SKRIPSI
Oleh:
Diky Rizky Fadilah
NIM. 6661100168
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini
penulis buat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Hasil penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materil.Maka
dengan ketulusan hati dan dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Ucapan dan rasa hormat serta terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
3. Kandung Sapto Nugroho, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
5. Gandung Ismanto, S.Sos., MM selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
6. Rahmawati, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
7. Ipah Ema Jumiati, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
motivasi dan semangat bagi penulis dalam setiap bimbingan yang telah
10. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah mendidik dan
12. Sekretaris Daerah Kabupaten Serang beserta seluruh pegawai yang telah
telah banyak membantu memberikan data dan saran dalam penelitian ini.
14. Camat beserta seluruh pegawai Kecamatan Pabuaran yang telah memberikan
15. Kepala Desa Tanjungsari dan Sekretaris Desa Tanjungsari yang telah
16. Ketua dan Wakil Ketua Badan Permusyawaratan Desa Tanjungsari yang telah
penelitian ini.
18. Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa,
19. Keluarga penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan serta
Sughron, Akbar, dkk) serta teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
21. Terima kasih pula kepada seseorang yang telah mendampingi penulis dalam
menyadari banyak ditemukan kekurangan dalam penyajian materi. Oleh karen itu
penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut. Penulis mengharapkan
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, khususnya bagi yang
membaca dan semoga skripsi ini dapat membantu para peminat ilmu Administrasi
bagi khalayak yang ingin mengetahui tentang partisipasi Desa Tanjungsari dalam
Penulis
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
DASAR PENELITIAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...............................................................................................99
Halaman
2012 .......................................................................................................62
Halaman
Irawan ...............................................................................................57
memerlukan tatanan, sistem dan landasan atau komitmen dasar yang dijadikan
memang sangat diperlukan dan memiliki arti yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat.
Pada saat ini sistem demokrasi tumbuh dan berkembang sangat pesat di
Salah satu hal yang paling berkaitan dengan demokrasi adalah kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah.Apakah kebijakan yang dibuat sesuai dengan jalan
demokrasi atau tidak, pro rakyat atau tidak. Dengan adanya suatu kebijakan yang
pro rakyat maka demokrasi akan berjalan dengan semestinya. Tetapi perlu diingat
bahwa keberhasilan dalam suatu implementasi kebijakan tidak hanya dilihat dari
suatu kebijakan.
diperlukanlah pembangunan basis yang kuat demi tujuan demokrasi, kita juga
itu, pemerintah daerah mendapat otonomi yang lebih luas dalam membiayai
demikian diharapkan akan lebih terbuka ruang bagi aparat di daerah untuk
kebutuhannya.
Munculnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang
proses besar demokratisasi suatu otonomi, melainkan langkah awal dari proses
Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengakui adanya otonomi yang dimiliki desa
ataupun dengan sebutan lain, dikatakan demikian mengingat bahwa ujung tombak
menegaskan bahwa desa atau sebutan lain adalah kesatuan masyarakat hukum
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Bab 1, Pasal 1, menegaskan bahwa desa
adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan atau hak
memposisikan desa pada level yang sangat strategis dibandingkan dengan produk
perundang-undangan sebelumnya, karena pengakuan otonomi yang dimiliki oleh
politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum negara dan bangsa ini
institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting dalam kehidupan
dan hukumnya sendiri serta relatif mandiri. Hal ini antara lain ditunjukan dengan
tingkat keragaman yang tinggi. Ini mengandung makna bahwa desa memiliki
Desa. Undang-undang (UU) tentang desa yang telah disahkan Dewan Perwakilan
rumah tangganya sendiri dengan tidak meninggalkan asal-usul serta kearifan lokal
Pasal 67-68
maka tiap desa akan mendapatkan kucuran dana dari pemerintah pusat melalui
APBN lebih kurang Rp. 1 Miliar per tahun. Hal tersebut dijelaskan pada Pasal 72
Huruf d, disebutkan "alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana
Khusus".
“Kepala Desa dan Perangkat Desa memperoleh gaji dan penghasilan tetap setiap
bulan.” Penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa bersumber dari dana
APBD. Selain penghasilan tetap yang dimaksud, Kepala Desa dan Perangkat Desa
adalah enam tahun dan dapat menjabat paling banyak tiga kali masa jabatan
secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut (pasal 39). Demikian juga
dengan masa jabatan Badan Permusyawaratan Desa, mereka bisa menjabat paling
banyak tiga kali masa jabatan, baik secara berturut turut maupun tidak berturut-
turut. Hal Ini berbeda dengan Undang-Undang yang berlaku sebelumnya yaitu UU
Nomor 32 Tahun 2004, Kepala Desa dan BPD hanya bisa menjabat paling banyak
Selain tiga hal yang telah peneliti paparkan, dalam UU Desa tersebut akan
sebagaimana diatur dalam Pasal 72 UU Desa ayat (5) “Dalam rangka pengelolaan
Disini ada penambahan fungsi BPD yaitu pada huruf c yaitu melakukan
pengawasan kinerja Kepala Desa. Hal ini berbeda dengan Undang-Undang Nomor
pada keuangan desa. UU Desa ini mengatur tentang alokasi dana dari pemerintah
desa, yakni BPD.Badan di tingkat desa ini berperan untuk turut membahas dan
tinggi agar undang-undang tersebut dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan tujuan.
ini tidak semata didominasi oleh elite-elite desa (Pamong Desa, BPD, Pengurus
seperti perempuan, pemuda, kaum tani, buruh dan sebagainya. Dari sisi proses,
program pembangunan dan APBDES, dan lain-lain), antara lain melalui forum
RT, Musbangdus, Musbangdes maupun Rembuk Desa. Forum-forum itu juga bisa
sementara bagi masyarakat bisa digunakan untuk voice, akses dan kontrol
voice (suara): setiap warga mempunyai hak dan ruang untuk menyampaikan
pembangunan desa dan akses terhadap sumber daya lokal.Ketiga, kontrol, yakni
pelaksanaan pembangunan.
institusi demokrasi desa selama ini berada dalam kondisi yang tidak kondusif
pedesaan).
sering kali ditentukan secara masif yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan.
masih belum menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khususnya dalam pembuatan
partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tetapi juga
yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran serta kelompok
pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak terarah, yang akhirnya
masyarakat, pembangunan juga membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih
efisien segi pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi
pembangunan ini penting karena akan menentukan di mana peran pemerintah dan
di mana peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu berperan secara optimal
dan sinergi.
kemampuan masyarakat setempat untuk mengakses potensi sumber daya yang ada
perlu dipenuhi.Meskipun hasil harus terbatas pada beberapa hal yang dianggap
pembangunan pedesaan yang masih dilakukan secara sepihak dari atas (Top-
Down). Sehingga sasaran pembangunan tidak sesuai dengan aspirasi dan harapan
masyarakat setempat.
satu tujuan dari implementasi otonomi desa tersebut adalah: ” Otonomi Desa
dapat menjadi wahana yang baik bagi peningkatan partisipasi masyarakat dalam
intinya adalah agar masyarakat ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan
Tanjungsari karena desa tersebut memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh desa
Kampung Pancasila.
ditandatangani oleh Bupati Kabupaten Serang, Drs. H.A Taufik Nuriman, MM.
MBA, pada 03 Oktober 2011.Prasasti tersebut menyatakan bahwa Desa
pancasila yang lain, hanya ada satu kampung pancasila di Banten, yakni di Desa
sebagai kampung pancasila tidak mudah didapat, apalagi sampai disahkan oleh
Bupati. Tapi di sisi lain, gelar atau sebutan ini merupakan suatu amanah yang
sangat besar kepada Desa Tanjungsari agar isi dan makna dari pancasila dapat
Gambar 1.1
diadakan oleh BPPMD Provinsi Banten pada tahun 2014, Desa Tanjung sari
1.1).
Tabel 1.1
Undang-undang Desa ini.Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui bersama, dan
gemborkan dan menjadi isu sentral hanyalah terkait pemberian anggaran dari
pusat sekitar Rp. 1 Miliar rupiah per desa kepada seluruh desa di Indonesia.Di
satu sisi mungkin hal itu merupakan terobosan baru yang dipandang positif,
karena dapat menjadi stimulanbagi peningkatan pembangunan perdesaan. Tetapi
Dari latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas, maka
Desa.
jikalau desa akan mendapatkan dana sebesar Rp. 1 Miliar lebih, tetapi
paparkan, maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti
tentang Desa?”
Peneliti dalam penelitian ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yakni
Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa, yang dalam hal ini peneliti mengambil
Manfaat yang ingin peneliti peroleh dari penelitian peneliti yang berjudul
1. Secara Teoritis
kebijakan publik.
2. Secara Praktis
Jika dilihat secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi diri
peneliti sendiri, peneliti dapat mengetahui lebih jauh dan lebih dalam
mengenai seluk beluk tentang desa. Kemudian bagi pihak terkait dalam
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Studi Kasus BAB VIII,
juga hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan masukan yang
penting bagi semua pihak yang berkaitan dengan Undang-undang
tersebut.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam BAB I yaitu pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah yang
menggambarkan ruang lingkup serta kedudukan masalah yang akan diteliti dalam
bentuk uraian secara deduktif. Identifikasi Masalah yaitu masalah yang muncul
Masalah yaitu menetapkan masalah yang paling urgen yang sesuai dengan judul
Dalam BAB II yaitu tinjauan pustaka merupakan acuan atau dasar yang
kemukakan dan merupakan fokus penelitian. Selain itu peneliti juga menjelaskan
yang menjelaskan proses penyusunan data dan jenis alat yang digunakan dalam
Dalam BAB IV yaitu hasil penelitian terdiri dari desain penelitian yang
pendekatan kualitatif.
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
bahwa:
meramalkan fenomena.
concepts, definition, and proposition that are advanced to explain and predict
phenomena (fact).”
Teori merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang
masalah penelitian. Untuk itu pada bab ini peneliti menggunakan beberapa teori
yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Teori dalam ilmu
Oleh karena itu, peneliti akan menguraikan beberapa teori yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Beberapa hal yang akan diuraikan adalah mengenai,
konsep kesiapan, konsep tata kelola, konsep kebijakan, dan konsep mengenai
desa.
Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D (2011: 61-63)
gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam
pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau
pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap
tujuan.
pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik
yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat
dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase
keberhasilan program.
keterlibatan suatu individu atau kelompok dalam pencapaian tujuan dan adanya
2. Bentuk Partisipasi
Bentuk partisipasi menurut Effendi yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D
terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan
b. Partisipasi horizontal
lainnya.
Menurut Basrowi yang dikutip Siti Irene Astuti D (2011: 58), partisipasi
a. Partisipasi fisik
seorang pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk
cita bersama ini ingin dicapai melalui usaha bersama, dan untuk itu perlu
(Budiardjo:2008:20).
berikut:
definisi kebijakan publik, ada baiknya kita membahas beberapa konsep kunci
komunikasi bagi para perumus dan analisis kebijakan publik juga dalam rangka
lapangan yang membutuhkan definisi secara tepat. Dalam penelitian ini, definisi
dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
tentang Desa. Menurut Undang-undang No 06 Tahun 2014, desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa pasal tiga, asas-asas tersebut di antaranya
adalah:
a) rekognisi;
b) subsidiaritas;
c) keberagaman;
d) kebersamaan;
e) kegotongroyongan;
f) kekeluargaan;
g) musyawarah;
h) demokrasi;
i) kemandirian;
j) partisipasi;
k) kesetaraan;
l) pemberdayaan; dan
m) keberlanjutan.
potensi Desa.
a. batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak
pembentukan;
2) wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau 1.000
keluarga; dan
9) wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 (lima ratus)
f. batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang
dan
perundang-undangan.
4. Dalam wilayah Desa dibentuk dusun atau yang disebut dengan nama lain
yang disesuaikan dengan asalusul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya
masyarakat Desa.
Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu
pemerintah kabupaten/kota
Pemerintah.
sumpah/janji.
perundang-undangan; dan
peraturan perundang-undangan.
dilaksanakan; dan
kepentingan di Desa;
Desa;
Desa wajib:
anggaran; dan
anggaran.
2.1.3.6 Perangkat Desa
sederajat;
tahun;
Kabupaten/Kota.
dan dapat dipilih lagi untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.Syarat dan tata
cara penetapan anggota dan pimpinan badan permusyawaratan desa diatur dalam
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan
Kabupaten/Kota;
f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
sedikit 10% dari pajak dan retribusi daerah.Alokasi dana Desa paling sedikit 10%
oleh peneliti terdahulu mengenai undang-undang ini masih sulit untuk ditemukan,
peneliti telah mencari ke beberapa perguruan tinggi, tetapi belum ada penelitian
yang fokusnya sama dengan peneliti. Tetapi walaupun fokusnya tidak sama
2014, ada beberapa penelitian yang masih berkaitan dengan fokus yang peneliti
teliti. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti akan
memberikan arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama
memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut tetapi juga berhak untuk
tersebut.Ketiga, prinsip value for money. Prinsip ini berarti diterapkannya tiga
pokok dalam proses penganggaran yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektif. Ekonomi
berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan
kualitas tertentu pada harga yang murah. Efisiensi berarti bahwa penggunaan
Poin terpenting dalam undang-undang baru ini terdapat pada pasal 72 ayat
(1) huruf b, yang menyatakan bahwa setiap desa akan menerima dana yang
bersumber dari APBN. UU Desa ini mengatur tentang alokasi dana dari
pemerintah pusat, desa juga dimungkinkan mendapat kucuran dana dari APBD
Provinsi, Kabupaten/Kota.
Lebak. Serta ada empat Kota, yakni Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang,
dan Kota Tangerang Selatan. Dari banyaknya Kabupaten dan Kota di Banten,
terdapat desa-desa terbaik setiap tahunnya yang terpilih berdasarkan lomba desa
Dalam perlombaan desa pada tahun 2014 ada tiga desa terbaik yang
Juara 1), Desa Sawarna Timur (Kabupaten Lebak, Juara 2), dan Desa Tanjungsari
(Kabupaten Serang, juara 3). Ada salah satu desa yang menarik di antara ketiga
desa terbaik itu, yaitu Desa Tanjungsari.Selain merupakan desa terbaik ketiga se-
tersebut, peneliti menggunakan asas pengaturan desa yang terdapat pada Undang-
undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa.Untuk mengetahui secara lebih jelas
alur berpikir yang menjadi kerangka berpikir dalam penelitian ini, dapat
OUTPUT
Mengetahui Partisipasi Desa Tanjungsari dalam
menghadapi Undang-undang No 06 Tahun 2014 Tentang
Desa
2.4 Asumsi Dasar Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah yaitu objek yang apa
adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti
memasuki objek dan setelah keluar dari objek relatif tidak berubah.
tentang Desa.
2014.
acuannya.
a) rekognisi;
b) subsidiaritas;
c) keberagaman;
d) kebersamaan;
e) kegotongroyongan;
f) kekeluargaan;
g) musyawarah;
h) demokrasi;
i) kemandirian;
j) partisipasi;
k) kesetaraan;
l) pemberdayaan; dan
m) keberlanjutan.
Dalam penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat dalam proses
pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam
penelitian disebut juga instrument penelitian atau dengan kata lain bahwa pada
dasarnya instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu
sendiri (human instrument).Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
wawasan terhadap bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti untuk memasuki
bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono,
2012:59).
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan atau data sekunder
diperlukan selama proses penelitian. Informan ini terbagi menjadi dua, yaitu
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah setiap orang
Tabel 3.1
Informan Penelitian
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
berikut:
1. Wawancara
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatapan muka antara
penelitian.
terdiri dari informan kunci dan informan sekunder, kriteria informan dan
Tabel 3.2)
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
4. Pengamatan/Observasi
dan cara yang tidak berperan serta (non partisipan). Pada pengamatan
5. Dokumentasi
penelitian yang diperoleh dari berbagai referensi baik buku ataupun jurnal
2. Transkrip data
Pada tahap ini, peneliti merubah catatan dalam bentuk
tulisan (apakah itu berasal dari tape recorder atau catatan tulisan
tangan). Peneliti ketik persis seperti apa adanya (verbatim).
3. Pembuatan koding
Pada tahap ini, peneliti membaca ulang seluruh data yang
sudah ditranskrip. Pada bagian-bagian tertentu dari transkrip data
tersebut akan transkrip menemukan hal-hal penting yang perlu
peneliti catat untuk proses selanjutnya. Dari hal-hal penting
tersebut nanti akan diberi kode.
4. Kategorisasi data
Pada tahap ini, peneliti mulai menyederhanakan data
dengan cara “mengikat” konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam
suatu besaran yang dinamakan “kategori”.
5. Penyimpulan sementara
Pada tahap ini, peneliti mengambil kesimpulan masih
bersifat sementara.Kesimpulan ini 100 % harus berdasarkan data
dan data yang didapatkan tidak dicampurkan dengan pikiran dan
penafsiran sendiri.
6. Triangulasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan proses chek dan recheck
antara satu sumber data dengan sumber data yang lainnya, dengan
menggunakan metode triangulasi. Dengan triangulasi data
tersebut, maka dapat diketahui apakah informan/narasumber
memberikan data yang sama atau tidak.
7. Penyimpulan akhir
Kesimpulan akhir diambil ketika peneliti sudah merasa
bahwa data peneliti sudah jenuh (saturated) dan setiap
penambahan data hanya berarti ketumpang tindihan (redundant).
Langkah-langkah dalam melakukan analisis data secara lebih jelas
dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut yaitu:
Gambar 3.1
Komponen-Komponen Analisis Data Model Prasetya Irawan
Adapun pada penelitian ini, teknik triangulasi yang peneliti gunakan adalah teknik
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber
melalui hasil wawancara atau disebut juga dengan mewawancarai lebih dari satu
Kabupaten Serang. Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2014
Tabel 3.3
Tahun 2014-2015
No Kegiatan Bulan
Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags
1. Penelitian Awal
Penyusunan
2.
Proposal
Proses
3. Pencarian Data
di Lapangan
3. Bimbingan
4. Penyerahan
Proposal
5. Ujian Proposal
Perbaikan
6.
Proposal
Penelitian
7.
Lapangan
Pengolahan
8.
Data
Penyusunan
Laporan
9.
Penelitian dan
Bimbingan
10. Sidang Skripsi
11. Revisi Skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
geografis terletak posisi koordinat antara 105º7' - 105º22' Bujur Timur dan
Kabupaten Serang dari arah utara ke selatan terdiri dari wilayah rawa
Utara merupakan wilayah yang datar dan tersebar luas sampai ke pantai,
karena tanahnya sebagian besar tertutup oleh tanah endapan Alluvial dan batu
sungai yang besar dan penting yaitu Sungai Ciujung, Cidurian, Cibanten,
Pontang, Pulo Ampel, Tanara, Tirtayasa, Tunjung Teja, Lebak Wangi dan
dari desa-desa yang semuanya merupakan daerah dataran tanpa ada lembah
maupun pantai (lihat tabel 4.1). Dengan batas-batas wilayah antara lain:
Kecamatan Taktakan
2) Sebelah Barat : Kecamatan Ciomas
Kota Serang
Kecamatan Baros
Tabel 4.1
40,42 Km2 . Luas wilayah Kecamatan Pabuaran terdiri dari luas wilayah Desa
(2,47 Km2), Desa Pabuaran (6,28 Km2), Desa Pancanegara (5,45 Km), Desa
rukun warga (RW), dan 150 rukun tetangga (RT), (lihat Tabel 4.4).
Tabel 4.3
Desa/Kelurahan Kampung/Dusun RW RT
001 Tanjungsari 11 6 17
002 Kadubereum 17 4 18
003 Pasanggrahan 16 4 16
004 Pabuaran 32 9 32
005 Pancanegara 20 9 24
006 Sindangheula 15 5 17
007 Sindangsari 14 5 18
008 Talagawarna 6 2 8
Jumlah 131 44 150
Sumber: Kecamatan Pabuaran Dalam Angka, BPS Kab. Serang (2013)
terdiri dari 20.425 jiwa laki-laki dan 18.899 jiwa perempuan dengan rasio
Tabel 4.6
wilayah 434 Ha, yang terdiri dari luas pemukiman 90 Ha, luas persawahan
110 Ha, luas perkebunan 212 Ha, luas kuburan 4 Ha, luas pekarangan 9 Ha,
perkantoran 1,3 Ha, dan luas prasana umum lainnya 6,70 Ha. Desa
penduduk laki-laki 1712 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1629 jiwa.
dengan kepadatan penduduk 621 per Km. Dari jumlah penduduk yang telah
4.8).
Tabel 4.8
PENDIDIKAN
Tingkatan Pendidikan Laki-laki Perempuan Total
Tamat D-3/sederajat 2 orang 1 orang 3 orang
Tamat S-1/sederajat 13 orang 8 orang 21 orang
Tamat S-2/sederajat 1 orang 1 orang 2 orang
Tamat SD/sederajat 793 orang 703 orang 1496 orang
Tamat SMA/sederajat 193 orang 186 orang 379 orang
Tamat SMP/sederajat 315 orang 250 orang 565 orang
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 45 orang 17 orang 62 orang
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play 100 orang
40 orang 60 orang
group
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 350 orang 310 orang 660 orang
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah 18 orang
10 orang 8 orang
sekolah
Jumlah Total 3306 orang
Sumber: Monografi Desa Tanjungsari
Penduduk Desa Tanjungsari dalam sistem ekonominya, mereka
antara lain: buruh tani, buruh harian lepas, pedagang, karyawan swasta, PNS,
wiraswasta, guru, dan pekerjaan lainnya. Tetapi, masih ada masyarakat Desa
Tanjungsari yang belum bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan tetap (lihat
Tabel 4.9).
Tabel 4.9
dalam bidang yang lain. Walaupun dengan beberapa kekurangan yang ada, Desa
Tanjungsari tetap berusaha untuk menjadi desa yang terbaik dalam kehidupan
telah diraih.
Gambar 4.1
Desa Tanjungsari menjadi juara pertama dalam lomba K3, hal ini menandakan
bahwa Desa Tanjungsari telah berusaha untuk menjaga lingkungan desa agar
2012, Desa Tanjungsari menjadi juara pertama dalam lomba desa tingkat
Gambar 4.2
Desa Terbaik dan memenangkan juara pertama dalam lomba desa se-Kecamatan
Gambar 4.3
juara pertama dibangdingkan dengan desa yang lain, yang ada di Kecamatan
bernegara. Dari beberapa prestasi yang telah peneliti paparkan dengan gambar di
atas, ada prestasi yang lebih menarik dari Desa Tanjungsari, yakni Desa
2014 dan merupakan Desa Terbaik ketiga di Provinsi Banten pada perlombaan
desa terbaik Tahun 2014, (lihat Tabel 4.10). Kemudian Kampung Kadukacapi
Tabel 4.10
pancasila yang lain, hanya ada satu kampung pancasila di Banten, yakni di Desa
sebagai kampung pancasila tidak mudah didapat, apalagi sampai disahkan oleh
Bupati. Tapi di sisi lain, gelar atau sebutan ini merupakan suatu amanah yang
sangat besar kepada Desa Tanjungsari agar isi dan makna dari pancasila dapat
telah peneliti dapatkan dari hasil observasi yang dilakukan selama proses
dan kalimat yang berasal baik dari hasil wawancara dengan informan
apa yang diharapkan. Informan sudah ditentukan dari awal karena peneliti
sebagai berikut:
penelitian ini maka peneliti pun mengambil informan dari pihak masyarakat
dan RW. Selain itu, peneliti mengambil informan dari stakeholder yang
terkait yakni, LPM Desa Tanjungsari, PKK Desa Tanjungsari, Karang Taruna
Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa. Pada tahap ini pengumpulan
ini dilakukan agar data yang didapat valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tahap yang kedua dalam analisis data adalah transkrip data mengenai
catatan dalam bentuk tulisan (apakah itu berasal dari tape recorder atau
Tahap yang ketiga dalam analisis data adalah koding data dari data-
data yang telah peneliti dapatkan dari berbagai sumber mengenai Analisis
Tahun 2014 Tentang Desa.Pada tahap ini, peneliti membaca ulang seluruh
data yang sudah ditranskip. Pada bagian-bagian tertentu dari transkip data
tersebut akan menemukan hal-hal penting yang perlu peneliti catat untuk
proses selanjutnya. Dari hal-hal penting tersebut nanti akan diberi kode.
Adapun proses pengkodingan data dalam penelitian ini, peneliti sajikan dalam
Tentang Desa. Pada tahap ini peneliti mulai menyederhanakan data dengan
sebagai berikut:
Tabel 4.12
Kategorisasi Data
sementara ini dimaksudkan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu
data dan sebagai tolak ukur sejauh mana data didapat untuk menjawab
rumusan masalah yang nantinya data tersebut akan di uji kembali atau
triangulasi data.
hanya tahu jikalau desa akan mendapatkan dana sebesar Rp. 1 Miliar lebih,
4.2.3.6 Triangulasi
adalah menjawab rumusan masalah yang telah dibuat oleh peneliti pada awal
fakta yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan
Tahun 2014. Seperti yang disampaikan oleh I2-2, yang menyatakan bahwa:
menilai bahwa SDM di Desa Tanjungsari harus mempunyai skill yang baik
Tahun 2014 sesuai dengan tujuan. Seperti yang disampaikan oleh I3-3 , yang
menyatakan bahwa:
Nomor 06 Tahun 2014 dengan baik dan merespon dengan positif. Namun ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan secara bijak, yakni berkenaan dengan
kejujuran dan transparansi yang harus ditingkatkan agar Undang-undang
2014 Tentang Desa. Banyak yang menilai bahwa dengan adanya Undang-
I1-3 menyatakan hal yang sama: “Menurut saya, saya sangat mendukung.
memperbaiki desa.”
mendukung saja, itu kan program pemerintah. Kita di sini kan pemerintah
Milyar, masyarakat harus dikumpulkan di balai desa. Ini ada uang 1 Milyar,
Sama halnya seperti yang disampaikan oleh I2-4, I3-3 juga menyatakan
undang Nomor 06 tahun 2014, masyarakat harus siap terlebih dahulu secara
SDMnya.I3-3 menyatakan:
Nomor 06 tahun 2014 Tentang Desa, namun ada beberapa hal yang harus
Tentang Desa, perlu adanya konsep yang matang dalam bidang perencanaan
desa.Salah satu perencanaan yang harus ada adalah RKP Desa dan RPJM
Desa.Ini adalah salah satu bentuk partisipasi yang dilakukan oleh Pemerintah
Tentang Desa.
“Sudah kita siapkan dari sebelum Undang-undang ini diterapkan, kita sudah
Tahun 2014”.
yang senada dengan Kaur Umum Desa Tanjungsari, I1-4 menyatakan: “Kita
sudah punya, dari fisik kita sudah punya RPJM Des 2014-2019 nanti dana
desa itu mudah-mudahan terdanai uang ke desa ini, nanti tiap tahun apa dulu
sasarannya sesuai dengan visi misi Kepala Desa dan yang tertuang dalam
RPJM Des.Selain pembangunan dan kesejahteraan, ada satu poin lagi yang
Tanjungsari berpendapat bahwa BPD pun mempunyai hak untuk ikut serta
berpartisipasi menghadapi Undang-undang Nomor Tahun 2014, beliau
menuturkan:
telah dilakukan secara matang oleh Aparatur Pemerintahan Desa. RPJM Desa
dan RKP Desa telah disusun untuk persiapan mengelola dana desa yang
Pemerintah Desa.
Dalam hal ini, diperlukan inisiatif yang tinggi dan kepekaan dari
masyarakat Desa Tanjungsari memiliki inisiatif yang tinggi dan respon yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjungsari jikalau ada suau kendala atau
“Kalau kendala-kendala yang kita hadapi tidak bisa dipecahkan oleh desa, ya
dengan Undang-undang.”
Ada bentuk partisipasi lain yang dikemukakan oleh I1-3 dan I1-4 selaku
menjelaskan: “Kita selalu rapat dengan RT, kita ingin tahu permasalahan
yang ada. Karena Desa Tanjungsari luas, kita menyaring aspirasi dari
“Kita harus sesuai aturan, saya akan melakukan apa yang akan
saya lakukan. Untuk pencairan dana itu tidak semudah apa yang kita
bayangkan. Kasi membuat rencana anggaran, kemudian dilaporkan ke
Sekdes, dari Sekdes memberi rekomendasi ke Bendahara. Kalau
pengajuannya tidak sesuai spesifikasinya tidak akan saya acc, nanti
akan saya suruh revisi. Untuk laporan, bendahara itu menghimpun
laporan-laporan dari Kasi-kasi.Mereka yang membuat laporan atau
SPJ, saya yang menghimpun semuanya.”
Tahun 2014:
ditambahkan olehI2-2 : “Kalau ada masalah, kalau uangnya untuk ini tidak
jelas, untuk itu tidak jelas, saya akan ngobrol sama BPD uangnya sudah
sampai di mana? Kalau BPD dan Aparat Desanya tidak tahu, ya apaboleh
Dan menurut penilaian peneliti, banyaknya cara dan langkah yang dilakukan
desa bisa lebih baik dari pada sebelumnya. Katanya pak jokowi bilang kerja,
belum ada pencairan dana desa yang bersumber dari APBN, bahkan saat ini
revisi.
Selain itu ada hal yang sangat penting yang akan mempengaruhi jalannya
undang Nomor 06 Tahun 2014. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah peneliti
Nomor 06 Tahun 2014, peneliti dapat menilai bahwa secara umum mereka
merespon dengan positif. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan secara
bijak, yakni berkenaan dengan kejujuran dan transparansi yang harus ditingkatkan
agar Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 ini dapat berjalan dengan baik.
adalah RKP Desa dan RPJM Desa.Ini adalah salah satu bentuk partisipasi yang
telah dilakukan secara matang oleh Aparatur Pemerintahan Desa. RPJM Desa dan
RKP Desa telah disusun untuk persiapan mengelola dana desa yang bersumber
Selain dalam perencanaan, ada banyak bentuk partisipasi yang lain yang
pengontrolan.
di Desa Tanjungsari .
dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjungsari seperti yang telah peneliti paparkan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Desa.
pelaporan.
Aparatur Pemerintahan Desa Tanjungsari dan Masyarakat Desa
Tahun 2014 dengan banyaknya tujuan dan pengharapan. Dan semoga dengan
5.2 Saran
berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan dan peraturan perundang-
undangan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI Bandung
Sumber Lain:
http://www.antaranews.com/berita/410137/uu-desa-disahkan-kades-harus-
belajar-pembukuan, diakses pada tanggal 19 Oktober 2014, pukul 2.08 WIB
http://www.tempo.co/read/news/2014/08/20/078600952/2015-Setiap-Desa-
Dapat-Rp-500-Juta, diakses pada tanggal 26 Oktober 2014, pukul 2.08 WIB
http://koran.tempo.co/konten/2014/03/27/338324/Desa-Dinilai-Belum-Siap-
Kelola-Dana-Miliaran, diakses tanggal 19 November 2014, pukul 4.02 WIB
http://muhadamlabolo.blogspot.com/2014/04/peluang-dan-ancaman-otonomi-
desa-pasca.html, diakses tanggal 9 Desember 2014, pukul 10.30 WIB
Dokumen:
PEDOMAN WAWANCARA
2. Sasaran Wawancara :
1) Camat Pabuaran
pembangunan, untuk
memperbaiki desa.
mengharapkan ketercapaian
mudah-mudahan tercapai.
desa.
mendukung.
pasti.
banyak kemajuan.
15) Jujur saya tidak berpihak kepada I3-1
memajukan desa.
lebih bagus.
mendukung.
Tanjungsari.
20) Bagus. I1-2
sesuai peraturan.
mengeluarkan Undang-undang
kemajuan desa.
pembangunan di desa.
perundang-undangan.
butuh pengawasan.
bagus.
di kampung-kampung, untuk
perkembangan.
pemerintah.
33) Kenapa bukan ada dari dulu kue I3-1
lupa kulitnya.
skillnya, individunya.
Desa.
Perbupnya.
disiapkan.
RPJM Des.
dan lingkungan.
masyarakat.
Kemudian mensejahterakan
masyarakat melalui
saya sebutkan.
implementasikan.
tersebut.
53) Sudah ada, kita sudah rapat di I1-7
melaksanakan Undang-undang
desa terebut.
kami.
8. Apa yang akan anda 56) Kalau kendala-kendala yang kita I1-1
instansi kabupaten.
undang.
masyarakat.
lanjuti.
memberi rekomendasi ke
semuanya.
permasalahan-permasalahan di
sudah tua.
penyelewengan.
dilaporkan.
66) Membantu sebisanya. I2-3
bagaimana seharusnya.
menghubungi Kapolsek,
kepada mahasiswa.
masalah.
pemerintah desa.
kami sendiri.
dengan perundang-undangan.
harus kerja.
direalisasikan.
ya pokoknya mendukung.
kemajuan.
sebagaimana mestinya.
terwujud.
MEMBER CHEK
LAMPIRAN 7
1. Observasi Awal
WAWANCARA WAWANCARA
OBSERVASI AWAL OBSERVASI AWAL
DENGAN DENGAN KABAG
SEKRETARIS DESA PEMERINTAHAN
TANJUNGSARI DESA SETDA
KABUPATEN SERANG
2. Penelitian lapangan
WAWANCARA WAWANCARA
DENGAN KEPALA DENGAN KEPALA WAWANCARA
SEKSI URUSAN KEUANGAN DENGAN KETUA
PEMERINTAHAN PEMERINTAH DESA BPD TANJUNGSARI
DESA TANJUNGSARI TANJUNGSARI
WAWANCARA WAWANCARA
WAWANCARA
DENGAN WAKIL DENGAN TOKOH
DENGAN CAMAT
KETUA BPD AGAMA DESA
PABUARAN
TANJUNGSARI TANJUNGSARI
1. Identitas Pribadi
Nama : Diky Rizky Fadilah
NIM : 6661100168
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Kuningan, 05 Desember 1992
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
E-mail : dikyrizkyfadilah@gmail.com
Nomor Handphone : 085216638315
Alamat : Kp. Aweh Rt. 004/001
Kec. Kalanganyar, Kab. Lebak
2. Riwayat Pendidikan
SD : SD N Bandorasa Wetan 1 (Kuningan)
SMP : SMP N 1 Jalaksana (Kuningan)
SMA : SMA N 1 Cilimus (Kuningan)
SMA : SMA N 3 Rangkasbitung (Rangkasbitung)
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Serang)
3. Pengalaman Organisasi
a. Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (HIMANE)
FISIP UNTIRTA 2011-2012
b. Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (HIMANE)
FISIP UNTIRTA 2012-2013
c. Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Besar Mahasiswa Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa (BEM KBM UNTIRTA) 2013-2014
d. Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Besar Mahasiswa Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa (BEM KBM UNTIRTA) 2014-2015