Editor:
Agus Abdullah
Mohammad Heriyanto
Hardianto Rizky Prabusetyo
Judul Artikel:
Forward Modeling Metode Self Potensial
Darmawangsa Wijaya, Trio Adi Kuncoro, Ucok Jhonatan Hariyanto, Francisco Surya
Pratama, dan Aulia Rahman Pangaribuan
GitHub: https://github.com/Metkom/OSGPUP
Homepage: https://sites.google.com/site/metkomup
University: https://universitaspertamina.ac.id
Contact Us: metkom.up@gmail.com
Abstrak
Kelangkaan air bersih dan sanitasi layak yang terjadi pada 2.726 kelurahan/desa di Pulau Jawa dan Nusa
Tenggara menghambat program pemerintah dan PBB dalam mewujudkan tujuh belas pilar pembangunan
berkelanjutan (sustainable development goals), salah satunya adalah pengadaan air bersih dan sanitasi layak bagi
seluruh rakyat Indonesia. Penulis sebagai mahasiswa teknik geofisika mengambil peran dalam kesejahteraan rakyat
dengan menggunakan metode forward modeling self potensial. Metode ini ramah lingkungan karena merupakan
metode pasif yang mengamati migrasi elektron yang dihasilkan alami oleh bumi yang dikenal dengan anomali self
potensial (SP). Penulis menggunakan bahasa pemrograman Octave sebagai media visualisasi data. Data yang
terdapat pada proyek ini merupakan data yang dibangun sendiri kemudian di proses melalui forward modeling self
potensial, yaitu proses perhitungan data yang secara teoritis teramati di permukaan bumi melalui parameter beda
potensial (V). Penulis mempresentasikan anomali tersebut kedalam 3 model geometri: bola, silinder, dan lempeng.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan drastis beda potensial pada daerah anomaly yang digambarkan
pada tiga bentuk geometri. Hal tersebut merupakan indikasi adanya keberadaan air tanah pada penelitian yang
diajukan.
Tersedia online 2 Maret 2018 • Lisensi kode: MIT License • Bahasa: Indonesia
Kutip artikel ini sebagai berikut: Darmawangsa Wijaya, Trio Adi Kuncoro, Ucok Jhonatan Hariyanto,
Francisco Surya Pratama, & Aulia Rahman Pangaribuan. (2018). https://doi.org/10.6084/m9.figshare.5946724
1. PENDAHULUAN
potensial merupakan metode akuisisi data geofisika yang berguna untuk mengeksplorasi sumber daya alam bawah
permukaan. Metode ini disebut metode pasif karena yang diukur hanyalah beda potensial di atas permukaan dari
sumber yang dihasilkan secara alami oleh medium di bawah permukaan. Metode ini dapat digunakan untuk
mendeteksi keberadaan reservoir panasbumi, mineral logam, air tanah, dan sebagainya [2].
Pemodelan kedepan (forward modeling) adalah proses perhitungan data yang secara teoritis akan teramati di
permukaan bumi. Apabila diketahui parameter model bawah permukaan tertentu maka melalui proses forward
modeling dapat dihitung data yang secara teoritik akan teramati di permukaan bumi. Konsep tersebut digunakan
untuk menginterpretasi data geofisika. Jika respon suatu model cocok/mendekati dengan data, maka model yang
digunakan untuk memperoleh data tersebut dianggap mewakili kondisi bawah permukaan di lokasi pengukuran [4].
Forward modeling self potensial yang telah penulis lakukan ialah menggunakan aplikasi octave, yaitu program
dengan bahasa pemrograman tingkat tinggi untuk melakukan metode komputasi geofisika. Octave merupakan
perangkat lunak gratis untuk komputasi numerik dan visualisasi data. Penulis menggunakan octave untuk
menggambarkan kondisi bawah permukaan suatu daerah buatan yang menggunakan beda potensial sebagai
parameternya.
Dalam proyek metode komputasi ini, proyek dilakukan untuk memperkirakan posisi, kedalaman, dan bentuk
geometri beda potensial diri dari kondisi daerah buatan bawah permukaan.
1.3. Tujuan
Tujuan utama proyek ini untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai geometri bawah permukaan
bumi dan juga akibatnya terhadap objek yang diteliti. Penulis memahami betul pembuatan proyek ini ialah untuk
media implementasi pemahaman penulis terhadap mata kuliah Metode Komputasi dan juga materi metode self
potensial. Tujuan spesifik dari proyek ini adalah membuat program menggunakan Octave dalam menghitung
perbedaan beda potensial pada model bawah permukaan yang digambarkan melalui geometri: bola, silinder, dan
lempeng
2. METODOLOGI
2.1. Teori
Self potensial (SP) atau disebut juga potensial diri adalah perbedaan potensial yang terjadi secara alami antara
titik-titik di permukaan tanah. Perbedaan potensial dihasilkan di dalam bumi atau di dalam batuan yang teralterasi
oleh kegiatan manusia maupun alam. Potensial alami terjadi akibat ketidaksamaan atau perbedaan material-material,
dekat larutan elektrolit dengan perbedaan konsentrasi dan karena aliran fluida di bawah permukaan. Selain itu, hal
lain yang mengakibatkan terjadinya potensial diri di bawah permukaan yaitu dapat dihasilkan oleh perbedaan
mineralisasi, aktivitas elektrokimia, aktivitas geothermal dan bioelektrik oleh tumbuh-tumbuhan yang dipetakan
untuk mengetahui informasi di bawah permukaan [2].
Mekanisme polarisasi spontan dalam zona mineral, seperti efek panas bumi, tidak sepenuhnya dipahami,
meskipun beberapa hipotesis telah dikembangkan untuk menjelaskannya. Pengukuran sekunder menunjukkan
bahwa beberapa bagian dari mineral harus berada dalam zona oksidasi agar anomali SP dapat muncul di
permukaan. Berdasarkan tanda-tanda yang ada, tubuh mineral bertindak seperti sel galvanic dengan beda
potensial yang dibuat antara zona oksidasi (umumnya diatas permukaan) dan reduksi. Aktivitas sel ini ini
digambarkan pada Gambar 1 [2].
Gambar 2. Sketsa model geobattery klasik dari Sato dan Money untuk tubuh bijih dan persamaannya dengan sirkuit
linear. (Revil, 2013)
Pada Gambar 2, saat jauh dari tubuh bijih, potensial redoks berkurang terutama terhadap kedalaman
karena pengurangan kedalaman dari konsentrasi oksigen yang terlarut di air pori. Di sekitar tubuh bijih,
gangguan potensial redoks terjadi karena reaksi redoks pada permukaan tubuh bijih. Korosi dari tubuh bijih
juga dapat berperan dalam kerak resistif yang menambahkan resistansi Ohmik ke sirkuit. Secara khusus,
anomali potensial diri yang berkaitan yang dengan tubuh bijih dapat mencapai beberapa ratus millivolts di
permukaan tanah tetapi tidak dapat lebih tinggi dari perbedaan potensial redoks diantara titik terminal (anoda
dan katoda) dari sistem tersebut.
Pada Tabel 1 ditampilkan beberapa jenis umum untuk anomali SP dan sumber geologi yang menghasilkan
anomali tersebut. Sebagai tambahan, geometri dari struktur geologi dapat juga menghasilkan anomali SP
sehingga sumber-sumber pada tabel di bawah ini hanya digunakan sebagai petunjuk.
Tabel 1. Sumber dan Nilai secara umum untuk Anomali SP (Reynolds, 2011)
Metode SP merupakan metode geofisika yang bersifat pasif, beda potensial alami yang dihasilkan oleh
suatu material pada daerah survei diukur diantara dua titik elektroda di permukaan tanah. Nilai beda potensial
yang terukur mulai dari beberapa millivolt hingga lebih dari satu volt. Tanda positif dan negatif yang terdapat
pada nilai beda potensial adalah faktor yang penting untuk interpretasi anomali SP.
Forward modeling merupakan proses perhitungan data yang secara teoritis akan teramati di permukaan
bumi. Apabila diketahui parameter model bawah permukaan tertentu maka melalui proses pemodelan ke
depan dapat dihitung data yang secara teoritik akan teramati di permukaan bumi. Jika respon suatu model
cocok/sesuai dengan data, maka model yang digunakan untuk memperoleh respon tersebut dapat dianggap
mewakili kondisi bawah permukaan di lokasi pengukuran [2].
Pemodelan geometri pada forward modeling dapat diwakili bentuk geometri bola, silinder horizontal, dan
lempeng. Masing – masing model memiliki rumus tersendiri dan aplikasi tertentu pada daerah yang ditinjau.
( x x0 ) cos z sin
V ( x, z, ) K
(( x x0 ) 2 z 2 ) 3 / 2
( x x0 ) cos z sin
V ( x, z, ) K
(( x x0 ) 2 z 2 )
( x x0 ) a cos z a sin
2 2
V ( x) K . ln 2
( x x0 ) a cos ( z a sin )
2
4. DISKUSI
Berdasarkan hasil dari output yang didapatkan dari script yang telah dibuat, terlihat pada figure bahwa
area yang mengalami penurunan secara drastis dalam kurva mengindikasikan adanya anomali resistivitas
pada area tersebut. Bentuk pemodelan yang dilakukan pada area anomali tersebut ada tiga, yaitu: model bola,
model silinder horizontal, dan model lempeng. Bentuk garis kurva titik-titik pada figure sangat bergantung
pada besar nilai positif ataupun negatif dari momen elektriknya (k) atau bisa juga disebut sebagai besarnya
polarisasi. Sudut polarisasi pada pemodelan potensial diri tidak bergantung kepada posisi koordinat
horizontalnya (X).
5. KESIMPULAN
Potensial diri di bawah permukaan dapat terjadi akibat adanya perbedaan mineralisasi, aktivitas
elektrokimia, aktivitas geothermal, dan bioelektrik dari tumbuh-tumbuhan. Metode forward modelling self
potensial merupakan metode yang bertujuan untuk mendapatkan informasi di bawah permukaan melalui
pemetaan. Dengan menggunakan informasi kedalaman dari permukaan ke pusat tubuh anomali, sudut
polarisasi, posisi pusat tubuh anomali, posisi koordinat horizontal, dan besarnya polarisasi kita dapat
melakukan pemodelan dari satu titik ke titik lainnya sehingga terbentuk model dalam figure sederhana yang
tersusun dari garis kurva titik-titik dan bentuk ruang tiga dimensi. Maka dari itu, metode self potensial ini
dapat digunakan oleh geofisikawan untuk mendukung program sustainable development goals dalam bidang
pencarian air bersih dan sanitasi layak di Indonesia.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan sehingga
diharapkan kritik, saran dan koreksi yang membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan.
REFERENSI
1. A. Aziz. 13 September 2017. Indonesia Darurat Kekeringan dan Krisis Air Bersih. Tirto.id. URL:
https://tirto.id/indonesia-darurat-kekeringan-dan-krisis-air-bersih-cwtr [2017/10/13]
2. W. Telford and L. Geldart. 1990. Applied Geophysics. London: Cambridge University.
3. Heriyanto, Mohammad (2017): Latihan Pemodelan Sederhana Metode Self-Potensial. figshare.
https://doi.org/10.6084/m9.figshare.4811422.v1
4. B.T. Samudra dan D.D. Warnana. Pemodelan Numerik Data Potensial Diri. Jurnal Teknik ITS, Vol.
6, No. 1.
LAMPIRAN
1. Model Bola
clear; close; clc;
%Konstanta
K = -600;
z = 20;
x0 = 0;
teta = 40;
%Lokasi Pengukuran
x= -100:10:100;
dy=K*V;
subplot(5,1,[4 5])
% Gambar Bola
th = 0:pi/50:2*pi;
R = 10;
xunit = R*cos(th)+x0;
yunit = R*sin(th)+z;
fill(xunit,yunit,'r');
set(gca,'ydir','reverse');
axis([min(x) max(x) 0 50]);
title([ ' \bf \fontsize{14} \fontname{Times}Model => ' , ' K = ' , ...
2. Model Silinder
clear; close; clc;
%Konstanta
K = -600;
z = 20;
x0 = 0;
teta = 40;
%Lokasi Pengukuran
x= -100:10:100;
subplot(5,1,[4 5])
% Gambar Silinder Horisontal
th = 0:pi/50:2*pi;
R = 10;
xunit = R*cos(th)+x0;
yunit = R*sin(th)+z;
fill(xunit,yunit,'r');
set(gca,'ydir','reverse');
axis([min(x) max(x) 0 50]);
title([ ' \bf \fontsize{14} \fontname{Times}Model => ' , ' K = ' , ...
num2str(K), ' kg/m^3 ; R = ' ,num2str(R), ...
' m ; z = ' ,num2str(z), ' m ; x_0 = ' ,num2str(x0), 'm' ]);
xlabel(' \bf \fontsize{12} \fontname{Times}Posisi (m)' );
ylabel(' \bf \fontsize{12} \fontname{Times}Kedalaman (m)' );
%axis equal;
3. Model Lempeng
clear; clc;
%Konstanta
K = 500;
a = 10;
z = 40;
x0 = 200
Forward Modeling Metode Self Potensial 77
DOI: 10.6084/m9.figshare.5946724
Komputasi Geofisika 1 | © 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina
teta = 30;
%Lokasi Pengukuran
x= 0:10:500;
figure (1)
subplot (5,1,[1 2])
plot(x,dy,'.','color','r','Markersize',15);
xlim([min(x) max(x)]);
xlabel('\bf \fontsize{12}\fontname{Times}Posisi (m)');
ylabel('\bf \fontsize{12}\fontname{Times}\Delta g (mGal)');
title('\bf \fontsize{14}\fontname{Times}Modeling SP - Bola');
subplot(5,1,[4 5])
% Gambar Lempeng
th = 0:pi/50:60;
R = 10;
xunit = R*cos(th)+x0;
yunit = R*sin(th)+z;
fill(xunit,yunit,'r');
set(gca,'ydir','reverse');
xlim([min(x) max(x)]);
title([ ' \bf \fontsize{14} \fontname{Times}Model => ' , ' \rho = ' , ...
num2str(rho), ' kg/m^3 ; R = ' ,num2str(R), ...
' m ; z = ' ,num2str(z), ' m ; x_0 = ' ,num2str(x0), ' m' ]);
xlabel(' \bf \fontsize{12} \fontname{Times}Posisi (m)' );
ylabel(' \bf \fontsize{12} \fontname{Times}Kedalaman (m)' );
xlim([min(x) max(x)]);
ylim([0 50]);
axis equal;