Anda di halaman 1dari 22

RINGKASAN

Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk memancarkan radiasi
menjadi inti yang stabil.

Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tak-stabil untuk memancarkan radiasi menjadi
inti yang stabil.

Materi yang mengandung inti tak stabil memungkinkan untuk memancarkan radiasi, disebut juga
zat radioaktif.

Materi yang mengandung inti tak-stabil yang memancarkan radiasi, disebut zat radioaktif.

Radioaktivitas suatu unsur radioaktif (radionuklida) ditunjukkan oleh konstanta disintegrasi


(l), yang menyatakan perbandingan disintegrasi tiap detik, dan waktu paro
(t½).

Besarnya radioaktivitas suatu inti radioaktif (radionuklida) ditentukan oleh konstanta peluruhan
(l ), yang menyatakan laju peluruhan tiap detik, dan
waktu paro (t½).

Kedua besaran tersebut bersifat khas untuk setiap radionuklida.

Berdasarkan sumbernya, radioaktivitas dibedakan atas radioaktivitas alam dan radioaktivitas


buatan. Radioaktivitas buatan banyak digunakan di berbagai bidang.

URAIAN

1. Definisi radioaktivitas

Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk memancarkan radiasi dan
berubah menjadi inti stabil.
Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tak-stabil untuk memancarkan radiasi dan
berubah menjadi inti stabil.

Proses perubahan ini disebut dengan peluruhan dan inti atom yang tidak stabil disebut
radioisotop.

Proses perubahan ini disebut dengan peluruhan dan inti atom yang tak-stabil disebut
radionuklida..

Materi yang banyak mengandung radioisotop disebut zat radioaktif.

Materi yang mengandung radionuklida disebut zat radioaktif.

Peluruhan adalah peristiwa hilang atau pecahnya inti atom yang tidak stabil, atau berubahnya
suatu unsur menjadi unsur yang lain, yang kedua hal tersebut terjadi secara bersamaan.

Peluruhan ialah perubahan inti atom yang tak-stabil menjadi inti atom yang lain, atau berubahnya
suatu unsur radioaktif menjadi unsur yang lain.

Radioaktivitas ditemukan oleh H. Becquerel pada tahun 1896. Becquerel menamakan radiasi
dengan sinar uranium.

Radioaktivitas ditemukan oleh H. Becquerel pada tahun 1896. Becquerel menamakan radiasi
dengan uranium.

Dua tahun setelah itu, Marie Curie meneliti sinar uranium dengan menggunakan alat yang dibuat
oleh Pierre Curie, yaitu suatu pengukur listrik piezo (lempengan batu kristal yang biasanya
digunakan untuk pengukuran aliran listrik lemah), dan Marie Curie berhasil membuktikan bahwa
kekuatan sinar uranium dapat dibandingkan dengan jumlah muatan uranium yang dikandung
dalam campuran senyawa uranium.

Dua tahun setelah itu, Marie Curie meneliti radiasi uranium menggunakan alat yang dibuat oleh
Pierre Curie, yaitu pengukur listrik piezo (lempengan kristal yang biasanya digunakan untuk
pengukuran arus listrik lemah), dan Marie Curie berhasil membuktikan bahwa kekuatan radiasi
uranium sebanding dengan jumlah kadar uranium yang dikandung dalam campuran senyawa
uranium.
Disamping itu, Marie Curie juga menemukan bahwa peristiwa peluruhan tersebut tidak
dipengaruhi oleh suhu atau tekanan campuran senyawa uranium, dan sinar uranium dipancarkan
dengan sendirinya secara terus menerus tanpa bisa dikendalikan.

Di samping itu, Marie Curie juga menemukan bahwa peristiwa peluruhan tersebut tidak
dipengaruhi oleh suhu atau tekanan , dan radiasi uranium dipancarkan secara spontan dan terus
menerus tanpa bisa dikendalikan.

Marie Curie juga meneliti tentang campuran senyawa selain uranium, lalu menemukan bahwa
campuran senyawa thorium juga mengeluarkan radiasi yang sama dengan campuran senyawa
uranium, dan sifat pemancaran radiasi seperti ini diberi nama radioaktivitas.

Marie Curie juga meneliti campuran senyawa lain , dan menemukan bahwa campuran senyawa
thorium juga memancarkan radiasi yang sama dengan campuran senyawa uranium, dan sifat
pemancaran radiasi seperti ini diberi nama radioaktivitas.

Pada tahun 1898, ia menemukan unsur baru yang sifatnya mirip dengan bismut. Unsur baru ini
dinamakan polonium diambil dari nama negara asal Marie Curie, yaitu Polandia.

Setelah itu H. Becquerel dan Marie Curie melanjutkan analisis menggunakan Pitch Blend (bijih
uranium).

Setelah itu H. Becquerel dan Marie Curie melanjutkan penelitiannya dengan menganalisis pitch
blend (bijih uranium).

Mereka berpikir bahwa di dalam Pitch Blend terdapat materi yang radioaktivitasnya lebih kuat
daripada uranium atau polonium.

Mereka berpendapat bahwa di dalam pitch blend terdapat unsur yang radioaktivitasnya lebih kuat
dari pada uranium atau polonium.

Pada tahun yang sama mereka mengumumkan bahwa ada materi radioaktif yang sifatnya mirip
dengan barium.

Pada tahun yang sama mereka mengumumkan bahwa ada unsur radioaktif yang sifatnya mirip
dengan barium.

Unsur baru ini dinamakan radium (Ra), yang artinya benda yang memancarkan.
Unsur baru ini dinamakan radium (Ra), yang artinya benda yang memancarkan radiasi.

Detail dari penemuan ini dapat dilihat pada pokok bahasan tentang Penemuan Radioaktivitas
Alam.

2. Waktu Paro
Waktu paro (t½) adalah waktu yang diperlukan sehingga jumlah inti radioaktif berkurang menjadi
setengahnya.
Waktu paro (t½) adalah waktu yang diperlukan oleh suatu radionuklida untuk meluruh sehingga
jumlahnya tinggal setengahnya.

Pancaran inti radioaktif mempunyai sifat yang khas (unik) untuk masing-masing inti.

Radiasi radionuklida mempunyai sifat yang khas (unik) untuk masing-masing inti.

Apabila ditinjau tiap-tiap inti, maka peristiwa pemnancaran sulit untuk ditentukan, tetapi apabila
ditinjau untuk sekumpulan inti yang sama, maka akan dapat diperkirakan kemungkinan
peluruhannya. 

Peristiwa pemancaran radiasi suatu radionuklida sulit untuk ditentukan, tetapi untuk sekumpulan
inti yang sama kebolehjadian peluruhannya dapat diperkirakan. 

Waktu paro bersifat khas terhadap setiap jenis inti.

Perbandingan pancaran dalam suatu waktu disebut konstanta peluruhan dan secara matematis
hubungan antara t½ dan l dinyatakan dengan
l = 0,693/ t½

Laju pancaran radiasi dalam satuan waktu disebut konstanta peluruhan dan secara matematik
hubungan dengan t½  dinyatakan dengan

l = 0,693 / t½

3. Radioaktivitas alam dan buatan


Berdasarkan asalnya, radioaktivitas dikelompokkan menjadi radioaktivitas alam, yang
keberadaannya tanpa keterlibatan manusia, dan radioaktivitas buatan, yang terjadi akibat
kegiatan yang dilakukan manusia.

Berdasarkan asalnya, radioaktivitas dikelompokkan menjadi radioaktivitas alam, dan


radioaktivitas buatan, yaitu hasil kegiatan yang dilakukan manusia.

Dalam radioaktivitas alam, ada yang berasal dari alam dan dari radiasi kosmik.

Radioaktivitas buatan adalah unsur radioisotop yang terjadi karena sengaja dibuat manusia, dan
mempunyai berbagai jenis yang disesuaikan dengan penggunaannya.

Radioaktivitas buatan dipancarkan oleh raioisotop yang sengaja dibuat manusia, dan berbagai
jenis radionuklida dibuat sesuai dengan penggunaannya.

4. Radioaktivitas alam

4.1  Radioaktivitas primordial

Pada litosfer, banyak inti radioaktif yang sudah ada bersamaan dengan terjadinya bumi, dan
tersebar secara luas yang disebut radioaktivitas alam.

Pada litosfer, banyak terdapat inti radioaktif yang sudah ada bersamaan dengan terjadinya bumi,
yang tersebar secara luas yang disebut radionuklida alam.

Radioaktivitas ini banyak terkandung pada berbagai macam materi dalam lingkungan, misalnya
dalam air, tumbuhan, kayu, bebatuan, bahan bangunan, dan lain lain.

Radionuklida alam banyak terkandung dalam berbagai macam materi dalam lingkungan,
misalnya dalam air, tumbuhan, kayu, bebatuan, dan bahan bangunan.
Radioaktivitas primordial dapat ditemukan juga di dalam tubuh mausia. Terutama radioisotop
yang terkandung dalam kalium alam.

Radionuklida primordial dapat ditemukan juga di dalam tubuh mausia. Terutama radioisotop
yang terkandung dalam kalium alam.

Uraian lengkap mengenai radioaktivitas alam dijelaskan pada pokok bahasan "inti radioaktif
alam (08-01-01-02)".

4.2 Radioaktivitas yang berasal dari radiasi kosmik

Pada saat radiasi kosmik masuk ke dalam atmosfer bumi, terjadi interaksi dengan inti atom yang
ada di udara menghasilkan berbagai macam inti radioaktif. Yang paling banyak dihasilkan
adalah H-3 dan C-14.

Pada saat radiasi kosmik masuk ke dalam atmosfer bumi, terjadi interaksi dengan inti atom yang
ada di udara menghasilkan berbagai macam radionuklida. Yang paling banyak dihasilkan adalah
H-3 dan C-14.

Kecepatan peluruhan dan kecepatan pembentukan radioaktivitas jenis ini adalah seimbang,
sehingga secara teoritis jumlahnya di alam adalah tetap.

Kecepatan peluruhan dan kecepatan pembentukan radionuklida seimbang, sehingga secara


teoretis jumlahnya di alam adalah tetap.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka dengan mengukur kelimpahan C-14 yang ada dalam suatu
benda, maka akan dapat ditentukan umur dari benda tersebut dan metode tersebut dinamakan
penanggalan karbon (Carbon Dating).

Berdasarkan fenomena tersebut, maka dengan mengukur kelimpahan C-14 yang ada dalam suatu
benda, dapat ditentukan umur dari benda tersebut dan metode penentuan umur ini dinamakan
penanggalan karbon (Carbon Dating).

5. Radioaktivitas Buatan
5.1. Radioaktivitas yang berhubungan dengan pembangkit listrik tenaga nuklir

Energi yang dihasilkan akibat proses peluruhan dapat digunakan sebagai pembangkit listrik
tenaga nuklir.

Energi yang dihasilkan oleh proses peluruhan dapat digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga
nuklir.

Dalam instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir, faktor keselamatan radiasi menjadi prioritas
yang utama, dan dengan berkembangnya  teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir, maka
tingkat keselamatan radiasinya pun semakin tinggi.

5.2. Radioaktivitas akibat percobaan senjata nuklir

Radioaktivitas yang berasal dari jatuhan radioaktif akibat percobaan senjata nuklir disebut fall


out. Tingkat radioaktivitas dari fall out yang paling tinggi terjadi pada tahun 1963 dan setelah itu
jumlahnya terus menurun. Hal itu disebabkan pada tahun 1962 Amerika dan Rusia mengakhiri
percobaan senjata nuklir di udara.

5.3. Radioaktivitas dalam kedokteran

Radioaktivitas dalam kedokteran digunakan untuk pemeriksaan, pengobatan, dan sterilisasi dan


lain-lain.

Radioaktivitas yang berasal dari radioisotop dalam bidang kedokteran digunakan misalnya untuk
diagnosis, terapi, dan sterilisasi alat kedokteran.

Uraian lengkap dari penggunaan radioaktivitas di bidang kedokteran dapat dibaca pada pokok
bahasan Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran.

5.4. Radioaktivitas dalam rekayasa teknologi


Penggunaan radiasi dalam bidang pengukuran (gauging), analisis struktur materi, pengembangan
bahan-bahan baru, dan sebagai sumber energi dibahas dalam pokok bahasan Penggunaan Radiasi
dalam rekayasa teknologi. 

5.5. Radioaktivitas dalam bidang pertanian

Penggunaannya dalam bioteknologi, pembasmian serangga atau penyimpanan bahan pangan, dan
teknologi pelestarian lingkungan dibahas dalam pokok bahasan Penggunaan radiasi dalam
produksi pertanian, kehutanan dan laut.

Eksplorasi Geofisika: Metode Radioaktif


Metode ini pada dasarnya ialah menentukan besarnya/banyaknya berkas gelombang Gamma yang
dihasilkan oleh batuan sebagai efek terjadinya proses pembelahan/peluruhan atom yang terjadi
pada batuan itu sendiri. Satuan unit: cps (count per second). Pada metode ini berkas gelombang
Gamma yang diukur adalah Potassium, Thorium dan Uranium.

Metode ini mempunyai penetrasi yang sangat dangkal (kurang lebih 30-60 cm) sehingga efek
gangguan pada permukaan oleh aktifitas manusia akan sangat mengganggu kualitas data. Metode
ini dapat dilakukan dengan pengukuran dari udara dan juga dapat dilakukan dari darat. Dengan
metode ini litologi batuan secara kasar dapat dipetakan dan juga metode ini berguna untuk
melokalisir daerah alterasi potassic.

Metode Radioaktivitas

Metode geofisika yang bekerja berdasarkan sifat radiasi alam adalah metode radioaktivitas. Metode
ini dapat aktif atau pasif. Disebut pasif bila hanya mengukur radioaktivitas alami, biasanya sinar
gamma dari medium di permukaan sebagai fungsi tempat. Dengan memetakan sebaran intensitas
radiasi sinar gamma di permukaan akan diperoleh daerah yang memiliki konsentrasi radioaktif tinggi
sebagai daerah ANOMALI. Daerah ANOMALI tersebut biasanya di interpretasikan secara terpadu
dengan data sebaran resistivitas ataua magnetic serta infomasi geologi untuk ditentukan jenis
batuan radioaktif tersebut serta dimensi dan kedalaman tubuh batuannya. Bila dilakukan
pengukuran radiasi secara vertical dan pasif, seperti yang dilakukan sepanjang lubang BOR, maka
dapat diperoleh informasi lapisan lapisan mana yang mengadung radioaktif yang kemudian
didentifikasi sebagai LITOLOGI tertentu (TELFORD, dkk., 1990).

Sedangkan disebut AKTIF bila sumber radioaktif diletakan di sepanjang lubang BOR dan diukur
radiasi baliknya. Cara ini banyak digunakan di dalam LOGGING lubang bor untuk menentukan
DENSITAS dan POROSITAS system perlapisan dibawah permukaan. Metode ini banyak di gunakan
untuk menunjang eksplorasi sumber migas dan panas bumi.

Metode

Dalam mempelajari struktur bawah permukaan bumi, mempunyai tahapan – tahapan sistematis
yaitu sebagai berukut:

1. Rancangan Survei: yaitu perencanaan sistematis semua aktivitas, sasaran, alat – alat utama
dan alat bantu yang akan digunakan lengkap dengan spesifikasinya. Jadwal, kebutuhan
logistik yanag sesuai dengan lapangan daerah survey, pembiayaan, dan sebagainya.
Perancangan survey harus memperhatikan masukan awal pertimbangan struktur geologi,
agar didapatkan ANOMALI struktur yang SIGNIFIKAN.
2. Pengumpulan data: yaitu pengukuran besaran – besaran fisika dilapangan yang jelas,
akurasi, dan keluarannya sesuai dengan rancangan sasaran dan spesifikasi semula. Data
tersebut dapat diukur pada titik ukur yang posisinya harus ditentukan juga dengan akurat
dengan mengunakan alat ukur posisi dengan menggunakan GLOBAL POSSITIONING
SYSTEM (GPS). Karena pada umumnya data geofisika juga merupakan fungis waktu, maka
penggukuruan waktu saat mengukur juga harus direkam secara akurat. Akuisisi data
dilapangan memerlukan sejumlah peralatan yang meliputi sensor berbagai besaran fisis dan
kelengkapan kualitas dan kuantitas berbagai jenis sensor.kualitas sensor meliputi akurasi,
sensitivitas, dan jangkauan dinamiknya. Sensor dalam kegiatan geofisika sering berhadapan
dengan kondisi lingkungan yang tidak ramah, misalnya: SUHU DAN TEKANAN TINGGI,
LINGKUNGAN TIDAK LEMBAB, BASAH, KOROSIT DAN BAHKAN SERING JUGA
DIGANGGU OLEH MANUSIA DISEKITAR PEMASANGAN SENSOR.
3. Pengolahan data yaitu koreksi data dari pengaruh ganguan (noise) yang terjadi selama
proses pengukuran, memperkuat signal to noise ratio, penampilan data dalam berbagai
visualisasi dan proses lanjut yang sesuai dengan rancangan sasaran,
4. Interpretasi dan pemodelan struktur bawah permukaan bumi, merupakan proses
penghitungan balik atau penyelesaian inversi atau pembuatan model – model alternative,
misalnya posisi, kedalaman, dimensi, bentuk, dan parameter fisis yang terkandung serta
dinamika sumber model ANOMALI.

Gambar 1. Survey Ground Radiometric & Airborne radiometric 

Gambar 2. Peta-peta hasil pengukuran radiometric: (a) Potassium; (b) Uranium; (c) Thorium; (d)
Composite image (Red=K; Green=Thorium; Blue=Uranium).
Scintillation counter adalah alat untuk mendeteksi dan mengukur radiasi pengion.
Ini terdiri dari sintilator yang menghasilkan foton cahaya dalam menanggapi radiasi insiden,
tabung photomultiplier sensitif yang mengubah cahaya menjadi sinyal listrik, dan elektronik
yang diperlukan untuk memproses output tabung photomultiplier.
Counter kilau banyak digunakan karena mereka dapat dibuat dengan murah namun dengan
efisiensi kuantum yang baik dan dapat mengukur baik intensitas dan energi radiasi insiden.

Anda mungkin juga menyukai