Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH GEOMETRI ANALITIK BIDANG DAN RUANG

SISTEM KOORDINAT R2 (DIMENSI 2)

Dosen Pengampu:
Drs. Sakur, M. Ed.

Dosen Pengampu:
Drs. Sakur, M.Ed

Disusun oleh :
Kelompok 1 (4A)
1. Dwi Vani Sartika Putri (2205110950)
2. Laksmita Dewi (2205110916)
3. Suci Rahmadhani (2205110901)
4. Winda Lisdhianti (2205110931)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2024

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi……………………………………………………………………………. 2
BAB I………………………………………………………………………………... 3
PENDAHULUAN………………………………………………………………….. 3
A. Sejarah Sistem Koordinat R2………………….……………………………. 3
B. Simbol……………………………………………………………………….. 4
BAB II………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN……..………………………………………………………………
A. Posisi Titik, Jarak Dua Titik, Gradien Ruas Garis, Ruas Garis Berarah
(Vektor)………………………………………………………………………
B. Teorema Perbandingan Ruas Garis dan Teorema Titik Tengah Antara Dua
Titik............................................................................................................
C. Kedudukan Titik pada Bangun Tertentu Seperti Segitiga, Segiempat dan
Sebagainya..................................................................................................
D. Sifat Bangun Datar dan Luas Poligon..........................................................
BAB III………………………………………………………………………………
PENUTUP…………………………………………………………………………...
A. Pernyataan Ulang…………………………………………………………….
B. Kesimpulan…………………………………………………………………..
Daftar Gambar……………………………………………………………………..
Daftar Pustaka……………………………………………………………………...

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1……………………………………………………………………………..
Gambar 2.2……………………………………………………………………………..
Gambar 2.3……………………………………………………………………………..
Gambar 2.4……………………………………………………………………………..
Gambar 2.5……………………………………………………………………………..
Gambar 2.6……………………………………………………………………………..
Gambar 2.7……………………………………………………………………………..
Gambar 2.8……………………………………………………………………………..
Gambar 2.9……………………………………………………………………………..
Gambar 2.10……………………………………………………………………………
Gambar 2.11……………………………………………………………………………
Gambar 2.12……………………………………………………………………………
Gambar 2.13……………………………………………………………………………
Gambar 2.14……………………………………………………………………………
Gambar 2.15……………………………………………………………………………
Gambar 2.16……………………………………………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Sejarah Sistem Koordinat R2 (Dimensi dua)


Sejarah Koordinat Kartesius
Sistem koordinat kartesius pertama kali ditemukan oleh ahli matematika
sekaligus filsuf dari Perancis, Rene Descartes. Istilah kartesius pada sistem
koordinat ini digunakan untuk mengenangnya, dimana ia juga dikenal sebagai
Renatus Cartesius dalam literature berbahasa latin (Cartesius adalah latinasi
untuk Descartes) yang telah berperan besar dalam menggabungkan aljabar
dan geometri.
Descartes bersekolah di Universitas Jesuit di La Fleche dari tahun 1604-
1612, yang telah memberikan dasar-dasar matematika modern. Pada tahun
1612, dia pergi ke Paris namun kehidupan sosial disana ia anggap
membosankan, dan kemudian mengasingkan kedaerah terpencil yang
bernama daerah Faubourg di Perancis untuk menekuni geometri. Dalam
pandangan hidupnya, Descartes menolak untuk mempercayai segala sesuatu
sampai dia bisa membangun atau menemukan landasan untuk mempercayai
hal itu sebagai sebuah kebenaran. Pandangan Descartes yang paling terkenal
adalah “Cogito Ergo Sum” yang berarti “saya berfikir oleh karenanya saya
ada”. Atas pandangan itu membuat ia berfikir bahwa pengetahuan yang ada
harus dibuktikan dan dikembangkan, maka ia menciptakan sistem koordinat
kartesius dalam konsep aljabar yang dikembangkannya dalam Geometri.
Konsep dasar dari ide Descartes ini adalah menentukan posisi suatu titik
pada bidang datar yang dikembangkan pada tahun 1630 dalam dua tulisan
karya Descartes, yaitu tulisan yang berjudul “Discourse on Method” yang
berisi pengenalan ide baru untuk menggambarkan posisi titik atau obyek pada
sebuah permukaan dengan menggunakan dua sumbu yang bertegak lurus satu
sama lain dan tulisan lainnya yang berjudul “La Geometrie” dimana dalam
tulisan ini ia memperdalam konsep-konsep yang telah dikembangkannya.
Descartes telah menemukan sebuah metode untuk menyajikan sebuah
titik sebagai bilangan berpasangan dalam sebuah bidang datar. Bilangan-
bilangan tersebut terletak pada dua garis saling tegak lurus satu sama lain dan
berpotongan disebuah titik yang dinamakan Origin (0,0) biasanya
disimbolkan dengan huruf kapital O(0,0). Bidang itu dinamakan bidang
koordinat atau lebih dikenal sebagai bidang kartesius.
Setelah abad ke-17, Rene Descartes menggunakan abjad-abjad awal
alfabet, misalnya a, b, dan c untuk konstanta; dan akhir alfabet, misalnya x, y,
z, dan t digunakan untuk variabel. Untuk sistem koordinat 2 dimensi
digunakan variabel x dan y. sebagai petunjuk arah horizontal digunakan
sumbu x dengan x positif untuk arah ke kanan dan x negatif untuk arah ke
kiri. Sedangkan arah vertical digunakan sumbu y dengan y positif untuk arah
ke atas dan y negatif untuk arah ke bawah. Posisi setiap titik ditandai dengan
pasangan dua bilangan yang merupakan pasangan posisi x dan y yaitu (x,y)
dan disebut koordinat titik. Sistem yang menentukan posisi titik pada bidang
datar ini disebut sistem koordinat (Febrianti et al., 2013).

4
Sejarah Koordinat Polar

Konsep dari sudut dan radius sudah digunakan oleh orang-orang pada
zaman dahulu se-abad sebelum masehi. Para astronom yunani dan astrolog
hipparcuhus (190-120 BCE) menemukan sebuah table dari fungsi dawai
yang memberikan panjang dawai dari setiap sudut dan terdapat referensi dari
penggunaan kordinat polar untuk mengetahui posisi bintang. Dalam spirl,
Archimedes mendeskripsikan sebuah spiral Archimedes, sebuah fungsi yang
tergantung pada radius sudut. Pergerakan yunani, walau bagaimana pun tidak
mengidentifikasikan penggunaan system koordinat secara sempurna.
Sejak abad ke-8 yang lalu, astronom mengembangkan cara untuk
mengira-ngira dan menghitung arah dari mekah, kaabah- beserta jaraknya-
dari seluruh lokasi dari bumi. Penghitungan penting adalah penggantian dari
koordinat polar ekuatorial dari mekkah kedalam bentuk koordinat polar
hamper sama pada system yang merupakan pusat dari lingkaran besar
melewati daerah yang dilewati dan kutub bumi, sertaa sudut polar adalah
garis yang melewati daerah tersebut dan titik antipodal.
Terdapat banyak nama dari pengenalan polar sebagai bagian dari sistem
koordinat resmi. Sebjek dari keseluruhan sejarah ini dijelaskan oleh
professor dari havard, Julian Lowell Coolidge dalam bukunya, the origin of
polar coordinates. Gregorie de saint-vincent dan bonavera cavalieri secara
terpisah memperkenalkan konsep ini pada pertengahan abad ke-17. Saint
Vincent menulis tentang hal ini cendirian pada 1625 dan menerbitkannya
pada 1647, ketika calieri menerbitkan hasil eksperimennya pada 11635
dengan versi revisi pada tahun 1653. Cavalieri pertama kali menggunakan
koordinat polar untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan spiral
Archimedes. Blaise Pascal sebagian menggunakan koordinat polar untuk
menghitung panjang dari busur melengkung.
Dalam Method of fluxion (tertulis 16711) Sir Isaac Newton menentukan
hubungan antara koordinat polar, yang ia sebut dengan “ tujuh cara untuk
spiral, dan Sembilan system koordinat. Dalam jurnal Acta Eruditorum(1691),
Jacob Bernoulli meggunakan system antara titik dan garis, yang disebut
hubungan polar dan sudut polar. Koordinat yang menjelaskan jarak dari
suatu kutub dan sudut dari sumbu polar. Penelitian Bernoulli
mengungkapkan daerah dari sebuah curva yang terletak pada koordinat ini.

B. Simbol
1. R2 adalah dimensi dua
2. O yaitu titik koordinat di (0,0)
3. a, b, dan c adalah konstanta
4. (x,y) dan disebut koordinat titik yaitu Posisi setiap titik ditandai dengan
pasangan dua bilangan yang merupakan pasangan posisi x dan y.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Koordinat Dua Dimensi


1. Sistem Koordinat Kartesius
Sistem koordinat kartesius dalam dua dimensi umumnya didefinisikan
dengan dua sumbu yang saling bertegak lurus antar satu dengan yang lain,
yang keduanya terletak pada satu bidang (bidang xy). Sumbu horizontal
diberi label x, dan sumbu vertikal diberi label y. Pada sistem koordinat tiga
dimensi, ditambahkan sumbu yang lain yang sering diberi label z. Sumbu-
sumbu tersebut ortogonal antar satu dengan yang lain (Satu sumbu dengan
sumbu lain bertegak lurus).
Titik pertemuan antara kedua sumbu, titik asal, umumnya diberi label 0.
Setiap sumbu juga mempunyai besaran panjang unit, dan setiap panjang
tersebut diberi tanda dan ini membentuk semacam grid. Untuk
mendeskripsikan suatu titik tertentu dalam sistem koordinat dua dimensi,
nilai x ditulis (absis), lalu diikuti dengan nilai y (ordinat). Dengan demikian,
format yang dipakai selalu (x,y) dan urutannya tidak dibalik-balik.

Gambar 2.1 - Keempat kuadran sistem koordinat Kartesius

Panah yang ada pada sumbu berarti panjang sumbunya tak terhingga
pada arah panah tersebut.

Pilihan huruf-huruf didasari oleh konvensi, yaitu huruf-huruf yang


dekat akhir (seperti x dan y) digunakan untuk menandakan variabel dengan
nilai yang tak diketahui, sedangkan huruf-huruf yang lebih dekat awal
digunakan untuk menandakan nilai yang diketahui.

Karena kedua sumbu bertegak lurus satu sama lain, bidang xy terbagi
menjadi empat bagian yang disebut kuadran, yang pada Gambar 2.1 ditandai
dengan angka I, II, III, dan IV. Menurut konvensi yang berlaku, keempat
kuadran diurutkan mulai dari yang kanan atas (kuadran I), melingkar
melawan arah jarum jam (lihat Gambar 3). Pada kuadran I, kedua koordinat
(x dan y) bernilai positif. Pada kuadran II, koordinat x bernilai negatif dan

6
koordinat y bernilai positif. Pada kuadran III, kedua koordinat bernilai
negatif, dan pada kuadran IV, koordinat x bernilai positif dan y negatif (lihat
tabel dibawah ini).

Nilai
Kuadran
x y

I ¿0 ¿0

II ¿0 ¿0

III ¿0 ¿0

IV ¿0 ¿0

A. Posisi Titik, Jarak Dua Titik, Gradien Ruas Garis, Ruas Garis Berarah
(Vektor)
1. Posisi Titik
Untuk menentukan letak/posisi suatu titik pada suatu bidang datar
diperlukan suatu patokan awal. Patokan awal ini dapat diambil dari dua garis
yang saling tegak lurus yang disebut dengan sumbu koordinat.

Gambar 2.2

Dua garis yang saling tegak lurus terdiri dari garis horizontal
(mendatar) dan garis vertikal (tegak). Titik potong dua garis di beri nama O
yang disebut titik asal (awal). Garis yang mendatar dinamakan sumbu X.
Pada sumbu X, dari titik O ke kanan disebut arah positif atau X positif.
Sedangkan dari titik O ke kiri dikatakan arah negatif atau sumbu X negatif.
Garis yang tegak dinamakan sumbu Y. Pada sumbu Y, dari titik 0 ke atas
disebut arah positif atau sumbu Y positif. Sedangkan dari titk 0 ke bawah
disebut arah negatif atau sumbu Y negatif. Dua garis yang tegak lurus
dengan ketentuan-ketentuan tersebut dinamakan sistem koordinat kartesius
Tegak Lurus. Sistem koordinat ini digunakan untuk menentukan kedudukan
suatu titik pada bidang atau terhadap kedua garis itu.
Posisi titik dalam bidang berdimensi dua ( R2 ¿ dapat ditentukan
dengan beberapa sistem koordinat, yaitu :

7
a. Sistem koordinat siku-siku (orthogonal)
Sumbu OX dan OY saling tegak lurus.

Gambar 2.3 : Sistem koordinat siku-siku

Dengan sistem koordinat siku-siku, titik P ditentukan oleh:


x = absis (OA), dan
y = ordinat (AP)
ditulis dengan P(x,y)

b. Sistem koordinat miring


Sumbu OX dan OY tidak saling tegak lurus.

Gambar 2.4 Sistem koordinat miring

c. Sistem koordinat kutub/polar

Gambar 1.5 Sistem koordinat kutub/polar

Titik P ditentukan oleh:


Radius r = OP, dan
θ = sudut antara OP dengan sumbu X.
Dengan sistem koordinat kutub, titik P ditulis P(r,θ).

2. Jarak Antara Dua Titik


Misalkan P1 dan P2 dua titik pada garis, dan misalkan mempunyai koordinat
x 1 dan x 2. Jika P1 dan P2 keduanya berada disebelah kanan pusat, dan
dengan P2 lebih kanan dari pada P1 (seperti pada gambar 2.6 a).

8
Gambar 2.6 Jarak titik pada garis

Maka ,
P1 P 2=OP2 −OP1=x 2−x 1
Pernyataan jarak antara dua titik akan lebih rumit jika titik pusat berada di
kanan salah satu atau kedua titik. Dalam gambar 2.6 (b) berlaku
P1 P 2=P1 O−P 2 O=−x 1−( −x 2) =x 2−x 1
Dan pada gambar 2.6 (c) berlaku
P1 P 2=P1 O+ P2 O=−x 1 + x 2=x 2−x1
Jadi terlihat bahwa P1 P 2=x 2−x 1 dalam semua kasus P2 berada di
kanan P1. Jika P2 berada di kiri P1 maka dengan cara yang sama akan
diperoleh P1 P 2=x 1−x 2. Jadi P1 P 2 dapat selalu dipresentasikan sebagai
koordinat terbesar dikurangi koordinat terkecil.
Karena x 2−x 1 dan x 1−x 2 berbeda hanya salah satu dikurangi lainnya
dank arena jarak selalu tidak boleh negatif maka jarak antara P1 dan P2 dapat
dirumuskan sebagai
P1 P 2=|x 2−x 1|=√ ¿ ¿
Bentuk ini adalah notasi jarak yang umum tanpa memandang posisi
relatife P1 terhadap P2 diketahui ataupun tidak. Misalkan tertarik pada jarak
antara P1 ( x1 , y 1 ) dan P2 ( x 2 , y 2 ) seperti gambar 2.7

Gambar 2.7 Jarak titik ke bidang

Garis vertikal yang melalui P1 dan garis horizontal yang melalui P2


berpotongan pada titik Q(x 2 , y 1 ). Asumsikan P1 dan P2 tidak berada pada
garis vertikal atau horizontal yang sama. P1 P 2 Q membentuk segitiga siku-
siku dengan sudut siku-siku pada Q. Digunakan teorema Pythagoras untuk
menghitung panjang P1 P 2. Dengan penjelasan yang telah dikemukakan
diperoleh
Q P2=| y 2− y 1| dan P1 Q=|x 2−x 1|

Dengan teorema Pythagoras diperoleh,

9
2 2 2
P1 P 2=P1 Q +Q P2
P1 P 2= √ ¿ ¿

Pernyataan ini dinyatakan dalam teorema berikut.

Teorema 2.1
Jarak antara dua titik P1 ( x1 , y 1 ) dan P2 ( x 2 , y 2 ) adalah
P1 P 2=√ ¿ ¿¿
Pada penurunan rumus di atas, diasumsikan bahwa P1 dan P2 tidak
berada pada garis horizontal atau vertikal yang sama; akan tetapi rumus jarak
di atas akan berlaku pula pada kasus ini. Sebagai contoh misalkan P, dan P,
berada pada garis horizontal yang sama, maka y 1= y 2 dan y 1− y 2=0. Jadi
P1 P 2=√ ¿ ¿¿

3. Gradien Ruas Garis yang Melalui Dua Titik


Misalnya terdapat dua titik koordinat kartesius, koordinat dua titik
tersebut berturut-turut adalah A( x 1 , y 1 ¿ ¿ dan B¿ ¿. Gradien ruas garis AB
adalah
komponen y garis AB
m AB=
komponen x garis AB
Oleh karena koordinat A( x 1 , y 1 ¿ ¿ dan B¿ ¿ maka komponen y pada ruas
garis AB adalah y 2− y 1. Adapun komponen x pada ruas garis AB adalah
x 2−x 1, sehingga
y 2− y 1
m AB=
x 2−x 1

4. Ruas Garis Berarah (Vektor)


Definisi 1
Suatu ruas atau garis berarah adalah sebuah ruas garis yang salah satu
ujungnya dinamakan titik pangkal dan ujung yang lain dinamakan titik akhir
(Untuk & Ab, n.d.).
Contoh:
Apabila A dan B dua titik, ⃗ AB kita gunakan sebagai ruas garis berarah
dengan pangkal A dan titik akhir B.

Gambar 2.8

Definisi 2

AB ≅ ⃗
CD, apabila S p (A)=D dengan titik P titik tengah ⃑
AB

10
Gambar 2.9

Sifat Sifat Ruas Garis Berarah

Apabila ⃗
AB dan ⃗
CD dua garis berarah dan tidak segaris.Maka segi empat
ABCD sebuah jajargenjang jika dan jika ⃗
AB ≅ ⃗
CD
Bukti:

Gambar 2.10

Untuk membuktikan teorema ini kita harus membuktikan dua hal yaitu:
1. ⃗AB ≅ ⃗
CD maka ABCD adalah sebuah jajargenjang.
BC maka S p (A)=D sebab ⃗
Misal P titik tengah ⃗ AB ≅ ⃗CD, karna ⃗
AB dan ⃗
BC
diagonal diagonal segi empat ABDC dan AP=PD dan BP=PC, maka segi
empat ABDC adalah sebuah jajargenjang.
2.ABDC jajargenjang maka ⃗ AB ≅ ⃗CD
Karna segi empat ABDC jajar genjang,maka diagonal ⃗ AB dan ⃗BC
berpotongan saling membagi sama panjang artinya titik potong antara ⃗AD

dan BC misalkan P maka P= AD∩BC sehingga AP=PD dan
BC dan S p (A)=D.jadi ⃗
BP=PC.akibatnya P titik tengah ⃗ AB ≅ ⃗
CD

B. Teorema Perbandingan Ruas Garis, Teorema Titik Tengah Antara Dua


Titik
a. Terorema titik tengah antara dua titik

Pandang titik A ( x 1 , y 1 ,) dan B ( x 2 , y 2 ,) pada sebuah garis lurus. Titik C


terletak pada pertengahan ruas garis A dan B pada sumbu X. Akan ditentukan
koordinat titik C. Perhatikan gambar 1.11 dimana titik A1 , C 1 , B1 , berturut-
turut adalah proyeksi titik-titik A, C dan B. Mislkan koordinat titik C adalah (
x c , y c ,).

11
Gambar 2.11

|O A 1| = absis titk A, yaitu x 1


|O B 1| = absis titk B, yaitu x 2
|O C1| = absis titik C, yaitu x c
Karena titik C terletak pada pertengahan AB dan segmen garis (ruas
garis) A A1 , dan CC 1 , sejajar, maka titik C 1terletak pada pertengahan ruas
garis A1 B 1, yaitu | A 1 C 1| = |C 1 B1| sehingga dapat dinyatakan :

|O A 1|+ |O B 1| = |O A 1| + |O C1| + |C 1 B1|


= |O A 1| + |C 1 B1| + |O C1|

= |O A 1| + | A 1 C 1| + |O C1|

= |O C1| + |O C1|

= 2|O C1|

Jadi x 1+ x 2 = 2 x c, sehingga

1
xc = (x + x )
2 1 2

Untuk memperoleh y c , dapat digunakan cara yang sama yaitu :

B1 B
C1 C
A1
A
O

Gambar 2.12

|O A 1| = ordinat titik A, yaitu y 1


|O B 1| = ordinat titk B, yaitu y 2
|O C1| = ordinat titik C, yaitu y c

12
Karena titik C terletak pada pertengahan AB dan segmen garis (ruas
garis) A A1 , dan CC 1 , sejajar, maka titik C 1terletak pada pertengahan ruas
garis A1 B 1, yaitu | A 1 C 1| = |C 1 B1| sehingga dapat dinyatakan :

|O A 1|+ |O B 1| = |O A 1| + |O C1| + |C 1 B1|


= |O A 1| + |C 1 B1| + |O C1|

= |O A 1| + | A 1 C 1| + |O C1|

= |O C1| + |O C1|

= 2|O C1|

Jadi y 1+ y 2 = 2 y c , sehingga

1
yc = (y + y )
2 1 2

Dari uraian diatas, kita dapat simpulkan bahwa koordinat titik tengah
sebuah ruas yang ujung titiknya adalah titik A ( x 1 , y 1 ,) dan B ( x 2 , y 2 ,) adalah :

1
xc = (x + x )
2 1 2

1
yc = (y + y )
2 1 2

Contoh : Apabila D adalah titik tengah ruas garis AB dimana titik-titik ujung
A(5,2) dan B(-1, 6). Tentukanlah koordinat titik D.

1
Absis titik D adalah x D = (x + x ) ;
2 A B

1
xD = (5+ (−1)) = 2, dan
2

1
Ordinat titik D adalah y D = (y + y ) ;
2 A B

1
yD = (2+ 6) = 4
2

Jadi koordinat titik D (2,4)

b. Teorema perbandingan ruas garis

13
Gambar 2.13

Misalkan koordinat T( x T , y T ,) dan proyeksi titik P( x 1 , y 1 ,), T( x T , y T ,) dan


Q( 2 , y 2 ,) berturut-turut pada sumbu X adalah P1 ( x 1 , 0), T ( x T , 0 ) dan Q1 ( x 2 , 0
x
). Dengan menggunakan konsep kesebangunan dalam segitiga, maka dapat
dinyatakan:

|P1 T 1|:|T 1 Q1|=|PT|:|TQ|=m: n.


Perhatikan |P1 T 1|:|T 1 Q1|=m:n , maka

(x ¿ ¿ T −x 1):(x ¿ ¿ 2−x T )=m:n ¿ ¿

m(x ¿ ¿ 2−x T )=n(x ¿ ¿ T −x1 )¿ ¿

( m+n ) x T =nx1 +mx 2

n x 1 +mx2
x T=
m+n

Untuk memperoleh y T , dapat digunakan cara yang sama yaitu :

Gambar 2.14

14
Misalkan koordinat T( x T , y T ,) dan proyeksi titik P( x 1 , y 1 ,), T( x T , y T ,) dan
Q( x 2 , y 2 ,) berturut-turut pada sumbu y adalah P1 (0 , y 1), T (0 , y T ) dan Q1 (
0 , y 2 ,). Dengan menggunakan konsep kesebangunan dalam segitiga, maka
dapat dinyatakan:

|P1 T 1|:|T 1 Q1|=|PT|:|TQ|=m: n


Perhatikan |P1 T 1|:|T 1 Q1|=m:n , maka

( y ¿ ¿ T − y 1 ):( y ¿ ¿ 2− y T )=m:n ¿ ¿

m( y ¿ ¿ 2− y T )=n( y ¿ ¿T − y 1)¿ ¿

( m+n ) y T =ny 1+ my2

n y1 +my 2
yT =
m+n

Dengan demikian dapat disimpulkan jika diketahui titik-titik P(x 1 , y 1 )


dan Q(x 2 , y 2 ), serta titik T pada ruas garis PQ sedemikian hingga
|PT|:|TQ|=m :n, maka koordinat titik T adalah:
n x 1 +mx2
x T=
m+n

n y1 +my 2
yT =
m+n

Contoh:

Diketahui koordinat P(4, 7) dan Q(8, 1). Jika T terletak pada segmen PQ
sedemikian hingga |PT|:|TQ|=1 :3. Tentukanlah koordinat titik T.

Jawab:

( 3.4 ) +(1.8) 20
Absis titik T : x T = = =5
3+1 4

(3.7)+(1.1) 22 1
Ordinat titik T : y T = = =5
3+1 4 2

1
Jadi, koordinat T (5 , 5 ¿ .
2

C. Kedudukan Titik pada Bangun Tertentu Seperti Segitiga, Segiempat dan


Sebagainya.

15
Kedudukan titik merujuk pada lokasi atau posisi relatif suatu titik terhadap
unsur-unsur lain dalam suatu bidang geometri. Dalam konteks bangun geometri
seperti segitiga atau segiempat, titik dapat berada pada sudut, sisi, atau pusat
bangun, dan kedudukannya mempengaruhi sifat-sifat geometris bangun tersebut.
1. Segitiga
Dalam sebuah segitiga, terdapat beberapa titik penting yang memiliki
kedudukan khusus. Diantaranya:
a. Orthocenter (Titik Tegak Lurus)
Titik tempat tiga garis tinggi segitiga bersilangan. Garis tinggi
adalah garis yang menghubungkan sudut segitiga dengan titik di sisi
yang berlawanan.
b. Incenter (Titik Dalam)
Titik tempat tiga sudut-bagi-dual segitiga bersilangan. Incenter
juga merupakan pusat dari lingkaran dalam segitiga.
c. Titik berat atau centroid dari segitiga
Titik berat atau pusat dari suatu segitiga adalah titik potong
dari garis-garis tengahnya. Jika segitiga itu berkenaan dengan suatu
material dengan kepadatan sama setiap permukaaan maka titik berat
adalah pusat gravitasi.

Gambar 2.15 Gambar titik berat

Pada gambar tersebut diberikan segitiga P1 , P2 , P3. Misalkan


M 1adalah titik tengah dari sisi P2 , P3dan M adalah pusat segitiga
1 1
tersebut. Jelas bahwa koordinat titik tenagh M 1adalah ( ( x 2+ x 3), ( y 2
2 2
y
+ 3)).
Dari geometri elementer diketahui bahwa M titik potong
antara garis tengahnya, berada pada garis tengah P1 M 1pada jarak dua
per tiga dari P1 ke M 1. jadi rasio perbandingan pembagiannya adalah
P1 M 1 : M M 1

Sehingga absis dan ordinat titik M dapat ditemukan yaitu:


1 1
x M = ( x 1+ x 2+ x3 ); y M = ( y 1+ y 2 + y 3)
3 3
Hal ini berarti absis dari titik pusat segitiga adalah rata-rata
dari absis ketiga titik sudutnya, dan ordinat dari titik pusat segitiga
adalah rata-rata dari ordinat ketiga titik sudutnya.

16
Contoh :
Diketahui segitiga ABC dengan koordinat titik A(7,5), B(-4,-2), dan
C(12,-3) adalah titik-titik sudut. Tentukan koordinat titik berat pada
segitiga tersebut,
Penyelesaian:
1 1
P = ( x A+ x B + x C ), ( y A + y B + y C)
3 3
P= (
7+ (−4 ) +12 9+ (−2 )+ (−13 )
3
,
3 )
P= (
15 −6
3 3
, )
P = (5, -2)

d. Titik Tengah Segitiga


Titik tengah segitiga yaitu garis penghubung titik-titik tengah
dari kedua sisi segitiga adalah sejajar dengan sisi segitiga dan
panjangnya adalah setengah kali panjang sisi ketiga segitiganya.
Pada segitiga ABC, misalkan kita buat titik D sebagai titik
tengah AC dan titik E sebagai titik tengah BC. Kemudian titik D dan
E kita hubungkan, maka kita peroleh segmen garis DE yang akan
memenuhi dalil titik tengah segitiga, yaitu:

Gambar 2.16

Segmen garis penghubung titik-titik tengah dari kedua sisi


segitiga adalah sejajar dengan sisi ketiga dan panjangnya adalah
setengah kali panjang sisi ketiga tersebut.

Pada gambar di atas berlaku, DE = ½ AB.


Cek:
Diketahui: ¿ ACB=¿ DCE
CA : CD = CB : CE = 2 : 1

Jadi, ∆ ACB sebangun dengan ∆ DCE , akibatnya<CAB=¿ CDE


Jadi, ¿ CAB dan<CDE adalah pasangan sudut sehadap, dan menurut
postulat haruslah DE sejajar AB ( Terbukti )

Jadi, ∆ ACB sebangun dengan ∆ DCE , maka berlaku perbandingan sisi

17
AB : DE = AC : DC
1
AB : DE = 2 : 1 ↔ 2DE = AB ↔ DE = AB
2
e. Circumcenter (Titik Lingkaran Luar)
Titik tempat tiga garis tegak lurus dari tengah sisi segitiga
bersilangan. Circumcenter juga merupakan pusat dari lingkaran luar
segitiga.
f. Titik Euler (Titik Tempat Orthocenter, Centroid, dan Circumcenter
Bersilangan)
Titik tempat orthocenter, centroid, dan circumcenter segitiga
bersilangan. Titik ini memiliki sifat khusus dalam geometri segitiga.

2. Segiempat
Dalam segiempat, terdapat beberapa titik penting yang memiliki
kedudukan khusus:
a. Titik Tengah atau Pusat Berat (Centroid)
Titik tempat dua diagonal bersilangan segiempat memotong
satu sama lain. Pusat berat adalah pusat massa segiempat.
b. Titik Potong Diagonal (Intersection of Diagonals)
Titik di mana dua diagonal segiempat bersilangan satu sama
lain.
c. Titik Sudut (Vertex)
Setiap sudut segiempat dianggap sebagai titik sudut.
Segiempat memiliki empat sudut.
d. Titik Tengah Sisi (Midpoint of Sides)
Titik di tengah setiap sisi segiempat.
e. Titik Incenter (Titik Dalam)
Titik tempat dua garis yang menyambung titik tengah dua sisi
segiempat yang bersebelahan memotong satu sama lain. Incenter juga
merupakan pusat lingkaran dalam segiempat.
f. Titik Circumcenter (Titik Lingkaran Luar)
Titik tempat dua garis yang tegak lurus dari titik tengah dua
sisi segiempat yang bersebelahan memotong satu sama lain.
Circumcenter juga merupakan pusat lingkaran luar segiempat.
g. Titik Ortocenter (Titik Tegak Lurus)
Titik tempat dua garis yang bersilangan dari sudut yang sama
tegak lurus satu sama lain. Ortocenter dapat atau tidak dapat berada
dalam segiempat tergantung pada konfigurasi sudut-sudut segiempat.

D. Sifat Bangun Datar dan Luas Poligon


1. Sifat bangun datar
a. Persegi
Persegi adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku dan keempat
sisinya sama Panjang. Sifat-sifat persegi antara lain:
 Sudut berhadapan sama besar yaitu 90 °
 Sisi berhadapan sejajar dan sama Panjang

18
 Memiliki dua diagonal yang sama panjang
 Diagonal berpotongan saling membagi dua bagian sama Panjang
 Diagonal berpotongan tegak lurus
 Titik potong diagonal merupakan pusat lingkaran luar persegi
 Diagonal merupakan bisekris sudut (membagi sudut sama besar)
 Kedua diagonal merupakan sumbu simetri
 Memiliki dua sumbu sisi merupakan sumbu simetri
 Memiliki empat sumbu simetri putar
b. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku dan
sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama Panjang. Sifat-sifat persegi
panjang antara lain:
 Sudut berhadapan sama besar yaitu 90 °
 Memiliki dua diagonal yang sama Panjang
 Diagonal berpotongan saling membagi dua sama Panjang
 Titik potong diagonal merupakan pusat lingkaran luar persegi
panjang
 Memiliki dua sumbu sisi merupakan sumbu simetri
 memiliki dua sumbu simetri putar
c. Jajar Genjang
Jajar genjang adalah segiempat yang sisi berhadapan sejajar dan sama
Panjang. Sifat-sifat segi empat antara lain:
 Tidak memiliki sumbu simetri lipat dan sumbu simetri putar
 Memiliki dua pasang sisi yang saling berhadapan sama panjang
dan sejajar
 Sudut berhadapan sama besar
 Diagonal berpotongan saling membagi dua sama panjang
d. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah segiempat yang keempat sisinya sama panjang.
Sifat-sifat belah ketupat antara lain:
 Sudut berhadapan sama besar
 Sisi berhadapan sejajar dan sama panjang
 Diagonal berpotongan saling membagi dua sama panjang
 Diagonal berpotongan tegak lurus
 Diagonal merupakan bisektris sudut (membagi sudut sama besar)
 Kedua diagonal merupakan sumbu simetri
 Memiliki dua sumbu simetri putar
e. Layang-Layang
Layang-layang adalah segiempat yang sepasang-sepasang sisi sama
panjang bersekutu di titik sudut berhadapan. Sifat-sifat laying-layang
antara lain:
 Sepasang sudut berhadapan sama besar
 Diagonal berpotongan tegak lurus

19
 Satu diagonal mayor adalah sumbu simetri
f. Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang dibentuk oleh tiga buah ruas garis yang
sepasang-sepasang saling bersekutu pada ujungnya sehingga merupakan
kurva tertutup sederhana. Untuk setiap segitiga selalu berlaku sifat-sifat
berikut:
 Jumlah panjang dua sisi selalu lebih besar daripada panjang sisi
segitiga
 Jumlah sudut-sudut sebuah segitiga adalah 180°
 Sudut terbesar adalah sudut yang menghadap sisi terpanjang,
sedangkan sudut terkecil adalah sudut yang menghadap sisi
terpendek
 Besar sudut luar sama dengan jumlah dua sudut yang tidak
berpenglurus dengan sudut luar tersebut.
g. Lingkaran
Lingkaran adalah bangun datar yang menjadi tempat kedudukan titik-titik
yang berjarak sama dari sebuah titik tertentu. Titik tertentu itu merupakan
titik pusat lingkaran dan jarak sama adalah radius (jari-jari). Sifat-sifat
lingkaran antara lain:
 Besar sudut lingkaran yaitu 360°
 Memiliki titik pusat
 Seluruh jari-jari sama panjang
 Panjang diameter = 2 jari-jari
 Simetri lipat dan simetri putarnya tak terhingga.

2. Luas Poligon
Definisi 3
Luas sebuah segi-n ialah luas sebagian dari bidang datar yang dibatasi oleh
segi-n itu.
Mengukur luas sebuah bidang adalah membandingkan luas bidang itu dengan
luas persegi satuan yang dipakai sebagai satuan pengukur luas.

Teorema 2.2
Luas jajargenjang sama dengan alas kali tinggi.
Bukti: Perhatikan gambar 2.17
Buatlah garis tinggi DE dan CF.
Perhatikan ∆ AED dan ∆ BFC.
⦟ A sama dengan ⦟ B1 (sehadap).
⦟ E 1sama dengan ⦟ F sama dengan 90° .
AD sama dengan BC. Gambar 1.17
Jadi, ∆ AED ≅ ∆ BFC.
Tentu, luas jajargenjang ABCD sama dengan luas persegi panjang
EFCD dengan EF×CF atau AB × CF (karena AB sama dengan EF).

20
Tentu, luas jajargenjang ABCD sama dengan AB × CF pula.

Teorema 2.3
Luas segitiga sama dengan seperdua dari hasil-kali alas dengan tinggi.
Bukti: Perhatikan gambar 2.18

Gambar 1.18
Buat garis yang sejajar melalui C dengan AB dan garis yang sejajar
melalui B dengan AC. Maka terjadilah jajargenjang ABCD (definisi).
Luas jajargenjang ABCD sama dengan AB × CF (Teorema 2.10).
Perhatikan ∆ ABC dan ∆ DCB. ∆ ABC ≅ ∆ DCB.
Luasnya tentu sama.
Jadi, luas jajar genjang ABCD sama dengan 2× luas ∆ ABC. Tentu,
1
luas ∆ ABC sama dengan × ( A B ×CE ) .
2
Akibat Teorema 2.3
1. Luas segitiga siku-siku sama dengan seperdua dari hasil kali kedua sisi
siku-sikunya.
2. Pada tiap-tiap segitiga: a × t a sama dengan b × t b sama dengan c ×t c
Keterangan:
a sama dengan sisi didepan ⦟ A ; t a sama dengan garis tinggi pada a.
b sama dengan sisi didepan ⦟ B ; t b sama dengan garis tinggi pada b.
c sama dengan sisi didepan ⦟ C ; t c sama dengan garis tinggi pada c.

Teorema 2.4
Jika diagonal-diagonal sebuah segiempat tegak lurus sesamanya, maka
luas segiempat itu adalah seperdua dari hasil-kali kedua gambarnya.
Diketahui: Segiempat ABCD (gambar 2.19). AC ┴ BD.
Akan dibuktikan:
1
Luas ABCD sama dengan × AC × BD .
2
1
Bukti: Luas ∆ ACD ¿ AC × DS(Teorema 2.11)
2
1
Luas ∆ ACB ¿ AC × BS (Teorema 2.11) +
2
1 1
Luas A BCD=¿ AC × ( DS × BS )= AC × BD .
2 2
Akibat Teorema 2.4

21
1. Luas belahketupat sama dengan seperdua dari hasil kali kedua
diagonalnya.
2. Luas persegi sama dengan seperdua dari hasil kali kedua diagonalnya.
3. Luas layang-layang sama dengan seperdua dari hasil kali kedua
diagonalnya.

Teorema 2.5
Luas trapesium sama dengan seperdua dari hasil-kali jumlah sisi sejajar
dengan tinggi.
Diketahui: ABCD trapesium (gambar 2.20).
AB = a dan CD = b.
1
Akan dibuktikan: Luas trapesium ABCD sama dengan ×(a ×b) ×t
2
Bukti: Buat diagonal BD. Diagonal BD tersebut membagi trapesium menjadi
dua buah segitiga, yaitu ∆ ABD dan ∆ CBD .
1
Luas ∆ ABD= a ×t (teorema 2.11)
2
1
Luas ∆ CDB= b × t(teorema 2.11) +
2
1
Luas trapesium ABCD sama dengan (a+b)×t
2

Teorema 2.6
Luas dua buah persegipanjang berbanding seperti hasil-kali alas dengan
tingginya.
Bukti: Jika alas yang pertama sama dengan alas yang kedua, maka diperoleh
perbandingan L : L' =at : a t ' atau L : L' =t :t '
Jika tingginya yang sama, maka didapat perbandingan
L : L' =at : a' t atau L : L' =a : a'

22
BAB III
PENUTUP

A. Pernyataan Ulang
Jarak antara dua titik P1 (x 1 , y 1 ) dan P2 (x 2 , y 2 ) dalam ruang dua
dimensi dapat dihitung menggunakan rumus jarak Euclidean yaitu
P1 P 2=√ ¿ ¿¿ . Gradien (m) dari ruas garis yang melalui dua titik P1 (x 1 , y 1 )
y 2− y 1
dan P2 ( x 2 , y 2 ) adalah m AB= . Suatu ruas atau garis berarah adalah
x 2−x 1
sebuah ruas garis yang salah satu ujungnya dinamakan titik pangkal dan
ujung yang lain dinamakan titik akhir. Sehingga dapat dinyatakan sebagai

AB ≅ ⃗CD, apabila S p(A)=D dengan titik P titik tengah ⃑ AB .

Teorema titik tengah antara dua titik menyatakan bahwa koordinat titik
tengah sebuah ruas yang ujung titiknya adalah titik A ( x 1 , y 1 ,) dan B ( x 2 , y 2 ,)
1 1
adalah : x c = ( x 1+ x 2) dan y c = ( y 1+ y 2)
2 2

Teorema perbantingan ruas garis menyatakan bahwa titik-titik P(x 1 , y 1 )


dan Q(x 2 , y 2 ), serta titik T pada ruas garis PQ sedemikian hingga
n x +mx2
|PT|:|TQ|=m :n, maka koordinat titik T adalah: x T = 1 dan
m+n
n y1 +my 2
yT =
m+n
Kedudukan titik pada bangun datar seperti segitiga yaitu terdapat titik
pusat, titik tengah atau titik berat, titik potong diagonal, titik sudut, titik
tengah sisi, titik incenter, titik circumcentert dan itik ortocenter sedangkan
pada bangun datar segiempat terdapat titik tengah, titik potong diagonal, titik
sudur, titik tengah sisi, titik incenter, titik circumcenter dan titik ortocenter.

B. Kesimpulan
Sistem koordinat dalam dimensi dua memberikan cara efektif untuk
merepresentasikan titik, garis, dan objek geometris lainnya pada bidang datar.
Dalam sistem ini, setiap titik dapat diidentifikasi oleh sepasang koordinat,
biasanya disebut koordinat (x, y)(x,y). Koordinat xx mengukur posisi
horizontal suatu titik, sementara koordinat yy mengukur posisi vertikalnya.
Dengan menggunakan sistem koordinat dua dimensi, kita dapat
mengukur jarak antara dua titik, menghitung gradien suatu garis, serta
memahami hubungan geometris seperti simetri dan rotasi. Ini menjadi dasar
untuk pemahaman geometri analitik, memfasilitasi analisis matematis yang
lebih mendalam terkait dengan objek-objek pada bidang datar. Sistem
koordinat dua dimensi juga membentuk dasar bagi berbagai bidang ilmu,
termasuk fisika, ekonomi, dan ilmu komputer, di mana representasi grafis dan
analisis geometris menjadi penting.

23
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Hendarto. (2019). Geometri Analitik Bidang. Malang.

Febrianti, A., Waisyanawa, I. G. A., Mutahiria, I. V., Binawan, M. E., Ervitasari, N.,
& Kurniawari, S. (2013). Sejarah sistem kooordinat. 26(4), 1–37.

Untuk, S., & Ab, W. (n.d.). Ruas garis berarah. 1–11.

Hw, Slamet. (2018). Geometri Analitika Bidang Datar. Jawa Tengah : Surakarta.

Marsigit, dkk. (2006). Matematika SMP Kelas VII.

Marsigit, dkk. (2007). Matematika SMP Kelas VIII.

Rizki, N. A. (2018). Analytic Geometry ( Geometri Analitik ). 1–91.

Sakur. (2020). Geometri bidang.

Toybah, dkk. (2020). Geometri dan Pengukuran Berbasis Pendekatan Saintik.


Palembang

Untuk, S., & Ab, W. (n.d.). Ruas garis berarah. 1–11.

Yunita, A., & Hamdunah. (2019). Geometri Analitik Bidang.

24

Anda mungkin juga menyukai