Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 3

( BUKU COKLAT)

PENYUSUN:

NAMA : AZZAM ZHAFRAN

NIM : 20109011036

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

TAHUN AJARAN 2020/2021

FAKULTAS KEDOKTERAN
SKENARIO 3

NGOS-NGOSAN
Seorang mahasiswa fakultas kedokteran berlari dengan kencang karena terlambat
mengikuti kuliah pagi yang berada dilantai 2. Mahasiswa tersebut bernafas ngos-ngosan setelah
menaiki anak tangga sampai kelantai dua bernafas ngos-ngosan setelah naik tangga. Namun
setelah sampai ruang kuliah mahasiswa tersebut tidak diperkenankan mengikuti kulih. Sambil
merenung ia memikirkan nafasnya yang ngos-ngosan udara dihirup dengan cepat melalui hidung
dan dihembuskan melalui mulut dengan cepat juga. Rongga dada yang nampak jelas
mengembang dengan cepat dibandingkan saat bernafas seperti biasa. Mahasiswa tersebut
memikirkan kenapa hal itu bisa terjadi.

STEP 1

Mengidentifikasi Kata Sulit

1. Ngos-ngosan: Nafas yang tidak beraturan dikarenakan kelelahan.


2. Bernafas: Proses respirasi untuk menghirup udara atau oksigen dan menghembuskan
karbon dioksida atau CO2.
3. Merenung: Ketika seseorang dengan keadaan terdiam dikarenakan memikirkan suatu hal
terus menerus.
4. Rongga dada: Ruangan pada tubuh vertebrata yang dilindungi oleh dinding toraks.

STEP 2

Mendeskripsikan Masalah

1. Mengapa pada scenario mahasiswa dapat mengalami ngos-ngosan?


2. Bagaimana cara untuk meredakan ngos-ngosan?
3. Apa saja factor yang mempengaruhi pernafasan pada manusia?
4. Berapa laju frekwensi pernafasan manusia normal?
STEP 3

Menjawab Analisis Masalah

1. Mahasiswa menglami ngos-ngosan karena melakukan aktifitas yang berat sehingga


menyebabkan kebutuhan oksigen yang lebih. Karena syaraf simpatik akan mengontrol
kontraksi otot pernafasan agar kita mengambil nafas lebih banyak untuk mmwnuhi
kebutuhan.
2. Berbaring dengan tangan diletakkan diperut lalu menarik nafas secara dalam melalui
hidung lalu perutnya ditarik sehingga paru-parunya terisi penuh dengan udara. Lalu tahan
nafas selama beberapa detik kemusian mengeluarkan nafas melalui mulut, ulangis car
aini selama 5-10 menit.
3. Usia, jenis kelamin, aktifitas yang dilakukan, suhu tubud dan posisi tubuh.
4. Pernafasan normal pada manusia dewasa antara 12-20 kali/menit dan untuk bayi 30-60
kali/menit.
STEP 4

Peta Konsep

Mahasiswa terlambat,
berlari, ngos-ngosan

Pernafasan dada Nafas tergagu Pernafasan perut

bertambah cepatnya
frewkensi pernafas

Membesarnya rongga dada

Anatomi paru Fisiologi paru

STEP 5

Memformulasikan Learning Objective

1. Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan anatomi system pernafasan.


2. Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan fisiologi pernafasan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan factor-faktor yang
mempengaruhi pernafasan.
4. Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan cara yang tepat untuk
menjaga system pernafasan dalam kondisi baik.
5. Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan respirasi eksterna dan
interna
6. Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan histologi pernafasan
STEP 6

Menjawab Learning Objective

1. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN


Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu Cavum nasi, faring, laring, trakea, karina,
bronchus principalis, bronchus lobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus terminalis,
bronchiolus respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli. Terdapat Lobus,
dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan lobus inferior. Sinistra ada 2
lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Pulmo dextra terdapat fissura horizontal
yang membagi lobus superior dan lobus media, sedangkan fissura oblique membagi lobus
media dengan lobus inferior. Pulmo sinistra terdapat fissura oblique yang membagi lobus
superior dan lobus inferior. Pembungkus paru (pleura) terbagi menjadi 2 yaitu parietalis
(luar) dan Visceralis (dalam), diantara 2 lapisan tersebut terdapat rongga pleura (cavum
pleura).
1) Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang
dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan. Permukaan
luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar sebasea besar dan rambut. Terdapat
epitel respirasi: epitel berlapis silindris bersilia bersel goblet dan mengandung
sel basal. Didalamnya ada konka nasalis superior, medius dan inferior.
Lamina propria pada mukosa hidung umumnya mengandung banyak pleksus
pembuluh darah.
2) Alat penghidu
Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet, dengan
lamina basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis sel: sel
penyokong, sel basal dan sel olfaktoris.
3) Sinus paranasal Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam
tulang tengkorak yang berhubungan dengan rongga hidung. Ada 4 sinus:
maksilaris, frontalis, etmoidalis dan sphenoidalis.
4) Faring Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan
menyatu dan menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke
oesophagus. Pada saat bernapas udara dihantarkan ke laring. Ada 3 rongga :
nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Mukosa pada nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan orofaring
dan laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa faring tidak memilki
muskularis mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat elastin. Lapisan
fibroelastis menyatu dengan jaringan ikat interstisiel. Orofaring dan
laringofaring dilapisi epitel berlapis gepeng, mengandung kelenjar mukosa
murni.
5) Laring
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak antara
faring dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid.
Muskulus ekstrinsik mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik
mengikat laring pada tulang tiroid dan krikoid berhubungan dengan fonasi.
Lapisan laring merupakan epitel bertingkat silia. Epiglotis memiliki epitel
selapis gepeng, tidak ada kelenjar. Fungsi laring untuk membentuk suara, dan
menutup trakea pada saat menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita
suara palsu (lipat vestibular) dan pita suara (lipat suara). Celah diantara pita
suara disebut rima glotis. Pita suara palsu terdapat mukosa dan lamina propria.
Pita suara terdapat jaringan elastis padat, otot suara ( otot rangka).
Vaskularisasi: A.V Laringeal media dan Inferior. Inervasi: N Laringealis
superior.
6) Trakea
Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh
jaringan ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa,
epitel bersilia, jaringan limfoid dan kelenjar.
7) Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer
bercabang menjadi bronki lobar, bronki segmental, bronki subsegmental.
Struktur bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa lempeng
tulang rawan tidak teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada
bronkus subsegmental hilang sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman
dan spiral. Mukosa tersusun atas lipatan memanjang. Epitel bronkus :
kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan kelenjar submukosa. Lamina
propria : serat retikular, elastin, limfosit, sel mast, eosinofil.
8) Bronchiolus
Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak
mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan jaringan ikat
longgar.
Epitel kuboid bersilia dan sel bronkiolar tanpa silia (sel Clara). Lamina
propria tidak mengandung sel goblet.
9) Bronchiolus respiratorius
Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru. Lapisan :
epitel kuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis (alveoli).
10) Duktus alveolaris
Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli
bermuara.
11) Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup.
Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli
disokong oleh serat kolagen, dan elastis halus.
Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe I ), sel alveolar besar
( sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe I) jumlahnya hanya 10% ,
menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II) jumlahnya 12 %,
menempati 5 % alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa alveolar,
bentuknya lebih tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan
licin, memilki badan berlamel. Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan
pulmonar. Surfaktan ini fungsinya untuk mengurangi kolaps alveoli pada
akhir ekspirasi. Jaringan diantara 2 lapis epitel disebut interstisial.
Mengandung serat, sel septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa tipis
diantara alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar disebut
makrofag alveolar. Pada perokok sitoplasma sel ini terisi badan besar
bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi jumlah sel lainnya.
12) Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat
elastin, fibroblas, kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura viseral,
yang melekat pada dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri khas
mengandung banyak kapiler dan pembuluh limfe. Saraf adalah cabang n.
frenikus dan n. interkostal.

2. FISIOLOGI PERNAFASAN
PERNAFASAN DADA
Pada pernafasan dada otot yang erperan penting adalah otot antar tulang rusuk.
Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang
berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi
menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang
rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada
bertanbah besar. Bertambah besarnya akan menybabkan tekanan dalam rongga dada lebih
kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena tekanan uada kecil pada rongga dada
menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini
disebut proses ’inspirasi’
Sedangkan pada proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang rusuk
kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh meningkat.
Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan aliran udara terdorong
ke luar tubuh, proses ini disebut ’espirasi’.

PERNAFASAN PERUT
Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot
dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan mendatar.
Hal itu menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga tekanan udaranya
semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan mengembangnya paru-paru,
sehingga udara mengalir masuk ke paru- paru(inspirasi).
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis,
yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus
dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi
antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan
udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga
dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada
lebih besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam,
yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara
bersamaan.

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang,
yaitu:
1) Usia
Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung sebanyak
± 5 liter. Saat ekspirasi terjadi, di dalam paru-paru masih tertinggal ± 3 liter
udara. Pada waktu bernafas biasa udara yang masuk ke dalam paru-paru
2600 cc (2,5 liter) jumlah pernafasan. Dalam keadaan normal:
a. Orang Dewasa : 16-18 kali per menit

b. Anak-anak : 24 kali per menit

c. Bayi kira-kira : 30 kali per menit

Walaupun pada pernapasan pada orang dewasa lebih sedikit daripada


anak-anak dan bayi, akan tetapi kapasitas vital paru orang dewasa lebih besar
dibandingkan dengan anak- anak dan bayi. Dalam keadaan tertentu dapat
berubah misalnya akibat dari suatu penyakit, pernafasan bisa bertambah
cepat atau sebaliknya (Trisnawati, 2007). Umur merupakan variabel yang
penting dalam hal terjadinya gangguan fungsi paru. Semakin bertambahnya
umur, terutama yang disertai dengan kondisi lingkungan yang buruk serta
kemungkinan terkena suatu penyakit, maka kemungkinan terjadinya
penurunan fungsi paru dapat terjadi lebih besar. Seiring dengan pertambahan
umur, kapasitas paru juga akan menurun.Kapasitas paru orang berumur 30
tahun ke atas rata- rata 3.000 ml sampai 3.500 ml, dan pada orang yang
berusia 50 tahunan kapasitas paru kurang dari 3.000 ml. Secara fisiologis
dengan bertambahnya umur maka kemampuan organ- organ tubuh akan
mengalami penurunan secara alamiah tidak terkecuali gangguan fungsi paru
dalam hal ini kapasitas vital paru. Kondisi seperti ini akan bertambah buruk
dengan keadaan lingkungan yang berdebu atau faktor-faktor lain seperti
kebiasaan merokok serta kebiasaan olahraga/aktivitas fisik yang rendah. Rata-
rata pada usia 30 – 40 tahun seseorang akan mengalami penurunan fungsi
paru yang dengan semakin bertambah umur semakin bertambah pula
gangguan yang terjadi (Guyton & Hall, 2008).

2) Jenis kelamin
Kapasitas vital paru berpengaruh terhadap jenis kelamin seseorang.
Volume dan kapasitas paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 % lebih kecil
dari pada pria (Guyton & Hall, 2008). Menurut Tambayong (2007)
disebutkan bahwa kapasitas paru pada pria lebih besar yaitu 4,8 L
dibandingkan pada wanita yaitu 3,1 L.
Frekuensi pernapasan pada laki-laki lebih cepat dari pada perempuan
karena laki–laki membutuhkan banyak energi untuk beraktivitas, berarti
semakin banyak pula oksigen yang diambil dari udara hal ini terjadi karena
lelaki umumnya beraktivitas lebih banyak dari pada perempuan.
3) Status gizi
Status Gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru.
Seseorang dengan kategori kurus dan tinggi biasanya kapasitas vitalnya
lebih dari orang gemuk pendek. Masalah kekurangan dan kelebihan gizi
pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena
selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat
mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu,pemantauan keadaan
tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah
dengan mempertahankan berat badan ideal atau normal.
4) Kondisi kesehatan
Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang.
Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat sakit. Gangguan
kesehatan yang terjadi pada seseorang yang diakibatkan karena infeksi pada
saluran pernafasan dapat mengakibatkan penurunan fungsi paru (Pestatarce,
2007).
5) Riwayat penyakit
Dalam beberapa penelitian diperoleh hasil bahwa seseorang yang
mempunyai riwayat menderita penyakit paru berhubungan secara bermakna
dengan terjadinya gangguan fungsi paru. Dari hasil penelitian Soedjono
(2002) dan Nugraheni (2008) diperoleh hasil bahwa pekerja yang
mempunyai riwayat penyakit paru mempunyai risiko 2 kali lebih besar
untuk mengalami gangguan fungsi paru. Seseorang yang pernah
mengidap penyakit paru cenderung akan mengurangi ventilasi perfusi
sehingga alveolus akan sedikit mengalami pertukaran udara. Akibatnya
akan menurunkan kadar oksigen dalam darah. Banyak ahli juga berkeyakinan
bahwa penyakit emfisema kronik, pneumonia, asma bronkiale, tuberculosis
dan sianosis akan memperberat kejadian gangguan fungsi paru.
6) Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit akibat
kerja. Hubungan antara penyakit dengan pekerjaan dapat diduga dengan
adanya riwayat perbaikan keluhan pada akhir minggu atau hari libur diikuti
peningkatan keluhan untuk kembali bekerja, setelah bekerja ditempat
yang baru atau setelah digunakan bahan baru di tempat kerja.
7) Kebiasaan merokok
Menurut Depkes RI (2013) merokok menyebabkan perubahan struktur dan
fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru- paru. Pada saluran napas besar,
sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak.
Pada saluran pernapasan kecil, terjadi radang ringan hingga terjadi
penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan
paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat
perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan
fungsi paru-paru dan segala macam perubahan klinisnya. Hal ini menjadi
dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun. Kebiasaan merokok
dan akan mempercepat penurunan faal paru. Penurunan volume ekspirasi
paksa pertahun adalah 28,7 ml untuk non perokok, 38,4 ml untuk bekas
perokok, dan 41,7 ml perokok aktif. Pengaruh asap rokok dapat lebih besar
dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok
8) Kebiasaan olahraga
Olah raga atau latihan fisik yang dilakukan secara teratur akan
menyebabkan peningkatan kesegaran dan ketahanan fisik yang optimal,
pada saat latihan terjadi kerja sama berbagai lelah otot, kelenturan otot,
kecepatan reaksi, ketangkasan, koordinasi gerakan dan daya tahan sistem
kardiorespirasi. Kapasitas vital paru dan olah raga mempunyai hubungan
yang timbal balik, gangguan kapasitas vital paru dapat mempengaruhi
kemampuan olah raga. Sebaliknya latihan fisik yang teratur atau olaraga dapat
meningkatkan kapasitas vital paru. Kebiasaan olahraga akan
meningkatkan kapasitas paru 30-40% (Guyton & Hall, 2008). Kapasitas
vital paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang melakukan olahraga
Olah raga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-paru sehingga
menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru dengan volume
yang lebih besar atau maksimum. Kapasitas vital pada seorang atlet lebih
besar daripada orang yang tidak pernah berolahraga
4. CARA MEMELIHARA ORGAN PERNAPASAN
Kita berusaha selalu menjaga kesehatan organ pernapasan. Saat sakit kita perlu
segera berobat. Namun, kita juga dapat mencegah penyakit pada sistem pernapasan
dengan memelihara organ pernapasan. Berikut cara-cara memelihara organ pernapasan.
1) Menjaga kesehatan organ pernapasan
 Makan makanan bergizi agar daya tahan tubuh terjaga baik,
 Berolahraga teratur supaya alat-alat pernapasan terlatih baik sehingga
dapat bekerja dengan baik,
 Istirahat cukup, dan
 Posisi tidur benar (miring ke kanan dan jangan telungkup).
2) Menghindari zat-zat yang dapat merusak organ pernapasan
 Tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok karena banyak
mengandung racun,
 Menggunakan masker saat berada di lingkungan kotor,
 Mengurangi konsumsi makanan dan minuman dingin karena jaringan
paru-paru sensitif terhadap dingin,
 Menghindari makanan dan minuman mengandung banyak gula dan
bahan kimia karena dapat merangsang lendir pada paru-paru sehingga
kapasitas udara yang disimpan dalam paru-paru akan lebih sedikit.
3) Merawat organ pernapasan
 Membersihkan rongga hidung secara teratur (bulu halus dan rambut
hidung berfungsi menyaring kotoran),
 Memeriksa kesehatan pernapasan secara teratur ke dokter.
4) Menjaga kesehatan lingkungan sekitar
 Membuat sebanyak mungkin ventilasi dalam rumah untuk menjaga
sirkulasi udara,
 Menjaga kebersihan lingkungan supaya tidak banyak debu
beterbangan yang akan ikut masuk ke dalam organ pernapasan saat
kita menghirup napas,
 Membuat udara bersih di lingkungan sekitar rumah dengan menanam
banyak tumbuhan hijau, serta
 Mencegah ruangan lembap karena virus dan bakteri mudah
berkembang di ruangan dengan kelembapan tinggi.

5. RESPIRASI INTERNA DAN RESPIRASI EXTERNA


 Respirasi eksternal adalah seluruh rangkaian kejadian dalam pertukaran O2 dan CO2
antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.
Langkah respirasi eksternal :
1) Udara secara bergantian dimasukkan ke dalam dan dikeluarkan dari paru
sehingga udara dapat dipertukarkan antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan
kantong udara (alveolus) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh tindakan
mekanis bernapas, atau ventilasi. Kecepatan ventilasi diatur untuk menyesuaikan
aliran udara antara atmosfer dan alveolus sesuai dengan kebutuhan metabolik
tubuh terhadap ambilan O2 dan pengeluaran CO2.
2) O2 dan CO2, dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam kapiler
pulmonal (pulmonal berarti "paru") melalui proses difusi.
3) Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan.
4) O2 dan CO2 dipertukarkan antara sel jaringan dan darah melalui proses difusi
menembus kapiler sistemik (jaringan).
 Respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan.
mencakup reaksi metabolik intrasel yang melibatkan pemakaian O2 untuk
menghasilkan energi (ATP) dart makanan, menghasilkan CO2 sebagai produk
sampingan.
6. HISTOLOGI ORGAN PERNAPASAN
Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, dan
paru-paru.
1) RONGGA HIDUNG

Gambar 1.28 Mukosa Nasal (H&E)


RE = epitel silindris bertingkat bersilia dengan sel goblet ; V = pembuluh darah ; S
= kelenjar serosa ; M = kelenjar mukosa.

Epitel ini memiliki silia yang berasal dari sel-sel olfaktori tanpa adanya sel goblet
(Gambar 1.29). Yang membedakan silia pada epitel respiratori dan silia pada epitel
olfaktori adalah silia pada epitel olfaktori tidak dapat bergerak, tetapi dapat merespon
pada stimulus bau karena adanya reseptor olfaktori pada membran selnya.
Gambar 1.29 Reseptor Olfaktori (Skematik dan H&E)
B = Terminal Bar ; G = Bowman’s gland ; N= Serabut Saraf Aferen

2) FARING

Gambar 1.30 Nasofaring (H&E)


RE = epitel silindris bertingkat

Faring terbagi atas tiga daerah:


a. Nasofaring
b. Orofaring
c. Laringofaring / hipofaring
Nasofaring dilapisi oleh epitel silindris bertingkat dengan silia (Gambar 1.30), tetapi
dengan bertambahnya umur, akan timbul epitel berlapis gepeng. Epitel berlapis gepeng
ini juga banyak ditemukan pada perokok.
Orofaring dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapis tanduk (Gambar 1.31)
karena daerah ini rawan terjadi gesekan dari makanan-makanan yang masuk ke dalam
tubuh. Pada daerah ini juga dapat ditemukan adanya dua pasang tonsil, yaitu tonsila
palatina dan tonsila lingual.
Karena, laringofaring juga dilewati oleh makanan dan rawan akan gesekan-
gesekan dari makanan-makanan tersebut, maka laringofaring juga dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng tanpa lapis tanduk (Gambar 1.31).

Gambar 1.31 Epitel berlapis gepeng tanpa lapis tanduk (H&E)

3) LARING
Dinding laring yang berada pada bagian laryngeal vestibule dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng tanpa lapis tanduk (Gambar 1.31), sedangkan dinding laring yang berada
pada bagian rongga infraglottic dilapisi oleh epitel silindris bertingkat dengan silia
(Gambar 1.30).
4) TRAKEA
Trakea terdiri dari 16-20 kartilago berbentuk C yang terbentuk dari kartilago hialin
dan tersusun secara vertikal yang dihubungkan oleh jaringan ikat padat. Jaringan ikat ini
terdiri dari serat-serat kolagen longitudinal dan serat- serat elastis, yang bernama ligamen
annular (Gambar 1.32). Ligamen inilah yang memungkinkan terjadinya pemanjangan dan
pemendekan dari trakea. Kartilago-kartilago yang berbentuk C berfungsi untuk membuka
trakea sehingga trakea tidak tertutup dan menghambat masuknya udara ketika inspirasi.

Gambar 1.32 Trakea


C = Kartilago berbentuk C ; T = Otot trakealis ; L = Otot longitudinal

5) BRONKUS DAN BRONKIOLUS


Struktur jaringan yang melapisi bronkus sama dengan struktur jaringan yang melapisi
trakea, yaitu lapisan mukosa yang terdiri atas epitel silindris bertingkat dengan silia dan
lapisan lamina propria yang mengandung serabut-serabut elastin dan retikuler (Gambar
1.33).

Gambar 1.33 Lapisan Mukosa Trakea


Gambar 1.34 Bronkiolus (H&E)

Gambar 1.35 Bronkiolus Terminalis (H&E)


Gambar 1.36 Bronkus (H&E)

6) PLEURA

Gambar 1.37 Bronkiolus Respiratorius (H&E)

Gambar 1.38 Duktus Alveolaris (H&E)


Rongga pleura yang sempit di antara lapis parietal dan visceral seluruhnya dilapisi
sel-sel mesotel yang normalnya menghasilkan selaput tipis cairan serosa yang berfungsi
sebagai pelumas, memudahkan luncuran permukaan pleura parietal terhadap pleura
visceral selama gerakan pernafasan.
Gambar 1.39 Pleura Visceralis
M = Mesothelium ; F = Jaringan Fibrosa ; L =Pembuluh Limfe ; P = Pleura
Visceralis

7) PARU
Pada bagian ujung dari pohon bronkial yang memasuki paru pada hilus paru, terdapat
bronkiolus terminalis yang secara mikroskopik dapat dibedakan menjadi bronkiolus
respiratorius dan alveolus pada dinding-dindingnya (Gambar 1.37).
Lapisan epitel yang melapisi bronkiolus respiratorius berubah dari epitel selapis kuboid
menjadi epitel selapis gepeng.

Gambar 1.40 Sakus Alveolus (H&E)

Gambar 1.41 Pneumosit 1 dan 2 (kiri) ; Alveolus Mikroskop Elektron (kanan)


Gambar 1.43 Membran Pleura (Mikroskop Elektron)

STEP 7
Kesimpulan
Dalil

Daftar Pustaka

Gregory James Fernandez. 2018. SISTEM PERNAFASAN. FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
Gregory James Fernandez. 2018. SISTEM PERNAFASAN. FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
Permadi, Bagas Anggara. 2017. HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN
KAPASITAS VITAL PARU PADA POLISI LALU LINTAS DI POLRES PEMALANG.
Kemendikbud. 2013. Upaya Memelihara Organ Pernapasan. Vol 53. Pages 1689-
1699
B. Permadi, 2019, Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kapasitas Vital Paru
Mescher AL. 2016. Junqueira's Basic Histology: Text and Atlas. 14th ed. New York:
McGraw-Hill Education

Anda mungkin juga menyukai