilaku delinkuensi maka prestasi belajar yang diperoleh sebesar

74,208 namun, jika terjadi penambahan sebesar 1 (satu) satuan, pada variabel

perilaku delinkuensi (X1), maka prestasi belajar mahasiswa akan meningkat Y =

74,208 + 0,081 + 1 = 75,289 Dari penjelasan tersebut maka diperoleh persamaan


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

regresi sederhana Y a + bx1 dimana a = 74,208 dan b = 0,081, sehingga persamaan

garis regresinya adalah Y = 74,208 + 0,081 X1.

Selanjutnya apabila dilihat dari perhitungan uji-t diperoleh sebagaimana terlihat

pada tabel diatas, nilai statistik signifikansi, pada uji-t sebesar 0.000 lebih kecil

dari nilai signifikansi Alpha sebesar 0.05 atau taraf kepercayaan 95%. Hal ini

mengidentifikasi bahwa persamaan garis regresi yang berbentuk sebagai alat

prediksi untuk melihat adanya gejala hubungan perilaku delinkuensi terhadap

prestasi belajar siswa melalui data yang tersebar dan dapat diterima kebenarannya.

Selanjutnya hasil perhitungan SPSS menunjukkan pula bahwa koefisien

determinasi (R2) Hal ini dapat dilihat p ada tabel 4.15 dibawah ini:

Tabel 4.14
Koefisien Determinasi (Model Summary)

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .258 .066 .042 3.158

a. Predictors: (Constant), Perilaku

Dari tabel di atas dapat diketahui gambaran R menunjukkan korelasi antara

perilaku delinkuensi dan prestasi belajar adalah 0,258. Nilai ini menjelaskan

bahwa hubungan keduanya memiliki korelasi rendah. Adapun R Square pada

tabel di atas menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) perilaku delinkuensi

terhadap prestasi belajar sebesar 0,066 atau sebesar 6,6%. Dengan demikian,

berarti prestasi belajar sebesar 6,6% dapat dijelaskan oleh perilaku delinkuensi.

4.2.4.2 Uji Hipotesis kedua

Uji hipotesis kedua dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product

moment (r). Dalam uji hipotesis yang pertama ini peneliti ingin mengetahui ada
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

atau tidaknya hubungan antara motivasi belajar (X2) dengan prestasi belajar (Y).

Maka dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut, Ha: terdapat hubungan

motivasi belajar dengan prestasi belajar, Ho: tidak terdapat hubungan motivasi

belajar dengan prestasi belajar. Dengan pengambilan keputusan sebagai berikut,

Ha: jika nilai signifikansinya > nilai signifikansi Alpha (0,05), Ho: jika nilai

signifikansi < nilai signifikansi Alpha (0,05). Untuk mengetahui hubungan

motivasi belajar dengan prestasi belajar, maka dilakukan analisis korelasi

sederhana. Dari hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS 16.00 diperoleh

hasil koefisien korelasi sebagaimana tercantum pada tabel 4.15 berikut ini:

Tabel 4.15
Hasil Analisis Korelasi Motivasi Belajar (X2) Prestasi belajar (Y)

Correlations

motivasi Prestasi

motivasi Pearson Correlation 1 .265

Sig. (2-tailed) .098

N 40 40

prestasi Pearson Correlation .265 1

Sig. (2-tailed) .098

N 40 40

Dari tabel diatas dapat diketahui gambaran bahwa koefisien korelasi prestasi

belajar siswa (r) sebanyak 265 sebesar 0,265. Data tersebut menjelaskan bahwa

terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar.

Nilai ini menunjukkan Korelasi tergolong rendah antara kedua variabel tersebut.

Selanjutnya untuk memastikan hubungan tersebut signifikan atau tidak, dapat

dilihat dengan uji-t sebagaimana tertera pada tabel 4.16 berikut ini:
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Tabel 4.16
Koefesiensi Persamaan Regresi X2 dan Y (Uji-t)
a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 73.790 3.175 23.242 .000

motivasi .078 .046 .265 1.695 .098

a. Dependent Variable: prestasi

Berdasarkan tabel diatas, diketahui nilai signifikan sebesar 0.000 konstanta yang

terbentuk 73,790, sedangkan koefisien persamaan garis regresi yang didapat

sebesar 0.265. Jika dibandingkan dengan nilai signifikasi sebesar 0.000 pada tabel

diatas dibawah nilai signifikan Alpha 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa nilai

koefisien persamaan garis regresi sebesar 0.078 dapat dijadikan sebagai alat

prediksi untuk menentukan setiap gejala yang terjadi pada variabel motivasi

belajar (X2), baik berupa sifat hubungan, pengaruh dan sumbangan melalui data-

data pada variabel motivasi belajar (X2). Ini berarti, jika siswa tidak memiliki

motivasi belajar untuk meningkatkan prestasi belajar, maka pendapatan yang

diperoleh sebesar 73,790 namun, jika terjadi penambahan sebesar 1 (satu) satuan,

pada variabel kemandirian dalam mengerjakan tugas (X2), maka prestasi belajar

mahasiswa akan meningkat Y= 73,790 + 0,078 + 1 = 74,868. Dari penjelasan

tersebut maka diperoleh persamaan regresi sederhana Y a + bx2 dimana a = 73,790

dan b = 0,078, sehingga persamaan garis regresinya adalah Y = 73,790 + 0,078X2..

Selanjutnya apabila dilihat dari perhitungan uji-t diperoleh sebagaimana terlihat

pada tabel diatas, nilai statistik signifikansi, pada uji-t sebesar 0.000 lebih kecil

dari nilai signifikansi Alpha sebesar 0.05 atau taraf kepercayaan 95%. Hal ini
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

mengidentifikasi bahwa persamaan garis regresi yang berbentuk sebagai alat

prediksi untuk melihat adanya gejala hubungan motivasi belajar terhadap prestasi

belajar siswa melalui data yang tersebar dan dapat diterima kebenarannya.

Selanjutnya hasil perhitungan SPSS 16.00 menunjukkan pula bahwa koefisien

determinasi (R2) Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini.

Tabel 4.17
Koefisien Determinasi (Model Summary)

Model Summary

Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
a
1 .265 .070 .046 3.152

a. Predictors: (Constant), motivasi

Dari tabel di atas dapat diketahui gambaran R menunjukkan korelasi antara

prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah 0,265.

Nilai ini menjelaskan bahwa hubungan keduanya memiliki korelasi rendah.

Adapun R Square pada tabel di atas menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2)

prestasi belajar 0,070 atau sebesar 7%. Dengan demikian, berarti bahwa prestasi

belajar diprediksi sebesar 7% dapat dijelaskan oleh motivasi belajar.

4.2.4.3 Uji Hipotesis ketiga

Uji hipotesis ketiga dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi ganda.

Dalam uji hipotesis yang ketiga ini peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara perilaku delinkuensi (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap

prestasi belajar (Y). Maka dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut, Ha:
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

terdapat hubungan antara perilaku delinkuensi dan motivasi belajar terhadap

prestasi belajar, Ho: tidak terdapat hubungan antara perilaku delinkuensi dan

motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Dengan pengambilan keputusan sebagai

berikut, Ha: jika nilai signifikansinya > nilai signifikansi Alpha (0,05), Ho: jika

nilai signifikansi < nilai signifikansi Alpha (0,05). Untuk mengetahui hubungan

ketiga variabel tersebut maka dilakukan analisis korelasi berganda. Dari hasil

perhitungan dengan bantuan program SPSS 16.00 diperoleh hasil koefisien

korelasi sebagaimana tercantum pada tabel 4.19 berikut ini:

Tabel 4.18
Hasil Analisis Korelasi Ganda Variabel Perilaku Delinkuensi (X1) dan
Motivasi Belajar (X2) terhadap Prestasi brlajar (Y)

Correlations

Perilaku motivasi Prestasi


**
Perilaku Pearson Correlation 1 .926 .258

Sig. (2-tailed) .000 .109

N 40 40 40
**
Motivasi Pearson Correlation .926 1 .265

Sig. (2-tailed) .000 .098

N 40 40 40

Prestasi Pearson Correlation .258 .265 1

Sig. (2-tailed) .109 .098

N 40 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel di atas dapat diketahui gambaran data bahwa besar hubungan antara

variabel perilaku delinkuensi dengan prestasi belajar yang dihitung dengan

koefisien korelasi adalah 0,258, variabel motivasi belajar dengan prestasi belajar

adalah 0,265. Secara teoritis, karena korelasi antara perilaku delinkuensi dengan

prestasi belajar lebih besar dari pada motivasi belajar terhadap prestasi belajar,
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

maka perilaku delinkuensi lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar

dibandingkan dengan variabel motivasi belajar.

Selanjutnya, untuk tingkat signifikansi koefisien korelasi dapat diukur dari nilai

probabilitas menghasilkan nilai sig. < 0,05. Adapun untuk pengujian keberartian

koefisien korelasi dijelaskan pada tabel 4.19 berikut ini

Tabel 4.19
Koefesien korelasi Variabel Perilaku Delinkuensi (X1) dan Motivasi Belajar
(X2) Terhadap Prestasi belajar (Y)
a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 74.100 3.571 20.748 .000

Perilaku .026 .133 .084 .199 .843

motivasi .055 .123 .188 .446 .658

a. Dependent Variable: prestasi

Dari tabel di atas nilai konstanta sebesar 74.100, artinya jika variabel perilaku

delinkuensi dan motivasi belajar tidak ada, maka perolehan nilai prestasi belajar

adalah 74,1%. Nilai koefisien regresi perilaku delinkuensi 0,026 dan koefisien

motivasi belajar sebesar 0,055. selanjutnya diperoleh model regresi Y = 74,100 +

0,026X1 + 0,055X2.

Model regresi di atas menunjukkan setiap terjadi kenaikan 1 % perilaku

delinkuensi diikuti prestasi belajar sebesar 0,026 % apabila motivasi belajar

dianggap tetap. Selanjutnya setiap kenaikan 1 % motivasi belajar akan diikuti

prestasi belajar sebesar 0,055 % apabila perilaku delinkuensi dianggap tetap.

Untuk uji signifikansi dapat dilihat pada angka Sig (signifikansi atau besaran nilai

probabilitas). Jika probabilitas > di atas 0,05 maka Ho di terima dan sebaliknya
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. Jadi berdasarkan tabel Sig perilaku

delinkuensi dan motivasi belajar dengan nilai 0,843, 0,658 < 0,05 maka Ho

ditolak dan Ha diterima.

Adapun cara lain yang digunakan untuk pengujian signifikansi terhadap koefisien

korelasi ganda dapat menggunakan rumus uji F (secara simultan) dan selanjutnya

dibandingkan dengan tabel nilai – nilai distribusi F.

= Tingkat signifikansi
= 0,312 (Nilai R Square)
K = 2 (Jumlah Variabel Bebas)
n = 40 (Jumlah Sampel)

Fhitung= 2,618

Selanjutnya nilai Fhitung dibandingkan dengan harga Ftabel dengan dk pembilang = k

dan dk penyebut = (n – k – 1). Jadi dk pembilang = 2 dan dk penyebut = 40 – 2 –

1 = 37 dengan taraf kesalahan 5%, harga Ftabel ditemukan = 3,23 (lampiran tabel

nilai-nilai distribusi F). Ternyata harga Fhitung > Ftabel (2,618 > 3,23). Karena Fhitung

> Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi koefisien korelasi ganda yang

ditemukan adalah signifikan dan dapat diberlakukan untuk seluruh populasi.

Untuk melihat besarnya kontribusi variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y dalam

artian dianalisis kemampuan variabel prediktornya dalam memprediksi variabel

kriteriumnya dapat dilihat dari tabel 4.21 Koefisien Determinasi (R2) berikut :

Model Summary
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
a
1 .267 .071 .021 3.192

a. Predictors: (Constant), motivasi, Perilaku

Berdasarkan analisis dari tabel di atas menunjukkan besarnya korelasi (R) antara

variabel perilaku delinkuensi dan motivasi belajar dengan prestasi belajar yaitu

sebesar 0,267. Nilai tersebut menunjukkan hubungan korelasi yang cukup atau

sedang antara antara variabel XI dan X2 dengan Y. Selanjutnya R Square

(koefisien determinasi/R2) sebesar 0,071 memberi pengertian bahwa 7,1% prestasi

belajar ditentukan oleh perilaku delinkuensi dan motivasi belajar sedangkan

sisanya (100% - 7,1% = 92,9%) merupakan kontribusi faktor yang tidak diteliti.

b. Pembahasan Hasil penelitian

Hubungan perilaku delinkuensi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran kelas XI IPS di SMA PGRI 2 Kota Jambi, dalam

penelitian ini terdapat tiga (3) rumusan masalah yaitu : (1) Apakah terdapat

hubungan perilaku delinkuensi terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

ekonomi kelas XI IPS di SMA PGRI 2 Kota Jambi, (2) Apakah terdapat hubungan

motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi

kelas XI IPS di SMA PGRI 2 Kota Jambi, (3) Apakah terdapat hubungan perilaku

delinkuensi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran ekonomi kelas XI IPS di SMA PGRI 2 Kota Jambi.

Dalam rumusan masalah pertama yaitu, Apakah terdapat hubungan perilaku

delinkuensi terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI

IPS di Kota Jambi, berdasarkan analisis dengan menggunakan korelasi parsial

diperoleh r hitung 0,926 nilai r tabel 0,312 nilai tersebut menunjukkan adanya
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

hubungan/korelasi yang signifikan antara perilaku delinkuensi terhadap prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS di SMA PGRI 2 Kota

Jambi. Jika nilai korelasi tersebut diinterpretasikan maka termasuk dalam kategori

tinggi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prilaku delinkuensi

sepenuhnya mempengaruhi prestasi belajar, masih banyak faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar, hal ini sependapat dengan Sudjana (2005: 39),

“hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri siswa

itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan”. Faktor

yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor dari

luar diri siswa adalah lingkungan belajar, yang paling dominan salah satunya

adalah kualitas pengajaran,kemudian hubungan siswa dengan guru dan

teman,waktu belajar,disiplin sekolah.

Dalam rumusan masalah kedua yaitu apakah terdapat hubungan antara motivasi

belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS

di SMA PGRI 2 Kota Jambi. Berdasarkan analisis korelasi parsial diperoleh r

hitung sebesar 0,265 sedangkan nilai r table 0,312 nilai tersebut menunjukkan

adanya hubungan/korelasi yang signifikan antara motivasi belajar terhadap

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS SMA PGRI 2

Kota Jambi. Jika nilai korelasi tersebut diinterpretasikan maka termasuk dalam

kategori rendah. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar tidak

sepenuhnya mempengaruhi prestasi belajar, masih banyak faktor-faktor lain yang

juga mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini sejalan dengan (Suryabrata,

2001:232) Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai hasil kecakapan yang baru dari
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

proses belajar seseorang yang mempunyai prestasi yang baik dalam belajarnya,

artinya ia mendapatkan kecakapan yang baru dari apa yang dipelajarinya.

Dalam rumusan masalah ke tiga yaitu apakah terdapat hubungan perilaku

delinkuensi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran ekonomi kelas XI IPS di SMA PGRI 2 Kota Jambi, berdasarkan analisis

korelasi ganda diperoleh r hitung sebesar 0,267 sedangkan nilai r tabel 0,312 nilai

tersebut menunjukkan adanya hubungan/korelasi antara perilaku delinkuensi dan

motivasi belajar terhadap prestasi belajar. jika nilai korelasi tersebut

diinterpretasikan maka termasuk dalam kategori sedang, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa perilaku delinkuensi dan motivasi belajar tidak sepenuhnya

mempengaruhi prestasi belajar, masih banyak faktor-faktor lain yang juga

mempengaruhi berikut perilaku delinkuensi merupakan suatu bentuk perbuatan

anti sosial, melawan hukum negara, norma-norma masyarakat dan norma-normaa

gama serta perbuatan yang tergolong anti sosial yang menimbulkan keresahan

masyarakat,sekolah maupun keluarga, akan tetapi tidak tergolong pidana umum

maupun khusus, yang dilakukan oleh orang yang belum dewasa (anak dan

remaja). . Raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau prestasi belajar (Suryabrata, 2001:296).


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku delinkuensi terhadap

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI di SMA PGRI 2

Kota Jambi. R Square menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar

0,066. Dengan demikian menunjukkan hubungan perilaku delinkuensi

terhadap prestasi belajar siswa sebesar 6,6% jadi, dapat dikatakan tinggi

rendahnya prestasi belajar disebabkan perilaku delinkuensi siswa.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar terhadap prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota

Jambi. R Square menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,070.

Dengan demikian menunjukkan hubungan antara motivasi belajar terhadap

prestasi belajar siswa sebesar 7% jadi, dapat dikatakan tinggi rendahnya

prestasi siswa disebabkan motivasi belajar siswa.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku delinkuensi dan motivasi

belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI

IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi. R Square menunjukkan nilai koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,071 memberi pengertian 7,1% prestasi belajar

siswa ditentukan oleh perilaku delinkuensi dan motivasi belajar, sedangkan

sisanya (100% - 7,1% = 92,9%) merupakan kontribusi faktor yang tidak

diteliti.
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :

1) Kepada guru terutama guru mata pelajaran ekonomi sebaiknya diharapkan

lebih meningkatkan motivasi belajar kepada siswa, suatu dorongan atau daya

penggerak dari dalam diri individu yang memberikan arah dan semangat pada

kegiatan belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.Jadi peran

motivasi bagi siswa dalam belajar sangat penting.Dengan adanya motivasi

akan meningkatkan, memperkuat dan mengarahkan proses belajarnya,

sehingga akan diperoleh keefektifan dalam belajar.

2) Perlu adanya upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan cara

menekan tingginya angka siswa yang berperilaku delinkuensi dan

memotivasi siswa dalam pelajaran dengan memberikan arah dan semangat

pada kegiatan belajar ke siswa.

3) Kepada siswa diharapkan agar mematuhi peraturan-peratuan di sekolah dan

norma-norma yang berlaku agar tidak terjadi perilaku delinkuensi yang

merugikan diri sendiri dan orang lain dengan melanggar norma-norma

hukum.

4) Untuk Penelitian Selanjutnya

Bagi peneliti hendaknya dapat melakukan penelitian sejenis dengan

melibatkan variabel yang lain, sehingga dapat mengetahui faktor-faktor

lain yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

DAFTAR FUSTAKA

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta.

Bynum & Thompshon. 1996. Department of justice in the National Crime.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1992. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah Saiful Bahri.1994. Prestasi belajar & Kompetensi Guru. Jakarta:


Rineka Cipta.

Hamalik Oemar.2007. Psikologi Belajar Dan Manager. Bandung: Sinar Baru


Algessindo.

Hamalik, Oemar. 1994. Psikologi Belajar Dan Manager. Bandung: Sinar Baru
Algessindo.

Kartono.1998. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta: Grafindo Persada

Nasution, S. 1996. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Papalia. 2003. Psikologi Remaja.

Santrock.2003. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga

Sardiman A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Sarwono.2006. Psikologi Remaja, Jakarta: RajaGrafindo Persada

Siagian P Sondang.2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta

Simanjuntak.B.1984. Latar Belakang Kenakalan Remaja (etiologi Juvenile


Delinquency), Alumni Bandung

Slameto.2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta

Sudarsono.1997. Kenakalan Remaja, Prevensi, Rehabilitasi dan Resosialiasasi.


Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, Dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Dicetak pada tanggal 2020-11-25
Id Doc: 589c899b81944d341049403c

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:


CV. Alfabeta.

Sumadi Surya Brata.1983. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Wali

Suryabrata, S. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syah Muhibbin.2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :


Remaja Rosda Karya

Tirtonegoro, Sutratina. 2001. Anak Supernormal Dan Program Pendidikannya.


Jakarta: Bina Aksara.

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Prestasi Belajar. Jakarta: PT.
Grasindo.

Umar, Husein. 2003. Riset Akuntasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

www.Findamo.com/search.html? Category=web&q=Perilaku+delinkuensi
(Diakses tanggal 27 Oktober 2014)

Anda mungkin juga menyukai