Anda di halaman 1dari 9

CRITICAL JOURNAL REVIEW

TELAAH KURIKULUM IPA

KELOMPOK 4

Dinda Amalia Lubis (419115002)


Feny Maylani (4191151020)
Yulan Defiana Sitanggang (4193151008)
Regina Kezia Anggraeni Situmorang (419315009)
Irene Monyca Br Sebayang (4193151010)

Dosen Pengampu : Dra. Nurliana Marpaung,M.Si

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TA 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kelimpahan berkat dan
kuasaNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Critical Jurnal Review
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
proses pembelajaran Telaah Kurikulum Ipa.

Harapan kami semoga kiranya critical jurnal ini dapat bermanfaat bagi pembaca
untuk mengetahui isi jurnal beserta kelebihan dan kekurangan dari jurnal tersebut sebelum
mendownloadnya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam critical jurnal ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan critical jurnal yang telah penulis buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Medan, November 2020

Kelompok 4

ii
CRITICAL JURNAL REVIEW I (INTERNATIONAL)

IDENTITAS JURNAL 1
Judul Teachers’ perceptions of the official curriculum: Problem
solving and rigor
Jurnal International Journal of Educational Research

Vol & Hal Vol. 93 (2019) hal. 91–100


Tahun 2018
Penulis J.D. Davis et al.
Riviewer Rahel Hutahaean

Tanggal April 2019


10.1016
DOI

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sistem pendidikan A.S. mengandung
komponen terpusat dan terdesentralisasi. Komponen terpusat adalah CommonCore State
Standards for Mathematics1 (CCSSM) (Common Core State Standards Initiative
[CCSSI], 2010), yang telah diadopsi sebagai kerangka kurikulum negara bagian di lebih
dari 40 negara bagian pada tulisan ini. CCSSM adalah apa yang Remillard dan Heck
(2014) sebut sebagai maksud dan tujuan kurikuler dalam kurikulum resmi. Komponen
desentralisasi A.S. melibatkan buku pelajaran dan lainnya bahan ajar. Misalnya, masing-
masing sekolah mengadopsi buku pelajaran dengan harapan semua guru bekerja di
dalamnya entitas pendidikan akan menggunakan buku teks itu sebagai sumber
pengajaran utama mereka. Sebagaimana Remillard dan Reinke (2018) catat, ini buku
teks datang dalam berbagai bentuk yang berbeda (cetak dan digital) dan dikembangkan
menggunakan filosofi yang berbeda tentang apa artinya belajar dan mengajar
matematika. Karena kenyataan bahwa sekolah sebagai entitas resmi telah mengadopsi
buku teks, tempat Remillard dan Heck buku teks yang diadopsi kabupaten dalam
kurikulum resmi dan merujuknya serta komponen lainnya (mis., panduan pacing) yang
guru di sekolah diharapkan untuk digunakan sebagai kurikulum yang ditunjuk.
Komponen-komponen berbeda dari kurikulum resmi adalah apa kami menyebut
kurikulum yang bersaing karena bersaing untuk mendapatkan perhatian guru dan
mengingat bahwa kurikulum tersebut dibuat oleh penulis yang berbeda, mereka juga

3
dapat mempromosikan narasi yang berbeda.Selain kurikulum yang bersaing, standar AS
sebelumnya seperti Kurikulum dan Standar Evaluasi untuk Matematika Sekolah (Dewan
Nasional Guru Matematika [NCTM], 1989) memiliki apa yang disebut Apple (1992)
sebagai "penumbra of vagueness" (p. 413). Sementara CCSSM menggambarkan standar
konten dari ukuran butir yang berbeda, kami merasa bahwa Standar untuk Matematika
Praktik (SMP) memang memiliki suasana ketidakjelasan dan, akibatnya, dapat
ditafsirkan dalam berbagai cara. Meski ada delapan SMP kami fokus pada persepsi guru
tentang penyelesaian masalah yang muncul dalam praktik pertama: "Masuk akal masalah
dan bertahan dalam menyelesaikannya ”(CCSSI, 2010, hlm. 6). Kekakuan adalah kata
lain yang cocok untuk interpretasi yang berbeda. Memang, sementara kekakuan tidak
disebutkan dalam dokumen CCSSM, guru menghubungkan kata tersebut dengan
dokumen tersebut (Gojak 5 Februari 2013). Singkatnya, tujuannya artikel ini adalah
untuk memahami bagaimana guru matematika sekolah menengah (MSMT) menafsirkan
penyelesaian masalah dan kekakuan dalam CCSSM dalam lingkungan pendidikan yang
didominasi oleh komponen kurikulum yang ditunjuk: buku teks yang diadopsi
kabupaten.

Subjek Penelitian
melibatkan 89 sekolah menengahguru matematika (MSMT)

Metode Penelitian dan Hasil Penelitian

Kerangka kerjaKami menggunakan sejumlah kerangka kerja yang berbeda dalam penelitian
ini. Kami menempatkan penelitian kami dalam model konseptual dari proses pemberlakuan
kurikulum Remillard dan Heck (2014). Kami

Penelitian ini mengenai persepsi guru tentang SMP melalui survei skala besar Kami
melakukan sejumlah survei skala besar yang melibatkan persepsi MSMT tentang CCSSM
secara umum, menyentuh secara khusus pada SMP (Davis et al., 2013; Choppin et al., 2013;
Davis et al., 2017a). Kami menemukan bahwa MSMT melaporkan bahwa
mempertimbangkan kurikulum yang ditunjuk untuk merujuk ke buku teks yang telahdiadopsi
oleh negara, distrik, atau sekolah dan tinggal di dalam kurikulum resmi. Dokumen CCSSM
juga berada di dalam pejabatkurikulum dan mewakili maksud dan tujuan kurikuler. Dalam
model konseptualnya, tujuan dan sasaran kurikuler memengaruhikurikulum yang
ditunjuk.mereka terbiasaSMP, merasa bahwa CCSSM menekankan komunikasi dan

4
eksplorasi siswa, dan merasa bahwa SMP lebih keras dari standar negara sebelumnya (Davis
et al. 2013; Choppin et al., 2013; Davis et al., 2017a), yang mengharuskan siswa untuk
berjuang lebih dalam memecahkan masalah bila dibandingkan dengan kerangka kerja negara
sebelumnya (Davis et al., 2017a). Mayoritas MSMT menyatakan bahwa mereka fokus SMP
adalah inovasi terbesar dari CCSSM, berpartisipasi dalam SMP sangat penting bagi siswa
untuk belajar matematika, dan partisipasi yang berhasil di SMP mengharuskan siswa terlebih
dahulu mempelajari konten matematika (Choppin et al.). Mayoritas MSMT (N =366) yang
kami survei juga percaya bahwa tidak perlu fokus pada satu SMP pada satu waktu (Choppin
et al.).Opfer et al., 2016 menyelidiki persepsi sampel yang representatif secara nasional (N =
2577) dari guru sekolah umum K-12 di AS tentang standar CCSSM dan Common Core
Bahasa Inggris Seni dan Literasi (CCELA). Kurang dari setengahnya yang disurvei guru
menyatakan bahwa buku teks yang diadopsi di kabupaten mereka memberikan siswa

kesempatan untuk terlibat dengan SMP secara luas. Terlepas dari ketidakjelasan seputar
SMP, sejumlah peneliti (Davis et al., 2017b; Cirillo et al., 2016; Opfer et al., 2016) telah
setuju bahwa Model dengan matematika (SMP 4) melibatkan dimulai dengakonteks dunia
nyata, menggunakan matematika untuk menyelesaikannya atau lebih banyak masalah
ditetapkan dalam konteks itu, dan menerjemahkan solusi kembali ke konteksnya. Opfer dan
kolega menemukan bahwa sekunder guru tingkat (kelas 9-12) memandang SMP 4 dengan
cara ini. Opfer dan kolega menemukan bahwa guru tingkat dasar, sebaliknya lebih cenderung
mempertimbangkan penggunaan model oleh siswa yang mewakili gagasan matematika (mis.,
base-10 cubes) sebagai bukti praktik ini. Kami juga menemukan bukti interpretasi yang salah
tentang SMP 4 ini sebagai total 16 dari 24 (67%) guru di latar belakang kami wawancara
dengan MSMT memberi kami deskripsi yang serupa dari praktik ini (Davis et al.).choenfeld
(1988) menunjukkan bahwa pemecahan masalah dalam buku teks di AS selama tahun 1980
biasanya terjadi dalam dua formulir. Pertama, pemecahan masalah kadang-kadang muncul
sepanjang latihan pekerjaan rumah dan sering digambarkan sebagai hadiah atau rekreasi
untuk siswa. Kedua, pemecahan masalah muncul sebagai bagian terpisah di buku teks. Kami
menemukan bukti yang terakhir di pemeriksaan kami terhadap kumpulan teks DM yang
digunakan guru dalam penelitian kami. Kami juga menemukan bahwa buku teks TD, College
Matematika Persiapan (Kysh et al., 2013) berisi bagian yang ditujukan untuk pemecahan
masalah. Selain itu, bagian yang muncul di dalamnyaTeks DM biasanya mengandung
setidaknya salah satu teknik pemecahan masalah Polya sementara bagian dalam teks TD
berisi heuristik seperti tebak dan periksa. Kami juga menemukan bukti dari teknik pemecahan

5
masalah ini di berbagai tempat di SMP 1. Misalnya, the CCSSM menyatakan bahwa, “Siswa
yang mahir secara matematis mulai dengan menjelaskan kepada diri mereka sendiri arti dari
masalah dan mencari titik masuk ke solusinya ”(CCSSI, hlm. 6).

CRITICAL JURNAL REVIEW II


IDENTITAS JURNAL 2
Judul PERSEPSI GURU IPA TERHADAP KURIKULUM 2013
DAN IMPLEMENTASINYA DI SMP se-KOTA PALU
Jurnal Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako
Vol & Hal Volume 4 Nomor 1, hlm 29-38
Tahun 2015
Penulis Syech Zainal1 , H. Andi Tanra Tellu dan Mohamad Jamhari2

Riviewer Rahel Hutahaean

Tanggal April 2019


ISSN 2089-8630
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi guru IPA kurikulum 2013 dan
implementasi di SMP di kota Palu.Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menekankan
kewenangan dalam penyusunannya yang mengacu desentralisasi sistem pendidikan. Kurikulum 2013
diharapkan mampu melahirkan peserta didik yang memiliki kompetensi yang utuh sehingga peserta
didik dapat berdayaguna dan berdayasaing pada tingkat lokal, nasional maupun global. Selanjutnya
pendapat Mulyasa (2013) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 menekankan keseimbangan materi
mencakup kompetensi afektif, kognitif, psikomotor dan berkarakter. Guru sebagai
tenagakependidikan utama harus menjadi sosok yang mampu menerapkan keempat
kompetensi guru yakni pedagogik, profesional, sosial, dan personal. Ketidaksiapan guru tidak
hanya terkait dengan urusan kompetensinya, tetapi masalah kreatifitas juga turut andil dalam
kelancaran penerapan kurikulum yang berlaku. Selanjutnya (Sanjaya, 2010; Wibowo, 2013)
bahwa peranan penting guru dalam sisitem pendidikan ditunjukkan oleh peranannya sebagai
pihak yang harus mengorganisasi atau mengelola elemen-elemen kurikulum, sistem
penyajian bahan pelajaran, sistem administrasi, dan sistem evaluasi.

Subjek Penelitian

6
seluruh guru IPA di SMP se-Kota Palu dan sampelnya adalah guru sasaran pelatihan
Kurikulum 2013.
Metode Penelitian dan Haisl penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif persentase. Metode yang digunakan deskriptif
kualitatif yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan sesuatu sesuai fakta dan
menyuguhkan data apa adanya (Pasaribu,2005). Penelitian dilaksanakan bulan September
sampai Desember 2014 di SMP se-Kota Palu

Berdasarkan hasil penelitian tentang persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 di SMP se-Kota
Palu adalah untuk kategori sangat baik sebesar 13,46%, untuk kategori baik sebesar 78,53%,
kemudian kategori cukup sebesar 7,63%. Selanjutnya kategori rendah, guru tidak mengetahui
dan tidak memahami sebesar 0,30%. Kategori guru sangat mengetahui tujuan kurikulum, isi,
metode dan evaluasi adalah guru sangat mengetahui cara membentuk watak peserta didik,
pemberian pengajaran sesuai bidang ilmu dan kecakapan yangdimilikinya, penggunaan
variatif strategi dalam membelajarkan materi sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan,
memeriksa tingkat ketercapaian dan memeriksa kinerja kurikulum secara menyeluruh.
Kategori guru yang mengetahui tujuan kurikulum, isi, metode dan evaluasi adalah guru
mengetahui teknik membentuk watak peserta didik, mengetahui cara pemberian pengajaran
sesuai bidang ilmu dan kecakapan yang dimilikinya, mengetahui penggunaan variatif strategi
dalam membelajarkan suatu materi sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Persepsi
guru terhadap implementasi Kurikulum 2013 di SMP seKota Palu adalah untuk kategori
sangat mampu sebesar 48,83%, kemudian untuk kategori kurang mampu sebesar 49.46%,
selanjutnya kategori rendah sebesar 5,43%. Hasil penelitian tentang persepsi guru terhadap
implementasi Kurikulum 2013 merupakan kategori sangat mampu karena selain guru sangat
mengetahui komponen tujuan, isi, metode dan evaluasi juga guru dapat menerapkan dan
melaksanakan pembelajaran sesuai amanah Kurikulum 2013. Kategori mampu adalah selain
guru mengetahui komponen tujuan, isi dan metode juga guru dapat menerapkan dan
melaksanakan pembelajaran sesuai amanah Kurikulum 2013. Dalam hal ini guru mampu
mengelola kelas, memulai pembelajaran, menerapkan pendekatan scientific, serta
menggunakan media dan sumber belajar sesuai materi akan tetapi kesulitan dalam melakukan
penilaian autentik.

PENILAIAN TERHADAP JURNAL

7
JURNAL I

a. Keunggulan jurnal
 Cakupan abstrak dalam Jurnal I yang dituliskan jelas dan menggambarkan
keterkaitan tujuan penelitian dan hasil penelitian sehingga memudahkan si
pembaca dalam mengerti maksud dari jurnal tersebut.
 Pengenalan masalah yang diutarakan dalam jurnal 1 cukup jelas dan tidak
berteletele
 Bahasa yang digunakan mudah untuk dimengerti
 Referensi buku maupun artikel yang dipakai penulis sudah cukup lengkap

b. Kelemahan jurnal
 Tidak memuat tabel atau grafik dari hasil penelitian
 Pada bagian pembahasan,ada kata-kata yang kurang mudah untuk dipahami

JURNAL II

a. Keunggulan jurnal
 Jurnal II menuliskan kalimat dengan lebih terstruktur dan mudah dipahami
 Memuat tabel untuk memperkuat pembahasan hasil penelitian
 Cakupan abstrak dalam Jurnal II yang dituliskan jelas dan menggambarkan
keterkaitan tujuan penelitian dan hasil penelitian sehingga memudahkan si
pembaca dalam mengerti maksud dari jurnal tersebut.
 Bahasa yang digunakan mudah untuk dimengerti
 Referensi buku maupun artikel yang dipakai penulis sudah cukup lengkap

b. Kelemahan jurnal
 Kurangnya penjelasan teori dari para ahli
 Pengenalan masalah yang diutarakan dalam jurnal II terlalu banyak
pembahasan dan agak terlalu berteletele.

8
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap karya tulis pastinya memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda antar satu dengan
yang lain,baik itu dari segi bahasanya, kelebihannya, dan kekurangannnya. Jurnal pasti
mengandung informasi yang sudah dipaparkan dengan jelas oleh penulisnya terlepas dari
kekurangan yang terkandung dalam setiap jurnal, namun sudah dapat dipastikan setiap
jurnal akan membawa keuntungan bagi pembaca dalam hal pendapatan informasi lebih.
Jadi kesimpulan yang diambil dari kedua jurnal adalah faktor selera konsumen, harga
telur ayam ras, harga barang pengganti/ tahu, pendapatan konsumen dan jumlah anggota
keluarga secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap permintaan telur ayam ras di
Kota Kendari dan Kota Padang.

B. Saran
Didalam kelebihan dari kedua jurnal tersebut agar lebih dipertahankan dan diperkuat
lagi, dan mengenai kekurangan jurnal agar lebih diteliti lagi untuk mencapai hasil yang
lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.omicsonline.org/open-access/developmental-patterns-of-cognitive-abilities-
2469-9837-1000204.pdf

https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1066270.pdf

Anda mungkin juga menyukai