Dosen Pengampu:
Drs. Sakur, M.Ed
Disusun oleh :
Kelompok 8 (4A)
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Sejarah Sistem Koordinat R 2 (Dimensi dua)..............................................1
B. Simbol..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Posisi Titik, Jarak Dua Titik, Gradien Ruas Garis, Ruas Garis Berarah
(Vektor).............................................................................................................3
B. Teorema perbandingan ruas garis, teorema titik tengah antara dua titik......9
C. Kedudukan Titik Pada Bangun Tertentu Seperti Segitiga, Segiempat dan
Sebagainya......................................................................................................10
D. Sifat Bangun Datar dan Luas Poligon........................................................13
BAB III PENUTUP...................................................................................................18
A. Pernyataan Ulang.......................................................................................18
B. Kesimpulan................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1...................................................................................................................3
Gambar 2.2...................................................................................................................3
Gambar 2.3...................................................................................................................4
Gambar 2.4...................................................................................................................5
Gambar 2.5...................................................................................................................5
Gambar 2.6...................................................................................................................7
Gambar 2.7...................................................................................................................8
Gambar 2.8...................................................................................................................9
Gambar 2.9...................................................................................................................9
Gambar 2.10...............................................................................................................10
Gambar 2.11................................................................................................................11
Gambar 2.12...............................................................................................................12
Gambar 2.13...............................................................................................................15
Gambar 2.14...............................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
penggunaan koordinat polar olehnya untuk menentukan posisi bintang-
bintang. Dalam karyanya On Spirals, Archimedes menyatakan Archimedean
spiral, suatu fungsi yang jari-jarinya tergantung dari sudut. Namun, karya-
karya Yunani tidak berkembang sampai ke suatu sistem koordinat
sepenuhnya.
Dari abad ke-8 M dan seterusnya, para astronom mengembangkan
metode untuk menghitung arah ke Mekkah (kiblat) dan jaraknya dari semua
lokasi di bumi Sejak abad ke-9 dan seterusnya, mereka menggunakan
metode trigonometri bola dan proyeksi peta untuk menentukan jumlah ini
secara akurat. Perhitungan pada dasarnya adalah konversi koordinat polar
ekuator Mekkah (yaitu bujur dan lintang) ke koordinat kutubnya (yaitu kiblat
dan jaraknya) relatif terhadap sistem yang meridian referensinya adalah
lingkaran besar melalui lokasi tertentu, dan yang sumbu polarnya adalah
garis melalui lokasi dan titik antipodal.
Ada berbagai penjelasan tentang pengenalan koordinat polar sebagai
bagian dari sistem koordinat formal. Sejarah lengkap dari subjek ini
dijelaskan dalam Origin of Polar Coordinates Harvard profesor Julian Lowell
Coolidge.[5] Grégoire de Saint-Vincent dan Bonaventura Cavalieri secara
independen memperkenalkan konsep-konsep pada pertengahan abad ketujuh
belas. Saint-Vincent menulis tentang mereka secara pribadi pada tahun 1625
dan menerbitkan karyanya pada tahun 1647, sementara Cavalieri
menerbitkan karyanya pada tahun 1635 dengan versi koreksi yang muncul
pada tahun 1653. Cavalieri pertama kali menggunakan koordinat kutub
untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan luas di dalam spiral
Archimedean. Blaise Pascal kemudian menggunakan koordinat polar untuk
menghitung panjang busur parabola.
Istilah sebenarnya koordinat polar telah dikaitkan dengan Gregorio
Fontana dan digunakan oleh penulis Italia abad ke-18. Istilah ini muncul
dalam Inggris dalam terjemahan George Peacock tahun 1816 dari terjemahan
Lacroix Diferensial dan Integral Kalkulus.Alexis Clairaut adalah orang
pertama yang memikirkan koordinat kutub dalam tiga dimensi, dan
Leonhard Euler adalah orang pertama yang benar-benar
mengembangkannya.
B. Simbol
a. R^2 adalah dimensi dua
b. yaitu titik koordinat di (0,0)
c. a, b, dan c adalah konstanta
d. (x,y) dan disebut koordinat titik yaitu Posisi setiap titik ditandai dengan
pasangan dua bilangan yang merupakan pasangan posisi x dan y.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Posisi Titik, Jarak Dua Titik, Gradien Ruas Garis, Ruas Garis Berarah
(Vektor)
1. Posisi Titik
1.1 Letak Titik-Titik pada Bidang Koordinat Cartesius
Pada garis bilangan, sebuah titik berkorespondensi satu-satu dengan sebuah
bilangan real. Pada bidang datar, sebuah titik berkorespondensi satu-satu dengan
hanya satu pasangan bilangan real. Bilangan pertama dari pasangan bilangan real
ini menunjukkan bilangan pada sumbu X atau jarak titik tersebut terhadap
sumbu Y sedangkan bilangan kedua menunjukkan bilangan pada sumbu-y atau
jarak titik tersebut terhadap sumbu x. Sumbu x digambarkan horizontal
(mendatar) dan sumbu y digambarkan vertikal (tegak). Kedua sumbu ini saling
tegak lurus dan berpotongan di titik asal O. Garis horizontal arah ke kanan dari
titik asal O(0,0) adalah positif dan garis vertikal arah ke atas dari titik asal
O(0,0) adalah positif.
Bilangan-bilangan pada sumbu x disebut absis atau koordinat-x. Bilangan-
bilangan pada sumbu-y disebut ordinat atau koordinat-y. Keduanya disebut
pasangan sumbu koordinat atau dikenal dengan sistem koordinat Cartesius.
Perhatikan gambar 1.1 berikut.
Sumbu y
Sumbu x
Gambar 2.1
Bidang Koordinat Cartesius
Kedua sumbu X dan Y menbagi bidang datar atas 4 bagian yang disebut
kuadran, seperti tampak pada gambar 1.2 berikut.
3
Gambar 2.2
Bidang Koordinat Cartesius terdiri atas 4 Kuadran
Perhatikan gambar tersebut, kuadran I adalah tempat kedudukan titik-titik
dengan x positif dan y positif atau {P (x , y )/x >0 dan y > 0} . Kuadran II tempat
kedudukan titik-titik dengan x negatif dan y positif atau {P (x , y )/x <0 dan y < 0}
. Kuadran III tempat kedudukan titik-titik dengan x negatif dan y negatif atau
{P (x , y )/x >0 dan y < 0. Sementara sumbu X adalah tempat kedudukan titik-titik
dengan x positif dan y negatif atau {P (x , y )/x >0 dan y < 0} . Sementara sumbu X
adalah tempat kedudukan titik-tik berbentuk (x,0) dan sumbu Y adalah tempat
kedudukan titik-titik berbentuk (0,y). Dengan demikian tiap titik-titik pada
bidang ditentukan oleh sepasang bilangan, yang pertama absis dan yang kedua
ordinat. Sebaliknya tiap pasang bilangan menentukan sebuah titik pada bidang.
Jadi, Sebuah titik P yang berabsis x0 dan berordinat y0 ditulis (x0,y0).
Gambar 2.3
Jarak C(x 1 , y 1 ) dan D(x 2 , y 2 )
2.2 Jarak Dua Titik Sembarang Pada Bidang Koordinat Jarak |PQ| antara
Titik P(x 1 , y 1 ) dan Q(x 2 , y 2 ) adalah
4
Bukti:
Titik-titik P(x 1 , y 1 ), Q(x 2 , y 2 ) dan R(x 1 , y 2 ) adalah titik-titik pada segitiga
siku-siku. Karena ruas garis RQ sejajar dengan sumbu x dan PR sejajar
dengan sumbu y maka:
2
|PQ| =¿ x 2−x 1∨¿ 2+¿ y 2 − y 1∨¿2=( x2− x1 )2 + ( y 2 − y 1 )2 ¿ ¿
Atau
|PQ|¿ √ (x ¿ ¿ 2−x 1 )2+( y ¿ ¿ 2− y1 )2 ¿ ¿
Gambar 2.4
Jarak P(x 1 , y 1 ) dan Q(x 2 , y 2 )
Contoh:
Tunjukkan bahwa titik-titik A(3,-2), B(4,3) dan C(-6,5) membentuk segitiga
siku-siku dan tentukan luas segitiga siku-siku dan tentukan segitiga tersebut.
Penyelesaian:
Melalui rumus jarak diperoleh:
|AB|¿ √ (4−3)2+(3−(−2))2= √ 26
|BC|¿ √ (−6−4)2+(5−3)2=√ 104
|AC|¿ √ (−6−3)2 +(5−(−2))2=√ 130
5
Gambar 2.5
Segitiga Siku-siku ABC
6
Jika dari kegiatan ı yang anda lakukan maka diperoleh:
(1) suatu garis membentuk sudut lancip dengan sumbu x positif, maka
koefisien arahnya positif. Sedangkan garis yang membentuk sudut tumpul
dengan sumbu x positif, maka koefisien arahnya negatif.
(2) garis tersebut sejajar dengan sumbu x, maka koefisien arahnya adalah nol,
sedangkan garis tersebut sejajar dengan sumbu y, maka koefisien arahnya
adalah tidak terdefinisikan.
(3) jika m < 0, maka inklinasinya adalah sudut lancip; jika m > 0, maka
inklinasinya adalah sudut tumpul; jika m = 0, maka inklinasinya adalah 0°
dan jika m tidak terdefinisikan, maka inklinasinya adalah 90° .
Contoh soal:
Tentukan nilai a jika garis yang menghubungkan titik-titik A(5 a ,10) dan
B(3 a , 2) mempunyai gradien 2.
Penyelesaian:
y 2− y 1
m AB=
x 2−x 1
7
Andaikan sekarang ada 2 ruas berarah ⃗ AB dan ⃗ CD. Dalam
⃗ ⃗
membandingkan dua ruas berarah AB dan CD tidak cukup, kalau AB = CD;
kedua ruas berarah itu juga searah. Jika demikian, kita mengatakan bahwa
ruas berarah ⃗
AB ekivalen ruas berarah ⃗
CD yang ditulis sebagai ⃗
AB ≅ ⃗
CD .
Definisi: ⃗
AB ≅ ⃗
CD apabila Sr ( A )=D dengan P titik tengah ⃗
BC .
Gambar 2.6
8
Gambar 2.7
Y 2−Y 1 =Y 4−Y 3
Definisi: andaikan ⃗
AB sebuah ruas garis berarah dan K suatu bilangan real.
Maka K AB adalah ruas garis berarah ⃗
⃗ AB sehingga P ∈ ⃗AB dan AP−K ( AB)
kalau X > 0.
Apabila K < 0 maka K ⃗ AB adalah ruas garis berarah ⃗
AP dengan P anggota
sinar yang berlawanan arah dengan ⃗AB sedangkan AP = |K| AB. Dikatakan
bahwa ⃗AP adalah kelipatan ⃗
AB .
B. Teorema perbandingan ruas garis, teorema titik tengah antara dua titik
Teorema perbandingan ruas garis adalah sebuah teorema dalam
matematika yang menyatakan bahwa jika sebuah garis melintasi dua sisi segitiga
dan membagi salah satu sisi tersebut menjadi dua segmen, maka perbandingan
antara dua segmen tersebut sama dengan perbandingan antara sisi-sisi yang
bersebrangan dengan segmen-segmen tersebut.
Suatu garis dapat dibagi menjadi n bagian sama panjang atau dengan
perbandingan tertentu. Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut ini.
\
9
Gambar 2.8
Ruas garis PQ dan ruas garis QP adalah ruas garis yang sama karena
keduanya merupakan himpunan titik-titik yang sama, sehingga dapat ditulis PQ
= QP. Jika pada ruas garis PQ kita sisipkan titik O, maka terdapat 2 segmen garis
yaitu PO dan OQ.
Gambar 2.9
Gambar 2.10
10
rumus titik tengah, yaitu dengan menjumlahkan koordinat x dari dua titik ujung
dan membaginya dengan 2, kemudian menjumlahkan koordinat y dari dua titik
ujung dan membaginya dengan 2.
Rumus ini dapat digunakan untuk menemukan titik tengah dari dua titik
manapun. Misalnya, untuk mencari titik tengah dari titik (x1, y1) dan (x2, y2),
rumusnya adalah [(x1 + x2)/2,( y1 + y2)/2].
11
Gambar 2.11
Titik Berat
Contoh Soal
Diketahui segitiga ABC dengan koordinat titik A(15,14), B(-8,-6), dan
C(23,-20) adalah titik-titik sudut. Tentukan koordinat titik berat pada
segitiga tersebut!
Penyelesaian:
1 1
P = ( x A+ x B + x C ), ( y A + y B + y C)
3 3
P= ( 15+ (−8 )+23 14 + (−6 )+ (−20 )
3
,
3 )
P= ( 30 −12
3
,
3 )
P = (10, -4)
d. Titik Tengah Segitiga
Titik tengah segitiga yaitu garis penghubung titik-titik tengah dari
kedua sisi segitiga adalah sejajar dengan sisi segitiga dan panjangnya
adalah setengah kali panjang sisi ketiga segitiganya.
Pada segitiga ABC, misalkan kita buat titik D sebagai titik tengah AC
dan titik E sebagai titik tengah BC. Kemudian titik D dan E kita
hubungkan, maka kita peroleh segmen garis DE yang akan memenuhi
dalil titik tengah segitiga, yaitu:
12
Gambar 2.12
1
Pada gambar di atas berlaku, DE = AB.
2
Cek:
Diketahui: ¿ ACB=¿ DCE
CA : CD = CB : CE = 2 : 1
Jadi, ∆ ACB sebangun dengan ∆ DCE , akibatnya<CAB=¿ CDE
Jadi, ¿ CAB dan<CDE adalah pasangan sudut sehadap, dan menurut
postulat haruslah DE sejajar AB (Terbukti).
2. Segiempat
Dalam segiempat, terdapat beberapa titik penting yang memiliki
kedudukan khusus:
a. Titik Tengah atau Pusat Berat (Centroid)
Titik tempat dua diagonal bersilangan segiempat memotong satu sama
lain. Pusat berat adalah pusat massa segiempat.
b. Titik Potong Diagonal (Intersection of Diagonals)
Titik di mana dua diagonal segiempat bersilangan satu sama lain.
c. Titik Sudut (Vertex)
Setiap sudut segiempat dianggap sebagai titik sudut. Segiempat
memiliki empat sudut.
13
d. Titik Tengah Sisi (Midpoint of Sides)
Titik di tengah setiap sisi segiempat.
e. Titik Incenter (Titik Dalam)
Titik tempat dua garis yang menyambung titik tengah dua sisi
segiempat yang bersebelahan memotong satu sama lain. Incenter juga
merupakan pusat lingkaran dalam segiempat.
f. Titik Circumcenter (Titik Lingkaran Luar)
Titik tempat dua garis yang tegak lurus dari titik tengah dua sisi
segiempat yang bersebelahan memotong satu sama lain. Circumcenter
juga merupakan pusat lingkaran luar segiempat.
g. Titik Ortocenter (Titik Tegak Lurus)
Titik tempat dua garis yang bersilangan dari sudut yang sama tegak
lurus satu sama lain. Ortocenter dapat atau tidak dapat berada dalam
segiempat tergantung pada konfigurasi sudut-sudut segiempat.
b. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku dan
sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama Panjang. Sifat-sifat persegi
panjang antara lain:
1) Sudut berhadapan sama besar yaitu 90 °
2) Memiliki dua diagonal yang sama Panjang
3) Diagonal berpotongan saling membagi dua sama Panjang
4) Titik potong diagonal merupakan pusat lingkaran luar persegi
panjang
5) Memiliki dua sumbu sisi merupakan sumbu simetri
6) memiliki dua sumbu simetri putar
c. Jajar Genjang
14
Jajar genjang adalah segiempat yang sisi berhadapan sejajar dan sama
Panjang. Sifat-sifat segi empat antara lain:
1) Tidak memiliki sumbu simetri lipat dan sumbu simetri putar
2) Memiliki dua pasang sisi yang saling berhadapan sama panjang
dan sejajar
3) Sudut berhadapan sama besar
4) Diagonal berpotongan saling membagi dua sama panjang
d. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah segiempat yang keempat sisinya sama panjang.
Sifat-sifat belah ketupat antara lain:
1) Sudut berhadapan sama besar
2) Sisi berhadapan sejajar dan sama panjang
3) Diagonal berpotongan saling membagi dua sama panjang
4) Diagonal berpotongan tegak lurus
5) Diagonal merupakan bisektris sudut (membagi sudut sama besar)
6) Kedua diagonal merupakan sumbu simetri
7) Memiliki dua sumbu simetri putar
e. Layang-Layang
Layang-layang adalah segiempat yang sepasang-sepasang sisi sama
panjang bersekutu di titik sudut berhadapan. Sifat-sifat laying-layang
antara lain:
1) Sepasang sudut berhadapan sama besar
2) Diagonal berpotongan tegak lurus
3) Satu diagonal mayor adalah sumbu simetri
f. Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang dibentuk oleh tiga buah ruas garis yang
sepasang-sepasang saling bersekutu pada ujungnya sehingga merupakan
kurva tertutup sederhana. Untuk setiap segitiga selalu berlaku sifat-sifat
berikut:
1) Jumlah panjang dua sisi selalu lebih besar daripada panjang sisi
segitiga
2) Jumlah sudut-sudut sebuah segitiga adalah 180°
3) Sudut terbesar adalah sudut yang menghadap sisi terpanjang,
sedangkan sudut terkecil adalah sudut yang menghadap sisi
terpendek
4) Besar sudut luar sama dengan jumlah dua sudut yang tidak
berpenglurus dengan sudut luar tersebut.
g. Lingkaran
Lingkaran adalah bangun datar yang menjadi tempat kedudukan titik-titik
yang berjarak sama dari sebuah titik tertentu. Titik tertentu itu merupakan
titik pusat lingkaran dan jarak sama adalah radius (jari-jari). Sifat-sifat
lingkaran antara lain:
1) Besar sudut lingkaran yaitu 360°
2) Memiliki titik pusat
15
3) Seluruh jari-jari sama panjang
4) Panjang diameter = 2 jari-jari
5) Simetri lipat dan simetri putarnya tak terhingga.
2. Luas Poligon
Definisi 3
Luas sebuah segi-n ialah luas sebagian dari bidang datar yang dibatasi oleh
segi-n itu.
Mengukur luas sebuah bidang adalah membandingkan luas bidang itu dengan
luas persegi satuan yang dipakai sebagai satuan pengukur luas.
Teorema 2.2
Luas jajargenjang sama dengan alas kali tinggi.
Bukti: Perhatikan gambar 2.13
Buatlah garis tinggi DE dan CF.
Perhatikan ∆ AED dan ∆ BFC.
⦟ A sama dengan ⦟ B1 (sehadap).
⦟ E 1sama dengan ⦟ F sama dengan 90° . Gambar 2.13
Gambar 2.13
AD sama dengan BC.
Jadi, ∆ AED ≅ ∆ BFC.
Tentu, luas jajargenjang ABCD sama dengan luas persegi panjang
EFCD dengan EF×CF atau AB × CF (karena AB sama dengan EF).
Tentu, luas jajargenjang ABCD sama dengan AB × CF pula.
Teorema 2.3
Luas segitiga sama dengan seperdua dari hasil-kali alas dengan tinggi.
Bukti: Perhatikan gambar 2.14
Gambar 2.14
16
Buat garis yang sejajar melalui C dengan AB dan garis yang sejajar
melalui B dengan AC. Maka terjadilah jajargenjang ABCD (definisi).
Luas jajargenjang ABCD sama dengan AB × CF (Teorema 2.10).
Perhatikan ∆ ABC dan ∆ DCB. ∆ ABC ≅ ∆ DCB.
Luasnya tentu sama.
Jadi, luas jajar genjang ABCD sama dengan 2× luas ∆ ABC. Tentu,
1
luas ∆ ABC sama dengan × ( A B ×CE ) .
2
Akibat Teorema 2.3
1. Luas segitiga siku-siku sama dengan seperdua dari hasil kali kedua sisi
siku-sikunya.
2. Pada tiap-tiap segitiga: a × t a sama dengan b × t b sama dengan c ×t c
Keterangan:
a sama dengan sisi didepan ⦟ A ; t a sama dengan garis tinggi pada a.
b sama dengan sisi didepan ⦟ B ; t b sama dengan garis tinggi pada b.
c sama dengan sisi didepan ⦟ C ; t c sama dengan garis tinggi pada c.
Teorema 2.4
Jika diagonal-diagonal sebuah segiempat tegak lurus sesamanya, maka
luas segiempat itu adalah seperdua dari hasil-kali kedua gambarnya.
Diketahui: Segiempat ABCD (gambar 2.19). AC ┴ BD.
Akan dibuktikan:
1
Luas ABCD sama dengan × AC × BD .
2
1
Bukti: Luas ∆ ACD ¿ AC × DS(Teorema 2.11)
2
1
Luas ∆ ACB ¿ AC × BS (Teorema 2.11) +
2
1 1
Luas ABCD=¿ AC × ( DS × BS )= AC × BD .
2 2
Akibat Teorema 2.4
1. Luas belahketupat sama dengan seperdua dari hasil kali kedua
diagonalnya.
2. Luas persegi sama dengan seperdua dari hasil kali kedua diagonalnya.
3. Luas layang-layang sama dengan seperdua dari hasil kali kedua
diagonalnya.
Teorema 2.5
Luas trapesium sama dengan seperdua dari hasil-kali jumlah sisi sejajar
dengan tinggi.
Diketahui: ABCD trapesium (gambar 2.20).
AB = a dan CD = b.
1
Akan dibuktikan: Luas trapesium ABCD sama dengan ×(a ×b) ×t
2
17
Bukti: Buat diagonal BD. Diagonal BD tersebut membagi trapesium menjadi
dua buah segitiga, yaitu ∆ ABD dan ∆ CBD .
1
Luas ∆ ABD= a ×t (teorema 2.11)
2
1
Luas ∆ CDB= b × t(teorema 2.11) +
2
1
Luas trapesium ABCD sama dengan (a+b)×t
2
Teorema 2.6
Luas dua buah persegipanjang berbanding seperti hasil-kali alas dengan
tingginya.
Bukti: Jika alas yang pertama sama dengan alas yang kedua, maka diperoleh
perbandingan L : L' =at : a t ' atau L : L' =t :t '
Jika tingginya yang sama, maka didapat perbandingan
L : L' =at : a' t atau L : L' =a : a'
BAB III
PENUTUP
A. Pernyataan Ulang
Jarak Dua Titik Sembarang Pada Bidang Koordinat Jarak |PQ| antara Titik
P(x 1 , y 1 ) dan Q(x 2 , y 2 ) adalah |PQ|¿ √ (x ¿ ¿ 2−x 1 )2+( y ¿ ¿ 2− y1 )2 . ¿ ¿Kemiringan
dari suatu garis lurus disebut gradien dari garis lurus tersebut. Jika titik A( x 1 , y 1)
dan B( x 2 , y 2) terletak pada suatu garis g, sehingga komponen y pada garis g
adalah y 2− y 1 dan komponen x pada garis g adalah x 2−x 1. Dengan demikian
18
gradien garis lurus yang melalui titik A( x 1 , y 1) dan B( x 2 , y 2) adalah:
y 2− y 1
m AB=
x 2−x 1
Teorema titik tengah antara dua titik menyatakan bahwa titik tengah dari
suatu garis adalah titik yang berada di tengah-tengah dua titik ujung garis
tersebut. Misalnya, untuk mencari titik tengah dari titik (x1, y1) dan (x2, y2),
rumusnya adalah [(x1 + x2)/2,( y1 + y2)/2].
Dari geometri elementer diketahui bahwa M titik potong antara garis
tengahnya, berada pada garis tengah P1 M 1 pada jarak dua per tiga dari P1 ke M 1.
Jadi, rasio perbandingan pembagiannya adalah P1 M 1: M .Sehingga absis dan
1 1
ordinat titik M dapat ditemukan yaitu: x M = ( x 1+ x 2+ x3 ); y M = ( y 1+ y 2 + y 3)
3 3
B. Kesimpulan
Sistem koordinat dalam dua dimensi menyediakan cara yang efisien untuk
menggambarkan titik, garis, dan objek geometris lainnya di bidang datar.Dalam
kerangka ini, setiap titik dapat diidentifikasi oleh sepasang koordinat, yang
umumnya disebut sebagai koordinat (x, y). Koordinat horizontal, disimbolkan
dengan x, menggambarkan posisi secara horizontal dari suatu titik, sementara
koordinat vertikal, disimbolkan dengan y, menunjukkan posisi secara vertikal.
Dengan menggunakan sistem koordinat dua dimensi, kita dapat mengukur
jarak antara dua titik, menghitung gradien suatu garis, serta memahami konsep
geometris seperti simetri dan rotasi. Hal ini membentuk landasan bagi
pemahaman geometri analitik, memungkinkan analisis matematis yang lebih
mendalam terkait dengan objek-objek pada bidang datar.
19
DAFTAR PUSTAKA
Axler, Sheldon (2015). Linear Algebra Done Right - Springer. Undergraduate Texts
in Mathematics. hlm. 1. doi:10.1007/978-3-319-11080-6. ISBN 978-3-319-
11079-0.
Bix, Robert A.; D'Souza, Harry J. "Analytic geometry". Encyclopædia Britannica.
Burton 2011, p. 374
Kent, Alexander J.; Vujakovic, Peter (2017). The Routledge Handbook of Mapping
and Cartography (dalam bahasa Inggris).
Panggabean, Mardiana E.2021.Geometri Analitik Bidang Datar.Medan:Umsu Press.
20