“TUBERCULOSIS”
STASE KEPERAWATAN ANAK
PEMBIMBING AKADEMIIK
Mariani, Ns., M. Kep
A. DEFINISI
Menurut Hood dalam Wijaya & Putri, (2013) Tuberkulosis atau TB adalah penyakit
infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis paru adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosis yang
merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar
basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari ghon.
B. PATHWAY
Tuberkolosis adalah
C. penyakit
Pemeriksaan Penunjang:
menular yang disebabkan oleh
- Uji Kulit tuberculin
mikrobakterium tuberculosis - Sputum BTA
yang menyerang paru-paru & - Radiologi dada
hampir seluruh organ lainnya
(Sylvia A. Price dalam
NANDA NIC-NOC 2015). Penatalaksanaan:
- Terapi anti tuberkolosis
(Isoniazid/ INH,
Etiologi : Rifampin/ RIF,
Mycobacterium Tuberculosis Pirazinamid / PZA,
Etambutol/ EMB,
- Terapi antibiotic
Manifestasi Klinis: Demam, (Streptomisin)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
NO Jenis Pemeriksaan Manfaat
.
1. Foto Toraks Memperlihatkan lesi nodular, bercak bercak infiltrat
(terutama pada lobus atas), terbentuknya kavitas, jaringan
parut, dan deposit kalsium
2. Pemeriksaan untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
sputum BTA pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70 %
pasien yang dapat di diagnostik berdasarkan pemeriksaan
ini
3. Laboratorium Untuk melihat LED normal/meningkat, limfositosis
darah rutin
4. Tes PAP Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat
(Perosidase Anti histogen staining untuk menentukan adanya igG spesifik
Peroksidase) terhadap basil TB
5. Tes Mantoux / Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat
Tuberkulin histogen staining untuk menentukan adanya igG spesifik
terhadap basil TB
6. CT Scan / MRI Menmungkinkan evaluasi kerusakan paru dan dapat
mengkonfirmasikan diagnosis yang sulit
E. PENATALAKSANAAN
Menurut Wahid & Suprapto, (2013) pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu:
1. Tahap Intensif (2-3 Bulan)
Pada tahap intensif pendrita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk
mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua obat OAT, Terutama rifampisin.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita
menular menjadi tidak menular dalam kurun 2 minggu.
2. Tahap Lanjutan (4-7 Bulan)
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persisten(dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Penatalaksanaan Nama Obat Manfaat
Isoniasid Bersifat baterisid, dapat membunuh 90 % populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.
Rifamfisin Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-
OAT isonasid.
Pirasinamid Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang
berada dalam sel dengan suasana asam.
Streptomisin Bersifat bakterisid.
Etambutol Bersifat sebagai bakteriostatik.
DAFTAR PUSTAKA
Mengetahui,
Preseptor Akademik