Modul 4
Modul 4
PENDAHULUAN
Hukum Tata Negara merupakan hukum yang pertama-tama berwarna nasional. Hal ini
disebabkan fungsinya sebagai hukum pendobrak system hukum yang ada sebelumnya in casu
hukum kolonial diganti dengan hukum nasional. Hukum Tata Negara menjadi kran pembuka
bagi eksisnya hukum-hukum yang lain.
Pada dasarnya Hukum Tata Negara mengatur organisasi kekuasaan suatu negara
dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan organisasi kekuasaan negara tersebut. Oleh
karena itu. dalam modul ini akan dijelaskan berturut-turut:
1. Istilah dan Pengertian Hukum Tata Negara:
2. Sumber Hukum Tata Negara Indonesia;
3. Asas-Asas Dalam Hukum Tata Negara Indonesia;
4. Konstitusi:
5. Kelembagaan Negara.
Pada kegiatan 1 akan dijelaskan istilah yang dipakai beberapa Negara untuk
penyebutan Hukum Tata Negara yang dilanjutkan dengan mengetengahkan beberapa definisi
Hukum Tata Negara yang diberikan oleh beberapa ahli. Pada kegiatan 1 juga tidak lupa
dijelaskan bagaimana kedudukan serta hubungan Hukum Tata Negara ini dengan ilmu yang
lain terutama yang memiliki kajian kenegaraan. Pada Kegiatan 2 dijelaskan sumber-sumber
Hukum Tata Negara Indonesia. Berhubung sangat besarnya peranan peraturan perundang-
undangan sebagai sumber Hukum Tata Negara maka hal ikhwal yang berkaitan dengan
pentingnya peraturan perundang- undangan dan fungsinya turut diketengahkan pula dalam
Kegiatan Belajar 2 ini. Dalam Kegiatan belajar 3 diuraikan Asas-Asas Dalam Hukum Tata
Negara Indonesia. Kegiatan Belajar 4 menguraikan hal ikhwal yang berkaitan dengan
konstitusi mulai dari istilah. hakikat. pengertian, materi muatan, klasifikasi konstitusi dan
perubahan konstitusi. Dari konstitusi pula kita dapat mengetahui apakah suatu negara
memiliki sistem pemerintahan presidensial atau parlementer. Oleh karena itu dalam
Kegiatan Belajar 4 ini secara sekilas diuraikan pula tentang mengetengahkan hal ikhwal
tentang Lembaga negara yang sekarang eksis sistem pemerintahan. Kegiatan Belajar 5 pasca
amandemen UUD 1945.
KEGIATAN BELAJAR 1
Istilah dan Pengertian Hukum Tata Negara
2. Scholten.
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mnengatur organisasi daripada Negara.
4. Logemann.
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi negara (het staatsrecht als
het recht dat betrekking heeft op de strat-die gezagsorganisatie).
Menurut Logemann jabatan merupakan pengertian yuridis dari fungsi. sedangkan fungsi
merupakan pengertian yang bersifat sosiologis.
Oleh karena negara merupakan organisasi yang terdiri atas fungsi-fungsi dalam hubungannya
satu dengan yang lain maupun dalam keseluruhannya maka dalam pengertian yuridis negara
merupakan organisasi jabatan atau ambtenorganisatie. Dengan demikian menurut Logemann
Hukum Tata Negara mempelajari:
a. susunan dari jabatan-jabatan;
b. penunjukkan mengenai pejabat-pejabat
c. tugas dan kewajiban yang melekat pada jabatan itu
d. kekuasaan dan wewenang yang melekat pada jabatan itu
e. batas wewenang dan tugas dari jabatan terhadap daerah dan orang-orang yang
dikuasainya
f. hubungan antar jabatan
g. penggantian jabatan
h. hubungan antara jabatan dan pejabat
7. Paton.
Hukum Tata Negara adalah peraturan yang mengatur alat perlengkapan negara, tugas dan
wewenangnya.
8. Wolhoff.
Hukum Tata Negara adalah norma-norma hukum yang mengatur bentuk negära dan
organisasi pemerintahannya, susunan dan hak kewajiban organ-organ pemerintahan.
9. Oppenheim.
Hukum Tata Negara mempelajari negara dalam keadaan diam (staats inrust), yang berbeda
dengan hukum administrasi negara yang mempelajari negara dalam keadaan bergerak (staats
in beweging), artinya hukum yang diberi kekuasaan mengatur aktivitas penyelenggaraan
negara.
12. Utrecht.
Hukum Tata Negara mempelajari kewajiban sosial dan kekuasaan pejabat-pejabat Negara.
13. A.V.Dicey.
Dalam bukunya yang berjudul An Introduction the study of the Law ofthe Constitution
Hukum Tata Negara menurut Dicey adalah hukum yang terletak pada pembagian kekuasaan
dalam negara dan pelaksanaan yang tertinggi dalam suatu negara.
15. R. Kranenburg.
Hukum Tata Negara meliputi hukum mengenai susunan hukum dari Negara yang terdapat
dalam Undang-Undang Dasar.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Hukum Tata
Negara adalah salah satu bidang hukum yang mempelajari hukum organisasi negara beserta
seluruh keputusan-keputusan yang diambil oleh Negara. Penarikan pengertian di atas
didasarkan pula pada hasil kongres Hukum Tata Negara Pada tahun 1972 yang diadakan di
Belanda yang khusus membahas objek kajian dari Ilmu Pengetahuan Hukum Tata Negara
(Staatsrechtwissenchapobject). Prof. Burken pemrasaran berpendapat bahwa objek kajian
Hukum Tata Negara adalah sistem pengambilan keputusan dalam negara yang distrukturkan
dalam hukum (“de Staatsrechtswetenschap houdtzich bezig met beslissingssystem de staat
zoals deze gestructured is door het recht ). Karena objek penyelidikannya sistem
pengambilan keputusan dalam negara maka akan melibatkan berbagai lembaga negara,
dimulai dari bagaimana lembaga negara itu diisi dengan anggota-anggotanya. pejabat-
pejabatnya, termasuk wewenangnya, bagaimana perhubungan kekuasaan antar pejabat atau
lembaga itu.
Dengan demikian Hukum Tata Negara tidak hanya merupakan sebagai recht atau
hukum dan apalagi sebagai wet atau norma hukum tertulis saja, namun merupakan sebagai
lehre atau teori, sehingga pengertiannya mencakup apa yang disebut sebagai constitutional
law (hukum konstitusi) dan juga constitutional theory (teori konstitusi).
RANGKUMAN
Hukum tata negara erat kaitannya dengan konstitusi suatu negara. Secara singkat
hukum tata negara membahas mengenai beberapa hal yaitu:
1. lembaga-lembaga negara,
2. kewenangan lembaga negara;
3. hubungan antara lembaga negara,
4. jabatan-jabatan didalam lembaga negara:
5. tugas. kewajiban, kekuasaan serta kewenangan dari jabatan-jabatan:
6. hubungan antar jabatan;
7. penggantian jabatan;
8. hubungan jabatan dan pejabat.
Kedudukan dari hukum tata negara berada diatas hukum lainnya, karena hukum
lainnya hadir akibat diberklakukannya hukum tata negara.
KEGIATAN BELAJAR 2
Sumber Hukum Tata Negara Indonesia
Secara khusus untuk memahami pengertian sumber hukum secara lebih rinci dapat
membaca kembali Modul 1 Kegiatan Belajar 2.
B. ARTI PENTING MENGETAHUI PERUNDANG-UNDANGAN
Menurut Faried Ali, perundang-undangan sangatlah penting dimengerti bukan saja
bagi yang menekuni bidang ilmu hukum tetapi juga yang menekuni bidang studi Ilmu
Pemerintahan. Hal ini disebabkan karena dalam studi ini dipelajari adanya keharusan untuk
menyelenggarakan pemerintah lewat bentuk-bentuk dan isi yang dikehendaki oleh aturan
perundang-undangan itu sendiri. Apalagi bidang perundangan ini menjadi bidang yang
dikerjakan oleh pemerintah bukan saja dalam hal pembentukannya tetapi juga menyangkut
keberlakuannya, lebih-lebih di dalam perkembangan bidang tugas pemerintahan bukan lagi
sebagai pelaksana aturan perundangan tetapi lebih dari itu juga sudah bertindak sebagai
pembuat aturan perundangan, atau adanya delegasi perundangan. Belum lagi di dalam
kenyataan adanya aparat pemerintah yang telah duduk di lembaga-lembaga legislatif seperti
menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah.
Jika dihubungkan dengan pembangunan hukum nasional, menurut Bagir Manan dan
Kuntana Magnar, dalam bukunya Peranan Peraturan Perundang- undangan dalam
Pembinaan Hukum Nasional, maka pembangunan hukum nasional itu dapat dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu melalui peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, dan
hukum tidak tertulis. Dari berbagai cara tersebut, peraturan perundang-undangan (akan)
menduduki tempat atau peranan utama. Ada berbagai pertimbangan. mengapa peraturan
perundang-undangan menjalankan peran utama dan prioritas dalam pembinaan hukum
nasional. di antaranya berikut ini.
1. Ditinjau dari tradisi hukum yang berlaku, Sistem hukum Indonesta termasuk pada tradisi
hukum kontinental. Tradisi hukum ini lebih mengutamakan peraturan perundang-undangan
(peraturan tertulis) sebagai dasar sistem hukumnya.
2. Pada saat ini, ada kecenderungan yang umum (baik pada tradisi hukum kontinental maupun
anglo saksis) makin pentingnya peranar peraturan perundang-undangan.
3. Selain sistem hukum dan kecenderungan umum di atas, ada berbagai keadaan khusus yang
memberikan peran utama pada peraturan perundang-undangan dalam pembinaan hukum
nasional, yaitu berikut ini.
a. Keanekaragaman hukum yang berlaku (pluralistik). Khusus dalam hukum keperdataan,
masih terdapat keanekaragaman hukum. Di samping Hukum Adat, berlaku juga Hukum
Perdata Barat (BW). Juga hukum agama, khususnya agama Islam mengenai masalah
perkawinan, faraid (sepanjang hal itu diminta oleh semua ahli waris).
b. Berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku dibuat pada masa pemerintahan
Hindia Belanda. Ada dua macam peraturan perundang-undangan yang dibuat pada masa
Hindia Belanda.
Pertama, peraturan perundang-undangan yang dibuat dan ditetapkan di negeri Belanda
untuk Hindia Belanda (BW, WvK WyS, dansebagainya).
Kedua. peraturan perundang-undangan yang dibuat dan ditetapkan oleh perangkat
pemerintah Hindia Belanda sendiri (di Batavia).
Selain pertimbangan bahwa peraturan perundang-undangan ini adalah produk kolonial (yang
tidak dapat lain merupakan cerminan dari politik hukum kolonial), juga telah ketinggalan
zaman. Perkembangan masyarakat, ilmu. dan teknologi setclah perang dunia kedua,
menumtut diciptakan hukum-hukum baru.
c. Politik hukum nasional menghendaki hukum berperan sebagai sarana pembaharuan,
menunjang pmbangunan dan pemersatu bangsa.
Oleh karena itu, mengetahui proses penyusunan atau pembuatan peraturan (produk
hukum tertulis) yang dilakukan oleh pejabat atau lembaga yang berwenang sangatlah penting
jika menyimak tradisi hukum negara kita.
b. Sedangkan negara yang mendasarkan diri pada demokrasi konstitusional, undang-undang
dasar mempunyai fungsi yang khas. yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sehingga
penyelenggaraan negara (kekuasaan) tidak berbuat sewenang-wenang. Dengan demikian
diharapkan hak-hak warga negara lebih terlindungi. Gagasan atau faham pembatasan
kekuasaan melalui Undang-Undang Dasar ini dinamakan Konstitusionalisme.
2. Dalam Pasal 18 Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan dinyatakan bahwa dalam penyusunan Prolegnas (Program Legislasi
Nasional) penyusunan daftar Rancangan Undang-Undang didasarkan atas
· perintah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
· perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
· perintah Undang-Undang lainnya:
· sistem perencanaan pembangunan nasional;
· rencana pembangunan jangka panjang nasional:
· rencana pembangunan jangka menengah:
· rencana kerja pemerintah dan rencana strategis DPR: dan
· aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat.
4. Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU)
Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang--undang (PERPU) pada dasarnya sama
dengan fungsi dari undang-undang (Pasal 11 UU No. 12 Tahun 2011). Perbedaannya
keduanya terletak pada pembuatnya jika undang-undang dibual oleh Presiden bersama-
sama dengarn DPR dalam keadaan normal, maka PERPU dibuat oleh Presiden. Perbedaan
lainnya adalah jika Undang-undang dibuat dalam suasana (keadaan) normal, maka Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang dibuat dalam keadaan kegentingan yang memaksa.
5. Fungsi Peraturan Pemerintah (PP)
Fungsi Peraturan Pemerintah adalah:
a. Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang tegas-tegas menyebutnya.
b. Fungsi ini adalah sesuai dengan ketentuan pasal 5 ayat (2) UUD 1945 "Presiden
menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya".
c. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut, ketentuan lain dalam undang-undang yang
mengatur meskipun tidak tegas-tegas menyebutnya
KEGIATAN BELAJAR 3
Asas-asas dalam Hukum Tata Negara
Indonesia
1. Asas Negara Kesatuan
Asas ini tercantum dalam Pasal 1 ayat(1) UUD 1945. bahwa Negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republik.Asas ini sesuai dengan Pancasila yang tercantum
dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yang merupakan satu kesatuan dengan
undang-undang dasarnya.
2. Sistem Pemerintahan Negara
Setelah amandemen UUD 1945 baik lagislatif (DPR) mnaupun eksekutif (Presiden)
dipilih langsung oleh rakyat yang menandakan diri-ciri dari system pemerintahan
presidensial.
3. Asas Demokrasi Konstitusional
Sebelum diamandemen UUD 1945 menyatakan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat
dan sepenuhnya dilaksanakan oleh satu badan yang bernama MPR sebagai penjelmaan dari
seluruh rakyat Indonesia. MPR mengangkat kepala negara dan wakil kepala negara.Majelis
memegang kekuasaan tertinggi sedangkan presiden harus menjalankan haluan negara
menurut garis-garis besar yang ditetapkan oleh MPR. Setelah diamandemen UUD 1945
menyatakan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan Undang-
Undang Dasar (Pasal 1 ayat (2)). Pernyataan ini menandakan babak baru asas demokrasi
konstitusional yang memiliki arti bahwa kedaulatan rakyat harus selaras atau seiring sejalan
dengan konsep negara hukum. Sebelumnya pernyataan bahwa Indonesia sebagai Negara
hukum juga hanya terdapat dalam Penjelasan UUD 1945 yang berbunyi Indonesia adalah
negara yang berdasarkan atas hukum (rechsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka
(machstaat). Pasca amandemen UUD 1945 pernyataan Indonesia sebagai Negara Hukum
tertuang dalam batang tubuh UUD 1945 Pasal 1 ayat (3). Sebagai ilustrasi walaupun
umpamanya pemilihan umum itu merupakan kehendak rakyat namun bilamana cara-caranya
bertentangan dengan hukum maka hukum akan membatalkannya melalui satu lembaga yang
lahir pasca amandemen UD 1945 yaitu Mahkamah Konstitusi.
RANGKUMAN
Asas-asas hukum tata negara merupakan asas pokok yang digunakan dalam proses
penyelenggaraan tata negara. Beberapa diantaranya adalah:
1. Asas negara kesatuan
2. Sistem pemerintahan Negara
3. Asas demokrasi konstitusional
4. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan Negara
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
6. Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat adalah kuat
7. Menteri-menteri negara bukan pegawai negeri biasa
8. Asas multi tugas Presiden
9. Asas kabinet presidential
10. Asas otonomi daerah
11. Asas saling mengawasi antara kekuasaan eksekutif dengan kekuasaan legislative
12. Asas saling mengawasi antara kekuasaan eksekutif dengan kekuasaan yudikatif
13. Asas Negara Hukum
14. Asas Pancasila
KEGIATAN BELAJAR 4
KONSTITUSI
A. KONSTITUSI
1. Istilah Konstitusi
Istilah konstitusi telah dikenal sejak Zaman Yunani Purba, hanya konstitusi masih
diartikan materiil karena konstitusi itu belum diletakkan dalam suatt naskali yang tertulis.
Istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cum dan stattere.
· Cum artinya bersama dengan.
· Statuere artinya membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan/menetapkan.
· Jadi Constitiuo (bentuk tunggal) atau constitusiones (bentuk jamak) adalah menetapkan
sesuatu secara bersama-sama atau segala sesuatu yang telah ditetapkan.
Menurut Sri Soemantri, negara adalah satu organisasi kekuasaan. Dalam setiap negara,
betapapun kecilnya, selalu terdapat bermacam-macam lingkungan kekuasaan, baik yang
berada dalam suprastruktur politik maupun yang berada dalam infrastruktur politik.
Lingkungan kekuasaan yang berada dalam suprastruktur politik ialah berbagai macam alat
perlengkapan Negara atau lembaga-lembaga. sedang yang berada dalam infrastruktur politik
komponen-komponen politik. seperti partai politik, golongan kepentingan. golongan penekan,
alat komunikasi politik, dan tokoh politik. Baik lingkungan kekuasaan yang berada dalam
suprastruktur politik maupun yang berada dalam infrastruktur politik mempunyai lingkungan
kekuasaan. Adapun yang dimaksud dengan kekuasaan adalah kemampuan untuk
memaksakan kehendak kepada pihak lain atau kemampuan untuk mengendalikan keinginan
atau kehendak orang lain. Dengan demikian orang atau badan yang berkemampuan seperti
dikemukakan di atas mempunyai kekuasaan.
Lebih jauh Sri Soemantri menyatakan bahwa sebagai pengertian yang netral, kekuasaan
(power) seperti dikatakan oleh Lord Acton,”…..tends to corrupt". Sedangkan “absolute
power corrupts absolutely" Artinya kekuasaan cenderung disalahgunakan, sedangkan
kekuasaan yang mutlak cenderung disalah gunakan dapat dihilangkan, dicegah atau dibatasi.
Terbentuknya negara tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat yang ada sebelum
negara itu eksis. Artinya, negara sebagai organisasi didirikan oleh manusia-manusia dalam
usahanya mencapai tujuan bersama, kesejahteraan dan kebahagian bersama. Dalam hal
negara Indonesia. hal itu dilakukan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia yang duduk dalam
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan kemudian
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Menyadari bahwa negara yang akan
dibangun bersama adalah organisasi kekuasaan. Yang di dalamnya akan duduk orang atau
kelompok yang akan diberi dan mempunyai kekuasaan. maka dengan akalnya dicari upaya
atau jalan keluar untuk mencegah terjadinya penyalah gunaan kekuasaan itu, Hasil karya akal
manusia-manusia itu dituangkan dalam bentuk hukum yang diberi nama konstitusi atau
Undang-undang Dasar, Oleh karena itu kekuasaan dan hukum merupakan dua institusi yang
tidak dapat dipisahkan. Dengan perkataan lain hukum tanpa kekuasaan adalah steril,
sedangkan kekuasaan tanpa hukum dapat menimbulkan tindakan yang sewenang-wenang.
2. Hakekat Konstitusi
Menurut Bagir Manan hakikat konstitusi tidak lain dari perwujudan paham tentang
konstitusi atau konstitusionalisme yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu
pihak dan jaminan terhadap hak-hak warganegara maupun setiap penduduk di pihak lain.
Hak-hak ini mencakup hak-hak dasar seperti hak untuk hidup, mempunyai milik.
Kesejahteraan (health) dan kebebasan.
Jadi pada asasnya tujuan diadakannya konstitusi menurut Rukmanai Amanwinata
adalah untuk membuat awal yang baik dari sistem pemerintahan, membatasi kekuasaan
pemerintahan, menjamin hak-hak yang diperintah, merumuskanpelaksanaan kekuasaan yang
keseimbangan antara ketertiban., kekuasaan dan kebebasan dalam konteks manusia hidup
bernegara.
3. Pengertian Konstitusi
Pengertian konstitusi menurut James Brice adalah "A frame of political society.
organised through and by law, that is to say one in which law has established permanent
institutions with recognised functions and definite rights (Kerangka negara yang diorganisir
dengan dan melalui hukum, dalam hal mana hukum menetapkan pendirian lembaga-lembaga
yang permanen.fungsi dari alat-alat kelengkapan negara dan hak-hak tertentu yang telah
ditetapkan).
Pengertian konstitusi menurut C.F. Strong adalah "Constitution is a collection of
principles according to which the power of the government, the rights of the governed, and
the relations between the wo are adjusted" (Konstitusi adalah suatu kumpulan kekuasaan
pemerintahan. hak-hak dari yang diperintah, dan hubungan antara pemerintah dan yang
diperintah).
Pengertian konstitusi menurut Henk van Maarseven dan van der Tang adalah:
a. a constitution is the basic law of the state
b. a constitution is the basic collection of rules establishing the principle institutions offthe
state;
c. a constitution regulates the most important of the state 's institutions, their powers and their
mutual relations;
d. a constitution regulates the fiundamental rights and duties of the citizens and government,
both separately and as regards one another;
e. a constitution regulates and limits of the state and its institutions
f. a constitution establish the ideology of the existing power elite in rules;
g. a constitution determines the material relations of states and societv
K.C. Wheare mengartikan konstitusi ke dalam dua pengertian.
a. Dalam arti luas, konstitusi adalah keseluruhan sistem pemerintahan dari suatu negara (the
whole system of government of the country) berupa kumpulan aturan yang menerapkan dan
mengatur tentang pemerintahan.
b. Dalam arti sempit, konstitusı adalah suatu kumpulan aturan yang disusun atau terjelma
dalam suatu dokumen formal atau suatu naskah. Tentu saja kumpulan aturan yang dimaksud
di sini adalah aturan pemerintah.
Herman Heller juga membagi pengertian konstitusi dalam dua bagian, yaitu:
a. dalam arti luas, mencakup arti sosiologis. politis, dan yuridis.
b. dalam arti sempit, hanya arti yuridis.
Sedangkan menurut Dahlan Thaib, Jazim Hamidi dan Ni'matul Huda pengertian
konstitusi itu adalah:
a. suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-pembarasan kekuasaan kepada para
penguasa.
b. suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari suatu sistem politik.
c. suatu deskripsi dari lembaga-lembaga Negara
d. suatu deskripsi yang menyangkut masalah hak-hak asasi manusia Jadi konstitusi
merupakan:
e. dokumen nasional (a national document) yang berisikan identitas negara;
f. dokumen politik dan hukum (a political-legal document) yang berisikan pembentukan
sistem politik dan sistem hukum negara: dan
g. piagam kelahiran negara (a birth certificate)
4. Materi Muatan Konstitusi
K.C. Wheare, dengan mengutip pendapat Podsnap menguraikan isi (contain) dari
konstitusi sebagai berikut:
a. a sorr of manifesto:
b. a eonfession of faith
c. a statement of ideals
d. a charter of the land
Sri Soemantri dengan menyitir pendapat Steenbeek, mengemukakan tiga hal pokok isi
suatu konstitusi, yaitu:
"Pertama, adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warganegara;
Kedua, ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat
fundamental;
Ketiga, adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
fundamental. Dengan demikian menurut Sri Soemantri apa yang diatur dalam setiap
konstitusi merupakan penjabaran dari ketiga masalah pokok tersebut".
Dengan melihat pengertian serta materi muatan konstitusi seperti yang diuraikan di atas
maka menurut penulis pertanggungjawaban adalah salah satu bentuk perwujudan dari adanya
pembatasan kekuasaan (tugas ketatanegaraan) sebagai fungsi utamia konstitusi. Jika suatu
kekuasaan itu tidak diharuskan ada pertanggungjawabannya maka tends to corrupt
absolutely.
Menurut Bagir Manan dan Kuntana Magnar jabatan apapun yang memiliki
kekuasaan, sebaiknya dilengkapi dengan pertanggungjawaban. Bahkan menurut penulis harus
dipegang satu prinsip "kekiuasaan apa pun harus dipertanggungjawabkan". Hal ini sesuai
dengan Al-Qur'an Surat Al Muddassir ayat 38, yang artinya tiap-tiap diri bertanggung jawab
terhadap apa yang telah diperbuatnya. Dengan demikian antara konstitusi dan
pertanggungjawaban penulis ibaratkan "garam dengan rasa asinnya, dan gula dengan rasa
manisnya.
5. Klasifikasi Konstitusi
K.C. Wheare berpendapat tentang macam-macam konstitusi atau Undang-Undang
Dasar sebagai berikut:
a. Konstitusi tertulis dan bukan tertulis
b. Konstitusi fleksibel dan rijid;
c. Konstitusi derajat tinggi dan tidak derajat tinggi:
d. Konstitusi serikat dan kesatuan
e. Konstitusi sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Dengan demikian, sistem pemerintahan presidential jika memiliki ciri-ciri berikut ini.
a. Di samping mempunyai kekuasaan nominal" sebagai Kepala Negara, Presiden juga sebagai
Kepala Pemerintahan.
b. Presiden tidak dipilih oleh pemegang kekuasaan legislatif tapi langsung oleh rakyat.
c. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif.
d. Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan legislatif.
3. Kuasi, yang terbagi dua yaitu kuasi parlementer dan kuasi presidensial
Dalam sistem ini, presiden mempunyai kekuasaan untuk membubarkan legislatif jika
bertentangan dengan konstitusi.Sebaliknya bila presiden melanggar UUD, legislatif pun dapat
menjatuhkan presiden.
Menurut Prof. Padmo Wahyono, sebelum amandemen UUD 1945 sistem peinerintahan
negara Indonesia adalah sistem MPR karena alasan-alasan scbagai berikut.
a. Penyelenggara negara berdasarkan kedaulatan rakyat adalah MPR.
b. Penyelenggara pemerintahan negara adalah kepala negara selaku mandataris MPR
c. Penyelenggara negara pembentuk peraturan perundangan ialah mandataris MPR
bersama-sama dengan DPR sebagai bagian dari MPR
d. Penentu terakhir dalam hal pengawasan jalannya pemerintahan ialah MPR.
e. Setelah dilakukani amandemen UUD 1945 maka sistem pemerintahan NKRI sekarang ini
lebih banyak memiliki ciri-ciri sistem pemerintahan presidensil seperti yang telah dijelaskan
di atas.
C. PERUBAHAN KONSTITUSI
Dalam bahasa Inggris perkataan to amend berarti mengubah. Dari kata to amend dapat
ditimbulkan istilah amendment yang berarti perubahan atau amandemen. Dalam bahasa
Belanda terdapat istilah wyzigen, veranderen. herzien, yang merupakan kata kerja. Dalam
kaitannya "mengubah konstitusi (undang-undang dasar)" ditemukan bagian kalimat yang
berbunyi "lo amend the constitution" sedangkan perubahan undang-undang dasar adalah
constitutional amendmem".
Yang dimaksud dengan "mengubah undang-undang dasar" adalah sebagai berikut:
a. menjadikan lain bunyi atau rumusan yang terdapat dalam konstitusi (undang-undang
dasar);
b. menambahkan sesuatu yang tidak (belum) terdapat dalam konstitusi (undang-undang
dasar);
c. yang tercantum dalanm konstitusi: karena faktor-faktor tertentu dilaksanakan berbeda
(dengain Nang tercantum di dalammnya
Dengan demikian mengamandemen undang-undang dasar," sama dengan "mengubah
undang-undang dasar.
2. Permasalahan yang berkaitan dengan perubahan Konstitusi
Ada tiga hal yang berkenaan dengan perubahan Konstitusi. ketiga hal tersebut adalah:
a. Prosedur dan mekanismenya;
b. Sistem perubahan; dan
c. Substansi yang akan diubah.
Sistem yang dipergunakan oleh negara-negara dalam mengubah konstitusi pada asasnya
dapat dikemukakan dengan dua macam sistem. Pertama apabila konstitusi diubah maka yang
berlaku adalah konstitusi yang baru secara keseluruhan. Kedua apabila konstitusi yang diubah
maka konstitusi yang asli tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan
amandemen dari konstitusi yang asli tadi. Dengan perkataaan lain. amandemen terscbut
merupakan bagian dari konstitusinya.
Menurut K.C. Wheare ada empat macam cara untuk mengubah konstitusi
a. Same Primary Forces : bahwa pertumbuhan dan perkembangan konstitusi suatu negara
tidak terlepas dari peran yang dimainkan oleh kekuatan-kekuatan yang dominan dalam
negara tersebut sebagai suatu some primary forces. Pertama, kekuatan-kekuatan tersebut
menciptakan perubahan keadaan. Kata-kata dalam konsitusinya sendiri tidak diadakan
perubahan, tetapi akan terjadi perubahan makna sehingga berbeda dari maksud yang
sebenarnya. Kedua. kekuatan-kekuatan tersebut menciptakan keadaan yang akan membawa
perubahan terhadap bunyi konstitusi itu sendiri. Perubahan ini dapat terjadi melalui
perubahan formal (formal amandement) atau melalui putusan peradilan, atau dengan cara
menumbuhkan/membangun konvensi.
b. Perubahan yang diatur dalam konstitusi (formal Amandemen)
c. Judicial Interpretation : Interpretasi oleh kekuasaan kehakiman lazim disebut judicial
interpretation. Dalam sejarah ketatanegaraan Amerika Serikat, pertumbuhan dan
perkembangan konstitusi melaui judicial interpretation antara lain dapat dilihat pada doktrin
judicial review Judicial revicew di Amerika Serikat adalah kekuasaan pengadilan untuk
menyatakan batal (null and void) suatu perundang-undangan yang bertentangan dengan
konstitusi. Indonesia, meskipun mengakui adanya judicial review tetapi terbatas. Pengadilan
yang berwenang menafsirkan hanya ada pada MA terhadap peraturan perundang-undangan di
bawah UU, dan Mahkamah konstitusi terhadap undang-undang yang dianggap bertentangan
dengan UUD 1945. Sedangkan kewenangan menafsirkan UUD 1945 hanya ada pada MPR,
sebagaimana dapat ditemukan dalam salah satu kewenangan MPR
d. Usage and Convention: Perubahan ini dapat pula terjadi melalui suatu kebiasaan
ketatanegaraan (Convention) yang mempunyai kekuatan mengikat secara hukum apabila
dipenuhi syarat opinio necessitates (pengakuan bahwa kebiasaan itu mempunyai kekuatan
mengikat, dan karena itu wajib ditaati. Contoh-contoh Konvensi:
· Raja harus mensahkan RUU
· Majelis tinggi tidak akan mengajukan RUU keuangan,
· Menteri-menteri meletakan jabatan,
· Pidato 16 Agustus.
· Musyawarah di MPR,
· GBHN dari Presiden.
· Minggu pertama bulan Januari Penjelasan RUU APBN,
· Menteri Non Departemen,
· Presiden selalu mengesahkan RUU.
Sedangkan menurut C.F. Strong, prosedur perubahan konstitusi ada empat macam.
a. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetapi
menurut pembatasan-pembatasan tertentu:
b. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum; Perubahan
dilakukan melalui prosedur pernyataan pendapat rakyat secara langsung. Pelaksanaan
referendum ini dapat dilakukan melalui dua cara, pertama lembaga yang berwenang
melakukan perubahan terlebih dahulu telah menyusun draft (rancangan) perubahan tentang
pasal-pasal mana saja yang akan diubah dan sekaligus dengan rumusarn pasal perubahannya
Kemudian darft perubahan ini dimintakan pendapat rakyat, apakah setuju atau tidak dengan
usulan rancangan tersebut. Cara ini dianut oleh Indonesia melalui Tap MPR No. I/MPR/1983
jis Tap MPR No. VIII/MPR 1983 dan UU No. 5/1985 tentang Referendum. Cara kedua,
adalah rakyat menentukan langsung substansi apa saja yang hendak diubah, kemudian oleh
komisi konstitusi dirumuskan perubahan tersebut dalam bentuk norma konstitusi.
c. Perubahan konstitusi yang berlaku dalam negara serikat yang dilakukan oleh sejumlah
negara-negara bagian
d. Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu
lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.
Terdapat empat sasaran yang hendak dituju dalam usaha mempertahankan konstitusi
dengan jalan mempersulit perubahannya
a. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak
b. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya.
c. Untuk negara serikat agar kekuasaan negara serikat dan kekuasaan Negara negara bagian
tidak diubah semata-mata oleh perbuatan-perbuatan masing-masing pihak secara tersebndiri
d. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok minoritas (bahasan, agama atau kebudayaan)
mendapat jaminan.
Menurut George Jellinek, ada dua cara perubahan UUD atau konstitusi yaitu:
a. Verfaasungsanderung, yaitu cara perubahan konstitusi (UUD) yang dilakukan dengan
sengaja menurut cara yang disebutkan dalam UUD itu sendiri.
b. Verfaasungswandlung, yaitu perubahan konstitusi (UUD) yang dilakukan tidak berdasarkan
cara yang terdapat dalam UUD tersebut melainkan melalui cara-cara istimewa, seperti
revolusi. coup d'etat, convention, dan sebagainya.
3. Perubahan Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Seperti diketahui pengaturan tentang mengubah LUD 1945 tercantum dalam pasal 37.
Ada tiga kaidah hukum yang terdapat di dalamnya
a. tentang lembaga yang berwenang mengubah UUD1945:
b. tentang sahnya sidang-sidang (MPR) (kuorum/quorum) yang mempunyai mengubah UUD
1945:
c. tentang sahnya keputusan mengenai perubahan UUD 1945.
UUD 1945 berhasil diamandemen sebanyak 4 kali yaitu pada tahun 1999 2000, 2001
dan 2002.
KEGIATAN BELAJAR 5
Kelembagaan Negara
Mencermati untaian ketentuan di atas, nampak terlihat jelas, seperti yang telah penulis
beri tanda dengan garis bawah dan huruf miring, DPD itu hanya "kepanjangan tangan DPR".
DPD tidak utuh" (kalau kata tidak" saja dirasa terlalu berlebihan) memiliki fungsi-fungsi
keparlemenan pada umumnya seperti fungsi legislasi, kontrol. budgeting dan/atau bahkan
rekrutmen.
Ketidakutuhan fungsi legislasi dapat terlihat dari ketentuan Pasal 22 D ayat (1). dimana
DPD hanya dapat mengajukan RUU kepada DPR. Walaupun menurut Pasal 22 D ayat (2)
nya menyebut dapat ikut membahas RUU untuk bidang-bidang tertentu, tapi berdasarkan
Pasal 20 ayat (I) jo Pasal 5UUD 1945 itu sendiri, DPR lah badan pemegang kekuasaan
membentuk Undang-undang itu bersama-sama dengan Pemerintah (tanpa ada perubahan
apapun walaupun sudah muncul DPD). Dengan demikian DPD tidak mempunyai hak
memutuskan atau pun menolak suatu RUU seperti halnya DPR dan/atau Pemerintah.
Jadi berdasarkan konstuksi beberapa ketentuan di atas kalau DPD mau mengusulkan
RUU (tidak juga tidak apa-apa karena bukan merupakan kewajiban) mekanismenya adalah
sebagai berikut:
1. DPD menyusun RUU;
2. RUU diajukan kepada DPR;
3. DPR beserta Pemerintahlah penentu gol tidaknya RUU itu tanpa keikutsertaan DPD.
Bagan Tentang Legislasi dan Pengawasan
Wewenang DPD melakukan legislasi tertera di dalam UUD 1945 Pasal 22D ayat (1).
(2) dan UU No. 22/2003 tentang Pasal 42, 43, dan 44. Atas dasar itu ada 3 bagan berikut ini
yang menunjukan tentang sistematika kewenangan melakukan legislasi.
A. LEGISLASI I
1 Usul RUU
3 Bahas
DPR + DPD . UUD 1945
4 Bahas - Pasal 23E ayat (2)
. UUD No. 22 tahun 2003
DPR + Pemerintah - Pasal 47
Gambar 4.4
Pengajuan RUU
B. LEGISLASI II
Undang
Bahas
DPR + Pemerintah + DPD (awal pembicaraan
tingkat 1
. UUD 1945
- Pasal 22 D ayat (2)
. UUD No. 22 tahun
Masukan untuk 2003
DPR + Pemerintah - Pasal 43
gambar 4.5
RUU yang Diajukan Oleh DPR dan Pemerintah
C. LEGISLASI III
Meberikan Pertimbangan . APBN;
kepada DPR atas RUU . Pajak;
. Pendidikan;
. Agama
Pembahasan
Pertimbangan
DPR DPR DPR +
Tertulis
Pemerintah
Gambar 4.6
Pengajuan RUU Melalui DPD
Sedangkan wewenang DPD tentang pengawasan tertera di dalam UUD 1945 Pasal 23 F
(1) dan UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Pasal 45, di dalam sistematikanya dilukiskan seperti terlampir. (Sumber :
DPD dalam system ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945, Ginanjar
Kartasasmita 22 Juni 2004).
D. PENGAWASAN I
. Otonomi Daerah
Dapat melakukan
. Hub. Pusat dan daerah
Pengawasan atas
. Pembentukan,
pelaksanaan UU
pemekaran dan
Penggabungan daerah
. Pengelolaan SDA dan
SDE
lainnya
. Pertimbangan
keuangan pusat
dan daerah
. Pelaksanaan APBN,
Pajak
Pendidikan, dan Agama
Hasil Bahan
DPR DPR Tindak Lanjut
Pengawasan Pertimbangan
Gambar 4.7
Pengawasan Oleh DPD
E. PENGAWASAN II
Menerima Hasil Pemeriksaan
keuangan negara dari BPK
Hasil
DPR DPR Pertimbangan DPR
Pemeriksaan
. Uud 1945
-Pasal 23E ayat
(2)
. UUD No. 22 tahun 2003
-Pasal 47
Gambar 4.7
Pengawasan Oleh Pemerintah
Demikian pula untuk fungsi kontrol, walaupun menurut Pasal 22 D ayat (3) DPD (lagi-
lagi) dapat melakukan pengawasan, namun hasil pengawasan DPD itu ternyata tidak dapat
ditindaklanjuti oleh DPD sendiri tapi DPR lah yang menentukan akan ditindaklanjuti atau
tidak hasil pengawasan DPD tersebut.
Begitu juga untuk fungsi budgeting, DPD ini hanya "memberikan pertimbangan"
kepada DPR atas RUU APBN. Apalagi untuk fungsi rekrutmen seperti halnya dengan fungsi
senat di Amerika dimana DPD ini disebut-sebut sebagai senatnya Indonesia yang mempunyai
wewenang memberikan pertimbangan dan persetujuan dalam pengangkatan duta, konsul.
menteri, hakim federal dan pejabat-pejabat lain yang ditentukan dalam undang-undang. sama
sekali tidak dimiliki oleh DPD.
Analisis penulis di atas, diakui pula oleh ketua DPD periode 2004-2009 Ginanjar
Kartasasmita yang menyatakan bahwa wewenang DPD terbatas, baik di bidang legislasi,
pengawasan, maupun anggaran. Itu pun hanya bisa dilaksanakan melalui "pintu" DPR
sehingga DPD akan terus bergantung kepada DPR dalam bekerja. Kondisi ini menyebabkan
DPD memiliki ruang gerak dan medan perjuangan terbatas dan dibatasi, baik oleh konstitusi
maupun sikap politik DPR. Gambaran ini sangat paradoks dengan tingkat legitimasi
anggotanya yang jauh melebihi anggota DPR, baik karena anggota DPD itu dipilih langsung
oleh rakyat maupun karena jumlah pemilihnya yang jauh melampaui jumlah pemilih anggota
DPR. Sebagai contoh terdapat 1I orang anggota DPD dipilih oleh masing-masing lebih dari
satu juta, sedangkan dari 550 anggota DPR hanya ada dua orang yang memenuhi BPP yang
jumlahnya berkisar 200.000 suara.
Padahal menurut Bagir Manan, dibalik kelahiran DPD ini terdapat dua
gagasan.Pertama, untuk mengubah sistem perwakilan menjadi sistem dua kamar (bicameral).
DPD dan DPR digambarkan serupa dengan system perwakilan seperti di Amerika Serikat
yang terdiri dari Senate sebagi Perwakilan negara bagian (DPD). dan House of
Representatives sebagai perwakilan seluruh rakyat DPR) keikutsertaan daerah terhadap
jalannya politik dan pengelolaan negara.
Namun sayang sampai selesainya pembuatan diktat ini Lembaga yang namanya Komisi
Yudisial ini belum terbentuk. Sehingga cara pengisian Hakim Agung masih menggunakan
cara yang lama seperti yang telah dijelaskan di atas.