Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH GEOMETRI ANALITIK BIDANG DAN RUANG

SISTEM KOORDINAT R2 (DIMENSI 2)

Dosen Pengampu:
Drs. Sakur, M.Ed

Disusun oleh :
Kelompok 8 (4A)

1. Al Fazri Efendi (2205110957)


2. Dinni Robbani (2205110929)
3. Qotrunnada Salsabila (2205110903)
4. Zahra Thahira (2205110958)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Sejarah Sistem Koordinat R 2 (Dimensi dua)..............................................1
B. Simbol..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Posisi Titik, Jarak Dua Titik, Gradien Ruas Garis, Ruas Garis Berarah
(Vektor).............................................................................................................3
B. Teorema perbandingan ruas garis, teorema titik tengah antara dua titik......9
C. Kedudukan Titik Pada Bangun Tertentu Seperti Segitiga, Segiempat dan
Sebagainya......................................................................................................10
D. Sifat Bangun Datar dan Luas Poligon........................................................13
BAB III PENUTUP...................................................................................................18
A. Pernyataan Ulang.......................................................................................18
B. Kesimpulan................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1...................................................................................................................3
Gambar 2.2...................................................................................................................3
Gambar 2.3...................................................................................................................4
Gambar 2.4...................................................................................................................5
Gambar 2.5...................................................................................................................5
Gambar 2.6...................................................................................................................7
Gambar 2.7...................................................................................................................8
Gambar 2.8...................................................................................................................9
Gambar 2.9...................................................................................................................9
Gambar 2.10...............................................................................................................10
Gambar 2.11................................................................................................................11
Gambar 2.12...............................................................................................................12
Gambar 2.13...............................................................................................................15
Gambar 2.14...............................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Sejarah Sistem Koordinat R2 (Dimensi dua)


1. Sejarah Tokoh
Kata sifat Cartesius mengacu pada ahli matematika dan filsuf Prancis
René Descartes, yang menerbitkan gagasan ini pada 1637, ketika dia tinggal
di Belanda. Itu ditemukan secara independen oleh Pierre de Fermat, yang
juga bekerja dalam tiga dimensi, meskipun Fermat tidak mempublikasikan
penemuan tersebut (Bix Robert, 2017). Pendeta Prancis Nicole Oresme
menggunakan konstruksi yang mirip dengan koordinat Cartesius jauh
sebelum zaman Descartes dan Fermat (Kent, 2017).
Baik Descartes dan Fermat menggunakan satu sumbu dalam
perawatan mereka dan memiliki panjang variabel yang diukur dengan
mengacu pada sumbu ini. Konsep menggunakan sepasang sumbu
diperkenalkan kemudian, setelah La Géométrie Descartes diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin pada tahun 1649 oleh Frans van Schooten dan murid-
muridnya. Para komentator ini memperkenalkan beberapa konsep sambil
mencoba mengklarifikasi gagasan yang terkandung dalam karya Descartes
(Burton, 2011).
Pengembangan sistem koordinat Cartesius akan memainkan peran
mendasar dalam pengembangan kalkulus oleh Isaac Newton dan Gottfried
Wilhelm Leibniz. Deskripsi dua koordinat bidang itu kemudian
digeneralisasikan menjadi konsep ruang vektor (Sheldon, 2015).
Banyak sistem koordinat lain telah dikembangkan sejak Descartes,
seperti koordinat kutub untuk bidang, dan koordinat bola dan silinder untuk
ruang tiga dimensi.
2. Sistem Koordinat Dua Dimensi
Sistem koordinat Cartesius dalam dua dimensi umumnya didefinisikan
dengan dua garis sumbu yang saling tegak lurus dan terletak pada satu
bidang (bidang xy). Sumbu horizontal diberi label x dan sumbu vertikal
diberi label y. Pada sistem koordinat tiga dimensi ditambahkan sumbu yang
lain yang sering diberi label z. Sumbu-sumbu tersebut ortogonal antar satu
dengan yang lain (satu sumbu tegak lurus dengan sumbu yang lain).
Titik pertemuan antara kedua sumbu, titik asal, umumnya diberi label
0. Setiap sumbu juga mempunyai besaran panjang unit, dan setiap panjang
tersebut diberi tanda dan ini membentuk semacam grid. Untuk
mendeskripsikan suatu titik tertentu dalam sistem koordinat dua dimensi,
nilai x ditulis (absis), lalu diikuti dengan nilai y (ordinat). Dengan demikian,
format yang dipakai selalu (x,y) dan urutannya tidak dibalik-balik.
3. Sejarah Koordinat Polar
Konsep sudut dan jari-jari sudah digunakan oleh manusia sejak zaman
purba, paling tidak pada milenium pertama SM. Astronom dan astrolog
Yunani, Hipparchus, (190–120 SM) menciptakan tabel fungsi chord dengan
menyatakan panjang chord bagi setiap sudut, dan ada rujukan mengenai

1
penggunaan koordinat polar olehnya untuk menentukan posisi bintang-
bintang. Dalam karyanya On Spirals, Archimedes menyatakan Archimedean
spiral, suatu fungsi yang jari-jarinya tergantung dari sudut. Namun, karya-
karya Yunani tidak berkembang sampai ke suatu sistem koordinat
sepenuhnya.
Dari abad ke-8 M dan seterusnya, para astronom mengembangkan
metode untuk menghitung arah ke Mekkah (kiblat) dan jaraknya dari semua
lokasi di bumi Sejak abad ke-9 dan seterusnya, mereka menggunakan
metode trigonometri bola dan proyeksi peta untuk menentukan jumlah ini
secara akurat. Perhitungan pada dasarnya adalah konversi koordinat polar
ekuator Mekkah (yaitu bujur dan lintang) ke koordinat kutubnya (yaitu kiblat
dan jaraknya) relatif terhadap sistem yang meridian referensinya adalah
lingkaran besar melalui lokasi tertentu, dan yang sumbu polarnya adalah
garis melalui lokasi dan titik antipodal.
Ada berbagai penjelasan tentang pengenalan koordinat polar sebagai
bagian dari sistem koordinat formal. Sejarah lengkap dari subjek ini
dijelaskan dalam Origin of Polar Coordinates Harvard profesor Julian Lowell
Coolidge.[5] Grégoire de Saint-Vincent dan Bonaventura Cavalieri secara
independen memperkenalkan konsep-konsep pada pertengahan abad ketujuh
belas. Saint-Vincent menulis tentang mereka secara pribadi pada tahun 1625
dan menerbitkan karyanya pada tahun 1647, sementara Cavalieri
menerbitkan karyanya pada tahun 1635 dengan versi koreksi yang muncul
pada tahun 1653. Cavalieri pertama kali menggunakan koordinat kutub
untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan luas di dalam spiral
Archimedean. Blaise Pascal kemudian menggunakan koordinat polar untuk
menghitung panjang busur parabola.
Istilah sebenarnya koordinat polar telah dikaitkan dengan Gregorio
Fontana dan digunakan oleh penulis Italia abad ke-18. Istilah ini muncul
dalam Inggris dalam terjemahan George Peacock tahun 1816 dari terjemahan
Lacroix Diferensial dan Integral Kalkulus.Alexis Clairaut adalah orang
pertama yang memikirkan koordinat kutub dalam tiga dimensi, dan
Leonhard Euler adalah orang pertama yang benar-benar
mengembangkannya.

B. Simbol
a. R^2 adalah dimensi dua
b. yaitu titik koordinat di (0,0)
c. a, b, dan c adalah konstanta
d. (x,y) dan disebut koordinat titik yaitu Posisi setiap titik ditandai dengan
pasangan dua bilangan yang merupakan pasangan posisi x dan y.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Posisi Titik, Jarak Dua Titik, Gradien Ruas Garis, Ruas Garis Berarah
(Vektor)
1. Posisi Titik
1.1 Letak Titik-Titik pada Bidang Koordinat Cartesius
Pada garis bilangan, sebuah titik berkorespondensi satu-satu dengan sebuah
bilangan real. Pada bidang datar, sebuah titik berkorespondensi satu-satu dengan
hanya satu pasangan bilangan real. Bilangan pertama dari pasangan bilangan real
ini menunjukkan bilangan pada sumbu X atau jarak titik tersebut terhadap
sumbu Y sedangkan bilangan kedua menunjukkan bilangan pada sumbu-y atau
jarak titik tersebut terhadap sumbu x. Sumbu x digambarkan horizontal
(mendatar) dan sumbu y digambarkan vertikal (tegak). Kedua sumbu ini saling
tegak lurus dan berpotongan di titik asal O. Garis horizontal arah ke kanan dari
titik asal O(0,0) adalah positif dan garis vertikal arah ke atas dari titik asal
O(0,0) adalah positif.
Bilangan-bilangan pada sumbu x disebut absis atau koordinat-x. Bilangan-
bilangan pada sumbu-y disebut ordinat atau koordinat-y. Keduanya disebut
pasangan sumbu koordinat atau dikenal dengan sistem koordinat Cartesius.
Perhatikan gambar 1.1 berikut.
Sumbu y

Sumbu x

Gambar 2.1
Bidang Koordinat Cartesius

Kedua sumbu X dan Y menbagi bidang datar atas 4 bagian yang disebut
kuadran, seperti tampak pada gambar 1.2 berikut.

3
Gambar 2.2
Bidang Koordinat Cartesius terdiri atas 4 Kuadran
Perhatikan gambar tersebut, kuadran I adalah tempat kedudukan titik-titik
dengan x positif dan y positif atau {P (x , y )/x >0 dan y > 0} . Kuadran II tempat
kedudukan titik-titik dengan x negatif dan y positif atau {P (x , y )/x <0 dan y < 0}
. Kuadran III tempat kedudukan titik-titik dengan x negatif dan y negatif atau
{P (x , y )/x >0 dan y < 0. Sementara sumbu X adalah tempat kedudukan titik-titik
dengan x positif dan y negatif atau {P (x , y )/x >0 dan y < 0} . Sementara sumbu X
adalah tempat kedudukan titik-tik berbentuk (x,0) dan sumbu Y adalah tempat
kedudukan titik-titik berbentuk (0,y). Dengan demikian tiap titik-titik pada
bidang ditentukan oleh sepasang bilangan, yang pertama absis dan yang kedua
ordinat. Sebaliknya tiap pasang bilangan menentukan sebuah titik pada bidang.
Jadi, Sebuah titik P yang berabsis x0 dan berordinat y0 ditulis (x0,y0).

2. Jarak Dua Titik


2.1 Jarak Dua Titik yang Terletak Pada sebuah Garis
AB adalah proyeksi CD pada sumbu x dengan A¿0) dan B(x 2−0). Maka
¿ AB∨¿ ¿=¿ x 2−x 1∨¿. Dengan cara yang sama, proyeksikan CD pada sumbu y,
katakan EF maka E(0− y 1 ¿ dan F0− y 2 ¿ . Sehingga EF=¿ y 2− y 1∨¿ .

Gambar 2.3
Jarak C(x 1 , y 1 ) dan D(x 2 , y 2 )

2.2 Jarak Dua Titik Sembarang Pada Bidang Koordinat Jarak |PQ| antara
Titik P(x 1 , y 1 ) dan Q(x 2 , y 2 ) adalah

|PQ|¿ √ (x ¿ ¿ 2−x 1 )2+( y ¿ ¿ 2− y1 )2 ¿ ¿

4
Bukti:
Titik-titik P(x 1 , y 1 ), Q(x 2 , y 2 ) dan R(x 1 , y 2 ) adalah titik-titik pada segitiga
siku-siku. Karena ruas garis RQ sejajar dengan sumbu x dan PR sejajar
dengan sumbu y maka:
2
|PQ| =¿ x 2−x 1∨¿ 2+¿ y 2 − y 1∨¿2=( x2− x1 )2 + ( y 2 − y 1 )2 ¿ ¿
Atau
|PQ|¿ √ (x ¿ ¿ 2−x 1 )2+( y ¿ ¿ 2− y1 )2 ¿ ¿

Gambar 2.4
Jarak P(x 1 , y 1 ) dan Q(x 2 , y 2 )

Contoh:
Tunjukkan bahwa titik-titik A(3,-2), B(4,3) dan C(-6,5) membentuk segitiga
siku-siku dan tentukan luas segitiga siku-siku dan tentukan segitiga tersebut.
Penyelesaian:
Melalui rumus jarak diperoleh:

|AB|¿ √ (4−3)2+(3−(−2))2= √ 26
|BC|¿ √ (−6−4)2+(5−3)2=√ 104
|AC|¿ √ (−6−3)2 +(5−(−2))2=√ 130

Karena | AB|2 +|BC|2 =26+104=130=|AC |2 maka segitiga ABC siku siku di


B.
1
Luas Segitiga ABC= . √ 26 . √ 104=26
2

5
Gambar 2.5
Segitiga Siku-siku ABC

3. Gradien Ruas Garis


Untuk menentukan gradien suatu garis lurus lakukan langkah-langkah
1) Tentukan 2 titik sebarang pada bidang koordinat, beri nama kedua titik
tersebut, misal titik A dan titik B.
2) Hubungkanlah 2 titik tersebut, sehingga diperoleh suatu garis, beri nama
garis tersebut dengan nama garis g.
3) Hitunglah selisih absis dari dua titik tersebut.
4) Hitunglah selisih ordinat dari dua titik tersebut.
5) Carilah selisih ordinat dibagi selisih absis dua titik tersebut dengan
menggunakan hasil pada langkah 3 dan 4.
6) Tentukan 2 titik yang lain pada garis g, namakan titik C dan D. ulangi
langkah- langkah 3 sampai dengan 5 di atas.
7) Tentukan 2 titik yang lain lagi pada garis g, namakan titik E dan F. ulangi
langkah-langkah 3 sampai dengan 5 di atas.
8) Berdasarkan hasil pada langkah 5, 6 dan 7, apa yang dapat anda
simpulkan?
9) Jika hasil langkah 5, 6 dan 7 dinamakan gradien, coba jelaskan apa yang
dimaksud dengan gradien?
10) Berdasarkan kegiatan di atas, jelaskan bagaimana cara mencari gradien
dari garis lurus yang melalui dua titik A( x 1 , y 1) dan B( x 2 , y 2).

Kegiatan 3.1 di atas, jika anda perhatikan garis-garis g tersebut


mempunyai kemiringan atau kecondongan. Kemiringan dari suatu garis
lurus disebut gradien dari garis lurus tersebut. Jika titik A( x 1 , y 1) dan B(
x 2 , y 2) terletak pada suatu garis g, sehingga komponen y pada garis g adalah
y 2− y 1 dan komponen x pada garis g adalah x 2−x 1. Dengan demikian
gradien garis lurus yang melalui titik A( x 1 , y 1) dan B( x 2 , y 2) adalah:
y 2− y 1
m AB=
x 2−x 1

6
Jika dari kegiatan ı yang anda lakukan maka diperoleh:
(1) suatu garis membentuk sudut lancip dengan sumbu x positif, maka
koefisien arahnya positif. Sedangkan garis yang membentuk sudut tumpul
dengan sumbu x positif, maka koefisien arahnya negatif.
(2) garis tersebut sejajar dengan sumbu x, maka koefisien arahnya adalah nol,
sedangkan garis tersebut sejajar dengan sumbu y, maka koefisien arahnya
adalah tidak terdefinisikan.
(3) jika m < 0, maka inklinasinya adalah sudut lancip; jika m > 0, maka
inklinasinya adalah sudut tumpul; jika m = 0, maka inklinasinya adalah 0°
dan jika m tidak terdefinisikan, maka inklinasinya adalah 90° .

Contoh soal:
Tentukan nilai a jika garis yang menghubungkan titik-titik A(5 a ,10) dan
B(3 a , 2) mempunyai gradien 2.
Penyelesaian:
y 2− y 1
m AB=
x 2−x 1

Karena nilai gradiennya adalah 2, maka:


2−10
2=
3 a−5 a
−8
2=
−2 a
4 a=8
a=2
Sehingga diperoleh nilai a=2
4. Ruas Garis Berarah (Vektor)
Suatu ruas (garis) berarah adalah sebuah ruas garis yang salah satu
ujungnya dinamakan (titik) pangkal dan ujung yang lain dinamakan (titik)
akhir. Apabila A dan B dua titik, lambang ⃗ AB kita gunakan sebagai ruas
berarah dengan pangkal A dan titik akhir B. Perhatikan bahwa AB dan AB
melukiskan dua hal yang berbeda seperti anda ketahui AB menggambarkan
sinar atau setengah garis yang berpangkal di A dan melalui B. Seperti
diketahui dua ruas garis ⃗
AB dan ⃗
CD disebut kongruen apabila AB = CD
Perhatian bahwa walaupun AB = CD, ⃗AB dan ⃗ CD tidak perlu sama

AB adalah sebuah himpunan sedangkan AB adalah bilangan real. Kalau AB
dan CD kongruen kita tulis ⃗
AB ≅ ⃗
CD

7
Andaikan sekarang ada 2 ruas berarah ⃗ AB dan ⃗ CD. Dalam
⃗ ⃗
membandingkan dua ruas berarah AB dan CD tidak cukup, kalau AB = CD;
kedua ruas berarah itu juga searah. Jika demikian, kita mengatakan bahwa
ruas berarah ⃗
AB ekivalen ruas berarah ⃗
CD yang ditulis sebagai ⃗
AB ≅ ⃗
CD .

Definisi: ⃗
AB ≅ ⃗
CD apabila Sr ( A )=D dengan P titik tengah ⃗
BC .

Gambar 2.6

Teorema 9.1: Andaikan ⃗ AB dan ⃗


CD. Dua ruas garis berarah yang tidak
segaris, maka segi empat ABCD seruah jajaran genjang jika dan hanya jika

AB=⃗ CD .

1) Andaikan ⃗ AB=⃗ CD . Jika P titik tengah ⃗


BC , maka S p ( A )=D menurut
definisi ke-ekuivalen : diagonal-diagonal segi empat ABCD membagi
sama panjang di P. Ini berarti ABCD sebuah paralelogram.
2) Andaikan ABCD sebuah paralelogram. Maka diagonal-diagonal ⃗ AD dan

BC berpotongan dititik p. Sehingga Sr ( A )=Dsebuah P titik tengah ⃗ AD
⃗ ⃗ ⃗
maupun titik tengah BC . Jadi AB=CD .
Akibat: Jika ⃗
AB=⃗CD maka AB = CD dan ⃗ AB dan ⃗CD sejajar atau segaris.
Teorema 9.2: Diketahui ruas ruas garis berarrah ⃗
AB , ⃗
CD dan ⃗
EF , maka:
1) ⃗AB=⃗ AB (Sifat refleksi)
2) Jika AB=⃗
⃗ CD , maka ⃗ CD=⃗ AB (Sifat Simetrik)
3) Jika AB=CD dan CD= EF , maka ⃗
⃗ ⃗ ⃗ ⃗ AB=⃗ EF (Sifat transitif)
Catatan: Sebuah relasi yang memiliki ketiga sifat tersebut dinamakan relasi
ke-ekivalenan.
Teorema 9.3: Diketahui sebuah titik p dan suatu ruas berarah ⃗
AB maka ada
⃗ ⃗
titik tunggal Q sehingga PQ = AB .

8
Gambar 2.7

Bukti: (Gb. 9) untuk membuktikan Q andaikan p titik tengah Q ⃗ P . Jika


Q−S R ( A ) maka ⃗AB=⃗ PQ atau ⃗PQ =⃗ AB . Untuk membuktikan ketunggalan
titik Q, andaikan ⃗AB=⃗ PT . Jadi S R ( A )=T oleh karena B titik tengah ⃗BP .
Berhubungan pada A oleh S R tunggal, maka T = Q. Jadi ini berarti ⃗ PQ satu-
satunya ruas garis berarah dengan pangkal P dan titik akhir Q yang ekivalen
dengan ⃗ AB .

Akibat 1: Jika P1 ( X 1 , Y 1 ) , P 2 ( X 2 , Y 2 ) , dan P 3 (X 3 ,Y 3) titik-titik yang diketahui


maka titik
P=(X 3 −X 2− X 1 , Y 3−Y 2−Y 1)

Adalah titik tunggal sehingga P3 ⃗


P =P1 ⃗
P ⃗2

Akibat 2: Jika Pn = (Xn, Yn). N = 1,2,3,4 maka P1 ⃗


P 2=P3 ⃗
P 4. Jika dan hanya
jika
X 2 −X 1= X 4− X 3

Y 2−Y 1 =Y 4−Y 3

Definisi: andaikan ⃗
AB sebuah ruas garis berarah dan K suatu bilangan real.
Maka K AB adalah ruas garis berarah ⃗
⃗ AB sehingga P ∈ ⃗AB dan AP−K ( AB)
kalau X > 0.
Apabila K < 0 maka K ⃗ AB adalah ruas garis berarah ⃗
AP dengan P anggota
sinar yang berlawanan arah dengan ⃗AB sedangkan AP = |K| AB. Dikatakan
bahwa ⃗AP adalah kelipatan ⃗
AB .

B. Teorema perbandingan ruas garis, teorema titik tengah antara dua titik
Teorema perbandingan ruas garis adalah sebuah teorema dalam
matematika yang menyatakan bahwa jika sebuah garis melintasi dua sisi segitiga
dan membagi salah satu sisi tersebut menjadi dua segmen, maka perbandingan
antara dua segmen tersebut sama dengan perbandingan antara sisi-sisi yang
bersebrangan dengan segmen-segmen tersebut.
Suatu garis dapat dibagi menjadi n bagian sama panjang atau dengan
perbandingan tertentu. Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut ini.
\

9
Gambar 2.8

Ruas garis PQ dan ruas garis QP adalah ruas garis yang sama karena
keduanya merupakan himpunan titik-titik yang sama, sehingga dapat ditulis PQ
= QP. Jika pada ruas garis PQ kita sisipkan titik O, maka terdapat 2 segmen garis
yaitu PO dan OQ.

Gambar 2.9

Jika berlaku PO = OQ, maka O merupakan titik tengah ruas garis PQ


dengan perbandingan PO: OQ = 1:1. Dengan demikian, kita telah membagi ruas
garis PQ menjadi nbagian sama panjang, dengan n = 2. Kita juga dapat membagi
ruas garis PQ dengan perbandingan tertentu, yaitu dengan menyisipkan titik O di
antara ruas garis PQ dengan perbandingan PO: OQ sesuai dengan yang kita
inginkan atau membaginya menjadi beberapa segmen garis.

Selanjutnya, perhatikan beberapa segmen garis berikut.

Gambar 2.10

Panjang AB = 2 satuan panjang, panjang CD = 6 satuan panjang dan


panjang EF = 4 satuan panjang. Perbandingan segmen garis AB dan segmen
garis CD sama dengan satu banding tiga, ditulis AB: CD = 1: 3. Dapat juga
dinyatakan dengan 3AB = CD. Perbandingan segmen garis AB dan segmen garis
EF sama dengan satu banding dua, ditulis AB: EF = 1: 2. Dapat juga dinyatakan
dengan 2AB = EF. Selanjutnya, perbandingan segmen garis CG dan segmen
garis CD sama dengan satu banding tiga, ditulis CG: CD = 1: 3. Dapat juga
dinyatakan dengan 3CG = CD.
Teorema titik tengah antara dua titik menyatakan bahwa titik tengah dari
suatu garis adalah titik yang berada di tengah-tengah dua titik ujung garis
tersebut. Untuk mencari titik tengah dari dua titik, Anda dapat menggunakan

10
rumus titik tengah, yaitu dengan menjumlahkan koordinat x dari dua titik ujung
dan membaginya dengan 2, kemudian menjumlahkan koordinat y dari dua titik
ujung dan membaginya dengan 2.
Rumus ini dapat digunakan untuk menemukan titik tengah dari dua titik
manapun. Misalnya, untuk mencari titik tengah dari titik (x1, y1) dan (x2, y2),
rumusnya adalah [(x1 + x2)/2,( y1 + y2)/2].

C. Kedudukan Titik Pada Bangun Tertentu Seperti Segitiga, Segiempat dan


Sebagainya
Kedudukan titik merujuk pada lokasi atau posisi relatif suatu titik terhadap
unsur-unsur lain dalam suatu bidang geometri. Dalam konteks bangun geometri
seperti segitiga atau segiempat, titik dapat berada pada sudut, sisi, atau pusat
bangun. Kedudukan titik pada suatu bidang geometri mempengaruhi sifat-sifat
geometris bangun tersebut.
1. Segitiga
Dalam sebuah segitiga, terdapat beberapa titik penting yang memiliki
kedudukan khusus, antara lain sebagai berikut.
a. Orthocenter (Titik Tegak Lurus)
Titik tempat tiga garis tinggi segitiga bersilangan. Garis tinggi adalah
garis yang menghubungkan sudut segitiga dengan titik di sisi yang
berlawanan.
b. Incenter (Titik Dalam)
Titik tempat tiga sudut-bagi-dual segitiga bersilangan. Incenter juga
merupakan pusat dari lingkaran dalam segitiga.
c. Titik berat atau centroid dari segitiga
Titik berat atau pusat dari suatu segitiga adalah titik potong dari garis-
garis tengahnya. Jika segitiga itu berkenaan dengan suatu material
dengan kepadatan sama setiap permukaaan maka titik berat adalah
pusat gravitasi.

11
Gambar 2.11
Titik Berat

Pada gambar tersebut, diberikan segitiga P1 , P2 , P3. Misalkan M 1


adalah titik tengah dari sisi P2 , P3dan M adalah pusat segitiga tersebut.
1 1
Jelas bahwa koordinat titik tengah M 1adalah ( ( x 2+ x 3)), ( y 2+ y 3)).
2 2
Dari geometri elementer diketahui bahwa M titik potong antara garis
tengahnya, berada pada garis tengah P1 M 1pada jarak dua per tiga dari
P1 ke M 1. Jadi, rasio perbandingan pembagiannya adalah P1 M 1: M .
Sehingga absis dan ordinat titik M dapat ditemukan yaitu:
1 1
x M = ( x 1+ x 2+ x3 ); y M = ( y 1+ y 2 + y 3)
3 3
Hal ini berarti absis dari titik pusat segitiga adalah rata-rata dari absis
ketiga titik sudutnya, dan ordinat dari titik pusat segitiga adalah rata-
rata dari ordinat ketiga titik sudutnya.

Contoh Soal
Diketahui segitiga ABC dengan koordinat titik A(15,14), B(-8,-6), dan
C(23,-20) adalah titik-titik sudut. Tentukan koordinat titik berat pada
segitiga tersebut!
Penyelesaian:
1 1
P = ( x A+ x B + x C ), ( y A + y B + y C)
3 3
P= ( 15+ (−8 )+23 14 + (−6 )+ (−20 )
3
,
3 )
P= ( 30 −12
3
,
3 )
P = (10, -4)
d. Titik Tengah Segitiga
Titik tengah segitiga yaitu garis penghubung titik-titik tengah dari
kedua sisi segitiga adalah sejajar dengan sisi segitiga dan panjangnya
adalah setengah kali panjang sisi ketiga segitiganya.
Pada segitiga ABC, misalkan kita buat titik D sebagai titik tengah AC
dan titik E sebagai titik tengah BC. Kemudian titik D dan E kita
hubungkan, maka kita peroleh segmen garis DE yang akan memenuhi
dalil titik tengah segitiga, yaitu:

12
Gambar 2.12

Segmen garis penghubung titik-titik tengah dari kedua sisi segitiga


adalah sejajar dengan sisi ketiga dan panjangnya adalah setengah kali
panjang sisi ketiga tersebut.

1
Pada gambar di atas berlaku, DE = AB.
2
Cek:
Diketahui: ¿ ACB=¿ DCE
CA : CD = CB : CE = 2 : 1
Jadi, ∆ ACB sebangun dengan ∆ DCE , akibatnya<CAB=¿ CDE
Jadi, ¿ CAB dan<CDE adalah pasangan sudut sehadap, dan menurut
postulat haruslah DE sejajar AB (Terbukti).

Jadi, ∆ ACB sebangun dengan ∆ DCE , maka berlaku perbandingan sisi


AB : DE = AC : DC
1
AB : DE = 2 : 1 ↔ 2DE = AB ↔ DE = AB
2
e. Circumcenter (Titik Lingkaran Luar)
Titik tempat tiga garis tegak lurus dari tengah sisi segitiga
bersilangan. Circumcenter juga merupakan pusat dari lingkaran luar
segitiga.
f. Titik Euler (Titik Tempat Orthocenter, Centroid, dan Circumcenter
Bersilangan)
Titik tempat orthocenter, centroid, dan circumcenter segitiga
bersilangan. Titik ini memiliki sifat khusus dalam geometri segitiga.

2. Segiempat
Dalam segiempat, terdapat beberapa titik penting yang memiliki
kedudukan khusus:
a. Titik Tengah atau Pusat Berat (Centroid)
Titik tempat dua diagonal bersilangan segiempat memotong satu sama
lain. Pusat berat adalah pusat massa segiempat.
b. Titik Potong Diagonal (Intersection of Diagonals)
Titik di mana dua diagonal segiempat bersilangan satu sama lain.
c. Titik Sudut (Vertex)
Setiap sudut segiempat dianggap sebagai titik sudut. Segiempat
memiliki empat sudut.
13
d. Titik Tengah Sisi (Midpoint of Sides)
Titik di tengah setiap sisi segiempat.
e. Titik Incenter (Titik Dalam)
Titik tempat dua garis yang menyambung titik tengah dua sisi
segiempat yang bersebelahan memotong satu sama lain. Incenter juga
merupakan pusat lingkaran dalam segiempat.
f. Titik Circumcenter (Titik Lingkaran Luar)
Titik tempat dua garis yang tegak lurus dari titik tengah dua sisi
segiempat yang bersebelahan memotong satu sama lain. Circumcenter
juga merupakan pusat lingkaran luar segiempat.
g. Titik Ortocenter (Titik Tegak Lurus)
Titik tempat dua garis yang bersilangan dari sudut yang sama tegak
lurus satu sama lain. Ortocenter dapat atau tidak dapat berada dalam
segiempat tergantung pada konfigurasi sudut-sudut segiempat.

D. Sifat Bangun Datar dan Luas Poligon


1. Sifat bangun datar
a. Persegi
Persegi adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku dan keempat
sisinya sama Panjang. Sifat-sifat persegi antara lain:
1) Sudut berhadapan sama besar yaitu 90 °
2) Sisi berhadapan sejajar dan sama Panjang
3) Memiliki dua diagonal yang sama panjang
4) Diagonal berpotongan saling membagi dua bagian sama Panjang
5) Diagonal berpotongan tegak lurus
6) Titik potong diagonal merupakan pusat lingkaran luar persegi
7) Diagonal merupakan bisekris sudut (membagi sudut sama besar)
8) Kedua diagonal merupakan sumbu simetri
9) Memiliki dua sumbu sisi merupakan sumbu simetri
10) Memiliki empat sumbu simetri putar

b. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku dan
sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama Panjang. Sifat-sifat persegi
panjang antara lain:
1) Sudut berhadapan sama besar yaitu 90 °
2) Memiliki dua diagonal yang sama Panjang
3) Diagonal berpotongan saling membagi dua sama Panjang
4) Titik potong diagonal merupakan pusat lingkaran luar persegi
panjang
5) Memiliki dua sumbu sisi merupakan sumbu simetri
6) memiliki dua sumbu simetri putar
c. Jajar Genjang

14
Jajar genjang adalah segiempat yang sisi berhadapan sejajar dan sama
Panjang. Sifat-sifat segi empat antara lain:
1) Tidak memiliki sumbu simetri lipat dan sumbu simetri putar
2) Memiliki dua pasang sisi yang saling berhadapan sama panjang
dan sejajar
3) Sudut berhadapan sama besar
4) Diagonal berpotongan saling membagi dua sama panjang
d. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah segiempat yang keempat sisinya sama panjang.
Sifat-sifat belah ketupat antara lain:
1) Sudut berhadapan sama besar
2) Sisi berhadapan sejajar dan sama panjang
3) Diagonal berpotongan saling membagi dua sama panjang
4) Diagonal berpotongan tegak lurus
5) Diagonal merupakan bisektris sudut (membagi sudut sama besar)
6) Kedua diagonal merupakan sumbu simetri
7) Memiliki dua sumbu simetri putar
e. Layang-Layang
Layang-layang adalah segiempat yang sepasang-sepasang sisi sama
panjang bersekutu di titik sudut berhadapan. Sifat-sifat laying-layang
antara lain:
1) Sepasang sudut berhadapan sama besar
2) Diagonal berpotongan tegak lurus
3) Satu diagonal mayor adalah sumbu simetri
f. Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang dibentuk oleh tiga buah ruas garis yang
sepasang-sepasang saling bersekutu pada ujungnya sehingga merupakan
kurva tertutup sederhana. Untuk setiap segitiga selalu berlaku sifat-sifat
berikut:
1) Jumlah panjang dua sisi selalu lebih besar daripada panjang sisi
segitiga
2) Jumlah sudut-sudut sebuah segitiga adalah 180°
3) Sudut terbesar adalah sudut yang menghadap sisi terpanjang,
sedangkan sudut terkecil adalah sudut yang menghadap sisi
terpendek
4) Besar sudut luar sama dengan jumlah dua sudut yang tidak
berpenglurus dengan sudut luar tersebut.
g. Lingkaran
Lingkaran adalah bangun datar yang menjadi tempat kedudukan titik-titik
yang berjarak sama dari sebuah titik tertentu. Titik tertentu itu merupakan
titik pusat lingkaran dan jarak sama adalah radius (jari-jari). Sifat-sifat
lingkaran antara lain:
1) Besar sudut lingkaran yaitu 360°
2) Memiliki titik pusat

15
3) Seluruh jari-jari sama panjang
4) Panjang diameter = 2 jari-jari
5) Simetri lipat dan simetri putarnya tak terhingga.

2. Luas Poligon
Definisi 3
Luas sebuah segi-n ialah luas sebagian dari bidang datar yang dibatasi oleh
segi-n itu.
Mengukur luas sebuah bidang adalah membandingkan luas bidang itu dengan
luas persegi satuan yang dipakai sebagai satuan pengukur luas.

Teorema 2.2
Luas jajargenjang sama dengan alas kali tinggi.
Bukti: Perhatikan gambar 2.13
Buatlah garis tinggi DE dan CF.
Perhatikan ∆ AED dan ∆ BFC.
⦟ A sama dengan ⦟ B1 (sehadap).
⦟ E 1sama dengan ⦟ F sama dengan 90° . Gambar 2.13
Gambar 2.13
AD sama dengan BC.
Jadi, ∆ AED ≅ ∆ BFC.
Tentu, luas jajargenjang ABCD sama dengan luas persegi panjang
EFCD dengan EF×CF atau AB × CF (karena AB sama dengan EF).
Tentu, luas jajargenjang ABCD sama dengan AB × CF pula.

Teorema 2.3
Luas segitiga sama dengan seperdua dari hasil-kali alas dengan tinggi.
Bukti: Perhatikan gambar 2.14

Gambar 2.14

16
Buat garis yang sejajar melalui C dengan AB dan garis yang sejajar
melalui B dengan AC. Maka terjadilah jajargenjang ABCD (definisi).
Luas jajargenjang ABCD sama dengan AB × CF (Teorema 2.10).
Perhatikan ∆ ABC dan ∆ DCB. ∆ ABC ≅ ∆ DCB.
Luasnya tentu sama.
Jadi, luas jajar genjang ABCD sama dengan 2× luas ∆ ABC. Tentu,
1
luas ∆ ABC sama dengan × ( A B ×CE ) .
2
Akibat Teorema 2.3
1. Luas segitiga siku-siku sama dengan seperdua dari hasil kali kedua sisi
siku-sikunya.
2. Pada tiap-tiap segitiga: a × t a sama dengan b × t b sama dengan c ×t c
Keterangan:
a sama dengan sisi didepan ⦟ A ; t a sama dengan garis tinggi pada a.
b sama dengan sisi didepan ⦟ B ; t b sama dengan garis tinggi pada b.
c sama dengan sisi didepan ⦟ C ; t c sama dengan garis tinggi pada c.

Teorema 2.4
Jika diagonal-diagonal sebuah segiempat tegak lurus sesamanya, maka
luas segiempat itu adalah seperdua dari hasil-kali kedua gambarnya.
Diketahui: Segiempat ABCD (gambar 2.19). AC ┴ BD.
Akan dibuktikan:
1
Luas ABCD sama dengan × AC × BD .
2
1
Bukti: Luas ∆ ACD ¿ AC × DS(Teorema 2.11)
2
1
Luas ∆ ACB ¿ AC × BS (Teorema 2.11) +
2
1 1
Luas ABCD=¿ AC × ( DS × BS )= AC × BD .
2 2
Akibat Teorema 2.4
1. Luas belahketupat sama dengan seperdua dari hasil kali kedua
diagonalnya.
2. Luas persegi sama dengan seperdua dari hasil kali kedua diagonalnya.
3. Luas layang-layang sama dengan seperdua dari hasil kali kedua
diagonalnya.

Teorema 2.5
Luas trapesium sama dengan seperdua dari hasil-kali jumlah sisi sejajar
dengan tinggi.
Diketahui: ABCD trapesium (gambar 2.20).
AB = a dan CD = b.
1
Akan dibuktikan: Luas trapesium ABCD sama dengan ×(a ×b) ×t
2

17
Bukti: Buat diagonal BD. Diagonal BD tersebut membagi trapesium menjadi
dua buah segitiga, yaitu ∆ ABD dan ∆ CBD .
1
Luas ∆ ABD= a ×t (teorema 2.11)
2
1
Luas ∆ CDB= b × t(teorema 2.11) +
2
1
Luas trapesium ABCD sama dengan (a+b)×t
2

Teorema 2.6
Luas dua buah persegipanjang berbanding seperti hasil-kali alas dengan
tingginya.
Bukti: Jika alas yang pertama sama dengan alas yang kedua, maka diperoleh
perbandingan L : L' =at : a t ' atau L : L' =t :t '
Jika tingginya yang sama, maka didapat perbandingan
L : L' =at : a' t atau L : L' =a : a'

BAB III

PENUTUP

A. Pernyataan Ulang
Jarak Dua Titik Sembarang Pada Bidang Koordinat Jarak |PQ| antara Titik
P(x 1 , y 1 ) dan Q(x 2 , y 2 ) adalah |PQ|¿ √ (x ¿ ¿ 2−x 1 )2+( y ¿ ¿ 2− y1 )2 . ¿ ¿Kemiringan
dari suatu garis lurus disebut gradien dari garis lurus tersebut. Jika titik A( x 1 , y 1)
dan B( x 2 , y 2) terletak pada suatu garis g, sehingga komponen y pada garis g
adalah y 2− y 1 dan komponen x pada garis g adalah x 2−x 1. Dengan demikian

18
gradien garis lurus yang melalui titik A( x 1 , y 1) dan B( x 2 , y 2) adalah:
y 2− y 1
m AB=
x 2−x 1
Teorema titik tengah antara dua titik menyatakan bahwa titik tengah dari
suatu garis adalah titik yang berada di tengah-tengah dua titik ujung garis
tersebut. Misalnya, untuk mencari titik tengah dari titik (x1, y1) dan (x2, y2),
rumusnya adalah [(x1 + x2)/2,( y1 + y2)/2].
Dari geometri elementer diketahui bahwa M titik potong antara garis
tengahnya, berada pada garis tengah P1 M 1 pada jarak dua per tiga dari P1 ke M 1.
Jadi, rasio perbandingan pembagiannya adalah P1 M 1: M .Sehingga absis dan
1 1
ordinat titik M dapat ditemukan yaitu: x M = ( x 1+ x 2+ x3 ); y M = ( y 1+ y 2 + y 3)
3 3

B. Kesimpulan
Sistem koordinat dalam dua dimensi menyediakan cara yang efisien untuk
menggambarkan titik, garis, dan objek geometris lainnya di bidang datar.Dalam
kerangka ini, setiap titik dapat diidentifikasi oleh sepasang koordinat, yang
umumnya disebut sebagai koordinat (x, y). Koordinat horizontal, disimbolkan
dengan x, menggambarkan posisi secara horizontal dari suatu titik, sementara
koordinat vertikal, disimbolkan dengan y, menunjukkan posisi secara vertikal.
Dengan menggunakan sistem koordinat dua dimensi, kita dapat mengukur
jarak antara dua titik, menghitung gradien suatu garis, serta memahami konsep
geometris seperti simetri dan rotasi. Hal ini membentuk landasan bagi
pemahaman geometri analitik, memungkinkan analisis matematis yang lebih
mendalam terkait dengan objek-objek pada bidang datar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Axler, Sheldon (2015). Linear Algebra Done Right - Springer. Undergraduate Texts
in Mathematics. hlm. 1. doi:10.1007/978-3-319-11080-6. ISBN 978-3-319-
11079-0.
Bix, Robert A.; D'Souza, Harry J. "Analytic geometry". Encyclopædia Britannica.
Burton 2011, p. 374
Kent, Alexander J.; Vujakovic, Peter (2017). The Routledge Handbook of Mapping
and Cartography (dalam bahasa Inggris).
Panggabean, Mardiana E.2021.Geometri Analitik Bidang Datar.Medan:Umsu Press.

Rizki, N. A. (2018). Analytic Geometry ( Geometri Analitik ). 1–91.

Toybah, dkk. (2020). Geometri dan Pengukuran Berbasis Pendekatan Saintik.


Palembang

Yunita, A., & Hamdunah. (2019). Geometri Analitik Bidang.

20

Anda mungkin juga menyukai