Anda di halaman 1dari 17

PENUGASAN KESEHATAN LINGKUNGAN

BLOK 4.4 KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh:
Reli Albaro 17711087
Syifa’a Maharani Irmansyah 17711097
Herdianti Ruwaidah Amaliyah 17711146
Tutorial 9

Tutor:
dr. Sani Rachman Soleman, M.Sc

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi…………………………………………………………………………..ii
Pendahuluan……………………………………………………………………….1
Laporan…………………………………………………………………………....3
Kesimpulan………………………………………………………………………12
E-poster…………………………………………………………………………..13
Daftar Pustaka……………………………………………………………………14

ii
PENDAHULUAN

Kromium merupakan salah satu jenis logam yang banyak digunakan sebagai
bahan baku di industri pelapisan logam. Kromium secara luas banyak digunakan
untuk penyepuhan, pelapis kromat, penyamakan kulit, dan melapisi logam. Sifatnya
yang tidak mudah teroksidasi udara menjadikannya sebagai pilihan pelapis logam,
stainless steel, dan melapisi perlindungan untuk mesin otomotif.(1)
Pemanfaatan dari logam krom di lingkungan industri juga akan membawa
dampak negatif karena krom termasuk logam berat sehingga mampu mencemari
lingkungan dan biota jika digunakan dalam jumlah yang tidak semestinya.
Perkembangan industri tentunya akan berdampak dalam meningkatnya cemaran
dari logam tersebut disebabkan limbah-limbah logam yang tidak dikelola dengan
baik akan secara otomatis dibuang ke perairan, lepas ke udara, atau mengendap ke
tanah yang akan berakibat pada buruknya kualitas perairan, udara, dan tanah yang
tercemar.(2)
Logam ini juga bersifat toksik bagi organ tubuh sehingga paparan krom
secara langsung dalam jangka panjang tentu saja tidak berdampak baik bagi tubuh.
Beberapa bukti klinis telah menunjukkan heksavalen kromium dapat menimbulkan
keracunan Cr yang dapat menyebabkan kanker paru, ulkus hidung, iritasi hidung,
dan reaksi hipersensitivitas.(3)
Pekerja industri logam adalah individu yang rentan terhadap keracunan ini,
dikarenakan paparan terhadap kromium yang terus menerus baik melalui inhalasi,
ingesti, dan kontak dengan kulit yang dapat menimbulkan manifestasi berat seperti
nekrosis kulit, iritasi trakeo-bronkial (inhalasi), dan perdarahan saluran cerna. (4)
Hal ini patut dijadikan perhatian para pemilik industri untuk melindungi para
pekerjanya agar tetap dalam keadaan safety selama bekerja dengan beberapa
pengendalian yang bisa digunakan sebagai upaya preventif yang dapat diterapkan
dalam lingkungan industri seperti penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) setiap
bekerja, pemberian training kepada para pekerja yang berisiko mengenai keamanan
dalam prosedur kerja, dan kendali lainnya sehingga pekerja terlindung dari paparan
yang berpotensi berbahaya. Selain itu, perlu juga mengidentifikasi kadar agen
toksik yang diperkenankan baik pada tempat kerja, air minum, udara, makanan,

1
dan minuman untuk mengurangi risiko terpapar agen toksik dalam kadar yang
berlebih (1,2)

2
LAPORAN
A. DEFINISI
Chromium/kromium (Cr) memiliki nomor atom 24 dengan berat molekul
51,1 dan kepadatan 7,19 gr/cc adalah elemen terbanyak ke 6 dan logam terbanyak
ke 21 terbanyak di permukaan bumi. Kromium dikenal sebagai salah satu dari 18
polutan pencemar udara berbahaya dan urutan ke 5 dari berbagai logam berat.(5)

B. SUMBER DI KEHIDUPAN
kromium merupakan elemen paling banyak ke 6 di lapisan kerak bumi.
Biasanya kromium dijumpai di lingkungan dalam keadaan trivalent (III) yang biasa
disebut kromit dan merupakan kondisi paling stabilnya dan hexavalent (VI) yang
sering disebut kromat dan merupakan salah satu agen oksidator yang kuat.
Kromium elemental/murni (0) tidak dapat dijumpai secara alami di bumi. Kromium
trivalent (III) dapat dijumpai di tubuh manusia yang mana ia merupakan komponen
logam esensial yang dibutuhkan untuk metabolisme insulin. Penggunaan komersial
kromium biasanya terdapat pada produk tanning (penyamakan kulit), pelapis anti
karat, cairan pembersih kaca, pengawet kayu, lapisan finishing pada logam, dan
pigmen warna hijau, oranye, merah, dan kuning pada cat.(6)

C. POTENSI KERACUNAN
Paparan terhadap keromium umumnya terjadi di tempat industri dimana
kromium umum dipakai pada 3 industri dasar, yaitu industri kimia, metalurgi, dan
refraktori (heat resistant). Pada tahun 1960 dan 1970-an, banyak tempat
pembuangan limbah di new jersey mengandung banyak limbah kromium berbentuk
terak yang merupakan hasil sampingan dan limbah industri. Dunia kesehatan pada
akhirnya memberi perhatian lebih terhadap kromium dan resiko yang dibawanya
setelah mengamati bahwa para pekerja industri yang tempat kerjanya menggunakan
kromium dalam proses produksi mengalami peningkatan resiko kematian akibat
kanker paru-paru karena terpapar kromium hexavalent (VI). Kulit dan paru-paru
merupakan organ yang sensitif terhadap kromium heksavalent (VI), menyebabkan
iritasi konjungtiva dan membran mukus menyeluruh, perforasi nasal, dan dermatitis
kontak iritan.(5,6)

3
D. PATOFISIOLOGI
Kromium dapat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai macam rute. Di
antaranya adalah inhalasi, ingesti, dan kulit. Secara inhalasi, Cr(VI) masuk ke
dalam sel alveolus melalui transporter anion, sementara Cr(III) masuk melalui
difusi pasif.(7,8)

Selain inhalasi, ingesti adalah salah satu rute masuk ke dalam tubuh, biasanya
rute ini melibatkan air minum yang terkontaminasi oleh kromium.

4
Kromium dalam bentuk Cr(III) masuk ke dalam sel gastrointestinal melalui
difusi pasif dan berikatan dengan ligan pengkelatan/penyapitan sebelum masuk ke
aliran darah melalui transporter yang belum diketahui namanya. Cr(III) akan
berikatan dengan transferrin.(9)
Salah satu mekanisme terakhir kromium masuk ke dalam tubuh adalah
melalui kontak dengan kulit. Kontak ini akan menyebabkan reaksi alergi karena
penetrasi Cr(VI) ke kulit akan direduksi menjadi Cr(III) yang bereaksi dengan
protein. Reaksi ini akan mengaktifkan sel T spesifik dan menyebabkan reaksi
inflamasi.(10)
Cr(VI) yang ridak direduksi dalam sel epitel sebelum masuk ke aliran darah
akan diambil oleh eritrosit dan direduksi dalam sel darah merah. Sementara Cr(III)
akan berikatan dengan transferrin sebelum menyebar ke jaringan.(11)
Mekanisme keracunan kromium dan toksisitasnya dipengaruhi dari sifat
kromium yang ketika teroksidasi dan tereduksi menciptakan ROS (Reactive
Oxygen Species).(12)

E. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Pada kasusnya diperlukan penggalian riwayat sebelum mengalami keluhan.
Apakah terdapat bukti bahwa gejala disebabkan oleh lingkungan? Diperlukan data
pekerjaan, alergi, konsumsi obat, makanan, dan minuman terakhir. Dikarenakan
kromium banyak ditemukan dalam industri logam, pekerjaan yang berhubungan

5
dengan penyepuhan besi dan logam menjadi faktor resiko paparan terhadap
kromium.(13)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah
lengkap untuk menentukan penyebab dari keluhan. Pemeriksaan kadar kromium
darah adalah gold standard untuk mengetahui keracunan kromium. Nilai normal
kromium adalah 0.10-0.16 pada serum darah dan 0.22 µg/L pada urin.(14)
Beberapa gejala klinis dapat dikeluhkan pasien sesuai dengan kondisi akut
atau kronis yang diderita.
Toksisitas akut
Pada kasus keracunan akut, Cr(VI) bersifat sangat toksik, iritan, dan korosif.
Inhalasi, ingesti, dan kontak dengan kulit dapat menimbulkan berbagai manifestasi
berat seperti nekrosis (kulit), iritasi trakeo-bronkial (inhalasi), dan perdarahan
saluran cerna (ingesti). Gejala lain yang dapat terjadi adalah ikterus, sindrom DIC
(Disseminated Intravascular Coagulation), hematuria atau anuria, dan koma.(15)
Toksisitas kronis
Secara kronis, keracunan kromium dapat menimbulkan reaksi dermatitis pada
kulit. Pasien akan mengeluhkan gatal, nyeri, dan kering, apabila berlanjut ia akan
menimbulkan ulserasi. Selain iritasi, kromium juga dapat menimbulkan reaksi
alergi dan eczema.(4)
Pada paru, keracunan kronis kromium, terutama Cr(VI) dapat menimbulkan
kanker. Ia akan menimbulkan manifestasi seperti batuk berdarah, penurunan berat
badan, sesak napas, dan rasa lemas. Selain kanker, kromium juga dapat mengiritasi
saluran pernapasan dan menimbulakn berbagai macam penyakit, seperti bronkitis
kronik, emfisema, asma bronkial, dan fibrosis paru.(4)

F. TATALAKSANA AWAL
Tidak ada antidotum yang diketahui dapat menangani keracunan kromium.
Keracunan akut terkadang berakibat fatal bagaimanapun tatalaksananya.
Tatalaksana pada kasus paparan kromium tingkat tinggi biasanya suportif dan
simptomatis.(15)
Lakukan monitoring cairan dan elektrolit serta jaga oksigenasi. Waspadai
perdarahan gastrointestinal, hemolisis, koagulopati, kejang, dan disfungsi paru.

6
Jangan induksi muntah pada pasien karena sifat kromium yang korosif akan
merusak saluran gastrointestinal.(15)
Pada kasus keracunan kronis, tidak ada pengobatan spesifik yang perlu
dilakuukan. Tatalaksana pada pasien adalah dengan menghindarkan pasien dari
paparan kromium dan menggantungkan pada eksresi urin dan fekal untuk
mengeluarkan kromium dari tubuh.(15)

G. LANGKAH PENGENDALIAN
Tindakan pengendalian dilakukan untuk melindungi pekerja dari paparan yang
berpotensi berbahaya akibat bahan kimia berbahaya di tempat kerja yang meliputi
eliminasi, substitusi, kendali teknik, kendali administratif, dan penggunaan APD
yang sesuai (CDC - U.S. Department of Health and Human Services and Centers
for Disease Control and Prevention & NIOSH - National Institute for Occupational
Safety and Health, 2013)
a. Eliminasi dan Substitusi
Eliminasi bahaya agen kimia dari tempat kerja merupakan kontrol paling
efektif untuk melindungi kesehatan pada para pekerja. Kontrol tersebut
mudah diterapkan pada desain baru atau desain ulang dari sebuah produk
namun sulit diterapkan dalam proses yang sudah ada. Pilihan kontrol
berikutnya adalah substitusi yang mencakup penggantian bahan, peralatan,
atau proses menjadi tidak terlalu bebahaya. Susbtitusi peralatan merupakan
jenis yang paling sering digunakan karena biayanya lebih murah daripada
substitusi proses serta lebih mudah dilakukan dibanding mencari substitusi
bahan yang cocok
b. Kendali Teknik
Kendali teknik perlu dipertimbangkan pada fasilitas yang sedang
didesain/direnovasi jika eliminasi atau substitusi tidak mungkin dilakukan.
Kendali tersebut meliputi isolasi dan ventilasi untuk meminimalisir potensi
paparan tempat kerja yang berbahaya terhadap senyawa Cr (VI)
- Isolasi
Teknik tersebut dilakukan dengan memasang peghalang fisik antara
pekerja dengan agen kimia. Hal yang dapat dilakukan adalah menyimpan
agen yang berpotensi berbahaya ke dalam lemari atau ruangan khusus,

7
melakukan isolasi peralatan untuk proses di area khusus atau ruangan yang
terpisah dari wilayah kerja. Isolasi komplit dari keseluruhan proses juga
dapat dilakukan dengan menggunakan metode operasi jarak jauh yang
diatur secara otomatis.
- Ventilasi
Ventilasi bertujuan untuk memindahkan udara yang terkontaminasi dan
meyediakan udara segar ke ruangan. Aliran udara yang strategis dapat
digunakan untuk mengontrol lingkungan di dalam ruang kerja termasuk
kontrol termal, membuang kontaminan udara, dan pengenceran
kontaminan udara ke konsentrasi yang dapat diterima
Ventilasi pembuangan lokal(LEV) bertujuan untuk mengeluarkan
kontaminan secara langsung dari sumbernya tanpa memberikan
kesempatan kepada kontaminan untuk berada di area pernapasan/sebelum
memancar ke seluruh ruang kerja. Pembuangan ini diharapkan dapat
menangkap kontaminan dari udara lingkungan kerja kemudian diangkut
ke perangkat pengendalian pencemaran udara. Udara yang dikeluarkan
oleh sistem LEV harus diganti melalui pasokan sistem udara make-up
dengan proses infiltrasi sederhan yang tidak berhubungan dengan saluran
masuk. Contohnya adalah hood/kap yang terdiri dari enclosure hood,
capturing hood, dan canopy hood.
Ventilasi pengenceran bertujuan untuk mengencerkan konsentrasi
kontaminan yang memasuki udara ruang kerja dengan mengontrol emisi
umum/sumber seluler. Ventilasi tipe dorong-tarik bertujuan untuk
mengontrol paparan dari tangki elektroplatting yang terdiri dari jet dorong
dan exhaust hood yang mampu menangkap emisi dan mengeluarkannya
melalui hood.
Contoh pengaplikasian kendali teknik untuk mengurangi paparan
senyawa Cr (VI) pada area industri seperti pada proses pelapisan kromium,
pengelasan dan pemotongan secara termal yang melibatkan logam yang
mengandung kromium yang dikendalikan dengan sistem LEV dengan
kekuatan vakum yang tinggi, dan penyemprotan cat yang mengandung
kromium.

8
c. Kendali Administratif
- Pemberian pendidikan dan training kepada para pekerja yang berisiko
mengenai keamanan dalam prosedur kerja
Pelatihan tersebut harus menjelaskan beberapa elemen penting yang
harus diperhatikan mencakup sifat fisik dan kimia senyawa Cr(VI), elemen
dari label (piktogram, pernyataan bahaya, dan pernyataan kehati-hatian),
pengisian safety data sheet (SDS), tanda-tanda bahaya di tempat kerja,
pemantuan tingkat Cr (VI) di udara, dan pengawasan medis bagi karyawan
yang terpapar agen Cr (VI), prosedur penanganan rutin dan darurat, serta
pengenalan tanda2 dari efek samping paparan Cr (VI)
Selain itu, perlu adanya pelatihan mengenai pengendalian
kebersihan industri dan penerapan kontrol untuk mencegah dan
mengurangi eksposur, cara penggunaan dan penyimpanan agen dengan
tepat, dan cara penyimpanan APD yang bertujuan untuk meminimalisir
eksposur Cr (VI). Pekerja juga perlu dilatih untuk segera melaporkan
kepada supervisor jika ditemukan adanya kebocoran dan tumpahan,
kerusakan peralatan, ketidaksesuaian prosedur, dugaan kontak/paparan
berlebih dengan senyawa Cr (VI) dan melaporkan ke direktur program
pemantauan medis jika ditemukan gejala/penyakit akibat paparan Cr(VI)
dan kecelakaan di tempat kerja

- Pemeriksaan dan uji laboratorium berkala tiap tahun


- Peningkatan higenitas industri dan higenitas perorangan
Mandi dan ganti pakaian setelah bekerja di kamar mandi dan area ganti
yang bebas dari kontaminasi
Buang pakaian yang terkontaminasi di tempat kerja atau
didekontaminasi dengan metode yang tepat sebelum digunakan
kembali
Praktik cuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah makan
Pembatasan akses area kerja yang berpotensi terpapar Cr (VI) hanya
untuk pekerja yang ditugaskan

9
Menghindari kegiatan merokok, makan, dan minum di area senyawa
tersebut digunakan atau disimpan
Mandi dan membilas mata secara darurat jika terjadi kontak antara
senyawa dengan kulit/mata selama 15 menit dengan sabun dan air
mengalir
- Pengawasan ketat terhadap sumber debu atau uap kromium

d. Alat Pelindung Diri(APD)


- Menggunakan pakaian pelindung berbahan PVC yang bersih yang
dikenakan sebelum shift kerja dan menggantinya jika basah atau sangat
terkontaminasi dengan senyawa yang mengandung Cr (VI). Pakaian
pelindung berupa pelindung kepala, leher, dan wajah; baju kerja;sarung
tangan kedap air;serta sepatu dan celemek
- Menggunakan APD tambahan seperti sarung tangan tahan bahan kimia,
pelindung mata, dan pelindung pernafasan(respirator) sehinga terdapat
penghalang fisik antara pekerja dengan kontaminan. Respirator digunakan
untuk mengontrol pernafasan terhadap eksposur kontaminan udara dengan
konsentrasi paparan udara yang tidak diketahui atau pernah terjadi
didokumentasikan lebih tinggi dari NIOSH RELdari 0,2 µg Cr (VI) / m3
TWA 8-jam.
.
I. KADAR YANG DIPERKENANKAN
Kadar agen yang diperkenankan pada tempat kerja, air minum, udara,
makanan, dan minuman adalah sebagai berikut.(2)
Kadar agen Cr (VI) yang diperkenankan pada tempat kerja berdasarkan
lembaga administrasi keselamatan dan kesehatan kerja (ODHA) sebesar 5
mikrogram Cr (VI) per meter kubik udara (5 μg / m³) dengan batas maksimal
paparan yang diizinkan selama 8 jam per hari. Hal ini didasarkan pada temuan-
temuan sebelumnya yang menunujukkan risiko gangguan kesehatan yang
signifikan pada pekerja akibat paparan Cr (VI) yang berlebihan seperti peningkatan
risiko kanker paru-paru, kerusakan epitel hidung dan kulit, serta asma.

10
Sedangkan, batas paparan yang diizinkan(PEL) untuk Cr (II) dan Cr(III)
sebesar 500 μg Cr / m³ selama tidak lebih dari 8 jam kerja setiap harinya dan sebesar
1.000 μg Cr / m³ untuk logam kromium dan senyawa tak larut. Batas paparan yang
diizinkan maksudnya adalah rata-rata tingkat kromium tertinggi di udara yang
mungkin dimiliki seorang pekerja yang terpapar selama 8 jam kerja setiap harinya
Berdasarkan Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan
Kerja(NIOSH) merekomendasikan batas pemamparan agen Cr(VI) sebesar 1 μg
Cr(VI) / m³ selama tidak lebih dari 10 jam kerja setiap harinya (TWA 10 jam) dan
sebesar 500 μg / m³ untuk logam kromium, Cr(II), dan Cr(III) selama tidak lebih
dari 10 jam kerja setiap harinya.
Tingkat kontaminan total maksimum kromium pada air minum berdasarkan
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) sebesar100 μg / L (100
ppb) untuk sistem air di publik.

11
KESIMPULAN

Kromium adalah salah satu zat yang banyak digunakan di industri logam, ia
juga merupakan nutrisi esensial yang penting dalam tubuh dan dapat ditemukan
dalam makanan. Namun, kadarnya yang berlebihan dapat menyebabkan intoksikasi
yang membahayakan nyawa apabila berlangsung lama dan tidak ditanggapi secara
serius.
Tatalaksana dari intoksikasi adalah menghindari pasien dari paparan
selanjutnya, pasien juga dilakukan terapi simptomatis karena tidak ada antidotum
spesifik untuk kromium.
Pengendalian sebagai tindakan preventif dapat dilakukan dengan melakukan
regulasi pada industri agar pekerja yang terpapar dapat menghindari resiko
seminimal mungkin, seperti menggunakan APD, pengaturan ventilasi, dan
eliminasi/substitusi.

12
E-POSTER

13
DAFTAR PUSTAKA

1. CDC-U.S. Departement of Health and Human Services and Centers for Disease
Control and Prevention, & NIOSH-National Insitute for Occupational
Safety and Health. (2013). Occupational Exposure to Hexavalent
Chromium-Criteria for a Recommended Standard. 168.
2. Dianyi Yu, M.D. (2008). Chromium (Cr) Toxicity. U.S. Department of Health
and Human Services Agency for Toxic Substances and Disease Registry
Division of Toxicology and Environmental Medicine. Environmental
Medicine and Educational Services Branch, 1-67.
https://www.atsdr.cdc.gov/csem/chromium/docs/chromium.pdf
3. Oliveira, H. (2012). Chromium as an Enviromental Pollutant: Insights on
Induced Plant Toxicity. Journal of Botany, 2012: 1-8.
doi:10.1155/2012/375843.
4. Baruthio F. Toxic effects of chromium and its compounds. Biol Trace Elem Res.
1992;32(1–3):145–53.
5. Shahid, M., Shamshad, S., Ra, M., Khalid, S., Bibi, I., Khan, N., et al. , 2017,
‘Chemosphere Chromium speciation , bioavailability , uptake , toxicity and
detoxi fi cation in soil-plant system : A review’, 178.
6. Hamilton, E. M., Young, S. D., Bailey, E. H. and Watts, M. J. , 2018, ‘Chromium
speciation in foodstuffs: a review’, Food Chemistry, (January).
7. Chromium (Cr) Toxicity: What Are the Routes of Exposure for Chromium?
Atlanta: Agency for Toxic Substance and Disease Registry: 2011 [March
10, 2021; cited March 15, 2021] Available from:
https://www.atsdr.cdc.gov/csem/chromium/routes_of_exposure.html
8. Proctor DM, Suh M, Campleman SL, Thompson CM. Assessment of the mode
of action for hexavalent chromium-induced lung cancer following
inhalation exposures. Toxicology [Internet]. 2014;325:160–79. [cited 2021
Mar] Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.tox.2014.08.009
9. Vincent JB, Edwards KC. The absorption and transport of chromium in the body
[Internet]. Second Edition. The Nutritional Biochemistry of Chromium (III).
Elsevier B.V.; 2019. 129–174 p. [cited 2021 Mar] Available from:
https://doi.org/10.1016/B978-0-444-64121-2.00004-0
10. Buters J, Biedermann T. Chromium(VI) Contact Dermatitis: Getting Closer to
Understanding the Underlying Mechanisms of Toxicity and Sensitization! J
Invest Dermatol [Internet]. 2017;137(2):274–7. [cited 2021 Mar] Available
from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jid.2016.11.015
11. Chromium (Cr) Toxicity: What Is the Biologic Fate of Chromium in the Body?
Atlanta: Agency for Toxic Substance and Disease Registry: 2011 [March
10, 2021; cited March 15, 2021] Available from:
https://www.atsdr.cdc.gov/csem/chromium/biologic_fate_of_chromium_in
_the_body.html
12. DesMarias TL, Costa M. Mechanisms of chromium-induced toxicity. Curr
Opin Toxicol [Internet]. 2019;14(Iii):1–7. [cited 2021 Mar] Available from:
https://doi.org/10.1016/j.cotox.2019.05.003
13. Chromium (Cr) Toxicity: Initial Check. Atlanta: Agency for Toxic Substance
and Disease Registry: 2011 [March 10, 2021; cited March 15, 2021]

14
Available from:
https://www.atsdr.cdc.gov/csem/chromium/initial_check.html
14. ToxGuide for Chromium. Atlanta: Agency for Toxic Substance and Disease
Registry: 2012 [March 10, 2021; cited March 15, 2021] Available from:
https://www.atsdr.cdc.gov/toxguides/toxguide-7.pdf
15. Chromium (Cr) Toxicity: How Should Patients Exposed to Chromium Be
Treated and Managed? Atlanta: Agency for Toxic Substance and Disease
Registry: 2011 [March 10, 2021; cited March 15, 2021] Available from:
https://www.atsdr.cdc.gov/csem/chromium/treating_and_managing_chrom
ium_exposure.html

15

Anda mungkin juga menyukai