Anda di halaman 1dari 18

KOORDINAT KARTESIAN TIGA DIMENSI

PAPER
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Matematika Kimia
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Wati Susilawati, Dra., M.Pd.
Citra Deliana Dewi S., M.Si.

Disusun Oleh:
Ahmad Zulfiqor (1172080002)
Devi Lutfiati Jalillah (1182080012)
Dini Rahmani (1182080014)
Kanisa NurulFitriani.S. (1172080053)
Lisana Shidqin ‘Aliya (1172080061)
Muhammad Andra (1172080063)
Narisha Zuhra Namira (1172080071)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA / PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018

1
DAFTAR ISI

A. Sejarah Kooedinat Kartesius Tiga Dimensi………………………………..3

B. Matematika Koordinat Kartesius Tiga Dimensi ….….................................4

C. Aplikasi Koordinat Kartesius Tiga Dimensi dalam Kimia ….……………8

1. Fraksi koordinat atom ………..……………………………………8

2. Indeks miller…………………………………………………………10

3. Arah atom ……………………………………………………………11

4. Permukaan p-V-T dalam gas ideal .…………………………………12

D. Daftar Pustaka…….………………………………………………………18

2
A. Sejarah Koordinat Kartesius 3 Dimensi

Matematikawan Rane Discartes, yang lahir di sebuah Desa La


Haye Prancis 1596, adalah orang yang memiliki ketertarikan pada
bidang geometri ini. Descrates telah menemukan sebuah metode
untuk menyajikan sebuah titik sebagai bilangan berpasangan
dalam sebuah bidang datar. Bilangan-bilangan tersebut terletak
pada dua garis saling tegak lurus satu dengan lainnya dan
berpotongan di sebuah titik dinamakanOrigin (0,0), biasanya
disimbolkan dengan huruf kapital O (0,0).

Bidang itu dinamakan bidang KOORDINAT atau lebih dikenal


dengan bidang CARTESIUS.Istilah Kartesius digunakan untuk
mengenang ahli matematika sekaligus filsufdari Perancis Descartes,
yang perannya besar dalam
menggabungkan aljabar dangeometri (Cartesius adalah latinisasi untuk
Descartes). Hasil kerjanya sangat berpengaruh dalam
perkembangan geometri analitik, kalkulus, dan kartografi.

Ide dasar sistem ini dikembangkan pada tahun 1637 dalam dua
tulisan karya Descartes. Pada bagian kedua dari tulisannya Discourse on
Method, ia memperkenalkan ide baru untuk menggambarkan
posisi titik atau obyek pada sebuah permukaan, dengan menggunakan
dua sumbu yang bertegak lurus antar satu dengan yang lain. Dalam
tulisannya yang lain, La Géométrie, ia memperdalam konsep-konsep
yang telah dikembangkannya.

Descartes telah menemukan sebuah metode untuk menyajikan


sebuah titik sebagai bilangan berpasangan dalam sebuah bidang
datar. Bilangan-bilangan tersebut terletak pada dua garis saling
tegak lurus satu sama lain dan berpotongan disebuah titik yang
dinamakan Origin (0,0) biasanya di simbolkan dengan huruf
kapital O(0,0). Bidang itu dinamakan bidang koordinat atau lebih
dikenal sebagai bidang kartesius. Setelah abad ke-17, Rene
Descartes menggunakan abjad-abjad awal alfabet, misalnya a, b,
dan c untuk konstanta; dan akhir alfabet, misalnya x, y, z, dan t
digunakan untuk variabel. Untuk Sistem koordinat 2 dimensi
3
digunakan variabel x dan y. Sebagai petunjuk arah horizontal
digunakan sumbu x dengan x positif untuk arah ke kanan dan x
negatif untuk arah ke kiri. Sedangkan arah vertikal digunakan
sumbu y dengan y positif untuk arah ke atas dan y negatif untuk
arah ke bawah. Posisi setiap titik ditandai dengan pasangan dua
bilangan yang merupakan pasangan posisi x dan y yaitu (x , y)
dan disebut koordinat. Sistem yang menentukan posisi titik pada
bidang datar ini disebut sistem koordinat.

Sedangkan dalam sistem koordinat kartesius 3 dimensi


menggunakan variabel x, y, z. Menurut Wikipedia, terdapat
kesepakatan penamaan untuk variabel. Salah satu kesepakatan
penamaan itu menyatakan bahwa x, y, dan z biasanya menyatakan
tiga sistem koordinat kartesius untuk suatu titik dalam geometri
Euklides

B. Matematika Koordinat Kartesius 3 Dimensi


Koordinat kartesius dimensi tiga adalah tiga garis lurus yang saling
tegak lurus yang dinamakan sumbu x, sumbu y, dan sumbu z. Biasanya
kita menggambarkan sumbu x dan y sebagai garis horizontal dan
sumbu z sebagai garis vertical, dan kita menggambarkan orientasi
ketiga sumbunya seperti pada gambar 1.

Gambar 1

4
Tanda panah sumbu z ditentukan oleh
aturan tangan kanan, seperti yang diilustrasikan
pada gambar 2.
Kita menamakannya tangan kanan, karena
jika jari-jari tangan dikepal sedemikian rupa
sehingga arah jari-jari tersebut melengkung dari
sumbu x positif ke y positif, maka ibu jari
menunjukkan arah sumbu z positif.
Gambar 2

Gambar 3

Dari ketiga sumbu tersebut dapat ditentukan tiga bidang yaitu bidang xy,
bidang xz dan bidang yz., seperti pada gambar 3.
Ketiga bidang koordinat ini membagi ruang ke dalam delapan bagian, yang
disebut oktan. Yaitu oktan-oktan I, II, III, IV, V, VI, VII dan VIII. Oktan-
oktan I, II, III, dan IV berada diatas bidang xy. Sedangkan oktan-oktan V,

5
VI, VII dan VIII berada dibawah bidang xy seperti gambar di atas. Oktan
pertama dibagian muka dinyatakan oleh sumbu-sumbu positif.
Oktan I : (x+ , y+, z+) Oktan V : (x+ , y+, z-)
Oktan II : (x+ , y-, z+) Oktan VI : (x+ , y-, z-)
Oktan III : (x- , y-, z+) Oktan VII : (x- , y-, z-)
Oktan IV : (x- , y+, z+) Oktan VIII : (x- , y+, z-)

Untuk menyatakan posisi sebuah benda di dalam ruang, dibutuhkan suatu


sistem koordinat yang memiliki pusat koordinat dan sumbu koordinat. Sistem
koordinat yang paling umum adalah Koordinat Cartesius. Jika kita berbicara
ruang 2 dimensi, maka koordinat Kartesian 2 dimensi memiliki pusat di O dan 2
sumbu koordinat yang saling tegaklurus, yaitu x dan y.
Selanjutnya koordinat Kartesian 2 dimensi dapat diperluas menjadi
Kartesian 3 dimensi yang berpusat di O dan memiliki sumbu x, y dan z. Pada
Gambar berikut menyatakan titik P dapat dinyatakan dalam x, y dan z. OP
adalah jarak titik P ke pusat O.

6
Koordinat Cartesius 3 dimensi (x, y, z) pada Gambar 3 di atas dapat diubah
menjadi Koordinat Tabung dan koordinat bola.
Hubungan diantara ketiganya, jika P(x,y,z) adalah letak titik dalam
koordinat Cartesius, maka P ( r ,  , z ) adalah letak dalam koordinat tabung
dan P (  ,  ,  ) adalah titik dalam koordinat bola (Spherical Coordinate).

Rumus jarak Tinjaulah dua


titik P1 (x1,y1,z1) dan P2
(x2,y2,z2) diruang tiga. Kedua
titik ini membentuk suatu
balok persegipanjang, denga
P1 dan P2 sebagai titik sudut
yang berlawanan dan dengan
sisi-sisi sejajar terhadap
sumbu-sumbu koordinat.
Segitiga P1Q1 dan PR1Q
adalah segitiga siku-siku, dan menurut Teorema Pythagoras.

IP1P2I2 = IP1QI2 + IQP2I2

IP1QI2 = IP1RI2 + IRQI2

IP1P2I2 = IP1RI2 + IRQI2 + IQP2I2

= (x2 – x1)2 + (y2 – y1)2 + (z2 – z1)2

Hasil ini memberikan Rumus Jarak di ruang-tiga yang akan benar jika beberapa
koordinatnya identik .

IP1P2I = √(x2 − x1 )2 + (y2 − y1 )2 + (z2 − z1 )2

7
C. Aplikasi Koordinat Kartesius Tiga Dimensi dalam Kimia
1. Fraksi Koordinat Atom

Koordinat fraksi (pecahan) adalah cara yang mudah untuk menentukan


di mana atom berada di suatu lokasi. Sel satuan Koordinat pecahan
memanfaatkan sistem koordinat kristalografi,artinya vektor kisi digunakan
sebagai basis dan nilai numerik absolut dariKonstanta kisi sama dengan
satu kesatuan, berarti ini diatur ke 1.Jadi, parameter lokasi atom tersebut
diberikan koordinasi triple x-y-z.Dan nilai koordinasi ini adalah jumlah
pecahan dari konstanta kisi a, b, dan c.
Suatu sel satuan ortorombik denganparameter kisi x sama dengan 5
Ångströms, y sama dengan 20 Ångströms dan z sama dengan 15
Ångströms. Lalu didalam sel tersebut terdapat 1 atom yang terletak 2,5 Å
ke arah x, 10 Å sepanjang arah y dan akhirnya 7,5 Å sepanjang arah z
Letak atom pada arah x 2,5 Å dari 5 Å merupakan 0,5 terhadap sumbu
x, lalu 10 Å dari 20 Å merupakan 0,5 terhadap sumbu y, dan 7,5 Å dari 15 Å
merupakan 0,5 terhadap sumbu z. maka kita dapat simpulkan titik
koordinat dari atom tersebut adalah 0,5, 0,5, 0,5 Jika melihat koordinat
fraksional 0,5, 0,5,0,5 maka dapat disimpulkan bahwa atom ini berada di
pusat sel.

Gambar 6 Posisi Atom


0.5, 0.5, 0.5 dalam 3D

8
Suatu atom terletak di koordinat :
Atom 1 : 0, 0, 0
Atom 2 : ½, 0. ½
Atom 3 : 0, 1, ½
Atom 4 : ½, 1, 1
Atom 5 : 1, 1, 1
Atom 6 : ½, ½, ½
Atom n : x, y, z

Untuk meletakan atom-atom tersebut sesuai dengan koordinat nya


maka ingat bahwa :

Koordinat Atom 1 : 0, 0, 0
a b c

Maka hasil dari koordinat tersebut adalah :

Gambar 7 Letak Koordinat Atom 3D

9
2. Indeks Miller

Indeks miller adalah suatu indeks yang digunakan untuk menentukan


bidang dan arah irisan dalam Kristal. Suatu Kristal itu memiliki bidang-
bidang yang dapat ditentukan indeksnya menggunakan indeks miller. Irisan
dari sebuah Kristal merupakan objek dari dua dimensi, maka garis normal
dari bidang irisan tersebut digunakan untuk mendeskripsikan bidang. Satu
set bidang pararel dengan jarak yang seragam memiliki indeks yang sama.
Indeks untuk bidang irisan dituliskan dalam kurung (). Biasa dipakai tiga
bilangan bulat h, k, dan l sehingga dituliskan (h k l). jika sebuah bidang
sejajar dengan suatu aksis maka nilai indeks untuk aksisnya bernilai 0.

Adapun fungsi dari indeks miller, yaitu :

1. Orientasi dari bidang atomic


melalui nilai-nilai h, k, dan l
2. Jarak antar bidang, yaitu jarak
antar bidang yang melewati titik
asal dengan bidang berikutnya.

Jarak dari satu set bidang( h k l)


adalah jarak terpendek dari dua bidang
yang berdekatan. Jarak merupakan
fungsi dari (h k l), yang secara umum
semakin besar harga indeks maka
semakin kecil jarak antar bidang
tersebut. Untuk latis berbentuk kubik,
rumus dari jarak antar bidang (h k l) :
𝑎
𝑑ℎ𝑘𝑙 =
√(ℎ2 + 𝑘 2 + 𝑙2 )

Dengan d adalah distance yang berarti jarak dan a adalah nilai parameter kisi.

Langkah-langkah menentukan indeks miller pada bidang:

1. Menentukan sumbu acuan


2. Tentukan titik perpotongan
3. Bagi nilai 1dengan titik perpotongan
10
4. Catat hasilnya
5. Menentukan indeks millernya, ada beberapa menentukan indeks miller
a. Ditulis dalam kurung (h k l) tanpa menggunakan koma
b. Jika arah dari suatu bidang bernilai negatif, maka indeks diberi
tanda garis diatasnya
c. Jika didapatkan nilai pecahan, maka kalikan dengan bilangan
tertentu yang bisa menjadikannya bilangan bulat
d. Jika nilainya dapat disederhanakan, maka nilai indeks
disederhanakan terlebih dahulu.

3. Pengindeksan Arah

Arah dalam latis kristal ditentukan relatif terhadap aksisnya yang


didefinisikan oleh unit vektor dari unit sel. Indeks dari arah suatu kristal
dituliskan dalam tanda kurung [ ]. Arah dari kristal adalah suatu vektor
yang dapat dinyatakan dalam unit vektor a, b dan c. Secara umum indeks
dari arah diberikan dalam bentuk [uvw] dimana u, v dan w adalah bilangan
bulat yang terkecil. Untuk vektor berarah negatif maka dituliskan dengan
menambahkan garis diatas u, v atau w. Contoh beberapa arah kristal pada
sistem cubic dijelaskan dalam gambar dibawah ini.

11
Cara menentukan vektor arah :
1) Menentukan fraksi koordinat arah atom [ u v w ]
2) Jika dalam fraksi kooordinat dalam bentuk pecahan, maka semua titik
dijadikan bilangan bulat dan sederhana
3) Jika ada nilai salah satu titik bernilai negatif, maka harus diberi tanda vektor
[𝑢̅𝑣̅ 𝑤
̅]
Contoh :

a. Fraksi koordinat arah [ 1 1 ½ ]


b. Maka, indeks arah nya adalah [ 1 1 ½ ].2 = [ 2 2 1 ]

4. Grafik permukaan p-V-T dalam gas ideal


a. Permukaan p-v-T
Pada pembahasan awal yang akan dibahas yaitu sifat-sifat zat murni
kompresibel sederhana dan hubungan yang ada antara sifat-sifat tersebut
dengan tekanan, volume, spesifik dan temperatur. Dari eksperimen
diketahui bahwa temperatur dan volume spesifik dapat dianggap sebagai
parameter bebas dan tekanan dapat ditentukan sebagai fungsi dari kedua
parameter ini sebagai p=p(T,v). Grafik fungsi semacam ini berbentuk
permukaan, yaitu permukaan p-v-T.
Koordinat sebuah titik pada permukaan p-v-T akan memberika nilai
tekanan, volume spesifik dan temperatur yang di tentukan pada saat zat zat
tersebut berada dalam kesetimbangan. Seperti tampak pada gambar 1.1 dan
gambar 1.2, terdapat berbagai daerah pada pemukaan p-v-T yang ditandai
dengan padat (solid), cair (liquid), dan uap (vapor).

12
Gambar 1.1 diagram p-v-T dan proyeksinya untuk suatu zat yang mengembang
saat membeku (a) pandangan 3D (b) diagram fase (c) diagram p-v.

Gambar 1.2 diagram p-v-T dan proyeksinya untuk suatu zat yang menyusut saat
membeku (a) pandangan 3D (b) diagram fase (c) diagram p-v.
Pada dareah fase tunggal(single phase region) ini, suatu keadaan dapat
menentukan leh setiap pasangan sifat : tekanan, volume spesifik, dan
temperatur,karena seluruhnya bersifat bebas ketika terdapat fase tunggal. Lokasi
diantara fase tunggal merupakan daerah dua fase (teo-phase regions) dimana
terdapat dua fase dalam kesetimbangan : fase cair-uap, padat-cair, dan padat-
uap.
Dua buah fase dapat muncul secara simultan selama perubahan fase seperti
pada penguapan, peleburan, dan sublimsi. Pada daeah dua fase tekanan dan
temperatur bersifat tidak bebas, dimana salah satunya tidak dapat berubah tanpa
perubhan yang lainnya. Dalam daerah ini keadaan tidak dapat ditentukan hanya
dengn tekanan dan temperatur saja; namun keadaan dapat ditentukan
berdasarkan pasangan volume spesifik dengan tekanan dan temperatur. Tiga
buah fase dapat muncul dalam kesetimbangan disepanjang garisyang disebut
garis tripel (triple line).
Suatu keadaan dimana suatu perubahan fase berawal dan berakhir disebut
keadan jenuh (saturation state). Daerah berbentuk kubah yang terdiri dari dua
fase keadaan cair-uap disebut kubah uap (vavor dome). Garis-garis yang
membatasi kubah uap disebut garis cair jenuh dan garis uap jenuh. Puncak
kubah dimana garis cair jenuh dan garis uap jenuh disebut titik kritis (critical

13
point). Temperatur kritis (critical temperature) Tc suatu zat murni adalah
temertur maksimum dimana fase cair dan uap dapat terjadi secara simultan
dalam kesetimbangan. Tekanan pada titik kritis disebut tekanan kritis (critical
pressure), pc. Vo;ume spesifik pada keadaan ini disebut volume spesifik kritis
(critical specific volume) (Moran, Michael J.; Shafiro, Howard N.;, 2004).
Permukaan P-v-T tiga dimensi sangat bermanfaat untuk mengkaji
perubahan fase dari suatu zat, namun seringkali lebih mudah mempelajarinya
dengan menggunakan proyeksi dua dimensi. Proyeksi permukaan P-v-T
terhadap permukaan p-T dan P-v ditunjukkan pada Gambar 1.2. Walaupun
proyeksi permukaan P-v-T terhadap permukaan v-T jarang digunakan namun
akan kita bahas pula dibawah ini (Mukhammad Cholil, 2015).

b. Proyeksi permukaan p-v-T


Jika permukaan p-v-T di proyeksikan pada tekanan-temperatur, maka
dihasilkan suatu diagram sifat yang dikenal sebagai diagram fasa (Moran,
Michael J.; Shafiro, Howard N.;, 2004). Diagram fasa adalah sebuah grafik
yang digunakan untuk menunjukan kondisi kesetimbangan antara fase-fase
yang berbeda dari suatu zat yang sama. Dalam matematika dan fisika,
diagram fase jyga mempunyai arti sinonim dengan ruang fase (Raka,
2017).seperti pada digambarbarkan pada gambar 1.1b dan gambar 1.2b,
apabila permukaan diproyeksikan dengan cara seperti ini maka daerah dua
fase akan tampak sebagai garis. Sebuah titik disepanjang garis ini
menunjukan semua campuran dua fase pada temperatur dan tekanan tertentu
tersebut.
Istilah temperatur jenuh (saturation temperature) menunjukan suatu
temperatur dimana suatu perubahan fase berlangsung pada suatu tekanan
yang diberikan, dan tekanan ini disebut sebagai tekanan jenuh (saturation
pressure) untuk temperatur yang diberikan. Dari diagram fase, tampklah
jelas bahw untuk setiap tekanan jenuh terdapat sebuah temperatur jenuh
tertentu begitupula sebaliknya.
Garis tripel pada permukaan tiga dimensi p-v-T diproyeksikan menjdi
sebuah titik pada diagram fase, yang disebut titik tripel (triple point). Ingat
bahwa titik triple air digunakn sebagai acuan dalam mendefinisikan skala
temperatur. Berdasarkan kesepakatan temperatur yang ditetapkan sebagai
titik triple air adalah 273,16 K (491,69 oR). Tekanan terukur pada titik triple
air adalah 0,6113 kPa(0,00602 atm).
Garis yang menyatakan daerah dua fase padat-cair pada diagram fase
miring ke kiri untuk zat yang mengembang saat membeku dan miring ke
kanan untuk zat yang menyusut pada saat membeku. Meskipun daerah fase
padat tunggal tampak pada diagram fase gambar 1.2 dan 1.2, padatan dapat
berada pada fase padat yang berbeda. Sebagai contoh, terdapat tujuh bentuk

14
kristal yang berbeda untuk air dalam fase padat(es)(Moran, Michael J.;
Shafiro, Howard N.;, 2004).
1. Digram p-v
Proyeksi permukaan p-v-T kebidang tekanan dan volume spesifik
(p-v)menghasilkan diagram p-v seperti tampak pada gambar 1.1c dan
1.2c. gambar tersebut ditandai dengan istilh istilah yang telah
diperkenalkan sebelumna.
Ketika menyelesaikan masalah, sketsa diagram p-v seringkli
membantu. Untuk memudahkan penggunaan sketsa semacam ini,
perhatikanlah terdapatnya garis-garis temperatur konstan (isotermal).
Pada gambar 1.1c dan 1.2c tampak bahwa untuk setiap temperatur
tertentu yang lebih rendah dari temperatur kritis, teknan akan tetap pada
saat daerh dua fase cair-uap dilintasi. Namun, di dalam daerah fase
tunggal cair dan daerah uap, tekanan akan menurun pada temperatur
tetap akibat peningkatan volume spesifik. Untuk temperatur yang lebih
besar atau sama dengan temperatur kritis, tekanan terus menurun pada
temperatur tetap pada saat volume spesifik meningkat. Tidak terdapat
lintasan yang melintasi daerah fase cair-uap. Garis istermal kritis
melalui sebuah titik belok (inflection point) pada titik kritis dengan
kemiringan sama dengan nol (Moran, Michael J.; Shafiro, Howard N.;,
2004).

15
2. Diagram p-T

Ketika gambar permukaan p-v-T diproyeksikan pada diagram p-


T dibawah, daerah padatan-cairan menjadi garis peleburan, daerah
cairan-uap menjadi garis penguapan dan daerah padatan-uap menjadi
garis sublimasi. Garis tripel diproyeksikan menjadi titik tripel.
Diagram p-T adalah jalan untuk menunjukkan suatu fase zat karena
pada diagram tersebut , tiga fase dari zat dipisahkan secara jelas melalui
garis, yaitu garis peleburan ( kesetimbangan fase padat dan cair), garis
penguapan ( kesetimbangan fase cair dan uap), garis penyubliman
(kesetimbangan fsae padat dan uap). Ketiga garis tersebut bertemu di
titik tripel. Titik tripel adalah ketika suatu zat berada pada
kesetimbangan fase padat, cair dan uap.
Gambar di bawah juga memperjelas bidang cair dari 2 jenis zat,
yakni:

 Bidang a – b – d merupakan bidang cair dari zat yang memuai saat


beku. Artinya, semua kombinasi Tekanan dan Suhu dari zat yang
berada di bidang ini berada pada keadaan cair.
 Bidang c – b – d merupakan bidang cair dari zat yang menyusut saat
beku.
Gambar tersebut juga menerangkan proses perubahan wujud zat
dari beku menjadi uap melalui dua mekanisme. Pada proses yang
ditandai dengan panah merah, mula-mula zat dari keadaan beku (fasa

16
padat) berubah menjadi cair (pencairan) kemudian berubah menjadi uap
(penguapan). Sementara pada proses yang ditandai dengan panah biru,
perubahan dari bentuk beku (padat) menjadi uap terjadi tanpa melalui
proses pelelehan (mencair). Proses ini disebut dengan menyublim. Dan
proses tersebut hanya dapat terjadi pada tekanan dan suhu dibawah
tekanan dan suhu triple point.

3. Diagram T-v

Ketika permukaan diagram p-v-T diproyeksikan pada bidang


temperature-volume spesifik maka akan menghasilkan diagram T-v.
Gambar di atas merupakan sketsa dari diagram T-v dari air pada fase
cair, dua fasa cair-uap dan uap. Untuk kondisi tekanan dibawah tekanan
kritis (kurva ditunjukkan oleh panah merah), sepert 10 MPa, maka
tekanan akan konstan ketika melintasi daerah dua fasa. Sementara pada
daerah satu fasa ( cair atau uap ) maka tekanan akan meningkat seiring
kenaikan suhu maupun volume spesifik. Sedangakan pada kondisi
tekanan sama dengan atau lebih dari tekanan kritis (kurva ditunjukkan
oleh panah biru), seperti 30 MPa, maka tekanan akan secara
kontinu/terus menerus meningkat seiring kenaikan suhu maupun
volume spesifik. Hal ini disebabkan pada tekana sebesar itu, kurva
tersebut tidak melalui daerah dua fasa.

17
Daftar Pustaka

1. Moran, J. Michael ,Shapiro. N. Howard. 2006. Fundamentals of


Engineering Thermodynamics. London : John Wiley & Sons, Inc.
2. Hoffmann, Frank. Sartor, Micheal. The Fascination of Crystals and
Symmetry. Search in https://crystalsymmetry.wordpress.com/pada
tanggal 10 Maret 2018
3. Tahir, Iqmal. 2014. Matematika Kimia Sistem Koordinasi.
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada [PDF]
4. Fornasini, Paolo. 2005. Basic crystallography. Italia : Department
of Physics University of Trento [PDF]
5. Bhadeshia. 2017. Crystallography Materials Science and
Metallurgy. United Kingdom :
University of Cambridge [PDF]
6. Gonzalez Szwacki, Nevill. Szwacka, Teresa. 2009.Basic Elements
of Crystallography Singapore : Pan Stanford Publishing [PDF]
7. Prasad, Rajesh. 2016. BASIC CRYSTALLOGRAPHY. New Dehli :
Department of Applied Mechanics Indian Institute of Technology
[PDF]
8. Lutterotti, Luca. Introduction to Crystallography & Diffraction
Techniques. Italy : Dipartimento di Ingegneria Industriale,
Università degli Studi di Trento
9. https://materialcerdas.wordpress.com/teori-dasar/sturktur-kristal-2/
pada tanggal 9 Maret 2018
10. Sulistiati, Ainie Khuriati Riza. 2010. Termodinamika. Yogyakarta :
Graha Ilmu
11. Varberg, Purcell, Rigdon. 2008. Kalkulus Edisi Kesembilan jilid 2.
Jakarta : Erlangga

18

Anda mungkin juga menyukai