Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TELAAH KURIKULUM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


PERKEMBANGAN KURIKULUM MATEMATIKA

Dosen Pengampu:
Dr. Atma Murni, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 5

1. Adieb Bil Anova (2205110954)


2. Aristawidya. R (2205110956)
3. Az-Zahra (2205110953)
4. Dwi Vani Sartika Putri (2205110950)
5. Zahra Thahira (2205110958)

KELAS 3A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga kelompok saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul
Pancasila sebagai Sistem Etika tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Pancasila sebagai Sistem Etika
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ahmad Samawi, MHum selaku dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan pada bidang Pendidikan Pancasila. Saya ucapkan terima kasih juga
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kita
dapat
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kami meminta kritik dan saran diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Dan kami berharap semoga para pembaca dapat menambah pengetahuan dari maklah yang
kami buat.
Malang, 13 November 2021
Penyusun
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga kelompok saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul
Pancasila sebagai Sistem Etika tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Pancasila sebagai Sistem Etika
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ahmad Samawi, MHum selaku dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan pada bidang Pendidikan Pancasila. Saya ucapkan terima kasih juga
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kita
dapat
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kami meminta kritik dan saran diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Dan kami berharap semoga para pembaca dapat menambah pengetahuan dari maklah yang
kami buat.
Malang, 13 November 2021
Penyusun
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga kelompok saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul
Pancasila sebagai Sistem Etika tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari dosen

1
pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Pancasila sebagai Sistem Etika
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ahmad Samawi, MHum selaku dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan pada bidang Pendidikan Pancasila. Saya ucapkan terima kasih juga
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kita
dapat
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kami meminta kritik dan saran diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Dan kami berharap semoga para pembaca dapat menambah pengetahuan dari maklah yang
kami buat.
Malang, 13 November 2021
Penyusun

PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH DI INDONESIA

A. Definisi Kurikulum Matematika


Hudojo (2005: 3) “Program yang disusun terinci sehingga menggambarkan kegiatan
siswa di sekolah dengan bimbingan guru disebut kurikulum”. Selanjutnya menurut Hamalik
(2010: 65) ”Kurikulum sebagai pengalaman belajar yang mengandung makna bahwa kurikulum
adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik di luar maupun di dalam sekolah asal
kegiatan tersebut di bawah tanggung jawab guru (sekolah)”.
Kemudian menurut UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas “Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”.
Dari beberapa definisi kurikulum tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah
program perencanaan yang disusun berdasarkan tujuan, isi dan bahan pelajaran yang mengacu
pada pengalaman-pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Hudojo (2005: 3) menyatakan “Kurikulum matematika adalah suatu kurikulum yang
berhubungan dengan matematika dan cara mengorganisasikan materi matematika menggunakan
jawab pertanyaan: mengapa, apa, bagaimana, dan kepada siapa matematika diajarkan disekolah”.
B. Perkembangan Kurikulum di Indonesia

2
Kurikulum di Indonesia dalam catatan sejarah telah mengalami beberapa kali perubahan.
Sejarah mencatat telah terjadi perubahan kurikulum sebanyak delapan kali sejak dirancang
pertama kali tahun 1947 hingga tahun 2012, yaitu pada tahun 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004, dan 2006. Mulai tahun 2013, kurikulum di Indonesia mulai digantikan dengan
Kurikulum 2013.

Menurut Nurhadi, dkk (2012: 73) urutan kronologis kurikulum yang pernah berlaku di
Indonesia diawali dengan Rencana Pelajaran 1947, pada saat itu istilah kurikulum lebih dikenal
dengan istilah Rencana Pelajaran (Leer Plan). Struktur kurikulum pada masa itu hanya terdiri
dari dua hal, yaitu (1) daftar mata pelajaran dan jumlah jam mengajar, serta (2) Garis-garis Besar
Program Pengajaran (GBPP). Nurhadi, dkk (2012: 76) juga menyebutkan bahwa salah satu ciri
lain dari Rencana Pelajaran 1974 adalah materi pelajaran yang yang diajarkan dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari. Pada tahun 1952 kurikulum berganti menjadi Rencana Pelajaran
Terurai. Idi (2007: 20) menjelaskan bahwa pada kurikulum ini pokok- pokok pada setiap mata
pelajaran diperinci berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Kurikulum ini kemudian pada
tahun 1964 disempurnakan menjadi Kurikulum 1964 yang menekankan pada pengembangan
daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana.

C. Perkembangan Kurikulum Matematika Sekolah di Indonesia

Keberadaan matematika di dalam kurikulum turut berkembang seiring perkembangan


kurikulum yang berjalan. Berbagai pandangan mengenai teori belajar serta pembelajaran
matematika juga ikut andil dalam perubahan yang terjadi. Upaya- upaya pembaharuan dilakukan
guna menyelaraskan kualitas pendidikan dengan perkembangan dunia. Sebagai akibat dari
perkembangan kurikulum nasional sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, maka kurikulum
dan pembelajaran matematika juga tercatat mengalami beberapa perubahan.

1. Kurikulum Matematika Tahun 1968


Suryadi (2012: 2) mengemukakan bahwa pada kurikulum 1968, pembelajaran
matematika di Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pembelajaran geometri lebih menekankan keterampilan berhitung, misalnya
perhitungan luas bangun geometri datar atau volume geometri ruang, bukan penekanan
pada bagaimana rumus-rumus tersebut diperoleh.

3
b. Mengutamakan hafalan yang sifatnya mekanis dari pada pengertian.
c. Pembelajaran program berhitung kurang memperhatikan aspek kontinuitas dengan
jenjang selanjutnya, serta keterkaitannya dengan kehidupan.
d. Pembelajaran yang dilakukan kurang memberikan motivasi dan kurang menumbuhkan
rasa ingin tahu.

Kegiatan pembelajaran pada masa itu didominasi pada kegiatan menghafal fakta,
algoritma dan penggunaan rumus-rumus dalam menyelesaikan soal-soal yang disajikan.
Sehingga peserta didik cenderung menirukan apa yang dicontohkan guru di kelas, kemudian
mengerjakan soal-soal latihan sebagai penguatan terhadap apa yang telah diajarkan guru di kelas.

2. Kurikulum Matematika Tahun 1975


Pada tahun 1975, terjadi perubahan yang sangat besar dalam pengajaran matematika di
Indonesia yang ditandai dengan dimasukannya matematika modern ke dalam kurikulum 1975.
matematika modern tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu himpunan, geometri bidang dan
ruang, statistika dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, dan penulisan lambang
bilangan nondesimal. Selain itu diperkenalkan pula konsep-konsep baru seperti
penggunaan himpunan, pendekatan pengajaran matematika secara spiral, dan
pengajaran geometri dimulai dengan lengkungan.
b. Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan ke pengajaran
yang mengutamakan pengertian.
c. Soal-soal yang diberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan masalah daripada
yang bersifat rutin.
d. Ada kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara Sekolah Dasar dan Sekolah
Lanjutan.
e. Terdapat penekanan kepada struktur.
f. Program pengajaran pada matematika moderen lebih memperhatikan adanya
keberagaman antar siswa.
g. Terdapat upaya-upaya penggunaan istilah yang lebih tepat.
h. Ada pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru ke pengajaran yang lebih
berpusat pada siswa.

4
i. Sebagai akibat dari pengajaran yang lebih berpusat pada siswa, maka metode mengajar
yang lebih banyak digunakan adalah penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik
diskusi.
j. Terdapat upaya agar pengajaran matematika dilakukan dengan cara yang menarik,
misalnya melalui permainan, teka-teki, atau kegiatan lapangan. (Ruseffendi, 1979).
Berdasarkan ciri-ciri pengajaran matematika modern di atas, maka teori belajar yang
dipergunakan lebih bersifat campuran antara teori pengaitan dari Thorndike, aliran psikologi
perkembangan seperti teori Piaget, serta aliran tingkah laku dari Skinner dan Gagne.
3. Kurikulum Matematika Tahun 1984

Kurikulum 1975 dinilai belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada zaman itu,
sehingga dibentuklah kurikulum baru yaitu kurikulum 1984. Ciri khusus dari kurikulum ini
terdapat pada pendekatan pengajarannya yang berpusat pada anak didik melalui cara belajar
siswa aktif atau sering disebut dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Penyampaian materi
tidak hanya sekedar ceramah, metode lapangan juga sudah mulai digunakan agar pembelajaran
lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pelajaran. Cara Belajar Siswa Aktif diharapkan
dapat menerapkan proses keterlibatan intelektual emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran
yang memungkinkan terjadinya: Proses asimilasi/pengalaman kognitif yang memungkinkan
terbentuknya pengetahuan, proses perbuatan/pengalaman langsung, keterampilan, proses
penghayatan dan internalisasi nilai (Wicaksono, 2018:57). Ciri sentralistik kurikulum 1984
adalah pada masa ini ditandai dengan tiga kebijakannya yaitu semesta, menyeluruh, dan terpadu.
(Julaeha, 2019:164).

4. Kurikulum Matematika Tahun 1994

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984. Kurikulum 1994


dilaksanakan dengan menyesuaikan dengan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang berdampak pada pengubahan sistem semester ke sistem caturwulan.
Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal
dan pemecahan masalah (Mawaddah, 2019:294-295). Terdapat karakterisitik menonjol dari
kurikulum 1994 menurut Imron (2018:21), diantaranya sebagai berikut:

a. Menggunakan sistem caturwulan.

5
b. Materi pelajaran cukup padat.
c. Menerapkan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh indonesia.
d. Dominannya pelajaran matematika serta bahasa (Indonesia dan inggris), minimnya
pelajaran seni serta materi.
e. PMP (Pendidikan Moral Pancasila) diubah menjadi PPKn (Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan).
5. Kurikulum Matematika Tahun 2004
Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis
kompetesi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut
mempunyai tujuan antara lain;
a. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan, perbedaan,
konsistensi dan iskonsistensi
b. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan
dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memcahkan masalah
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.
Sementara itu secara umum prinsip dasar dari kurikulum tersebut adalah bahwa setiap
siswa mampu mempelajari apa saja hanya waktu yang membedakan mereka dalam ketuntasan
belajar. Siswa tidak diperkenankan mengikuti pelajaran berikutnya sebelum menuntaskan
pelajaran sebelumnya. Dengan demikian remedial-remedial akan seringa dijumpai terutama
siswa yang sering tidak tuntas dalam belajarnya.
6. Kurikulum Matematika Tahun 2006
Pada Tahun 2006 terjadi lagi perubahan dan masyarakat mengenalnya dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dimana ciri-ciri kurikulum pendidikan Matematika adalah:
a. Dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu.
b. Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.

6
c. Terdapat penekanan pada pengembangkan kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif serta kemampuan mengkomunikasikan
matematika.
d. Cakupan materi sekolah dasar meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran, pengolahan
data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
e. Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran,
peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi
f. Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar, geometri dan pengukuran, trigonometri,
peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan masalah serta penalaran
dan komunikasi
g. Kurikulum ini mencakup kompetensi dasar, materi poko dan indikator hasil pencapaian
belajar
h. Kemampuan pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi bukanmerupakan
pokok bahasan tersendiri, melainkan harus dicapai melalui proses belajar dengan
menintegrasikan topik-topik tertentu yang sesuai.
7. Kurikulum Matematika Tahun 2013
Didalam kurikulum 2013, Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi
yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.
Langkah penguatan materi dengan mengevaluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat di
dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi
siswa, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dan menambahkan materi
yang dianggap penting dalam perbandingan internasional. Adapun tujuan pada mata pelajaran
matematika adalah agar siswa dapat:
a. Memahami konsep matematika. Memahami konsep matematika mencakup kompetensi
dalam menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan menggunakan konsep maupun
algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Termasuk
dalam kecakapan ini adalah melakukan algoritma atau prosedur, yaitu kompetensi yang
ditunjukkan saat bekerja dan menerapkan konsep-konsep matematika seperti melakukan
operasi hitung, melakukan operasi aljabar, melakukan manipulasi aljabar, dan
keterampilan melakukan pengukuran dan melukis/ menggambarkan /merepresentasikan
konsep keruangan

7
b. Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan mampu membuat
generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada.
c. Menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika baik dalam
penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada dalam pemecahan masalah
dalam konteks matematika maupun di luar matematika (kehidupan nyata, ilmu, dan
teknologi) yang meliputi kemampuan memahami masalah, membangun model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh termasuk
dalam rangka memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (dunia nyata)
d. Mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti matematika
dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
f. Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika dan
pembelajarannya, seperti taat azas, konsisten, menjunjung tinggi kesepakatan, toleran,
menghargai pendapat orang lain, santun, demokrasi, ulet, tangguh, kreatif, menghargai
kesemestaan (konteks, lingkungan), kerjasama, adil, jujur, teliti, cermat, bersikap luwes
dan terbuka, memiliki kemauan berbagi rasa dengan orang lain.
g. Melakukan kegiatan–kegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan matematika.
h. Menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk melakukan kegiatan-
kegiatan matematika.
Selanjutnya, agar kompetensi yang sudah disusun dapat terlaksana dengan baik, maka
dalam proses pembelajaran matematika digunakan pendekatan saintifik yang dapat diperkuat
dengan model-model pembelajaran, antara lain: Model Pembelajaran Kooperatif; Pembelajaran
Kontekstual; Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing; Project Based Learning; dan Problem
Based Learning. Dalam pembelajaran matematika ini hal yang perlu ditekankan.
a. Aktivitas belajar di bawah bimbingan guru maupun mandiri dengan menggunakan
konsep dan prosedur secara benar dan sistematis dengan mementingkan pemahaman
daripada hanya mengingat prosedur.

8
b. Melatih kemampuan berpikir untuk membuat generalisasi dari fakta, data, fenomena
yang ada.
c. Melatih keterampilan melakukan manipulasi matematika untuk menyelesaikan masalah.
d. Melatih keterampilan penalaran matematika.
e. Pembelajaran berbasis pemecahan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Cepi, M. (2021). Preceding kurikulum era digital. In Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951–952.

Hatta, Idris, 2004, Matematika Kurikulum 2004, Makalah Seminar di HMJ Matematika FKIP
UMS

Hudaidah, & Ananda, A. P. (2021). Perkembangan Kurikulum Pendidikan Indonesia dari Masa
ke Masa. Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Kajian Sejarah, 3(2), 102–108.

Anda mungkin juga menyukai