Anda di halaman 1dari 37

CRI TICAL BOOOK RE VI E W

Mata Kuliah:Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu: SULAIMAN LUBIS, SE., MM

Disusun Oleh :

Nama : Dedek Gembira Simatupang

NIM : 3173122009

KELAS : B-Reguler 2017

PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

Rahmat dan Penyertaan-Nya, kami masih bisa menyelesaikan tugas Critical Book Review ini

dengan baik yang mana untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan Pancasila. Terima

kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu kamidalam

mengerjakan tugas ini, terutama kepada Dosen Pengampu kami yaitu


BapakDionisius Sihombing, M.Si,.

Adapun ulasan-ulasan yang kami peroleh dari buku yang berjudul


“Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi”, mulai dari Identitas Buku,
Keunggulan dan Kelemahan Buku, serta Kesimpulan dan Saran dari buku tersebut.
Terlepas dari itu semua, Kami juga menyadari bahwa tugas Critical Book Reviewyang
kami kerjakan ini masih ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi penyusunan
kalimat maupun pembahasan materi nya serta jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, saya sangat berharap kepada Saudara-Saudari sekalian yang
membaca Tugas kami ini dengan senang hati saya menerima dan membutuhkan
saran, kritik serta ide-ide dari pembaca sekalian.Demikianlah kata pengantar dari
saya, jika ada kesalahan mohon dimaafkan.Sekian dan Terimakasih.

Medan, November 2018

Penulis
Crriittical B oook Reevviieew | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................................................................2

INDENTITAS BUKU...............................................................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................................................................4

A. Latar Belakang CBR.........................................................................................................................................................4

B. Tujuan CBR...............................................................................................................................................................................4

C. Manfaat CBR.............................................................................................................................................................................4
BAB II RINGKASAN BUKU.............................................................................................................................................................5

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................................................................................15

A. Kelebihan buku..................................................................................................................................................................15

B. Kelemahan buku...............................................................................................................................................................15

BAB IV PENUTUP................................................................................................................................................................................16

A. Kesimpulan...............................................................................................................................................................................16

B. Saran...............................................................................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................................................19
Crriittical B oook Reevviieew | 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan mempunyai sifat

yang universal, yaitu Pancasila. Sehubungan dengan hal ini, maka bangsa Indoneisa harus

memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, sebagai upaya membentuk karakter

bangsa dan tidak menyimpang dari nilai-nilai pancasila. Adapun Pengertian Pancasila dalam

sejarah bangsa Indonesia menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

Pancasila merupakan produk otentik pendiri negara Indonesia (TheFounding fathers).

Nilai-nilai Pancasila bersumber dan digali dari nilai agama, kebudayaan, dan adat
istiadat.

Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat kenegaraan.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah saya ini ialah :

Untuk memenuhi salah satu tugas Critical Book Review dari mata kuliah
Pendidikan Pancasila.

Untuk lebih mengetahui secara dalam mengenai Hakikat, sejarah, ideologi,


bentuk dalam pelajaran Pendidikan Pancasila.

Untuk lebih menambah wawasan kami mengenai makna dari sebuah Pancasila.

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat makalah saya ini ialah :

Supaya kita dapat mengetahui sistem pengerjaan CBR dari mata kuliah
Pendidikan Pancasila.

Supaya kita dapatmengetahui secara dalam mengenai Hakikat, sejarah, ideologi,


bentuk dalam pelajaran Pendidikan Pancasila.

2. Supaya kita dapat menambah wawasan kami mengenai makna dari sebuah Pancasila.
Crriittical B oook Reevviieew | 4
BAB II

IDENTIFIKASI BUKU

2.1 Identitas Buku

Buku Utama

Judul Buku

Penulis Buku

Penerbit

Tahun Terbit

Jumlah Hal

ISBN

: Pancasila,Demokrasi,HAM,dan Masyarakat Madani

: A.Ubaedillah dan Abdul Rozak

: Kencana

: 2015

: 250 Halaman

: 979-3465-03-4

Buku Pembanding :

Judul Buku

Penulis Buku

Penerbit

Tahun Terbit

Jumlah Hal
ISBN

: Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi

: Tim Penyusun RISTEKDIKTI

:Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan

: 2016

: vi + 242 Halaman

: 978-602-6470-01-0

Crriittical B oook Reevviieew | 5


2.2 Uraian Isi Buku

BAB 1 PENDAHULUAN

Pendidikan Kewarganegaraan bukanlah sesuatu yang baru dalam sejarah


pendidikan nasional di Indonesia. Beragam model dan sebutan bagi Pendidikan
Kewarganegaraan dengan bermacam komponennya telah banyak dilakukan
pemerintah Republik Indonesia. Diantara nama-nama tersebut antara lain; pelajaran
civiccs (1957/1962), pendidikan kemasyarakatan yang merupakan integrasi, sejarah
ilmu bumi, dan kewarganegaraan (1964), Pendidikan Kewarganegaraan (1968/1969).

Tujuan pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga negara

indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun demikian, alih-alih mendidik bangsa menjadi warga negara lebih cerdas dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan kewarganegaraan, khususnya sepanjang

kekuasaan orde baru, telah direkayasa sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan melalui

cara-cara indoktrinasi, manipulasi atas demokrasi dan dasar negara Pancasila,


melalui tindakan dan kebijakan paradoks penguasa Orde Baru.

Pancasila Negara Kesatuan Republik Indinesia (NKRI), UUD 1945, Bhineka


Tunggal Ika adalah harga mati bagi bangsa indonesia. Keempat pilar nasional ini harus
bersinergi dengan demokrasi yang sudah menjadi pilihan bagi gerakan reformasi.

Kemajemukan adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dihindari oleh


Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar. Pada saat yang sama kemajemukan
juga tidak bileh menjadi pemicu hilangnya rasa persatuan Indonesia sebagai sebuah
bangsa dan negara kesatuan..

BAB 2 PANCASILA DAN KEHARUSAN REAKTUALISASI

Setelah Orde Baru berakhir pada 1998, ideologi negara Indonesia Pancasila seakan

hilang bersamaan dengan tamatnya pemerintahan Presiden Soeharto. Sepanjang kekuasaan

orde baru, Pancasila selalu hadir dalam setiap pidato kepala negara dan pejabat dibawahnya.

Pendidikan Pancasila digalakkan di berbagai tingkatan dan penataran dilakukan bagi pegawai

pemerintah dan masyarakat. Tiada hari tanpa Pendidikan Pancasila.


Crriittical B oook Reevviieew | 6
Suasana tersebut berubah total setelah gerakan reformasi muncul dan
mengakhiri kekuasaan panjang Orde baru. Pancasila tak lagi menjadi jagoan
pembangunan. Pancasila untuk beberapa saat hilang dari sambutan elit bangsa
Indonesia, apalagi dari kalangan masyarakat.

Mengiringi gerakan reformasi dan demokratisasi, Indonesia tidak sepi dari ujian dan

ancaman disentigasi. Ujian setelah lengsernya Presiden Soeharto adalah lepasnya Timor-timor

dari genggaman Negara Republik Indonesia. Namun demikian,euforia demokrasi telah

mengubah secara signifikan Indonesia menjadi masyarakat yang terbuka dan kritis.

Demokrasi saat ini masih dipahami kebanyakan masyarakat sebagai tiket


murah untuk melakukan atau bertindak melanggar hukum, menyuarakan hak dari
kewajiban dan memaksakan kehendak kelompok. Transisi demokrasi Indonesia
masih diwarnai tindakan anarkis, baik antar warga negara dengan negara maupun
diantara negara dengan warga Negara.

BAB 3 IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI

Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional

Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas
dan membedakannya dengan bangsa lain. Kekhasan yang melekat pada sebuah
bangsa banyak dikaitkan dengan sebutan “identitas nasional”. Namun demikian,
proses pembentukan identitas nasional bukan sesuatu yang sudah selesai, tetapi
sesuatu yang terus berkembang dan kontekstual mengikuti perkembangan zaman.

Maraknya kerusuhan sosial di sejumlah daerah menunjukkan tatanan sosial masyarakat


Indonesia sudah berubah. Tindakan-tindakan anarkis atau perusakan fasilitas

umum dibangun dari uang rakyat. Semangat dan antusiasme keagamaan sebagaimana terlihat

pada semaraknya perayaan hari-hari besar keagamaan, tidak sebanding lurus dengan angka

tindakan korupsi dikalangan birokrasi dan swasta yang masih tinggi. Sebuah kenyataan

paradoks dari ungkapan-ungkapan positif atas identitas bangsa Indonesia.


Crriittical B oook Reevviieew | 7
BAB 4 DEMOKRASI: TEORI DAN PRAKTIK

Apa itu Demokrasi?

Secara etimologis, kata demokrasi (dari kata yunani) adalah bentukan dari dua kata demos

(rakyat) dan cratein atau cratos ( kekuasaan dan kedaulatan). Perpaduan kata demos

dan cratein atau cratos membentuk kata demokrasi yang memiliki pengertian umum sebagai
sebuah bentuk pemerintahan rakyat dan dilakukan secara langsung oleh rakyat atau melalui

wakil dari mereka melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihan yang
berlangsung secara bebas.

Norma dan Pilar Demokrasi

Demokrasi tidak datang dengan tiba-tiba dari langit. ia merupakan proses panjang melalui

pembiasaan, pembelajaran, dan penghayatan. Untuk tujuan ini dukungan sosial dan dukungan

demokratis adalah mutlak dibutuhkan. Keberhasilan demokrasi ditunjukkan oleh sejumlah

mana demokrasi sebagai perinsip acuan hidup bersama antar warga negara dan
antara warga negara dengan negara dijalankan dan dipatuhi oleh kedua belah pihak.

Namun demikian, pelaksanaan kehidupan bermasyarakat yang demokratis juga


membutuhkan peran serta pemerintah dan warga negara dan para wakilnya dan para
wakilnya di parlemen. Negara atau pemerintah tidak boleh berpangku tangan dalam
hal menjaga berlangsungnya perinsip dan pilar demokrasi agar tetap berjalan.

BAB 5 KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

A. Pengertian Konstitusi berasal dari bahasa Prancis yaitu constituer yang berarti
membentuk. Dalam bahasa Latin kata konstitusi merupakan gabungan dua kata yakni
cume berarti “bersama dengan” dan statuere berarti “membuat sesuatu agar berdiri”
atau “mendirikan, menetapkan sesuatu”. Istilah konstitusi (constitution) dalam bahasa
Inggris memiliki makna yang lebih luas dari UUD, yakni keseluruhan dari peraturan-
peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-
cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.

B. Tujuan dan Fungsi Konstitusi Tujuannya adalah membatasi tindakan sewenang-wenang

pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah dan menetapkan pelaksanaan


Crriittical B oook Reevviieew | 8
kekuasaan yang berdaulat. Dalam paham konstitusi dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi :

Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hokum 2. Jaminan dan perlindungan hak-

hak asasi manusia 3. Peradilan yang bebas dan mandiri 4. Pertanggung jawaban kepada rakyat

sebagai sandi utama dari asas kedaulatan rakyat. Keempat cakupan isi konstitusi diatas

merupakan dasar utama bagi suatu pemerintahan yang konstitusional.

C. Sejarah Perkembangan Konstitusi Konstitusi sebagai suatu kerangka hidup politik


telah lama dikenal sejak zaman Yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum.
Sejalan dengan perjalanan waktu, pada masa Ke-kaisaran Roma pengertian
konstitusi mengalami perubahan makna yang memilki pengaruh cukup besar sampai
abad pertengahan yang memberikan inspirasi bagi tumbuhnya paham Demokrasi
Perwakilan dan Nasionalisme. Selanjutnya pada abad VII lahirlah Piagam Madinah
atau konstitusi Madinah. Piagam Madinah dibentuk pada awal masa Klasik Islam (622
M) meru- pakan aturan pokok tata kehidupan bersama di Madinah.

BAB 6 NEGARA,AGAMA DAN WARGA NEGARA

A.Pengertian Negara. Istilah Negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing: state

(Inggris) staat (Belanda dan Jerman) atau etat(Perancis). Secara etimologi, Negara diartikan

sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk

bersatu, hidup di dalam suatu kawasan dan mempunyai pemerintahan yang brdaulat.

B. Tujuan Negara Bertujuan untuk memperluas kekuasaan, Bertujuan menyelenggarakan

ketertiban hukum, Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum. Dalam konteks Negara

Indonesia, tujuan Negara adalah sebagaimana tertuang dalam Pembukaan dan Penjelasan

UUD 1945.

C. Unsur – unsur Negara Ada tiga unsur penting yaitu rakyat, wilayah dan pemerintah. 1.

Rakyat Adalah sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama

sama mendiami suatu wilayah tertentu. 2. Wilayah Adalah unsur Negara yang harus terpenuhi

karena tidak mungkin ada Negara tanpa ada batas-batas territorial yang jelas. Secara umum

wilayah dalam sebuah Negara biasanya mencakup daratan, perairan (samudra, laut dan sungai)

dan udara. 3. Pemerintah Adalah alat kelengkapan Negara yang harus bertugas memimpin

organisasi Negara untuk mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah


Crriittical B oook Reevviieew | 9
Negara. 4. Pengakuan Negara Lain Hal ini hanya bersifat deklaratif, bukan konstitusif
sehingga tidak bersifat mutlak.

Ada dua macam pengakuan suatu Negara, yakni pengakuan de facto ialah
pengakuan atas fakta adanya Negara dan pengakuan de jure merupakan pengakuan
akan sahnya suatu Negara atas dasar pertimbangan yuridis menurut hokum.

BAB 7 HAK ASASI MANUSIA

Pengertian HAM. Menurut Locke, hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodarti. HAM
adalah hak dasar setiap manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa. HAM ini tertuang dalam UU Nomor 39 Tahun 1999. Menurut UU, hak asasi
manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hokum, pemerintah dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Perkembangan HAM di Indonesia Secara garis besar, perkembangan pemikiran HAM di


Indonesia dapat dibagi ke dalam dua periode: sebelum kemerdekaan (1980-1945) dan
sesudah kemerdekaan . 1. Periode Sebelum Kemerdekaan Dapat dijumpai dalam sejarah
kemunculan organisasi pergerakan nasional, seperti Boedi Oetomo (1908), SI (1911),
Indische Partij (1912), Partai Komunis Indonesia (1920), PI (1925) dan Partai Nasional
Indonesia (1927). Puncak perdebatan HAM yang dilontarkan oleh para tokoh pergerakan
nasional, dalam siding BPUPKI para tokoh nasional tersebut berdebat dan berunding

merumuskan dasar-dasar ketatanegaraan dan kelengkapan Negara yang menjamin hak dan
kewajiban dan warga Negara yang hendak diproklamirkan. Perjuangan Boedi Oetomo adalah

perjuangan akan kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui organisasi massa

dan konsep perwakilan rakyat. 2. Peirode Setelah Kemerdekaan a. Periode 1945 - 1950
Sepanjang periode ini, wacana HAM bisa dicirikan pada: bidang sipil dan politik bidang
ekonomi, social dan budaya b. Periode 1950- 1959 Dikenal dengan masa demokrasi
parlementer. c. Periode 1959 – 1966 .Masa berakhirnya Demokrasi Liberal, digantikan
oleh sistem Demokrasi Terpimpin. d. Periode 1966 – 1998 e. Periode Pasca

– Orde Baru
Crriittical B oook Reevviieew | 10
BAB 8 OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NRGARA KESATUAN

REPUBLIK INDONESIA (NKRI)

Hakikat Otonomi Daerah Istilah otonomi daerah pada dasarnya mempersoalkan


pembagian kewenangan kepada organ-organ penyelenggara Negara, sedangkan
otonomi menyangkut hak yang mengikuti pembagian wewenang tersebut. Batasan
ini hanya menjelaskan proses kewenangan yang diserahkan pusat kepada daerah,
tetapi belum menjelaskan isi dan keluasan kewenangan serta konsekuensi
penyererahan kewenangan itu bagi badan-badan otonomi daerah..

Visi Otonomi Daerah Otonomi daerah sebagai kerangka penyelenggaraan pemerintahan

mempunyai visi yang dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yang saling

berhubungan satu dengan yang lainnya: politik, ekonomi dan budaya. 1. Visi otonomi daerah di

bidang politik harus dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang bagi lahirnya

kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis dan memelihara suatu

mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas pertanggung jawaban public. 2. Visi
otonomi daerah di bidang ekonomi mengandung makna bahwa harus menjamin lancarnya

pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, di pihak lain mendorong terbukanya

peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan kebijakan local kedaerahan untuk

mengoptimalkan pendyagunaan potensi ekonomi di daerahnya. 3. Visi otonomi daerah di

bidang social dan budaya mengandung pengertian bahwa otonomi daerah harus diarahakan

pada pengolaan, penciptaan dan pemeliharaan integrasi dan harmoni social. Juga dapat

memberikan nilai, tradisi, karya seni, karya cipta, bahasa dan karya sastra local.

Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia UU No.1 Tahun 1945 yang mengatur tentang
pemerintahan daerah pascaproklamasi kemerdekaan. Ditetapkannya undang-undang
ini merupakan hasil dari berbagai pertimbangan

tentang sejarah pemerinthan di masa kerajaan serta pada masa pemerintah colonial. Dalam

undang-undang ini ditetapkan tiga jenis daerah otonom, yaitu keresidenan, kabupaten dan

kota. Periode berlakunya undang-undang ini sangat terbatas. Sehingga dalam kurun waktu tiga

tahun belum ada peraturan pemerintah yang mengatur mengenai penyerahan urusan kepada

daerah. Undang- undang ini kemudian diganti dengan UU No. 22 Tahun 1948
Crriittical B oook Reevviieew | 11
tersebut berfokus pada pengaturan tentang susunan pemerintahan daerah yang
demokratis.

BAB 9 TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH (GOOD AND

CLEAN GOVERNANCE)

Pengertian Good Governance.Di indonesia, substansi wacana good governance dapat


dipadankan dengan istilah pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Dalam prakriknya,

pemerintahan yang bersih adalah model pemerintahan yang efektif, efesien, jujur, transparan

dan bertanggung jawab juga berarti baik dalam proses maupun hasil-hasilnya. Faktor lain yang

tak kalah penting, suatu pemerintahan dapat dikatakan baik jika produktivitas bersinergi

dengan peningkatan indicator kemampuan ekonomi rakyat, baik dalam aspek produktivitas,

daya beli, maupun kesejahteraan spiritualnya. Sebagai sebuah paradigm pengelolaan lembaga

Negara dapat terwujud secara maksimal jika ditopang oleh unsur saling terkait yakni Negara,

Masyarakat Madani serta Sektor Swasta.

B. Prinsip-prinsip Pokok Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan Sembilan aspek

fundamental (asas) dalam good governance: 1. Parisipasi Adalah bentuk keikutsertaan warga

masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan

yang sah. 2. Penegakan Hukum Pengelolaan pemerintahan yang professional harus didukung

oleh penegakan hokum yang berwibawa. Tanpa kepastian dan aturan hokum, proses politik

tidak akan berjalan dan tertata dengan baik. Komitmen pemerintah untuk menegakkan hokum

yang mengandung unsurunsur: a.Supermasi hokum, b. Kepastian hokum

RINGKASAN BUKU PEMBANDING

BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA

Pentingnya urgensi pendidikan Pancasila, yaitu dapat memperkokoh jiwa kebangsaan

mahasiswa sehingga menjadi dorongan pokok (leitmotive) dan bintang penunjuk jalan (leitstar)

bagi calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa di berbagai bidang dan tingkatan.

Selain itu, agar calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa tidak mudah

terpengaruh oleh pahampaham asing yang dapat mendorong untuk tidak dijalankannya nilai-

nilai Pancasila. Pentingnya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi adalah untuk menjawab

tantangan dunia dengan mempersiapkan warga negara yang mempunyai pengetahuan,


Crriittical B oook Reevviieew | 12
pemahaman, penghargaan, penghayatan, komitmen, dan pola pengamalan Pancasila. Hal

tersebut ditujukan untuk melahirkan lulusan yang menjadi kekuatan inti pembangunan dan

pemegang estafet kepemimpinan bangsa dalam setiap tingkatan lembaga-lembaga negara,

badan-badan negara, lembaga daerah, lembaga infrastruktur politik, lembaga-lembaga bisnis,

dan profesi lainnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.

BAB II BAGAIMANA PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA

INDONESIA?

Pada bab kedua ini, membahas sejarah perumusan Pancasila. Bahasan ini
penting agar mengetahui dan memahami proses terbentuknya Pancasila sebagai
dasar negara. Tujuannya adalah agar dapat menjelaskan proses dirumuskannya
Pancasila sehingga terhindar dari anggapan bahwa Pancasila merupakan produk
rezim Orde Baru. Pembahasan pada bab kedua ini, diawali dengan penelusuran
tentang konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia.

BAB III BAGAIMANA PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA?

Bab ketiga membahas kedudukan Pancasila sebagai dasar negara. Pokok bahasan ini

mengkaji hubungan antara Pancasila dan Proklamasi, hubungan antara Pancasila dan

Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, penjabaran Pancasila dalam pasal-

pasal UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, implementasi Pancasila dalam pembuatan

kebijakan negara, khususnya dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Pada

bab ini, mahasiswa diajak untuk memahami konsep, hakikat, dan pentingnya

Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, atau dasar filsafat negara Republik
Indonesia dalam kehidupan bernegara.

BAB 4 PANCASILA MENJADI MENJADI IDEOLOGI NEGARA?

Ideologi merupakan seprangkat sistem yang menjadi dasar pemikiran setiap warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Menulusuri Konsep Urgensi Pancasila Sebagai Ideologi Negara

1. Konsep Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Crriittical B oook Reevviieew | 13
Istilah ideologi berasal dari kata Idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita, dan logos yang berarti ilmu. Ideologis secara etimologis artinya ilmu tentang
ide-ide (the scince of ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar (Kaelan, 2013:60-61).

Sejarah konsep ideologi dapat ditelusuri jauh sebelum istilah tersebut digunakan
Destut de Tracy pada penghujung abad kedelapan belas. Tracy menyebut ideologi
sebagai Science of Ideas, yaitu suatu program yangdiharapkan dapat membawa
perubahan institusional bagi masyarakat perancis.

BAB 5 MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT?

Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


1. Filsafat Pancasila Sebagai Genetivus Objektivus dan Genetivus Subjektivus

Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek

yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang

berkembang dibarat. Pancasila sebagai genetivus-subjektivus, artinya Nilai-nilai Pancasila


dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk

menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila

Pancasila sebagai Genetivus Subjektivus memerlukan landasan pijak filosofis yang kuat yang

mencakup tiga dimensi, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis dan landasan

aksieologis. Ontologi menurut pandangan Bakker adalah ilmu yang paling universal karena

objeknya meliputi segala-galanya (ekstensif) dan menurut segala aspeknya (intesif).

Manusia adalah makhluk individu sekaligus sosial (monodualisme), yang secara


universal berlaku pula bagi substansi infrahuman, manusia dan Tuhan. Kelima sila
Pancasila menurut Bakker menunjukkan dan mengandaikan kemandirian masing-
masing, tetapi menekankan kesatuan yang mendasar dan ketrkaitan dalam relasi-
relasi. Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas hakikat
dan rasion d’etre sila-sila Pancasia sebagai dasar filosofis negara Indonesia.
Crriittical B oook Reevviieew | 14
BAB 6 BAGAIMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA?

Pancasila dikaji sebagai sistem etika yang meliputi: pengertian etika, etika Pancasila,

Pancasila sebagai solusi problem bangsa, seperti korupsi, kerusakan lingkungan, dekadensi

moral, dan lain-lain. Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa

Indonesia juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau

panduan kepada setiap warga negara Indonesia untuk bersikap dan bertingkah laku. Pancasila

sebagai sistem etika dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap

individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Keunggulan Buku

Dimana Buku ini menurut saya dari segi warna dan sampul sudah menarik, karena

kebanyakan pembaca tertarik pada buku itu ialah ketika ia melihat buku itu bewarna,

bergambar dan bagus untuk dibaca serta tulisan dalam buku nya pun bagus.

Buku ini juga terlihat bagus dari sisi Rangkuman, karena dalam buku ini dilampirkam juga

rangkuman dari setiap bab. Hal itu membuat pembaca yang menggunakan buku ini

dapat membaca rangkuman atau kesimpulan dari tiap bab yang dibaca.

Buku ini juga dilengkapi link-link atau website di setiap gambar yang ditampilkan
di setiap bab. Itu sebabnya buku ini sudah terjamin mutu nya karena
melampirkan website.

Materi yang tercantum dalam buku ini sudah lumayan lengkap dan sedikit lebih
rinci sehingga bisa dijadikan buku utama dalam pembelajaran.

3.2 Kelemahan Buku


Crriittical B oook Reevviieew | 15
Menurut saya, buku ini sudah sempurna Cuma bagi saya buku ini terlalu banyak

melampirkan dan menyuruh peserta didik / Mahasiswa yang menggunakan buku harus

extra dalam mengerjakan tugas rutin di setiap sub-bab maupun di akhir bab.

Adanya penjabaran materi yang terlalu pangjang membuat siapa yang membaca terkadang

bosan dan ngantuk dikarenakan selain kalimat panjang adanya kalimat-

kalimat yang kurang dimengerti.


Menurut saya buku ini susah ditemukan atau diperjual belikan sebagai bahan ajar ataupun

buku pegangan Mahasiswa, karena kebanyakan buku yang ada di kalangan Mahasiswa

biasanya dari diktat yang diberi oleh Dosen per tiap mata kuliah.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang bisa saya paparkan ialah :

Bab pertama, diawali dengan latar belakang pendidikan Pancasila; kebijakan


nasional pembangunan bangsa dan karakter; landasan hukum pendidikan
Pancasila; kerangka konseptual pendidikan Pancasila; visi dan misi; tujuan
pendidikan Pancasila; desain mata kuliah; kompetensi inti dan kompetensi
dasar. Pada bagian pengantar ini, mahasiswa diajak untuk memahami konsep,
hakikat, dan perjalanan pendidikan Pancasila di Indonesia.

Bab kedua, membahas Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia. Pokok
bahasan ini mengkaji dinamika Pancasila pada era pra kemerdekaan, awal
kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. Pada bagian ini, mahasiswa
akan dihantarkan untuk memahami arus sejarah bangsa Indonesia, terutama terkait
dengan sejarah perumusan Pancasila. Hal tersebut penting untuk diketahui karena

Crriittical B oook Reevviieew | 16


perumusan Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia mengalami dinamika
yang kaya dan penuh tantangan.

Bab ketiga, membahas kedudukan Pancasila sebagai dasar negara. Pokok bahasan ini

mengkaji hubungan antara Pancasila dan Proklamasi, hubungan antara Pancasila dan

Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, penjabaran Pancasila dalam

pasal-pasal UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, implementasi Pancasila dalam
pembuatan kebijakan negara, khususnya dalam bidang politik, ekonomi, sosial

budaya dan hankam. Pada bab ini, mahasiswa diajak untuk memahami konsep,
hakikat, dan pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, atau
dasar filsafat negara Republik Indonesia dalam kehidupan bernegara.

Bab keempat, dibahas tentang kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara. Pokok
bahasan ini mengkaji Pengertian dan Sejarah Ideologi, Pancasila dan Ideologi
Dunia, Pancasila dan Agama. Bahasan ini sangat penting karena ideologi
merupakan seperangkat sistem yang diyakini setiap warga negara dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


Bab kelima, mengkaji pengertian filsafat, filsafat Pancasila, hakikat sila-sila
Pancasila. Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang
menggugah kesadaran para pendiri negara, termasuk Soekarno ketika
menggagas ide philosofische grondslag. Perenungan ini mengalir ke arah upaya
untuk menemukan nilai-nilai filosofis yang menjadi identitas bangsa Indonesia.
Perenungan yang berkembang dalam diskusi-diskusi sejak sidang BPUPKI
sampai ke pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk salah satu momentum
untuk menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat.

Bab keenam, Pancasila dikaji sebagai sistem etika yang meliputi: pengertian etika, etika
Pancasila, Pancasila sebagai solusi problem bangsa, seperti korupsi, kerusakan

lingkungan, dekadensi moral, dan lain-lain. Pancasila sebagai sistem etika di


samping merupakan way of life bangsa Indonesia juga merupakan struktur
pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada
setiap warga negara Indonesia untuk bersikap dan bertingkah laku.

Bab ketujuh, membahas dan mengkaji Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu,

yang meliputi nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan dan keadilan. ebagai

dasar pengembangan ilmu. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


Crriittical B oook Reevviieew | 17
(iptek) dewasa ini, mencapai kemajuan pesat sehingga peradaban manusia mengalami

perubahan yang luar biasa. Pengembangan iptek tidak dapat terlepas dari situasi yang

melingkupinya artinya iptek selalu berkembang dalam suatu ruang budaya.

4.2 Saran

Adapun saran saya menganai buku ini ialah :

Bagi Mahasiswa/Pelajar, Mahasiswa sebagai insan akademis yang bermoral Pancasilais

juga harus terlibat dan berkontribusi langsung dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara sebagai perwujudan sikap tanggung jawab warga negara. Tanggung jawab

yang penting berupa sikap menjunjung tinggi moralitas dan menghormati hukum yang

berlaku di Indonesia. Untuk itu, diperlukan penguasaan pengetahuan tentang

pengertian etika, aliran etika, dan pemahaman Pancasila sebagai sistem etika sehingga

mahasiswa memiliki keterampilan menganalisis persoalan-persoalan korupsi dan

dekadensi moral dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Bagi Para Pengajar (Guru, Dosen, Ataupun PPL/PPG), bahwasanya buku ini sangat
cocok digunakan sebagai materi pendukung ketika pembelajaran berlangsung.
Karena buku ini sangat lengkap materinya, dimana dijabarkan semua mulai dari
konsep, definisi, gambar, menurut para ahli dan sejarah. Dan buku ini juga
sangat cocok digunakan sebagai pendukung pemaparan materi di kelas dalam
pelajaran Pendidikan Pancasila.

Bagi Pembaca, buku ini sangat cocok dibaca-baca atau untuk sebagai pendukung
referensi tambahan tugas. Karena biasanya pembaca jauh lebih tertarik membaca
buku ketika ada tugas yang disuruh oleh Guru / Dosen untuk mencari pendukung
referensi buku lainnya.
Crriittical B oook Reevviieew | 18
DAFTAR PUSTAKA

Ubadeillah dan
Abdul,2015.pancasila,demokrasi,HAM,dan
masyarakat madani,Kencana,Jakarta.

“”
Tim Penyusun RISTEKDIKTI, 2016.
Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi ..
Crriittical B oook Reevviieew | 19

Anda mungkin juga menyukai