Anda di halaman 1dari 29

REGENERASI SPENT BLEACHING EARTH DAN

PENGGUNAAN KEMBALI DALAM PEMURNIAN


MINYAK NABATI

RISAL YUSALDI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ABSTRAK
RISAL YUSALDI. Regenerasi Spent Bleaching Earth dan Penggunaan Kembali
Dalam Pemurnian Minyak Nabati. Dibimbing oleh MUHAMMAD FARID dan
HENNY PURWANINGSIH.

Bleaching earth (BE) merupakan istilah yang digunakan dalam dunia


perdagangan untuk sejenis lempung yang mempunyai struktur montmorilonit.
Peningkatan konsumsi BE dalam pemurnian minyak sawit mentah (CPO) akan
mengakibatkan peningkatan jumlah spent bleaching earth (SBE). BE merupakan
sumber daya alam yang tak terbarukan. Dalam upaya menghemat penggunaan BE,
dilakukan regenerasi SBE. Proses regenerasi yang digunakan adalah regenerasi
kimia-fisika, yaitu pengasaman dengan menggunakan H2SO4 dan dilanjutkan
dengan pemanasan. Selain regenerasi secara langsung, dilakukan juga regenerasi
dengan cara dioksidasi terlebih dahulu menggunakan H2O2 30%. Parameter yang
digunakan adalah H2O2 30% (v/v), konsentrasi H2SO4 dengan ragam 10 dan 30
(v/v), dan suhu yang digunakan adalah dari hasil analisis termal, yaitu 700 oC.
Pemanasan ini dilakukan dengan ragam waktu 1, 2, dan 5 jam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa efisiensi adsorpsi warna CPO terbaik (98.44%) adalah
setelah melewati proses pemucatan dengan menggunakan SBE hasil regenerasi
dengan perlakuan konsentrasi H2SO4 30% dan waktu kalsinasi 2 jam. Hasil ini
mendekati persen efisiensi BE komersial, yaitu sebesar 98.46% dan memenuhi
persyaratan Standar Nasional Indonesia, yaitu lebih tinggi dari 40%.

Keyword: Regenerasi, spent bleaching earth, pemurnian, minyak nabati.

ABSTRACT
RISAL YUSALDI. Regeneration of Spent Bleaching Earth and Reuse in Crude
Palm Oil Purification. Supervised by MUHAMMAD FARID and HENNY
PURWANINGSIH.

Bleaching earth (BE) is commonly used term in trading for a clay with
montmorilonite structure. The increasing of BE consumption in crude palm oil
(CPO) purification will increase the spent bleaching earth (SBE) amount. BE is a
non-renewable natural resources. Regeneration of SBE will save BE consumption.
The regeneration process in this research employed physical-chemistry process,
by using H2SO4 in acidification and continued with heating. Besides direct
regeneration, regeneration was also carried out with preoxidation using H2O2
30%. Parameter used were H2O2 30% (v/v), H2SO4 with 10 and 30% (v/v) of
concentration variations, and temperature of 700 °C. Heating at this temperature
were varied for 1, 2, and 5 hours. The result showed that the best adsorption
efficiency of CPO dyes (98.44%) was after being bleached by using the
regenerated SBE with H2SO4 30% and 2 hours calcination. This result was close
to the efficiency of commercial BE, which is 98.46% and met the requirements
from Standar Nasional Indonesia, that is higher than 40%.
REGENERASI SPENT BLEACHING EARTH DAN
PENGGUNAAN KEMBALI DALAM PEMURNIAN
MINYAK NABATI

RISAL YUSALDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul : Regenerasi Spent Bleaching Earth dan Penggunaan Kembali dalam
Pemurnian Minyak Nabati
Nama : Risal Yusaldi
NIM : G44061352

Disetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

Pembimbing II,

Drs Muhammad Farid Henny Purwaningsih, SSi, MSi


NIP 19640525 199203 1 003 NIP 19741201 200501 2 001

Diketahui
Ketua Departemen

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS


NIP 19501227 197603 2 002

Tanggal lulus:
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini yang berjudul “Regenerasi spent bleaching earth dan
penggunaan kembali dalam pemurnian minyak nabati”. Penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan Oktober 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium
Kimia Organik dan Laboratorium Bersama Departemen Kimia FMIPA IPB.
Tulisan ini merupakan suatu karya dari hasil perjuangan yang sangat
panjang yang tentunya tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menghaturkan terima
kasih yang mendalam serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak
Drs. Muhammad Farid dan Ibu Henny Purwaningsih, SSi, MSi selaku
pembimbing atas segala arahan, bimbingan, motivasi, dukungan moral yang tak
henti-hentinya penulis dapatkan sejak awal penelitian dan terus mendorong
penulis agar berjuang menyelesaikan tulisan ini. Selain itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada orang tua, kakak, dan adik saya, atas doa, kasih
sayang, motivasi, dan perhatian, yang begitu besar selama ini
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sabur, Ibu Yenni
Karmila, Ibu Siti Robiah, dan Ibu Siti Rahma, Kak Eko, dan Kak Bekti atas
bantuan yang diberikan. Tak lupa, ungkapan terima kasih penulis kepada seluruh
rekan peneliti di Laboratorium Kimia Organik (Tifah, Ela, Arif, Farid, Ina, Dinda,
Saki, Mba Dian, Lia, Tari, Lilik, Indah, Irvan, Tito, Ridho), teman-teman Kimia
43 (Wahyu, Fiul, Tyas, Tedy, Mitha), serta teman-teman 43 (Hendra, Rian, Peli,
Ajid) atas bantuan, motivasi, diskusi, dan kebersamaan selama penulis menempuh
studi dan menjalankan penelitian.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juni 2011

Risal Yusaldi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 23 Oktober 1988 dari Ayah
Suryana dan Ibu Ida Rosida. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan studi di SMA Muhammadiyah Sukabumi pada tahun 2006.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Tahun 2008, penulis mengikuti
kegiatan praktik lapangan di Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor dengan judul
“Produksi enzim pemecah serat Eupenicillium javanicum, Penicillium
nalgiovense, dan Bacillus pumilus«.
DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii


DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ....................................................................................... 2
Penyiapan SBE........................................................................................ 2
Analisis Termal ....................................................................................... 2
Regenerasi SBE....................................................................................... 2
Oksidasi Lemak Bebas SBE dan Regenerasi SBE.................................... 2
Uji Kimia ................................................................................................ 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Sebelumnya ............................................................................ 3
Analisis Termal ....................................................................................... 3
Regenerasi SBE....................................................................................... 4
Oksidasi Lemak Bebas SBE dan regenerasi SBE ..................................... 5
Kadar Air ................................................................................................ 6
Bobot Jenis Nyata ................................................................................... 7
pH ........................................................................................................... 7
Efisiensi Penjerapan Warna ..................................................................... 8

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan ................................................................................................. 9
Saran ....................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 9
LAMPIRAN .................................................................................................... 11

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Temogram SBE ............................................................................................. 4


2 SBE sebelum dan setelah kalsinasi ................................................................. 4
3 Struktur montmorilonit................................................................................... 5
4 SBE hasil regenerasi ...................................................................................... 5
5 Reaksi pembentukan peroksida ...................................................................... 6
6 SBE setelah oksidasi (a) dan SBE hasil oksidasi dan kalsinasi (b) .................. 6
7 SBE hasil oksidasi, kalsinasi,dan pengasaman dengan H2SO4 10% ................ 6
8 Hubungan antara perlakuan dan kadar air ....................................................... 7
9 Hubungan antara perlakuan dan bobot jenis nyata .......................................... 7
10 Hubungan antara perlakuan dan pH ................................................................ 8
11 CPO hasil adsorpsi ......................................................................................... 8
12 Hubungan antara perlakuan dan efisiensi........................................................ 9

TABEL
Halaman
1 Sifat-sifat fisika bleaching earth 6

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1 Diagram alir penelitian ................................................................................. 12


2 Termogram TGA SBE ................................................................................. 13
3 Kadar air SBE hasil regenerasi ..................................................................... 14
4 Bobot jenis SBE hasil regenerasi .................................................................. 15
5 pH SBE hasil regenerasi ............................................................................... 16
6 Panjang gelombang maksimum CPO ........................................................... 17
7 Efisiensi penjerapan warna CPO .................................................................. 18
8 Uji F efisiensi SBE hasil regenerasi.............................................................. 20

vi
PENDAHULUAN Pemucatan lazim dilakukan dengan cara
menambahkan bleaching earth. Bleaching
Bleaching earth merupakan istilah yang earth terdapat sebagai deposit di alam. Secara
digunakan dalam dunia perdagangan untuk geologis, bleaching earth (Ca-bentonit)
sejenis lempung (clay) yang mempunyai terbentuk dari abu vulkanik yang telah menga-
struktur montmorilonit. Lempung yang lami perubahan (alterasi) dan digolongkan
mempunyai struktur montmorilonit adalah sebagai sumber daya alam yang tak
bentonit. Kandungan mineral montmorilonit terbarukan (Yusnimar 2009).
dalam bentonit sekitar 85% dengan rumus Bleaching earth yang telah digunakan
kimia [(OH)4Si8Al4•nH2O] (Tsai et al. 2002). sebagai penjerap pengotor pada CPO lama-
Bleaching earth merupakan Ca-bentonit yang kelamaan akan terdeaktivasi. Hal ini
mempunyai sifat menyerap sedikit air, cepat ditunjukkan dengan berkurangnya atau
mengendap tanpa membentuk suspensi, pH bahkan hilangnya kemampuan mengadsorpsi
sekitar 4.0–7.1, dan daya tukar ion cukup pengotor pada CPO. Hal ini terjadi karena
besar. bentonit telah jenuh, seluruh pori-porinya
Pasaran bentonit di dalam negeri cukup telah terisi penuh atau tapak aktifnya tertutupi
besar untuk berbagai keperluan industri. Hal oleh pengotor. Untuk alasan tersebut,
ini dapat dilihat dari kebutuhan Ca-bentonit diperlukan proses regenerasi bleaching earth
untuk industri minyak goreng, kimia, dan bekas (spent bleaching earth, SBE) yang
bahan galian nonlogam. Menurut Oil World, bertujuan untuk membersihkan permukaan
produksi minyak sawit kasar (CPO) di bentonit dari pengotor sehingga membuka
Indonesia pada tahun 2010 mencapai 21.8 juta tapak aktif yang tertutupi pengotor.
ton, sedangkan pada proses pemurnian Pembukaan tapak aktif ini akan memperbesar
(refining) CPO, bleaching earth yang luas permukaan pori dan volume spesifiknya.
digunakan antara 0.5 dan 2.0% dari massa CPO mengandung senyawa trigliserida
CPO (Young 1987). Diperkirakan sekitar 436 yang terbentuk dari gliserin dan asam lemak,
000 ton per tahun bleaching earth dibutuhkan senyawa nongliserida (fosfatida dan karotena),
oleh industri pemurnian minyak. dan hidrokarbon (sterol, keton, asam butirat,
Proses pemurnian diperlukan untuk dan tokoferol). Senyawa karotena merupakan
menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak pigmen (karotenoid) yang menyebabkan
dan warna yang tidak menarik sehingga minyak goreng berwarna kuning atau merah.
memperpanjang masa simpan minyak. Pada Bau dan rasa CPO disebabkan oleh senyawa
pengolahan minyak, pemurnian yang hidrokarbon seperti asam butirat dan
dilakukan bergantung pada sifat alami minyak tokoferol. Vitamin yang terkandung dalam
dan sifat akhir yang dikehendaki. Umumnya CPO antara lain A, D, dan E. Zat warna dalam
tahap-tahap pemurnian minyak terdiri atas minyak sawit terdapat secara alami atau
degumming, netralisasi, pemucatan barasal dari hasil degradasi zat warna alamiah.
(bleaching), deodorisasi, dan pendinginan Zat warna alamiah seperti ά dan β-karotena,
(Ketaren 1986). xantofil, gosifil, dan antosianin menyebabkan
Kualitas minyak sawit ditentukan oleh minyak berwarna kuning, kuning cokelat,
tingkat kemurnian CPO. Minyak sawit mentah kehijau-hijauan, dan kemerah-merahan.
masih mengandung beberapa pengotor baik Sementara zat warna dari hasil degradasi zat
yang terlarut maupun yang tidak terlarut warna alamiah biasanya menyebabkan minyak
dalam minyak serta suspensi yang turut berwarna gelap (Ketaren 1986).
terekstraksi pada waktu pengepresan kelapa Peningkatan konsumsi bleaching earth
sawit (Ketaren 1986). Pengotor pada minyak dalam pemurnian CPO akan meningkatkan
sawit ini sangat merugikan karena dapat jumlah SBE. SBE merupakan campuran antara
menyebabkan warna merah gelap yang tidak virgin bleaching earth dan hidrokarbon dari
diinginkan pada minyak. Dalam industri CPO (Mana et al. 2008). Komponen hidro-
minyak sawit, warna merupakan parameter karbon dalam SBE umumnya dapat didegradasi.
utama dalam penentuan kualitas minyak dan Apabila terkena air, senyawa hidrokarbon
faktor penentu keterterimaan minyak dalam tersebut akan mudah terurai oleh mikrob
dunia perdagangan. Semakin gelap warna sehingga menimbulkan bau busuk yang
CPO, akan semakin mahal biaya yang mengganggu lingkungan. Merujuk Peraturan
dibutuhkan dalam proses pemurnian. Selain Pemerintah (PP) No 18 tahun 1999 pada Tabel
itu warna gelap juga menunjukkan kualitas 2 tentang Daftar Limbah dari Sumber Spesifik
minyak yang rendah (Kun et al. 1998). dengan Kode Limbah D-233, dan Jenis
Industri Pengolahan Lemak/Nabati dan
Derivatnya, SBE dikategorikan sebagai B3. Analisis Termal
Alasan yang menjadi pertimbangan dalam PP
tersebut adalah SBE mengandung residu Sampel SBE hasil ekstraksi dianalisis
minyak dan asam. Cara yang perlu menggunakan TGA. Sebanyak 24 mg sampel
dikembangkan untuk mengurangi limbah SBE digerus dalam mortar kemudian dicetak ke
adalah menggunakannya kembali (reuse) dalam pelat platinum dan dilakukan analisis
sebagai adsorben untuk proses pemurnian di termal. Data yang diperoleh berupa
industri tersebut (Wahyudi 2000). Cara ini termogram yang menggambarkan perilaku
juga dapat meminimumkan jumlah SBE dan SBE ketika dipanaskan sampai suhu 1 000 °C.
biaya yang diperlukan pada industri minyak
goreng. Regenerasi SBE
Konsentrasi asam dan suhu merupakan
parameter yang perlu diperhitungkan dalam SBE hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam 3
menentukan kondisi optimum regenerasi cawan porselen, setiap cawan berisi 30 g SBE.
secara kimia-fisika. Regenerasi secara fisika Masing-masing dipanaskan dalam tanur pada
dilakukan dengan pemanasan yang bertujuan suhu 700 °C dengan waktu yang berbeda-
menguapkan senyawa-senyawa yang mudah beda, yaitu selama 1, 2, dan 5 jam. Setiap
menguap seperti air, gas, asam, dan zat-zat sampel ditambahkan H2SO4 10% sebanyak
organik yang terperangkap dalam rongga 250 mL. Percobaan diulangi dengan
bleaching earth. Regenerasi secara kimia menggunakan H2SO4 30% sebanyak 250 mL.
menggunakan asam bertujuan melarutkan Campuran diaduk dengan pengaduk magnet
logam dan melepaskan pengotor yang terdapat selama 5 jam kemudian disentrifugasi selama
pada bleaching earth. Daya pemucatan 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Residu
bentonit hasil regenerasi ditunjukkan oleh padat yang dihasilkan dicuci beberapa kali
nilai efisiensi adsorpsi warna CPO yang akan dengan akuades untuk mengeluarkan asam.
dibandingkan dengan efisiensi dari virgin Untuk mengetahui sampel sudah bebas ion
bleaching earth (VBE) dan SBE tanpa SO42-, air bilasan diuji dengan larutan BaCl2.
perlakuan. Penelitian bertujuan menghasilkan Setelah itu, residu dikeringkan pada suhu 80
bleaching earth melalui proses regenerasi °C selama semalam (modifikasi Boukerroui et
SBE secara kimia-fisika. al. 2000).

Oksidasi Lemak Bebas SBE dan


BAHAN DAN METODE Regenerasi SBE

Bahan dan Alat SBE hasil ekstraksi sebanyak 9 g dimasukkan


ke dalam gelas piala 100 mL, kemudian
Bahan-bahan yang digunakan adalah SBE ditambahkan 20 mL H2O2 30%. Campuran
hasil ekstraksi dari PT Bina Karya Prima dipanaskan dengan suhu 80–90 °C sambil
Bekasi, H2SO4 10% dan 30%, H2O2 30%, diaduk dengan pengaduk magnet, kemudian
BaCl2 5%, aluminium foil, dan akuades. ditambahkan lagi 5 mL H2O2 30% sampai
Alat-alat yang digunakan adalah tanur, alat total H2O2 di dalam larutan sebanyak 50 mL.
analisis termogravimetri (TGA) Shimadzu Residu padat disaring kemudian ditanur
simultaneous TGA/DTA analyzer DTG-60H, dengan suhu 700 °C selama 2 jam. Kepada
kertas saring, sentrifuga, pengaduk magnet, hasil tanur ini, ditambahkan H2SO4 10%
pH meter, piknometer, spektrofotometer sebanyak 250 mL, lalu campuran diaduk
ultraviolet (UV)-tampak Pharmaspec 1700 dengan pengaduk magnet selama 5 jam, dan
shimadzu, dan alat-alat kaca. disentrifugasi. Residu dicuci beberapa kali
dengan akuades untuk mengeluarkan asam.
Untuk mengetahui sampel sudah bebas ion
SO42-, air bilasan diuji dengan larutan BaCl2.
Penyiapan SBE Setelah itu, residu dikeringkan pada suhu 80
°C selama semalam (Nebergall et al. 1995).
Sampel SBE dicuci dengan akuades,
kemudian dikeringkan pada 105 °C selama 3 Uji Kimia
jam dalam oven.
Kadar Air
Cawan porselen dikeringkan selama 5 jam
pada suhu 100 ± 5 °C lalu didinginkan dalam
desikator dan ditimbang (m1). Sampel SBE Rumus yang digunakan adalah sebagai
ditimbang sebanyak 2 g (m2) dengan ketelitian berikut:
4 desimal, lalu dikeringkan kembali dalam 
Efisiensi memucatkan warna =

x 100%
oven pada suhu 100 ± 5 °C selama 5 jam,
A = absorbans minyak sebelum adsorpsi
didinginkan dalam desikator, dan ditimbang
B = absorbans minyak setelah adsorpsi
(m3) (BSN 2000).


Kadar air (%) =

x 100% HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Jenis Nyata Penelitian Sebelumnya
Piknometer kosong ditimbang dengan
ketelitian 4 desimal (A), lalu sampel SBE Regenerasi SBE telah banyak dilakukan
ditimbang ke dalamnya (B). Piknometer yang pada penelitian sebelumnya dengan berbagai
berisi sampel ditambahkan minyak tanah metode. Pada penelitian Wahyudi (2000),
sedikit demi sedikit sambil dikocok. Setelah SBE diregenerasi dengan cara dilarutkan
tidak ada rongga udara, piknometer yang telah dengan H3PO4 kemudian dipanaskan dengan
terisi penuh ditutup pelan-pelan. Tumpahan suhu 180 °C selama 30 menit. Pemanasan
minyak yang keluar dilap dengan kertas tisu selanjutnya dilakukan dengan variasi suhu
sampai kering, lalu piknometer ditimbang (C). 300–700 °C. Nebergall (1995) meregenerasi
Seluruh isi piknometer kemudian dibuang, SBE dengan cara dioksidasi menggunakan
lalu piknometer bersihkan dan dilap sampai H2O2 30%. Permana (2009) meregenerasi SBE
kering. Piknometer selanjutnya diisi dengan dengan cara diekstraksi menggunakan pelarut
minyak tanah sampai penuh, ditutup pelan- n-heksana.
pelan, tumpahan minyak yang keluar dilap Penelitian ini mencoba menggabungkan
sampai kering. Piknometer ditimbang kembali beberapa metode regenerasi SBE yang telah
(D) g (BSN 2000). dilakukan sebelumnya. SBE yang telah
diekstraksi dipanaskan pada suhu ideal,
Bobot jenis nyata (g/mL) = kemudian diasamkan dengan H2SO4. Selain

 
 

x bobot jenis minyak tanah itu, dilakukan juga regenerasi SBE dengan
cara SBE hasil ekstraksi dioksidasi terlebih
Penentuan pH dahulu dengan H2O3 30% kemudian
Dua buah gelas piala dibilas dengan air dipanaskan dan diasamkan dengan H2SO4
suling dan dikeringkan. Sampel SBE (Lampiran 1). Suhu yang ideal pada proses
sebanyak 5 ± 0.01 g dimasukkan ke dalamnya, pemanasan didapat dari hasil TGA, yaitu 700
kemudian ditambahkan 50 mL air suling yang °C.
memiliki pH 7 ± 0.1. Suspensi dikocok
dengan pengaduk magnet selama 10 menit Analisis Termal
dan didiamkan selama 10 menit. pH meter
dikalibrasi dengan larutan standar pH, Tahap pertama pada penelitian ini adalah
kemudian pH larutan sampel diukur (BSN analisis termal dengan menggunakan
2000). penganalisis termogravimetri (TGA). TGA
merupakan jenis pengujian yang dilakukan
Uji Pemucatan Warna pada sampel untuk menentukan perubahan
Sebanyak 25 g minyak nabati mentah bobot dalam kaitannya dengan perubahan
dimasukkan ke dalam gelas piala 200 mL, suhu. Analisis ini bergantung pada ketelitian
kemudian dipanaskan sampai suhu 105 ± 5 tingkat tinggi dalam 3 ukuran, yaitu bobot,
°C. Sampel SBE ditambahkan sebanyak 2.5% suhu, dan perubahan suhu (Kamruddin 2002).
bobot minyak, campuran diaduk terus- Analisis termal ini diperlukan untuk
menerus selama 30 menit dengan suhu dijaga menentukan suhu kalsinasi yang ideal pada
pada 105 ± 5 °C. Sampel disaring dengan saat regenerasi SBE (Suyitno 2009).
kertas saring teknis setara dengan Whatman Termogram hasil TGA dapat dilihat pada
No 40. Absorbans minyak setelah dan Gambar 1 (Lampiran 2).
sebelum adsorpsi diukur menggunakan Nukman (2008) menyatakan bahwa dalam
spektrofoto-meter UV-tampak pada panjang analisis termal menggunakan TGA akan
gelombang 443 nm. Percobaan diulangi terjadi proses dekomposisi massa sampel
dengan mengunakan sampel VBE (BSN sebagai fungsi dari suhu. Dekomposisi
2000). berlangsung 2 tahap. Tahap pertama,
4

dekomposisi di bawah suhu 200 oC, terjadi bereaksi dibandingkan dengan asam lemak
perlahan dan mulai melepaskan sejumLah jenuh (Wahyudi 2000).
kecil hidrokarbon dan senyawa organik yang Regenerasi SBE dilakukan untuk meng-
terdapat pada SBE. Di atas suhu 200 oC, hilangkan asam lemak dari CPO yang me-
pemanasan awal (preheating) terjadi nempel dan untuk mengaktifkan kembali SBE
perubahan sampel menjadi berbentuk “coke”. sehingga dapat digunakan kembali dalam
Tahapan kedua disebut sebagai dekomposisi proses pemurnian CPO. Regenerasi ini
termal aktif (active thermal decomposition). dilakukan 2 tahap, yaitu pemanasan dan
Dekomposisi mulai terjadi antara suhu 350 pengasaman dengan H2SO4 (Boukerroui
dan 400 oC dan berakhir saat mendekati suhu 2000). Dari hasil TGA (Gambar 1), suhu
700 oC. Suhu 400 oC ini dikatakan sebagai kalsinasi yang ideal saat regenerasi SBE
suhu awal untuk proses dekomposisi material. adalah 700 oC. Gambar 2 memperlihatkan
Tingkat akhir dari dekomposisi ini warna SBE setelah kalsinasi lebih terang
ditunjukkan oleh garis yang mulai mendatar. daripada sebelum kalsinasi. Hal ini
menunjukkan bahwa asam lemak dalam SBE
telah hilang dan dapat dinyatakan bahwa
sampel tersebut murni berisi molekul
montmorilonit.

Gambar 1 Termogram SBE Gambar 2 SBE sebelum (kiri) dan setelah


kalsinasi (kanan).
Gambar 1 menunjukkan kehilangan massa
sebesar 9.76 mg (36.83%) ketika dipanaskan Pemanasan ke sekitar suhu 150–180 oC
sampai sekitar 426.81 oC. Sebenarnya pada dapat membuat asam lemak takjenuh
suhu 426.81 sampai 700 oC masih terjadi terpolimerisasi dengan bantuan katalis
dekomposisi, tetapi dengan jumlah yang lempung. Reaksi polimerisasi ini terjadi
sangat sedikit sehingga dapat diabaikan. Saat melalui adisi asam lemak takjenuh yang
suhu 700 sampai 1000 oC merupakan tingkat terkonjugasi dengan adanya oksigen atau
akhir dekomposisi, ditunjukkan dengan garis tidak. Reaksi polimerisasi tersebut dapat
yang mulai mendatar. Dari hasil TGA ini, membentuk senyawa dengan bobot molekul
suhu kalsinasi yang ideal saat regenerasi SBE yang lebih tinggi dan kompleks dibandingkan
adalah 700 oC, karena sudah tidak ada dengan senyawa trigliserida. Pada suhu sekitar
dekomposisi lagi. 300–700 oC, asam lemak dapat berubah
menjadi coke (arang) (Pollard et al. 1991).
Regenerasi SBE Coke tersebut dengan bantuan H2SO4 dan
suhu tinggi (700 oC) dapat membuat bahan
SBE pada dasarnya merupakan campuran mempunyai permukaan yang aktif.
antara senyawa lempung (clay) dan senyawa Aktivasi adsorben dengan asam mineral
organik. Senyawa lempung berasal dari VBE, (H2SO4) akan mempertinggi daya pemucatan
sedangkan senyawa organik berasal dari CPO karena asam mineral tersebut larut atau
(Mana et al. 2008). Senyawa organik dari bereaksi dengan komponen berupa garam Ca
CPO sebagian besar merupakan senyawa dan Mg yang menutupi pori-pori adsorben. Di
trigliserida (fat). Senyawa trigliserida tersusun samping itu, asam mineral melarutkan Al2O3
dari gliserol dengan 3 asam lemak, asam sehingga dapat menaikkan nisbah jumlah SiO2
lemak pada CPO umumnya berasal dari asam dan Al2O3 dari (2–3) : 1 menjadi (5–6) : 1.
oleat (39.5%) dan palmitat (41.6%). Aktivasi menggunakan asam mineral akan
Kandungan asam lemak takjenuh (asam oleat menimbulkan 3 macam reaksi. Mula-mula
dan linoleat) dalam CPO sekitar 55% dari asam akan melarutkan komponen Fe2O3,
kandungan asam lemaknya. Asam lemak Al2O3, CaO, dan MgO yang mengisi pori-pori
takjenuh kurang stabil dan lebih mudah adsorben. Pori-pori akan menjadi terbuka
sehingga menambah luas permukaan
adsorben. Ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang berada
5

pada permukaan kristal adsorben secara


berangsur-angsur akan digantikan oleh ion H+
dari asam mineral. Ion H+ tersebut selanjutnya
juga akan ditukar oleh ion Al3+ yang telah
larut dalam larutan asam. Struktur
montmorilonit yang telah diaktivasi dapat
dilihat pada Gambar 3. (1) (2)

(3)
Gambar 4 SBE hasil regenerasi: kalsinasi 1
jam dan pengasaman (H2SO4 10
dan 30%) (1), Kalsinasi 2 jam dan
pengasaman (H2SO4 10 dan 30%)
(2), Kalsinasi 3 jam dan peng-
asaman (H2SO4 10 dan 30%) (3).

Gambar 3 Struktur montmorilonit (Cool & Oksidasi Lemak Bebas SBE dan
Vansant 2002). Regenerasi SBE

Dalam regenerasi secara kimia dengan Oksidasi lemak bebas SBE dan regenerasi
pengontakan asam, reaksi yang terjadi adalah SBE ini sebenarnya sama seperti regenerasi
sebagai berikut: sebelumnya, yaitu dengan pemanasan dan
pengasaman dengan H2SO4, tetapi sebelum
Al4Si8O20 (OH)4 + 2H+→ Al3Si8O20(OH)2 + itu, SBE dioksidasi terlebih dahulu dengan
Al3+ + 2 H2O hidrogen peroksida (H2O2) 30%. Hal ini
bertujuan agar SBE lebih terbebas dari asam
Pada kondisi tersebut, separuh atom Al lemak.
berpindah dari struktur bersama dengan gugus H2O2 memiliki keunggulan dibandingkan
hidroksil, sehingga terjadi perubahan gugus dengan oksidator yang lain, yaitu sifatnya
oktahedral menjadi tetrahedral. Atom Al yang yang ramah lingkungan karena tidak
tersisa masih terkoordinasi dalam rangkaian meninggalkan residu berbahaya dan kekuatan
tetrahedral dengan 4 atom oksigen tersisa oksidatornya dapat diatur sesuai dengan
(Agustiawan 1992). Perubahan dari gugus kebutuhan. H2O2 memiliki sifat oksidator kuat,
oktahedral menjadi tetrahedral membuat kisi tidak berwarna, memiliki bau yang khas agak
kristal bermuatan negatif. Muatan negatif keasaman, dan larut sangat baik dalam air.
pada permukaan kristal dapat dinetralkan oleh Dalam kondisi normal, H2O2 sangat stabil,
logam-logam alkali dan alkali tanah yang dengan laju dekomposisi yang sangat rendah.
terdapat pada bentonit. Ikatan antara ion Al Pada saat mengalami dekomposisi, H2O2
dan kation penetral tersebut adalah ikatan terurai menjadi air dan gas oksigen, dengan
ionik yang mudah diputuskan, karena kation- mengikuti reaksi eksoterm berikut:
kation tersebut bukan bagian dari kerangka
bentonit. Karena itu, kation-kation tersebut H2O2 H2O + ½ O2 + 23.45 kkal/mol
sehingga dapat dengan mudah dipertukarkan
dengan ion H+ yang berasal dari asam mineral. Oksigen yang dihasilkan digunakan dalam
Gambar 4 menunjukkan hasil kalsinasi mengoksidasi asam lemak yang ada dalam
selama 1, 2, dan 5 jam dan pengasaman SBE. Oksidasi asam lemak takjenuh
dengan H2SO4 10 dan 30%. Hasil regenerasi khususnya asam oleat terjadi melalui
ini diharapkan sudah tidak lagi mengandung mekanisme reaksi-rantai autokatalitik radikal
asam lemak dan memiliki permukaan yang bebas (Yubaidah 2009). Mekanisme oksidasi
aktif. Terhadap hasil regenerasi ini, dilakukan ini terdiri atas runtutan inisiasi (I), propagasi
beberapa uji kimia, yaitu penentuan kadar air, (P), dan terminasi (T):
bobot jenis nyata, pH, dan efisiensi adsorpsi Inisiasi
warna. RH + O2 → R•+ HO2•
6

Propagasi dan kalsinasi warnanya lebih terang lagi


R• + O2 → ROO• (Gambar 6b). Hal ini menunjukkan bahwa
ROO• + RH → ROOH + R• sampel sudah terbebas dari asam lemak.
Terminasi
R• + R• → R-R
ROO• + ROO• → produk stabil

Oksidasi spontan asam lemak takjenuh


didasarkan pada serangan oksigen pada ikatan
rangkap membentuk hidroperoksida takjenuh.
Peroksida bersifat reaktif dan mudah (a) (b)
mengalami dekomposisi menghasilkan Gambar 6 SBE setelah oksidasi (a) dan SBE
senyawa dengan bobot molekul lebih rendah. hasil oksidasi dan kalsinasi (b).
Secara umum, reaksi pembentukan peroksida
diberikan pada Gambar 5. Gambar 7 merupakan hasil kalsinasi 2 jam
O dilanjutkan pengasaman dengan H2SO4 10%.
O- Hasil regenerasi ini diharapkan sudah tidak
1 mengandung asam lemak lagi dan memiliki
R C C R +O O R C C R1 permukaan yang aktif. Terhadap hasil
H H H H regenerasi ini, juga akan dilakukan uji kimia
Moloksida
yang sama seperti SBE yang diregenerasi
tanda oksidasi awal.
O O
O O
R C C R1 1
H H R CH + R CH
Peroksida

Gambar 5 Reaksi pembentukan peroksida.

Terbentuknya peroksida disusul dengan


terbentuknya ikatan rangkap baru yang akan Gambar 7 SBE hasil oksidasi, kalsinasi, dan
menghasilkan sederet senyawa aldehida dan pengasaman dengan H2SO4 10%.
asam jenuh dengan bobot molekul lebih
rendah (terutama dengan jumlah atom C1–
Kadar Air
C9), misalnya senyawa epihidrin aldehida.
Satu molekul oksigen yang bereaksi dengan Penetapan kadar air bertujuan mengetahui
ikatan takjenuh akan menghasilkan oksida
sifat higroskopis SBE. Nilai kadar air berkisar
lemak dan secara bersamaan membebaskan
antara 3.19 dan 4.07% (Lampiran 3),
atom oksigen aktif. Oksigen aktif ini memenuhi persyaratan Standar Nasional
menyerang molekul trigliserida dengan 3 Indonesia (BSN 2000), yaitu lebih rendah dari
macam reaksi yang mungkin terjadi, yaitu
15% (Tabel ).
membentuk molekul oksida; melalui
dehidrogenasi rantai molekul, akan Tabel Sifat-sifat fisika bleaching earth (BSN
menghasilkan ikatan rangkap sekunder; dan 2000)
melalui pembentukan zat antara
(hidroperoksida) yang akan menghasilkan Jenis uji Satuan Persyaratan
senyawa hidroksi dan keton, selanjutnya
Bobot jenis nyata g/ml 2.0 - 2.7
terurai melalui proses pemecahan rantai
molekul. pH suspense (10 % padatan) - 6.5 - 8.5
Gambar 6a menunjukkan SBE hasil
Kadar air % maks 15
oksidasi sebelum dan setelah kalsinasi, terlihat
warna sampel lebih terang daripada sampel Efisiensi memucatkan warna % min 40
yang tidak dioksidasi (Gambar 2). Hal ini
menunjukkan bahwa asam lemak yang Gambar 8 menunjukkan bahwa kadar air
terkandung di dalam sampel telah berkurang. terendah dimiliki sampel SBE hasil regenerasi
Setelah sampel dioksidasi, sampel dikalsinasi dengan perlakuan kalsinasi selama 5 jam dan
dengan suhu 700 oC agar sampel benar-benar pengasaman dengan H2SO4 30%. Kadar air ini
terbebas dari asam lemak. SBE hasil oksidasi juga lebih rendah dari kadar air VBE dan SBE
7

tanpa perlakuan. Sementara kadar air tertinggi nyata dari semua perlakuan memenuhi BSN
dimiliki sampel SBE dengan perlakuan (2000), yaitu berkisar 2.0–2.7 g/mL (Tabel ).
kalsinasi 1 jam dan pengasaman dengan Nilai bobot jenis nyata dari semua perlakuan
H2SO4 10%. Lama kalsinasi dan konsentrasi hampir mendekati bobot jenis VBE, yaitu
H2SO4 berpengaruh terhadap kadar air. 2.0621 g/mL.
Semakin lama waktu kalsinasi, semakin
rendah kadar air sampel, hal ini disebabkan
air yang terperangkap dalam sampel semakin
hilang. Kadar air juga sangat erat
hubungannya dengan sifat higrokopis dari
aktivator yang digunakan, yaitu H2SO4.
Semakin besar konsentrasi H2SO4, semakin
rendah kadar air SBE. Terikatnya molekul air
yang ada pada SBE oleh aktivator
menyebabkan pori-pori SBE semakin besar.
Semakin besar pori-pori, luas permukaan SBE
hasil regenerasi semakin bertambah.
Bertambahnya luas permukaan ini Gambar 9 Hubungan antara perlakuan dan
mengakibatkan semakin meningkatnya bobot jenis.
kemampuan adsorpsi dari SBE, yang berarti .
kualitas SBE semakin baik. pH

Bentonit merupakan suatu mineral


aluminosilikat dengan struktur lapis 2:1 (SiO2
dan Al2O3). Sisi aktif bentonit dibedakan atas
sisi muka dan tepi. Kedua sisi ini merupakan
permukaan luar. Sisi muka selalu memiliki
muatan negatif akibat substitusi isomorfik Si4+
oleh Al3+ (Schulze 1998). Sebaliknya, sisi tepi
mineral lempung muatannya bervariasi
bergantung pada pH, bermuatan positif pada
pH rendah dan bermuatan negatif pada pH
tinggi sebagai akibat protonasi dan
deprotonasi gugus hidroksil permukaan
Gambar 8 Hubungan antara perlakuan dan (SiOH) (Sposito 1985). Reaksi protonasi dan
kadar air. deprotonasi SiOH dapat dinyatakan oleh
persamaan berikut:
Bobot Jenis Nyata Pada pH rendah: SiOH + H+ SiOH2+
-
Pada pH tinggi: SiOH + OH SiO- + H2O
Penentuan bobot jenis nyata pada Untuk struktur lapis 2:1, tumpukan
penelitian ini menggunakan minyak tanah antarunit struktur dasar mengakibatkan
sebagai pembanding. Minyak tanah digunakan dekatnya letak 2 atom oksigen dari lapis
karena SBE berbentuk padatan dan bersifat tetrahedral yang bersinggungan. Karena itu,
polar, sehingga pada saat diukur bobot unit-unit struktur dasar tersebut saling
jenisnya perlu ditambahkan senyawa nonpolar bertolakan (Lua & Yang 2004) dan
agar SBE tidak larut. Dengan demikian akan mengakibatkan mengembangnya mineral
didapatkan nilai bobot jenis nyata yang lempung. Hal ini membentuk satu sisi aktif
sesungguhnya dari SBE. Analisis bobot jenis tambahan yang disebut sisi antarlapis
dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan (permukaan dalam). Adanya sisi antarlapis ini
menentukan karakteristik fisik dari suatu merupakan ciri khusus dari mineral lempung
bahan. Menurut Djatmiko dan Widjaya dengan struktur lapis 2 : 1 (Sainz et al. 2001).
(1984), dalam uji bobot jenis, suhu harus pH SBE hasil regenerasi berkisar antara
diatur dengan hati-hati dalam kisaran yang 6.61 dan 6.89 (Lampiran 5). Gambar 10
pendek, karena peningkatan suhu akan menunjukkan bahwa pH SBE hasil regenerasi
menurunkan bobot jenis. memenuhi BSN (2000), yaitu berkisar 6.5–8.5
Bobot jenis SBE hasil regenerasi berkisar (Tabel). pH dengan pengasaman H2SO4 30%
antara 2.0220 dan 2.0342 g/mL (Lampiran 4). lebih tinggi daripada pH dengan pengasaman
Gambar 9 menunjukkan bahwa bobot jenis H2SO4 10%. Nilai pH hasil regenerasi juga
8

mendekati nilai pH VBE, yaitu 6.91, dan lebih nonpolar, ikatan hidrogen, penukaran ion, dan
tinggi daripada pH SBE tanpa perlakuan, yaitu pembentukan ikatan kovalen.
5.59. Menurut Ketaren (1986), daya adsorpsi Efisiensi adsorpsi warna CPO oleh SBE
terhadap warna akan lebih efektif jika pH hasil regenerasi diukur dengan menggunakan
adsorben mendekati netral. Data pH yang spektrofotometer UV-tampak dan dibanding-
diperoleh semuanya mendekati netral, maka kan dengan CPO tanpa perlakuan. Dari hasil
diharapkan dapat menjerap pengotor pada pemayaran CPO tanpa perlakuan, didapat
CPO dengan baik. panjang gelombang maksimum 443 nm
(Lampiran 6). Panjang gelombang ini
digunakan pada pengukuran absorbans CPO
yang diadsorpsi oleh SBE hasil regenerasi.
Dari Gambar 11 terlihat bahwa warna CPO
dengan penambahan SBE hasil regenerasi
lebih terang daripada CPO awal. Ini
menunjukan bahwa SBE hasil regenerasi telah
berhasil mengadsorpsi warna CPO.

Gambar 10 Hubungan antara perlakuan dan


pH.
Gambar 11 CPO hasil adsorpsi (dari kiri ke
Efisiensi Adsorpsi Warna kanan: CPO awal, VBE, 1 jam
10%, 1 jam 30%, 2 jam 10%, 2
Molekul-molekul pada permukaan zat jam 30%, 5 jam 10%, 5 jam
padat atau zat cair mempunyai gaya tarik ke 30%, dan oksidasi).
arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain
yang mengimbangi. Adanya gaya tarik ini Efisiensi adsorpsi SBE hasil regenerasi
menyebabkan zat padat dan zat cair berkisar antara 97.69 dan 98.44% (Lampiran
mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda 7). Nilai efisiensi SBE hasil regenerasi
dengan absorpsi. Pada absorpsi, zat yang mendekati nilai efisiensi VBE, yaitu 98.46%.
dijerap masuk ke dalam absorben, sedangkan Regenerasi SBE ini dapat dikatakan berhasil
pada adsorpsi, zat yang dijerap hanya terdapat karena nilai efisiensinya lebih besar daripada
pada permukaannya. Jadi, adsorpsi merupakan SBE tanpa perlakuan, yaitu 87.64% dan
peristiwa adsorpsi atom, ion, atau molekul memenuhi persyaratan BSN (2000), yaitu
pada lapisan permukaan atau antarfase; atom lebih tinggi dari 40% (Tabel). Berdasarkan uji
atau molekul tersebut terkumpul pada bahan F (Lampiran 8), nilai efisiensi dari semua
pengadsorpsi atau adsorben. Menurut perlakuan tidak berbeda nyata dengan VBE,
jenisnya adsorpsi ada 2 macam, yaitu adsorpsi sehingga dapat dikatakan bahwa efisiensi SBE
fisika dan adsorpsi kimia. Gaya yang hasil regenerasi sangat mendekati efisiensi
menyebabkan adsorpsi fisika sama seperti VBE.
yang menyebabkan gas mengembun dan lazim Gambar 12 menunjukkan bahwa lama
dikenal sebagai gaya van der Walls. Adsorpsi waktu kalsinasi SBE tidak terlalu berpengaruh
fisika biasanya berlangsung dalam suhu yang terhadap efisiensi adsorpsi warna pada CPO,
rendah dan dapat terjadi pada semua zat. tetapi konsentrasi H2SO4 berpengaruh; H2SO4
Sementara adsorpsi kimia mencakup 30% efisiensinya lebih tinggi dibandingkan
pembentukan ikatan kimia. Oleh karena itu, dengan H2SO4 10%. Efisiensi hasil oksidasi
sifatnya lebih spesifik daripada adsorpsi lebih rendah daripada efisiensi dengan cara
fisika. Akan tetapi, terkadang tidak terdapat biasa (pemanasan dan pengasaman saja).
perbedaan yang tajam antara kedua jenis Seharusnya efisiensi hasil oksidasi ini lebih
adsorpsi ini. (Sukardjo 1985). tinggi daripada efisiensi dengan cara biasa,
Dalam adsorpsi kimia, ikatan dapat karena asam lemak dengan cara oksidasi bisa
sedemikian kuatnya sehingga spesies asli lebih banyak hilang. Hal ini dapat disebabkan
tidak dapat ditemukan. Biasanya adsorpsi regenerasi dengan cara oksidasi terlebih
kimia terjadi pada suhu yang tinggi. Pada dahulu sebelum pemanasan dan pengasaman
proses adsorpsi ada beberapa gaya yang menggunakan H2SO4 10%.
terlibat, yaitu gaya tarik van der Walls yang
its reuse in the refining of an edible oil. J
Chem Technol Biotechnol 75:773-776.

Cool P, Vansant EF. 2002. Pillared clays:


Preparation, characterization, and
application. J Amateur Chem Soc 60:309-
319.

Djatmiko B, Widjaya AP. 1984. Teknologi


Minyak dan Lemak I. Bogor: Industri Pr.

Kamruddin M, Ajikumar PK, Dash S, Tyagi


AK, Balden R. 2003. Thermogravimetry
evolved gas analysis mass spectrometry
Gambar 12 Hubungan antara perlakuan dan
system for materials research. Bull Mater
efisiensi.
Sci 26:449-460.

Ketaren S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan.


SIMPULAN Jakarta: UI-Pr

Persen efisiensi dari semua perlakuan tidak Kun SL, Lee CK, Lee YK. 1998.
berbeda nyata dengan VBE. Persen efisiensi Decolorization of CPO by acid activated
adsorpsi warna yang paling tinggi adalah SBE spent bleaching earth. J Chem Technol
dengan perlakuan kalsinasi 2 jam dan Biotechnol 72:67-73.
pengasaman dengan H2SO4 30%. Waktu
kalsinasi pada saat regenerasi tidak Lua AC, Yang T. 2004. Effect of activated
berpengaruh terhadap efisiensi adsorpsi temperature on the textural and chemical
warna, tetapi konsentrasi H2SO4 berpengaruh. properties of potassium hydroxide
Konsentrasi H2SO4 yang paling baik adalah activated carbon prepared from pistachio-
30%. nut shell. J Coll Interf Sci 274:594-601.

Mana M, Mohand SO, Marc L, De Menorval


SARAN LC. 2008. Removal of lead from aqueous
solutions with a treated spent bleaching
Penelitian lanjutan yang perlu dilakukan earth. Hazardous Mat 159:358-364.
adalah berapa kali SBE ini dapat diregenerasi
sehingga dapat digunakan kembali pada Nebergall et al., penemu; American Colloid
proses pemurnian CPO. Harapannya, Company. 12 Nov 1995. Process for
regenerasi ini tidak hanya dapat dilakukan regenerating spent acid-activated bentonite
sekali, tetapi berulang-ulang, sehingga dapat clays and smectite catalysts. US patent
menghemat jumlah bentonit di alam dan 5468701.
meminimumkan limbah SBE.
Nukman. 2008. Dekomposisi volatile matter
dari batu bara Tanjung Enim dengan
DAFTAR PUSTAKA menggunakan alat thermogravimetry
analyzer (TGA). Makara Teknol 12:65-59.
Agustiawan I. 1992. Aktivasi bentonit dengan
limbah sulfat [tesis]. Serpong: Fakultas Permana DG. 2009. Pemulihan minyak sawit
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dari limbah bahan pemucat dengan metode
Institut Teknologi Indonesia. ekstraksi menggunakan pelarut organik
[skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2000. Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Bentonit untuk pemucat nabati. SNI 13-
6336-2000. Pollard SJT, Sollars JS, Perry R. 1991. A low
cost adsorbent from spent bleaching earth
Boukerroui A, Mohand SO. 2000. I-The selection of an activation procedure.
Regeneration of spent bleaching earth and J Chem Technol Biotechnol 50:265-275.
10

Sainz DCI, Hernandez LA, Dove MT. 2001. Wahyudi MY. 2000. Studi penggunaan
Modeling of dioctahedral 2:1 kembali bleaching earth bekas sebagai
phyllosilicates by means of transferable adsorben dalam proses refining CPO
empirical potentials. Phys Chem [tesis]. Bandung: Fakultas Matematika dan
Mineralogy 28:130-135. Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Teknologi Bandung.
Sukardjo. 1985. Kimia Anorganik.
Yogyakarta: Bina Aksara. Young FVK. 1987. Refining and
Fractionation of Palm Oil. Di dalam:
Suyitno. 2009. Perumusan laju reaksi dan Gustone FD. Palm Oil: Critical Reports on
sifat-sifat pirolisis lambat sekam padi Applied Chemistry. New York: J Wiley.
menggunakan metode analisis termo-
gravimetri. J Teknik Mesin 11:12-18. Yubaidah S. 2009. Stabilitas oksidasi
biodiesel sawit Jatropha castor dan
Schulze DJ. 1998. Minerals in Soil pengaruhnya terhadap karakteristik emisi
Environments. Winconsin: Soil Science gas buang [tesis]. Depok: Fakultas
Society of America. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia.
Sposito G. 1984. The Surface Chemistry of
Soils. New York: Oxford Univ Pr. Yusnimar. 2009. Proses bleaching CPO:
Pengaruh ukuran partikel bentonit dan
Tsai WT, Chen HP, Hsein WY, Lai CW, Lee suhu aktivasi terhadap daya jerap bentonit
MS. 2002. Thermochemical regeneration [tesis]. Yogyakarta: Fakultas Teknik,
of bleaching earth waste with zinc Universitas Gadjah Mada.
chloride. Resources, Conservation and
Recycling 39:65-77.
LAMPIRAN
102

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Spent bleaching earth Analisis


(SBE) hasil ekstraksi Termal

Preparasi

Regenerasi

Uji Kimia

Kadar Air Berat Jenis Penentuan Uji Pemucatan


Nyata pH Warna

12
Lampiran 2 Termogram TGA SBE

13
12
Lampiran 3 Kadar air SBE hasil regenerasi

Bobot (g) Kadar air (%)


Rerata
Sampel Ulangan Cawan kosong Sampel awal Cawan + 
(m1) (m2) sampel akhir (m3)
(

x 100%
(%)
1 33.6681 2.0080 35.5944 4.0687
1 jam 10 % 2 33.2359 2.0334 35.1868 4.0572 4.07
3 33.8417 2.0298 35.7889 4.0693
1 34.5700 2.0151 36.5071 3.8707
1 jam 30 % 2 35.2581 2.0285 37.2078 3.8846 3.88
3 34.2574 2.0448 36.2230 3.8732
1 35.5270 2.0218 37.4715 3.8233
2 jam 10 % 2 34.5718 2.0327 36.6045 3.8274 3.85
3 36.3437 2.0549 38.3182 3.9126
1 36.3421 2.0466 38.3226 3.2297
2 jam 30 % 2 35.3785 2.0784 37.3887 3.2823 3.24
3 34.5825 2.0396 36.5557 3.1967
1 35.3680 2.0080 37.3094 3.3167
5 jam 10 % 2 35.2489 2.0272 37.2088 3.3198 3.32
3 36.3874 2.0487 38.3682 3.3159
1 31.4665 2.0024 33.4026 3.3110
5 jam 30 % 2 31.4685 2.0052 33.4110 3.1270 3.19
3 34.5725 2.0015 36.5113 3.1327
1 36.3437 2.0457 38.3121 3.7787
Oksidasi 2 34.5723 2.0729 36.5679 3.7291 3.74
3 35.5281 2.0912 37.5418 3.7204
1 35.3682 2.0162 37.3183 3.2784
VBE 2 36.3441 2.0275 38.3055 3.2602 3.26
3 35.5262 2.0482 37.5083 3.2272
1 33.6784 2.0342 35.6012 1.9228
SBE 2 33.2478 2.0478 35.1753 1.9275 5.64
3 31.4697 2.0449 33.4006 1.9309

14
12
Lampiran 4 Bobot jenis SBE hasil regenerasi

Bobot (garam)
Berat jenis (gmL)

Sampel Ulangan Pikno Pikno + Pikno + sampel Pikno + ( 
 
Rerata (g/mL)
Kosong Sampel Sampel minyak tanah
x BJ minyak tanah)
(A) (B) minyak tanah (C) (D)
1 12.8657 14.8705 2.0048 23.3818 22.1753 2.0518
1 jam 10% 2 12.7645 14.7698 2.0053 23.3726 22.1770 2.0234 2.0493
3 12.7660 14.7701 2.0041 23.3904 22.1762 2.0729
1 12.7623 14.7753 2.0130 23.3975 22.1719 2.0887
1 jam 30% 2 12.7701 14.7919 2.0218 23.4006 22.1722 2.0819 2.0929
3 12.7616 14.7796 2.0180 23.4089 22.1730 2.1081
1 12.7879 14.8005 2.0126 23.3939 22.1975 2.0146
2 jam 10% 2 12.7792 14.8028 2.0236 23.4006 22.1854 2.0451 2.0368
3 12.7781 14.8106 2.0325 23.4089 22.1862 2.0506
1 12.7730 14.7845 2.0115 23.4000 22.1826 2.0695
2 jam 30% 2 12.7653 14.7915 2.0262 23.4033 22.1834 2.0531 2.0587
3 12.7680 14.7995 2.0315 23.4085 22.1852 2.0536
1 12.7752 14.7817 2.0065 23.3787 22.1853 2.0161
5 jam 10% 2 12.7637 14.7719 2.0082 23.3797 22.1828 2.0223 2.0222
3 12.7782 14.7907 2.0125 23.3895 22.1877 2.0281
1 12.7764 14.7958 2.0194 23.3888 22.1860 2.0204
5 jam 30% 2 12.7867 14.8068 2.0201 23.3971 22.1891 2.0323 2.0342
3 12.7718 14.7957 2.0239 23.4009 22.1836 2.05
1 12.7754 14.8269 2.0515 23.4206 22.1850 2.0543
Oksidasi 2 12.7619 14.7744 2.0125 23.3895 22.1875 2.0286 2.0508
3 12.7683 14.8120 2.0437 23.4207 22.1838 2.0695
1 12.7670 14.8333 2.0663 23.4016 22.1766 2.0066
VBE 2 12.7685 14.8213 2.0528 23.4298 22.1827 2.0816 2.0621
3 12.7718 14.8207 2.0489 23.4259 22.1748 2.0982
1 12.7849 12.7849 2.0138 21.3827 22.1945 2.0267
SBE 2 12.7894 12.7894 2.0224 21.3872 22.1990 2.0354 2.0366
3 12.7788 12.7788 2.0346 21.3766 22.1884 2.0476

15
12
13
16

Lampiran 5 pH SBE hasil regenerasi

Rerata
Sampel Ulangan pH
pH
1 6.64
1 jam 10% 2 6.67 6.66
3 6.68
1 6.75
1 jam 30% 2 6.78 6.75
3 6.73
1 6.59
2 jam 10% 2 6.63 6.61
3 6.61
1 6.83
2 jam 30% 2 6.85 6.85
3 6.87
1 6.75
5 jam 10% 2 6.78 6.75
3 6.73
1 6.91
5 jam 30% 2 6.87 6.89
3 6.89
1 6.75
Oksidasi 2 6.79 6.77
3 6.77
1 6.91
VBE 2 6.93 6.91
3 6.89
1 5.56
SBE 2 5.68 5.59
3 5.54
17

Lampiran 6 Panjang gelombang maksimum CPO

12
18

Lampiran 7 Efisiensi penjerapan warna CPO

Efisiensi Rerata
Sampel Ulangan Absorbans Pengenceran
(%) efisiensi (%)
1 jam 10% 1 0.352 5x 98.21
2 0.358 5x 98.18 98.19
3 0.361 5x 98.17
1 jam 30% 1 0.331 5x 98.32
2 0.335 5x 98.30 98.30
3 0.339 5x 98.28
2 jam 10% 1 0.341 5x 98.27
2 0.344 5x 98.25 98.25
3 0.349 5x 98.23
2 jam 30% 1 0.303 5x 98.46
2 0.308 5x 98.43 98.44
3 0.311 5x 98.42
5 jam 10% 1 0.400 5x 97.97
2 0.405 5x 97.94 97.94
3 0.409 5x 97.92
5 jam 30% 1 0.399 5x 97.97
2 0.391 5x 98.01 98.01
3 0.384 5x 98.05
Oksidasi 1 0.451 5x 97.71
2 0.457 5x 97.68 97.69
3 0.453 5x 97.70
VBE 1 0.303 5x 98.46
2 0.308 5x 98.43 98.46
3 0.301 5x 98.47
SBE 1 0.602 20x 87.76
2 0.613 20x 87.54 87.64
3 0.609 20x 87.62

Contoh perhitungan:
  
  

Efisiensi warna (%) = x 100%


  
.  
0.352x 5

= .  

x 100%
= 98.21%

Keterangan: A= absorbans CPO awal


B=absorbans CPO yang telah dijerap

12
19

Lanjutan lampiran 7

Sampel Ulangan absorban Pengenceran Rerata


absorban
CPO awal 1 0.656 150x
2 0.655 150x 0.656
3 0.656 150x
® 1 0.051 5x
Sania
2 0.055 5x 0.054
3 0.057 5x

12
Lampiran 8 Uji F efisiensi SBE hasil regenerasi

2 !
Perlakuan Ulangan Efisiensi Ragam=s F hitung= F tabel Keterangan
"
1 jam 10% 1 98.21
2 98.18 4.3333 x 10-4 1 19.5 F hit < F tabel Tidak berbeda nyata
3 98.17
1 jam 30% 1 98.32
2 98.3 4 x 10-4 1.0833 19.5 F hit < F tabel Tidak berbeda nyata
3 98.28
2 jam 10% 1 98.27
2 98.25 4 x 10-4 1.0833 19.5 F hit < F tabel Tidak berbeda nyata
3 98.23
2 jam 30% 1 98.46
2 98.43 4.333 x 10-4 1 19.5 F hit < F tabel Tidak berbeda nyata
3 98.42
5 jam 10% 1 97.97
2 97.94 6.333 x 10-4 1.4616 19.5 F hit < F tabel Tidak berbeda nyata
3 97.92
5 jam 30% 1 97.97
2 98.01 1.6 x 10-3 3.6926 19.5 F hit < F tabel Tidak berbeda nyata
3 98.05
Oksidasi 1 97.71
2 97.68 2.333 x 10-4 1.8573 19.5 F hit < F tabel Tidak berbeda nyata
3 97.7
SBE 1 87.76
2 87.54 0.0124 28.6176 19.5 F hit < F tabel Berbeda nyata
3 87.62

20
12
12

Anda mungkin juga menyukai