net/publication/338165613
CITATIONS READS
0 862
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Implementasi web crawling untuk mengumpulkan informasi wisata kuliner di Bandar Lampung View project
ANALYZING SUSTAINABLE MARINE TOURISM DEVELOPMENT ON SMALL ISLANDS: A SOCIAL-ECOLOGICAL SYSTEM APPROACH View project
All content following this page was uploaded by Isye Susana Nurhasanah on 25 December 2019.
1
dampak positif bagi negara yang menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor andalan dalam membangun
kekuatan perekonomiannya. Data proyeksi pendapatan negara, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, 2016, juga menyebutkan bahwa pariwisata akan menjadi sektor pendapatan penting mengalahkan
sektor minyak dan gas pada tahun 2019.
30000
20000
15000
10000
5000
0
2015 2016 2017 2018 2019
Tourism Coal Oil and Gas Crude Palm Oil Processed Rubber
Berkembangnya kegiatan pariwisata di suatu daerah akan memberikan pengaruh pada sektor ekonomi
serta mendorong pembangunan sektor-sektor lainnya, khususnya dalam memperluas lapangan kerja dan
peluang berusaha [2].
Rumusan Masalah
Pulau Pahawang berkembang sangat pesat dalam 5 tahun terakhir, tetapi tidak didukung oleh kesiapan
sebagai destinasi pariwisata khususnya ekowisata (ecotourism). Pengambangan pariwisata di Pahawang
diawali dengan hadirnya Lembaga Swadaya Masyarakat yang berbasis lingkungan (Mitra Bentala). Mitra
Bentala melakukan pendampingan masyarakat untuk konservasi kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
mulai tahun 1996. Sebelum berkembang menjadi lokasi wisata seperti saat ini, warga Pahawang belajar
bersama sama selama 12 tahun dibantu oleh Mitra Bentala terkait cara menyelamatkan hutan mangrove
dan terumbu karang, serta menjaga kebersihan laut yang berpotensi pula sebagai destinasi wisata [2].
Pada tahun 2010, pahawang mulai banyak dikunjungi oleh peneliti dan wisatawan. Sejak itu pariwisata
dipulau ini berkembang pesat. Pada tahun 2007, Pulau Pahawang masuk dalam daerah administrasi
Kabupaten Pesawaran, menyebabkan pemerintah mulai melirik potensi wisata pahawang sebagai salah
satu wisata unggulan, namun pada tahun tersebut pemerintah belum fokus untuk pengembangan wisata
pahawang. Berbagai pihak mengkhawatirkan kelestarian lingkungan Pulau Pahawang, karena tidak ada
peraturan yang melindungi kawasan ini dari ancamana berbagai kegiatan wisata di sana. Pada tahun 2016,
salah satu organisasi yang peduli yaitu Forum CSR Lampung mulai melakukan penanaman terumbu
karang sebagai upaya konservasi di daerah wisata Pulau Pahawang,
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya, dari penelitian sebelumnya didapatkan
kesimpulan berupa (1) Proses keterlibatan masyarakat dan pemberdayaan dapat menjadi kekuatan
pendorong dari pariwisata berkelanjutan; (2) Kolaborasi yang lebih efektif antara pemerintah -
masyarakat lokal (bisnis, dan penduduk) - semakin banyak kesempatan untuk mendapatkan pariwisata
yang berkelanjutan; (3) Kurangnya peran pemerintah untuk memfasilitasi kebijakan dalam mengelola
2
kawasan ekowisata sebagai kendala pembangunan pariwisata berkelanjutan potensi; (3) Sebuah studi
longitudinal di daerah ini akan diterima untuk memeriksa pemberdayaan ekonomi daerah ini [2].
Penelitian ini akan melihat gambaran berupa arahan program pengembangan Pahawang sebagai destinasi
ekowisata.
Tujuan Penelitian
1. Identifikasi potensi dan permasalahan dalam pengembangan ekowisata Pulau Pahawang
2. Identifikasi peran stakeholders dalam pengembangan ekowisata di Pulau Pahawang.
3. Arahan program pengembangan pariwisata Pulau Pahawang sebagai destinasi ekowisata
3
Metoda penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian observasi dan juga evaluasi atas keberjalanan kegiatan
pariwisata di Pahawang. Penelitian ini mengidentifikasi dan mengevaluasi stategi pengembangan
ekowisata sesuai dengan prisip-prinsip ekowisata di Pahawang, Lampung. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan pendekatan deskriptif –evaluatif.
Lingkup penelitian ini adalah teridentifikasinya penerapan prinsip-prinsip ekowisata di Pahawang. Dalam
penelitian deskriptif proses analisis dan interpretasi data tidak hanya dilakukan pada akhir pengumpulan
data atau berdiri sendiri, namun secara simultan juga dilakukan pada saat pengumpulan data dilapangan
berlansung, sehingga penelititan ini juga dikenal sebagai penelitian siklus [3]. Setelah mendapatkan
informasi, dilakukan analisis untuk mencari hipotesis kemudian dilakukan pengumpulan informasi
berikutnya. Ini dimaksudkan untuk memperoleh kesesuaian dengan hipotesis sementara yang telah
disusun, demikian terus berputar hingga ditemukan puncak informasi atau kejenuhan data. Selanjutnya,
kegiatan dalam analisis data meliputi pencarian data, menatanya, membaginya menjadi satuan-satuan
yang dapat dikelola, mensintesanya, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari
serta memutuskan apa yang dilakukan.
Metode kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata
tertulis dan lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.” Pencarian data-data dilakukan dengan
metode induktif, yang diberangkatkan dari fakta-fakta atau peristiwa umum kemudian ditarik generalisasi
yang bersifat khusus. Sedangkan pengelolaan datanya digunakan metode reflektif. Komponen-komponen
metode reflektif adalah: (a) perekaan, (b) penafsiran, (c) penilaian, (d) deskripsi, (e) pemahaman; dan (g)
analisa. Kemudian, dalam berpikir reflektif induksi akan diawali dari fakta-fakta khusus dan menuju ke
pernyataann umum yang menerangkan fakta-fakta itu. Kemudian dari ekplanasi yang bersifat umum
tersebut diselidiki kembali faktafakta yang telah ada tadi untuk meyakinkan kebenaran ekplanasi yang
telah dirumuskan (verifikasi).
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan depth interview dan FGD (focus group discussion).
Depth interview dilakukan dengan narasumber tokoh masyarakat, dinas pariwisata kabupaten, LSM dan
akademisi yang terlibat lansung dalam pengembangan ekowisata Pahawang. FGD dilakukan sebanyak 2
kali. FGD pertama dilakukan Januari 2016 yang dipimpin lansung oleh Wakil Gubernur Lampung dengan
mengundang tokoh masyarakat setempat, aparat desa, LSM, pelaku bisnis pariwisata dan akademisi. FGD
kedua dilakukan Juni 2016, dengan dihadiri Dewan Riset Daerah Lampung yang fokus membahas
kepariwisataan dengan mengundang akademisi bidang pariwisata.
Hasil dan Diskusi
Desa Pulau Pahawang terletak di perairan Teluk Lampung, Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten
Pesawaran, dengan Luas area 1020 Ha. Sebelum pariwisata Pahawang berkembang, Penduduk Pulau
Pahawang bermata pencaharian paling banyak di sektor pertanian yaitu 80% dari sekitar 400 Kepala
Keluarga, sedangkan 20% sisanya bermata pencaharian dari sektor perikanan yaitu sebagai nelayan.
Tahun 1996, LSM Mitra Bentala melakukan proses pendampingan di Desa Pulau Pahawang. Pada
awalnya Pulau Pahawang adalah salah satu desa terisolasi, maraknya penebangan mangrove,
penangkapan ikan dengan bom, potasiun dan pukat besar, mengakibatkan rusaknya ekosistem pesisir.
Melalui proses pendampingan dari tahun 1996, mengenai program rehabilitasi dan penyadaran fungsi
lingkungan ke maasyarakat yang dilakukan hingga saat ini, membuat masyarakat lokal Pulau Pahawang
menjadi sadar lingkungan dan memiliki rasa memiliki yang tinggi terhadap lingkungan tempat tinggalnya.
Sehingga ketika masyarakat lokal Pulau Pahawang dan sekitarnya dirasa telah siap untuk menjadikan
4
wilayahnya sebagai tujuan wisata, maka pada tahun 2009 Mitra Bentala mendorong masyarakat lokal
untuk menjadikan lokasi tempat tinggal mereka sebagai salah satu destinasi wisata bahari Lampung. [2]
Pahawang merupakan sebuah pulau yang terletak di kawasan Teluk Lampung yang masuk dalam
Kecamatan Marga Punduh, Kabupaten Pesawaran. Pahawang merupakan wilayah administrasi desa yang
terdiri dari Pulau Pahawang Besar, Pulau Pahawang Kecil serta sebuah dusun yang berada di daratan
Sumatera. Berada pada 5°40,2’ - 5°43,2’ LS dan 105°12,2’ - 105°15,2’BT. Desa Pulau Pahawang
kawasan pesisir, terdiri dari laut, pantai, rawa, daratan dan daerah perbukitan, serta termasuk bagian
pulau-pulau kecil yang ada di kawasan Teluk Lampung, mempunyai topografi lahan landai dan berbukit
dengan ketinggian maksimun sekitar 131 m diatas permukaan laut. Desa Pulau Pahawang merupakan
salah satu dari 141 (seratus empat puluh satu) desa yang termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten
Pesawaran. Desa ini terbagi menjadi 6 dusun yaitu, Suak Buah, Penggetahan, Jaralangan, Kalangan,
Cukuhnyai dan Dusun Pahawang, terdapat 12 RT.
Desa Pahawang saat ini banyak dihuni oleh penduduk keturunan suku Lampung, Jawa Serang, Bugis dan
Padang. Kehidupan penduduknya sebagian besar berusaha sebagai petani, buruh dan nelayan. Mata
pencaharian ini dilakukan oleh penduduk secara bergantian melihat kondisi usaha yang dilakukan. Ada
petani yang melaut, ada nelayan yang bertani dan ada juga yang melakukan sebagai buruh pada musim-
musim tertentu.
Kehidupan penduduk di Desa Pahawang masih mengedepankan kekeluargaan dan gotong royong dalam
kehidupan sehari-harinya. Pada awalnya, Desa Pahawang masih menjadi daerah yang sulit tersentuh oleh
pembangunan, jika dilaksanakan pembangunan hanya merupakan program top down yang tidak menjadi
kebutuhan penduduk. Kekuatan kegiatan keagamaan dan kelembagaan desa menjadi satu kunci untuk
mencapai kemandirian penduduk Desa Pahawangama selama ini.
Bagi penduduk yang menjadikan sektor pertanian untuk sampingan biasanya penduduk ini hanya bertani
pada saat musim-musim wisatawan sedang berkurang, dan kembali beralih ke penyedia jasa wisatawan
pada saat musim-musim liburan sehingga jumlah wisatawan pun meningkat. Penduduk Pulau Pahawang
juga biasanya beralih mata pencarian ke nelayan, jika pertanian dan wisatawan sedang berkurang
Isu-isu yang dapat ditarik dari deep interview dan data-data yang didapat yaitu:
Tabel 1 Isu-isu ekowisata Pahawang
Konservasi Edukasi Pemberdayaan Masyarakat Ekonomi Lokal Partisipasi Masyarakat
Tidak adanya peraturan bagi Belum adanya Masyarakat asli Pulau Ekonomi lokal yang Partisipasi masyarakat
wisatawan agar tidak merusak kegiatan Pahawang sudah mulai berkembang berupa dalam konservasi
lingkungan (terumbu karang) edukasi untuk memperoleh manfaat ekonomi homestay, warung mangrove dan terumbu
wisatawan di dari aktivitas pariwisata tapi makan, penyewaan karang
Masyarakat, LSM, dan Pulau manfaatnya lebih dominan kapal
pemerintah sudah mulai khawatir Pahawang dirasakan oleh masyarakat
dengan ancaman peningkatan yang harus luar Pahawang yang Ekonomi lokal yang
aktivitas wisata Pahawang melalui melakukan bisnis wisata di belum berkembang,
peraturan dan Pahawang, seperti guide, yaitu cinderamata,
Tidak adanya perencanaan TIC (tourist pemilik kapal, pemilik ekonomi kreatif,
menyeluruh untuk pengembangan information penyewaan alat-alat snorkling guide
Ekowisata Pulau Pahawang centre)
5
Melakukan proses pendampingan yang berkelajutan, dengan pegutamaan penyadaran pendidikan
lingkungan. Penyadaran ini berupa sosialisasi efek positif dan negatif dari kondisi alam ke
kelansungan hidup masyarakat setempat.
2. Ditingkat Pemerintahan Desa;
Mendorong tatakelola lingkungan yang baik, mendorong lahirnya peraturan desa tentang wisata
dan sebagainya,
3. Pemerintah Kabupaten/Provinsi
Mendorong sinergi antar program SKPD/dinas untuk konservasi Pahawang dan pembangunan
sarana prasarana yang mendukung ekowisata Pahawang.
4. Terus melakukan kampanye/publikasi ekowisata Pulau Pahawang ke wisatawan.
Selain program-program yang dilakukan LSM, keterlibatan masyarakat sangat besar dalam
pengembangan wisata di Pulau Pahawang. Masyarakat setempat adalah pihak pengerak utama sekaligus
penerima manfaat langsung terhadap wisata yang dikembangkan, Maka dalam hal ini peningkatan
kapasitas masyarakat harus dilakukan dalam pengembangan wisata. Peran masyarakat secara umum
adalah ikut serta menjaga lingkungan yang baik, keamanan yang kondusif, bersikap ramah dan bersahaja
layaknya dalam kaidah dalam wisata seperti sapta pesona. Disamping masyarakat juga merupakan
pengelola lansung dalam berwisata di Pulau Pahawang. Hal ini menyebabkan perubahan pola kegiatan
masyarakat, dari kegiatan nelayan dan bertani menjadi kegiatan pelayanan pariwisata terutama dihari
sabtu dan minggu.
LSM dan masyarakat secara rutin mengadakan pertemuan untuk membahas tentang pengembangan dan
pengelolaan wisata yang baik. Efek dari kegiatan yang dilakukan LSM dan masyarakat dapat dilihat dari
naiknya perekonomian lokal, pembaikan kesehatan dan gizi masyarakat. Tidak hanya masyarakat Pulau
Pahawang namun juga masyarakat yang bersinggungan lansung dengan Pulau Pahawang, dampak lainnya
dapat dilihat dari berkembangnya agen-agen wisata dari luar penduduk Pulau Pahawang. Masuknya agen-
agen wisata diluar penduduk Pulau Pahawang yang tidak terjangkau oleh pendampingan LSM,
menimbulkan ancaman bagi konservasi Pulau Pahawang. Diperkirakan wisatawan yang datang melalui
agen wisata Pulau Pahawang adalah 5000 wisatawan perbulan. Hal ini tentu mendatangkan keuntungan
finansial yang melimpah, namun juga mendatangkan ancaman bagi konservasi Pulau Pahawang. Hal ini
juga menimbulkan kerancuan, karena manfaat finansial Pulau Pahawang, sebagian besar dirasakan oleh
agen-agen wisata yang bukan penduduk asli Pulau Pahawang.
Keuntungan dan ancaman ini perlu disinergiskan dengan program-program pemerintah. Menurut data
yang didapatkan dari deep interview belum ada sinergi program antar SKPD, membuat program-program
yang dijalankan menjadi tumpeng tindih. Peraturan-peraturan pengelolaan pariwisata yang belum jelas
juga menjadi kendala dalam pengembangan Pulau Pahawang, misalnya, masihadap penerbitan izin alih
fungsi lahan mengrove. Hubungan desa dan pemerintah yang belum optimal juga membuat belum
banyaknya kegiatan ekowisata yang dikembangan oleh pemerintah-masyarakat.
Dukungan dari pemerintah sudah dilakukan berupa pelatihan-pelatihan tentang wisata dan bantuan perahu
walaupun belum begitu banyak. Komunikasi dan kordinasi yang belum baik antara pemerintah dengan
pelaku bisnis dan masyarakat setempat mengaibatkan belum adanya perencanaan yang baik dan juga
menghadirkan program-program yang spontan dan belum bisa menyentuh perencanaan yang
komprehensif.
Dari studi kasus pendampingan panjang LSM untuk konservasi Pulau Pahawang, dapat dilihat peran
penting dalam pengembangan dan implementasi bisnis ekowisata sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
yang ada diwilayah ekowisata. Namun peran-peran tersebut harus diawasi pemerintah agar tetap berjalan
6
dengan keberpihakan pada kepentingan masyarakat lokal dan kelestarian sumberdaya alam, dan juga tetap
membangun relasi positif dengan pihak-pihak lainnya, yakni pemerintah, pihak-pihak swasta dan
kelompok-kelompok pengunjung.
Sedangkan peran-peran stageholders dalam pengembangan ekowisata Pulau Pahawang dapat disimpulkan
sebagai berikut
Peran LSM dalam pendampingan masyarakat untuk pengembangan Pariwisata Pulau Pahawang
1. Edukasi masyarakat dalam konservasi mangrove dan terumbu karang
2. Edukasi masyarakat dalam pengembangan teknoliogi informasi
3. Promosi wisata Pulau Pahawang
4. Membangun jaringan dengan peneliti, media, pemerintah dan swasta
5. Melakukan penyuluhan sadar wisata melalui sapta pesona
6. Memfasilitasi masyarakat untuk pelatiahan guide
Peran masyarakat dalam pengembangan Pariwisata Pulau Pahawang
1. Meyediakan fasilitas penginapan berupa homestay, ada sekitar 30 homestay milik masyarakat
2. Menyediakan makanan dan minuman untuk wisatawan
3. Menyewakan perlengkapan wisata air, snorkeling
4. Membentuk wadah dan forum dialog antar tokoh masyarakat untuk pengembangan dan
pengelolaan pariwisata
5. Melakukan musyawarah bersama dalam pengelolaan pariwisata Pulau Pahawang dengan
masyarakat Pulau Pahawang, Pemerintahan Kabupaten, DPRD
Peran pemerintah dalam pengembangan Pariwisata Pulau Pahawang
1. Memberi dukungan dan turut andil dalam penyuluhan kelompok Sadar Wisata (sapta pesona)
yang telah dibentuk komunitas lokal Pahawang
2. Memberikan bantuan fasilitas pendukung penginapan termasuk perlengkapan berupa Kasur untuk
homestay, alat-alat snorkeling, kotak sampah, sepeda gunung dan lainnya
3. Penetapan peraturan tentang kapal dan tarif kapal
4. Melaksanakan promosi melalui pameran wisata ke untuk menarik wisatawan Indonesia dan
mancanegara
5. Merealisasikan pembentukan koperasi
6. Pelatihan keamanan dan keselamatan pariwisata
7. Sejak tahun 2016 (pemerintah baru) menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan
8. Pertama kali akan melaksanakan even festival Pahawang, pada bulan November 2016 ini, sebagai
even pariwisata dengan agenda jelajah pulau, lomba fotografi, lomba perahu hias dan petualangan
Pahawang.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan data-data dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan :
1. Pengembangan pariwisata Pulau Puhawang belum mempertimbangkan prinsip-prinsip ekowisata
2. Peran LSM dan masyarakat sangat besar yang diawali dengan konservasi lingkungan dan saat ini
masyarakat mulai merasakan manfaat dari sektor pariwisata, tetapi di sisi lain ada kekhawatiran
pariwisata akan mengancaman konservasi lingkungan.
7
3. Peran pemerintah masih terbatas pada penyuluhan dan pemberian bantuan fasilitas pendukung
pariwisata, diharapkan ke depan pemerintah dapat menyiapkan berbagai perangkat peraturan
yang berkaitan dengan konservasi mangrove dan terumbu karang, penyediaan infrastruktur
seperti: jalan akses di kawasan Pulau Pahawang, pelabuhan, listrik dan air bersih.
4. Perlu adanya percepatan pelaksanaan berbagai program berkaitan dengan prinsip ekowisata
sebagaimana terlihat pada konsep pengembangan ekowisata Pulau Pahawang pada Gambar 1 dan
arahan program pengembangan ekowisata Pahawang pada Tabel 2.
2. Penyusunan 1. Penyusunan Peraturan - Peraturan tentang Konservasi Kawasan Pesisir Pemerintah Provinsi
8
No. Arahan Program Kegiatan Keterangan (rincian dan tujuan) Penanggung
Pengembangan Jawab
Peraturan berkaitan tentang perlindungan dan Laut dan Kabupaten
dengan terumbu karang dan - Peraturan ttg tata tertib pengunjung (seperti: ada (DKP, Dinas
Pengembangan mangrove di TIC di pintu masuk kawasan) Pariwisata,
Kawasan Puhawang 2. Penyusunan Peraturan yang - Peraturan tentang tata Tertib bagi pengusaha di Dispenda, Dishub)
berkaitan dengan Pelabuhan Ketapang, Misal: standarisasi
penyelenggaraan pariwisata transportasi wisata (kapal,dll)
di kawasan Puhawang dsk - Peraturan yang berkaitan dengan
seperti: penyelenggaraan kegiatan pariwisata (standar
- pembayaran atau bea harga, dll) yang dituangkan dalam Peraturan
masuk kawasan wisata Desa
- penyewaan alat-alat
snorkeling dan lain-lain
(standar kesehatan utk
alat snorkling)
- standar keamanan
transportasi dan alat-
alat
- sewa kapal dan alat-
alat
3. Pengembangan Penataan (revitalisasi) - Pembangunan dan peningkatan jalan dari Dinas Bina Marga
Destinasi Wisata Pelabuhan Ketapang sebagai Bandarlampung - Puhawang yang memenuhi Provinsi
tempat penyeberangan yang standar aman dan nyaman (lebar jalan, rambu- Dinas Perhubungan
aman rambu dll) Provinsi dan
- Pembangunan dan perluasan dermaga Ketapang Kabupaten
(layak utk pariwisata) Dinas Kelautan dan
- Pembangunan dermaga Jetty di Dusun Perikanan
Jelarangan di Puhawang Besar Dinas Permukiman
- Pembangunan dermaga wisata di Lempasing /Cipta Karya
menuju Puhawang Kabupaten
- Pembangunan jalan lingkungan di Pulau
Puhawang untuk transportasi ramah lingkungan
(sepeda, berkuda, gerobak)
Pemerintah (Dinas
Pengembangan Kawasan 1. Program pemeliharaan dan penanaman Kelautan&
Mangrove sebagai salah satu mangrove Perikanan) bersama
objek wisata alam di Puhawang 2. Pembangunan jalan atau track di kawasan LSM
mangrove
Pembangunan Pusat Informasi 3. Transplantasi Terumbu Karang di Puhawang Dinas Pariwisata
Wisata (TIC) di sekitar Kabupaten Pesa-
Ketapang (sebelum masuk Tourism Information Center (TIC) yang memberikan waran bersama
kawasan wisata) informasi kepada wisatawan sebelum memasuki swasta, LSM ling-
Kawasan Wisata Alam/Bahari Puhawang. Sebagai kungan
kawasan wisata alam (EKOWISATA) para
wisatawan wajib ikut menjaga kelestarian
lingkungan, sehingga perlu disampaikan tata tertib Pemerintah Kab.
Pembangunan akomodasi dan masuk kawasan wisata Pesawaran (Dinas
restoran Pariwisata) dan
1. Pembangunan homestay (rumah penduduk, base masyarakat lokal
camp Mitra Bentala) dan pengembangan Dinas Koperindag
camping ground Kabupaten Pesa-
2. Pengembangan restoran yang dikelola waran Pemerintah
masyarakat yang sesuai dengan permintaan (Dinas Pertanian)
pasar
3. Pembinaan bidang pertanian ke masyarakat Pemerintah (Dinas
Pembangunan pusat seni dan lokal untuk penyediaan berbagai macam bahan Pendidikan dan
budaya baku makanan (sayuran dan buah-buahan) Kebudayaan)
1. Gedung Pertunjukan bersama masyarakat
2. Plaza atau Teater 1. Gedung pertunjukan dan teater terbuka lokal
Terbuka digunakan untuk menambah daya tarik wisata
3. Kampung Budaya terutama di waktu-waktu ketika wisatawan tidak
ke laut (malam hari)
2. Kampung Budaya dan Wisata dikembangkan
dengan thema yang unik
3. Penggalian cerita rakyat/legenda berkaitan
dengan objek wisata atau desa wisata
4. Pengembangan Pelatihan dan pembinaan 1. Aparatur teknis pariwisata di Kabupaten Pemerintah (Dinas
Sumber Daya bidang pariwisata bagi: 2. Penyuluhan SADAR WISATA pada masyarakat Pariwisata, Dinas
9
No. Arahan Program Kegiatan Keterangan (rincian dan tujuan) Penanggung
Pengembangan Jawab
Manusia birokrat, dan masyarakat di objek wisata Perindag)
setempat di Pulau Pahawang 3. Pelatihan pembuatan souvenir bagi masyarakat
lokal
4. Pelatihan berkaitan kuliner bagi masyarakat lokal
5. Pelatihan pramuwisata bagi masyarakat loka Pemerintah (Dinas
6. Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan Pendidikan)
bidang Pariwisata
5. Pengembangan 1. Pemgembangan listrik - Pengembangan Konsep 3 R (Reuse, Recycle PLN
Parsarana dan sarana 2. Penyediaan Air bersih dan Reduce) untuk sampah dan air PDAM
pendukung 3. Penyediaan tempat Dinas Pekerjaan
pembuangan sampah Umum
sementara TPA dan TPA
4. Pengolahan limbah padat
dan cair (sampah, sanitasi
lingkungan)
6. Kelembagaan 1. Pembentukan TIM Tim Koordinasi dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Pemerintah
Koordinasi Strategis BPPD adalah amanat UU No 10 tahun 2009 tentang Kabupaten
Lintas Sektor Bidang Kepariwisataan Pesawaran
Kepariwisataan (Perbup)
2. Pembentukan BPPD
Kabupaten yang
beranggotakan akademisi,
pengusaha, pers dan
komunitas (SK Bupati)
Referensi
[1] D. K. d. Pariwisata dan WWF-Indonesia, “Prinsip dan kriteria ekowisata berbasis masyarakat,” Direktorat
Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Jakarta, 2009.
[2] I. S. Nurhasanah dan C. Persada, “Identifying Local Community’s Empowerment in Developing Sustainable
Tourism in Pahawang Island, Pesawaran Regency, Lampung Province,” dalam Icositer, Lampung, 2016.
[3] D. Satria, “Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Ekonomi Lokal Dalam Rangka Program Pengentasan
Kemiskinan Di Wilayah Kabupaten Malang,” Journal of Indonesian Applied Economics, vol. 3, no. Ecotourism,
pp. 37-47, 2009.
[4] C. Persada, Pariwisata dalam perencanaan wilayah membangun Lampung sebagai destinasi baru, Lampung,
2011.
[5] “The International Ecotourism Society (TIES),” The International Ecotourism Society (TIES), November 2016.
[Online]. Available: http://www.ecotourism.org/. [Diakses January 2011].
[6] O. Krouger, “The role of ecotourism in conservation: panacea or Pandora’s box?,” Biodiversity and
Conservation, vol. 14, no. ecotourism, p. 579–600, 2005.
[7] J. Damanik dan H. Weber, Perencanaan pariwisata dari teori ke aplikas, Yogyakarta: Puspar UGM dan Andi,
2006.
[8] B. Raharjo, Ekoturisme berbasis masyarakat dan pengelolaan sumber daya alam, Bogor: penerbit Pustaka Latin,
2004.
10