Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN KEJANG DEMAM

OLEH

AYU BINTANG PRABAYONI


NIM : P07120018053
KELAS 3.2/DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021

I. Konsep Penyakit Kejang Demam


1.1 Definisi
Kejang demamadalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh mencapai >380C. Kejang
demam dapat terjadi karena proses intrakranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4%
populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).

Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang suatu kerusakan kesadaran,
gerak, sensasi atau memory yang bersifat sementara (Hudak and gallo, 1996).

Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan
ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang
sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia
3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang
demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2009)

Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi
otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa
kejang.

1.2 Etiologi
1. Faktor-faktor prenatal
2. Malformasi otak congenital
3. Faktor genetika
4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
5. Demam
6. Gangguan metabolisme
7. Trauma
8. Neoplasma, toksin
9. Gangguan sirkulasi
10. Penyakit degeneratif susunan saraf.
11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal

1.3 Tanda gejala


Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut :
a. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
b. Kejang umum tonik dan atau klonik
Kejang umum tonik biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa
kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang
ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi
lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah
dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan
dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak.

Kejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan multifokal yang
berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan
baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini
dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau
oleh ensepalopati metabolic
c. Umumnya berhenti sendiri
d. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut :
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
Kejang parsial (fokal, lokal), Kejang berasal dari satu fokus neuron. Sesekali fokus terdapat pada
lokasi kerusakan otak sebelumnya.
1). Kejang fokal sederhana (mengenai satu anggota tubuh tertentu saja dan kesadaran tidak
terganggu)
2). Kejang parsial kompleks (mengenai satu atau lebih anggota tubuh dan kesadaran terganggu)
3). Kejang parsial yang menjadi umum (dari complex partial seizures lalu berkembang menjadi
kejang pada seluruh tubuh dan kesadaran terganggu)
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Berikut beberapa gejala kejang demam, antara lain :


• Suhu tubuh lebih dari 38 derajat ( bila diukur lewat ketiak, tambah 0.7 derajat )
• Kehilangan kesadaran atau pingsan
• Tubuh (kaki dan tangan) kaku
• Kepala menjadi terkulai disertai rasa seperti orang terkejut
• Kulit berubah pucat bahkan menjadi biru
• Bola mata terbalik keatas
• Bibir terkatup kadang disertai muntah
1.4 Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2dan air. Sel
dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat
sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi
ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan
sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh
tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

1.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Elektro encephalograft (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan
untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari.
Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana.
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama pada pasien kejang
demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus
dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang
berumur kurang dari 18 bulan.
3. Darah
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari
pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
4. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab
kejang.
5. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun)
di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

1.6 Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) risiko terjadi bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kejang demam
antara lain:
1. Dapat terjadi perlukaan misalnya lidah tergigit atau akibat gesekan dengan gigi.
2. Dapat terjadi perlukaan akibat terkena benda tajam atau keras yang ada di sekitar anak.
3. Dapat terjadi perlukaan akibat terjatuh.
Selain bahaya akibat kejang, risiko komplikasi dapat terjadi akibat pemberian obat antikonvulsan yang
dapat terjadi di rumah sakit. Misalnya:
1. Karena kejang tidak segera berhenti padahal telah mendapat fenobarbital kemudian di berikan diazepam
maka dapat berakibat apnea.
2. Jika memberikan diazepam secara intravena terlalu cepat juga dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan.

Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :


1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan bersifat unilateral
3. Kelumpuhan (Lumbatobing,1989)
4. Epilepsi, terjadi karena kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama.
5. Asfiksia
6. Aspirasi

Walaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yang amat sangat pada orang tua, sebagian kejang
demam tidak mempengaruhi kesehatan jangka panjang, kejang demam tidak mengakibatkan kerusakan
otak, keterbelakangan mental atau kesulitan belajar / ataupun epiksi Epilepsy pada anak di artikan sebagai
kejang berulang tanpa adanya demam kecil kemungkinan epilepsy timbul setelah kejng demam. Sekitar 2
– 4 anak kejang demam dapat menimbulkan epilepsy, tetapi bukan karena kejang demam itu sendiri kejang
pertama kadang di alami oleh anak dengan epilepsy pada saat mereka mengalami demam. Namun begitu
antara 95 – 98 % anak yang mengalami kejang demam tidak menimbulkan epilepsy.

1.7 Penatalaksanaan
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam
mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus di perhatikan adalah sebagai berikut :
a. Anak harus di baringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan terlentang, untuk
menghindari bahaya tersedak.
b. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut sianak seperti sendok atau penggaris, karena justru benda
tersebut dapat menyumbat jalan nafas.
c. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
d. Sebagian besar kejang berlangsung singkat & dan tidak memerlukan penanganan khusus.
e. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera di bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Sumber lain menganjurkan anak untuk di bawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5
menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik di lakukan secepat mungkin tanpa
menyatakan batasan menit.
f. Setelah kejang berakhir ( jika< 10 menit ), anak perlu di bawa menemui dokter untuk meneliti sumber
demam, terutama jika ada kakakuan leher, muntah-muntah yang berat,atau anak terus tampak lemas.

Jika anak di bawa kefasilitas kesehatan , penanganan yang akan di lakukan selain point-point di atas adalah
sebagai berikut :
1. Memastikan jalan nafas anak tidak tersumbat
2. Pemberian oksigen melalui face mask
3. Pemberian diazepam 0.5 mg / kg berat badan per rectal (melalui) atau jika terpasang selang infuse 0.2
mg / kg per infuse
4. Pengawasan tanda-tanda depresi pernafasan

1.Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui
interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama
pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi
lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau
bila kejang demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus menerus
dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan
dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
1) Bebaskan jalan napas
2) Beri zat asam
3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Pertahankan tekanan darah
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan antipiretika
pada penyakit-penyakit yang disertai demam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata
Dapat digunakan :
– Fero barbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
– Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
– Klonazepam : (indikasi khusus)
1.8 Pathway

Resiko Jatuh

Spasme Bronkus

Kekakuan otot
pernafasan

Pola nafas tidak


efektif

(Sumber : Wong, Donna L. 2009)


II. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Kejang Demam
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
Data subyektif
1. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
2. Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan:
• Apakah betul ada kejang?
Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan gerakan kejang si anak
• Apakah disertai demam?
Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka diketahui apakah
infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang.
• Lama serangan
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Lama
bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap prognosa dan
pengobatan.
• Pola serangan
Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah bersifat
umum, fokal, tonik, klonik?
Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi mioklonik?
Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran seperti
epilepsi akinetik?
Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik
sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile?
Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
• Frekuensi serangan
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama
kali, dan berapa frekuensi kejang per-tahun. Prognosa makin kurang baik apabila kejang
timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
• Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang dapat
menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang
dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita
segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya?
• Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal
ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami
kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali?
Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain.
4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas
sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per- vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan
maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan
tindakan (forcep/vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal
apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.

5. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan
imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek
sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
6. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial): berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Gerakan motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot
kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda,
dan lain-lain.
Gerakan motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
spontan.
7. Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+25 % penderita kejang demam mempunyai
faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainnya? Adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang
dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.
8. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yang mengasuh
anak?
Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya?
9. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana?
• Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan dan
kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis?
Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan,
tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan
pertama.
• Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas
dari makanan yang dikonsumsi oleh anak?
Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak? Bagaimana selera makan anak? Berapa kali
minum, jenis dan jumlahnya per hari?
• Pola Eliminasi
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan bagaimana warna,
bau, dan apakah terdapat darah? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak? Bagaimana konsistensinya
lunak,keras,cair atau berlendir?
10. Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya? Berkumpul dengan keluarga
sehari berapa jam? Aktivitas apa yang disukai?
11. Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam berapa? Bangun tidur jam berapa? Kebiasaan
sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang?
2.1.2 Pemeriksaan fisik
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000)
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital: tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan
suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah
kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
2. Pemeriksaan fisik
• Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda
kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun
besar menutup atau belum?
• Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi
energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah
dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
• Muka/ Wajah.
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau
tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus
? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
• Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan.
Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
• Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan
dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
• Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas? Apakah keluar
sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?

• Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis?
Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi?
• Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat?
• Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah pembesaran vena jugularis?
• Thorax
Pada inspeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama,
kedalaman, adakah retraksi
Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
• Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya? Adakah bunyi tambahan? Adakah
bradicardi atau tachycardia?
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen? Bagaimana turgor kulit dan
peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar?
• Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema,
hemangioma? Bagaimana keadaan turgor kulit?
• Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada
daerah akral?
• Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi?

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang


Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi:
1. Darah
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N< 200 mq/dl)
BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat
dari pemberian obat.
Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
2. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan
penyebab kejang.
3. Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
4. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2
tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.
5. EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui
fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.
6. CT Scan : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma, abses,
tumor dengan atau tanpa kontras.

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Hipertermia (00007)
2.2.1 Definisi: peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal
2.2.2 Batasan karakteristik
Subjektif
Klien mengatakan badannya panas
Objektif
• Kulit merah
• Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
• Frakuansi napas meningkat
• Kejang atau konfulsi
• Kulit teraba hangat
• Takikardi
• Tachipnea
2.2.3 Faktor yang berhubungan
• Dehidrasi
• Penyakit atau trauma
• Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat
• Pakaian yang tidak tepat
• Peningkatan laju metabolism
• Obat atau anastesia
• Terpajan pada lingkungan yang panas
• Aktivitas yang berlebihan
• Proses penyakit
Diagnosa 2: Ketidakefektifan Pola Nafas (00032)
2.2.4 Definisi: Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat
2.2.5 Batasan karakteristik
Subjektif
• Dispnea
• Napas pendek
Objektif
• Perubahan ekskursi dada
• Mengambil posisi tiga titik tumpu
• Bradipnea
• Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi
• Penurunan vntilasi semenit
• Penurunan kapasitas vital
• Napas dalam
• Peningkatan diameter anterior-posterior
• Napas cuping hidung
• Ortopnea
• Fase ekspirasi memanjang
• Pernapasan binir mencucu
• Kecepatan respirasi
• Usia dewasa atau 14 tahun lebih ; ≤11 atau ≥24 x permenit
• Usia 5-14 tahun < 15 atau > 25
• Usia 1-4 tahun <20 atau >30
• Usia bayi <25 atau >60
• Takipnea
• Rasio waktu
• Pengunaan otot bantu asesoris untuk bernapas

2.2.6 Factor yang berubungan


• Ansietas
• Posisi tubuh
• Deformitas tulang
• Deformitas dinding dada
• Penurunan energy dan kelelahan
• Hiperventilasi
• Sindrom hipoventilasi
• Kerusakan musculoskeletal
• Imaturitas neurologis
• Disfungsi neuromuscular
• Obesitas
• Nyeri
• Kerusakan persepsi atau kognitif
• Kelelahan otot-otot pernapasan
• Cedera medulla spinalis
Diagnosa 3 :Resiko cedera (00035)
2.2.7 Definisi : Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan
sumber adaptif dan sumber defensif individu, yang dapat mengganggu kesehatan.
2.2.8 Faktor yang berhubungan
Eksternal
• Agen nosocomial
• Gangguan fungsi kognitif
• Gangguan fungsi psikomotor
• Hambatan fisik
• Hambatan sumber nutrisi
• Moda transfortasi tidak aman
• Pajanan pada kimia toksik
• Pajanan pada patogen
• Tingkat imunisasi di komunitas
Internal
• Disfungsi biokimia
• Disfungsi efektor
• Disfungsi imun
• Disfungsi integrasi sensori
• Gangguan mekanisme pertahanan primer
• Gangguan orientasi afektif
• Gangguan sensasi
• Hipoksia jaringan
• Malnutrisi
• Profil darah yang abnormal
• Usia eksterm

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat suhu 1. Tindakan ini sebagai
keperawatan selama 3 x 24jam tubuh setiap 2 atau 4 dasar untuk
pasien menunjukkan kestabilan jam. menentukan intervensi.
suhu tubuh : 2. Untuk mengidentifikasi
NOC : 2. Observasi membrane tanda-tanda dehidrasi
Nilai suhu, denyut nadi, mukosa, pengisian akibat panas.
frekuensi pernapasan, TD dalam kapiler, dan turgor kulit. 3. Kebutuhan cairan
rentang normal. 3. Berikan minum 2-2,5 dalam tubuh cukup
liter sehari selama 24 mencegah terjadinya
jam. panas.
4. Kompres hangat
4. Berikan kompres hangat memberi efek
pada dahi, ketiak, dan vasodilatasi pembuluh
lipat paha. darah, sehingga
mempercepat
penguapan tubuh.
5. Menurunkan kebutuhan
metabolisme tubuh
5. Anjurkan pasien untuk
sehingga turut
tirah baring (bed rest)
menurunkan panas.
sebagai upaya
6. Pakaian tipis
pembatasanaktivitas
memudahkan
selama fase akut.
penguapan panas. Saat
6. Anjurkan pasien untuk
suhu tubuh naik, pasien
menggunakan pakaian
akan banyak
yang tipis dan menyerap
mengeluarkan keringat.
keringat.
7. Untuk menurunkan atau
mengontrol panas
badan.

7. Berikan terapi obat


golongan antipiretik
8. Untuk mengatasi
sesuai program medis
infeksi dan mencegah
evaluasi efektivitasnya.
penyebaran infeksi.
8. Pemberian antibiotik
9. Penggantian cairan
sesuai program medis.
akibat penguapan panas
tubuh.
9. Pemberian cairan
10. Untuk mengetahui
parenteral sesuai
perkembangan penyakit
program medis.
tipes dan efektivitas
10. Observasi hasil
terapi.
pemeriksaan darah dan
11. Peningkatan suhu
feses.
secara terus-menerus
11. Observasi adanya setelah pemberian
peningkatan suhu secara antiseptik dan
terus - menerus, distensi antibiotik,
abdomen, dan nyeri kemungkinan
abdomen. mengindikasikan
terjadinya komplikasi
perforasi usus.
Diagnosa 2 : Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengankelelahan otot-otot pernapasan.

TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


HASIL
Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Airway NIC Label : Airway
keperawatan selama 3 x 24jam Management Management
pasien menunjukkan
keefektifan pola nafas, dengan 1. Posisikan pasien semi 1. Untuk

kriteria hasil: fowler memaksimalkan


2. Auskultasi suara nafas, potensial ventilasi
NOC Label : Respiratory catat hasil penurunan 2. Memonitor kepatenan
Status: Airway patency daerah ventilasi atau jalan napas
tidak adanya suara 3. Memonitor respirasi
1. Frekuensi, irama, adventif dan keadekuatan
kedalaman pernapasan 3. Monitor pernapasan oksigen
dalam batas normal dan status oksigen
2. Tidak menggunakan yang sesuai NIC Label : Oxygen
otot-otot bantu Therapy
pernapasan NIC Label : Oxygen
Therapy 1. Menjaga keadekuatan
NOC Label : Vital Signs ventilasi
1. Mempertahankan jalan 2. Meningkatkan
Tanda Tanda vital dalam napas paten ventilasi dan asupan
rentang normal (tekanan darah, 2. Kolaborasi dalam oksigen
nadi, pernafasan) (TD 120- pemberian oksigen 3. Menjaga aliran
90/90-60 mmHg, nadi 80-100 terapi oksigen mencukupi
x/menit, RR : 18-24 x/menit, 3. Monitor aliran oksigen kebutuhan pasien
suhu 36,5 – 37,5 C)
NIC Label : Respiratory NIC Label : Respiratory
Monitoring Monitoring

1. Monitor kecepatan, 1. Monitor keadekuatan


ritme, kedalaman dan pernapasan
usaha pasien saat 2. Melihat apakah ada
bernafas obstruksi di salah
2. Catat pergerakan dada, satu bronkus atau
simetris atau tidak, adanya gangguan
menggunakan otot pada ventilasi
bantu pernafasan 3. Mengetahui adanya
3. Monitor suara nafas sumbatan pada jalan
seperti snoring napas
4. Monitor pola nafas: 4. Memonitor keadaan
bradypnea, tachypnea, pernapasan klien
hiperventilasi,
respirasi kussmaul,
respirasi cheyne-
stokes dll.

Diagnosa 1: Resiko cedera berhubungan dengan aktifitas motorik yang meningkat (kejang).
TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Setelah dilakukan tindakan 1) Jelaskan pada keluarga 1) Penjelasan yang baik dan
keperawatan selama 1 x 24jam akibat-akibat yang terjadi tepat sangat penting untuk
pasien menunjukkan sat kejang berulang (lidah meningkatkan
penurunan resiko cedera. tergigit). pengetahuan dalam
Kriteria hasil : mengatasi kejang
Lidah tidak tergigit dan jatuh (lidah tergigit)
ke belakang. 2) Spatel lidah digunakan
2) Sediakan spatel lidah yang untuk menahan lidah jika
telah dibungkur gaas verban tergigi
3) Beri posisi miring 3) Mencegah aspirasi pada
kiri/kanan lambung
4) Kolaborasi dengan dokter 4) Obat anti konvulsan
dalam pemberian obat anti sebagai pengatur gerakan
konvulsan motorik dalam hal ini anti
konvulsan menghentikan
gerakan motorik yang
berlebihan.
III. DAFTAR PUSTAKA

Nanda 2011-2012. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Primamedika.

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6. Jakarta: EGC
Politeknik Kesehatan Denpasar Form.JKP.01.11.2019
Jurusan Keperawatan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PEDIATRI
RAWAT JALAN

Nama : An. A
Usia : 6 th 10 bl 2hr
L/P
RM : 140955
1 4 0 9 5 5

PENGKAJIAN
IDENTITAS PASIEN
Kewarganegaraan : (✓) WNI, ( ) WNA :
Agama : (✓) Hindu, ( ) Islam, ( ) Protestan, ( ) Katolik, ( ) Budha, ( ) Lainnya :

Pcndidikan : (✓) BelumSekolah,( ) Paud, ( ) TK, ( ) SD, ( ) SMP


Genogram:

Ket :

Perempuan

Laki – laki

Tinggal bersama

Pasien

RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama : Pasien diantar ibunya datang ke Poli Klinik Anak untuk kontrol setelah opname.
Diagnosa medis saat ini : Post mrs kejang demam plus + ISK + Otitis eksterna
Riwayat keluhan/penyakit saat ini :
Pada tanggal 05 April 2021 pk 09.30 Wita, pasien datang ke Poli Klinik Anak diantar oleh ibunya untuk
kontrol setelah 6 hr opname (25 Maret – 01 April 2021). Pasien mengalami batuk dan pilek ringan sehari
setelah keluar dari RS. Pasien telah diberikan obat pereda batuk dan pilek oleh ibunya. Ibu pasien lupa
nama obatnya apa. Saat diperiksa oleh perawat kondisi pasien tampak baik, (-) batuk, (-) pilek, Tb 117 cm,
Bb 18 kg, S 36,7 derajat celcius.

Riwayat Penyakit terdahulu :


Pasien pernah opname selama 6 hari karena mengalami kejang demam.
Pada tanggal 25 Maret 2021 pk 21.15 Wita pasien datang ke IGD RSUD Klungkung dengan keluhan demam
dan mengalami kejang 10 menit sebelum masuk rumah sakit dan jam 4 sore tadi. Durasi tiap kejang kurang
lebih 1 menit. Pasien tampak lemah, demam (+), batuk (+), pilek (-), sesak (-), BAB biasa, BAK lancar. N
100x/menit, R 20x/menit, Bb 20 kg, S 39,2 derajat celcius. Pasien memiliki riwayat kejang 1 tahun yang
lalu. Setelah diperiksa oleh dokter pasien didiagnosa mengalami KDK + ISPA. Pasien kemudian diberikan
terapi:
- IUFD DS ½ NS 14 tpm
- Inj diazepam 5 mg kalau pasien kejang
- Diazepam oral 3x2 mg jika suhu > 38 derajat celcius
- Inj cefotaxime 3x700 mg
- Paracetamol
- Rencana EEG
- Cek ul di ruangan
Pasien lalu dipindahkan ke ruang durian.
Setelah dilakukan pemeriksaan ulang oleh dokter pasien didiagnosa mengalami kejang demam plus + ISK +
otitis eksterna. Pasien opname selama 6 hr dan selama rawat inap pasien diberikan terapi:
- Cefadroxil
- Chloramphenicol 3x2 tetes di telinga kiri
- Paracetamol bila suhu lebih/sama dengan 37,5 derajat celcius.
Riwayat penyakit terdahulu :
a. Riwayat MRS sebelumnya: () Tidak (✓ Ya, Lamanya : 6 hr, alasan : Mengalami kejang demam

b. Riwayat dioperasi: (✓) Tidak ( ) Ya, jelaskan

c. Riwayat Kelainan Bawaan: (✓) Tidak ( ) Ya, jelaskan :

d. Riwayat Alergi: (✓) Tidak ( ) Ya, jelaskan


RIWAYAT KELAINAN
Riwayat kelahiran : (✓) Spontan, ( ) Forcep, ( ) Vacum, ( ) Sectio Caesarea,
Lahir dibantu oleh : ( ) Dukun, (✓)Bidan, () Dokter
RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Merangkak : 8 bulan berdiri: 10 bulan berjalan: 12 bulan
Masalah pertumbuhan dan perkembangan (✓) tidak ya( ) : ( )down syndrome ( ) Cacat Fisik ( ) autis
( ) Hiperaktif ( ) lain lain, jelaskan : ………..
Riwayat imunisasi
(✓) BCG (✓) Hepatitis B I (✓) DPT I (✓)Campak
(✓) polio I (✓) Hepatitis B II (✓) DPT II ( ) MMR
(✓) polio II (✓) Hepatitis B III (✓) DPT III (✓) HIB
(✓) Polio III () Varileca ( ) Typus ( ) Influenza
KEADAAN UMUM
Kesadaran: (✓) Compos mentis, ( ) apatis ( ) somnulen ( ) soporocoma ( ) coma
Tanda Tanda Vital; Suhu: 36,7 ◦C, Pernafasan: 20 x/menit, Nadi: 90 x/menit, Tekanan Darah :- mmHg

SKALA NYERI: FLACC untuk usia 1 bulan s/d 3 tahun


WBS (Skala Wajahj untuk usia >3tahun s/d 7 tahun atau pasien yang tidak kooperatif
NRS (Skala Angka) untuk usia > 7 tahun

SKALA FLACC
Wong Backer Scale (WBS) dan Numeric Rating Scale (NRS)
Penilaian Deskrtpsi Skor
F (Wajáh) Tidak ada ekspresi khusus, senyum 0
Menyeringai, mengerutkan dahi, tampak tidak 1
tertarik
Dagu gemetar, gigi gemertak (seringj 2
L (Kaki) Normal, rileks 0
Gelisah, tegang 1
Menendang, käki tertekuk 2

Berbaring tenang, posisi normal,


A gerakan 0
(Aktivitas) mudah Nyeri : (✓)Tidak ( )Ya Skala FLACC/WBS/NRS
Menggeliat, tidak bisa diam, tegang 1 Lokasi Nyeri :.........................................................
Kaku, kejang 2 .... ....
Frekuensi Nyeri : ( )jarang (
Tidak menangis 0
)Hilang timbul ( )Terus-menerus
C Merintih, merengek, kadang mengeluh
Lama Nyeri : :
(Menangis) 1
Menjalar : ( )Tidak ( )Ya, ke :
Terus menangis, berteriak, sering
mengeluh 2
Kualitas Nyeri : ( )Tumpul ( )Tajam ( )Panas/terbakar
C Rileks 0 ( )Lain-lain
(Consolabili Dapatditenangkan dengan sentuhan,
ty pelukan :
1
dan bujukan Faktor pemicu/yang memperberat : -
Sulitdibujuk 2 Faktor yang mengurangi/menghilangkan nyeri :
Total Skor
Skor : 0 = Tidak Nyeri 1-3 = Nyeri Ringan
4-6 = Nyeri Sedang
PEMERIKSAAN 7-10 = Nyeri Berat
FISIK

Kepala: (✓) Normosefali ( ) Mikrosefali ( )


hidrosefali Warna Rambut : Hitam

Mata: Konjungtiva : (✓) Merah Muda ( ) Pucat sclera: (✓)


Normal ( ) icterus lain lain……. Telinga : Kelainan :
(✓)Tidak ( ) Ya, jelaskan :
Leher : Bentuk : (✓)Normal Kelainan : ( )Tidak ( )Ya, jelaskan :…………
Dada : Bentuk : (✓)Simetris Kelainan : (✓)Tidak ( )Ya, jelaskan :…………….
Irama Nafas : (✓)Regular ( )Irregular
Suara Nafas :( ✓)Normal ( )Wheezing : ( )Tidak ( )Ya Batuk : ( )Tidak ( )Ya
Sekret : (✓)Tidak ( )Ada, Warna/Jumlah /
Abdomen : Kembung: (✓) Tidak ( ) Ya Bising Usus : (✓) Normal ( ) abnormal, Jelaskan : …..
Ekstremitas : Akral : (✓)Hangat ( ) Dingin, Pergerakan :(✓) Aktif ( )Pasif,
Kekuatan Otot : (✓)Kuat ( ) Lemah, Kelainan : (✓)Tidak ( ) Ya, jelaskan :

Kulit : Warna : (✓)Normal, ( ) lkterus, ( ) Sianosis, Membran Mukosa : (✓)lembab, ( )Kering, ( )Stomatitis
Hematome : (✓)Tidak, ( )Ya Luka ; (✓)Tidak, ( ) Ya, jelaskan :
Masalah integritas kulit: (✓)Tidak ( )Ya, jelaskan :

Anus dan Genetalia : Kelainan/masalah : (✓)Tidak ( )Ya, jelaskan :

DATA BIOLOGIS
Pernafasan : Kesulitan Nafas : (✓) tidak, ( ) ya: memakai O2 lt/menit dengan : ( )nasal canule, (
)sungkup/masker
Biasa ( ) masker nonrebreathing ( ) head box
Makan dan Minum :
Bayi
ASI/PASI : On demand
Makanan pendamping ASI : bubur sumsum
Makanan cair (air buah/sari buah) diberi umur 7 bulan
Bubur susu diberi umur 6 bulan
Nasi tim saring diberi umur 8 bulan
Nasi tim diberi umur 12 bulan
Makanan tambahan lainnya biskuit bayi diberi umur 1,5 tahun
Pola makan 3x/hari diselingi ASI
Nafsu makan : (✓)Baik, ( )Tidak, Jenis Makanan : ( ) Bubur, (✓)Nasi, ( ) Susu Formula jumlah 2x/hari

Kesulitan makan : (✓)Tidak, ()Ya, Kebiasaan makan : (✓)Mandiri, ( ) Dibantu, ( )Ketergantungan

Keluhan : Mual : (✓)Tidak, ( )Ya Muntah : (✓ )Tidak, ( )Ya, Warna/Volume/ml


Antropometri
BB = 18 kg TB = 117 cm Lingkar kepala = - cm Lingkar dada = - cm Lingkar lengan = - cm
Eliminasi : Bak : (✓)Normal, ( )Tidak, Masalah perkemihan : (✓)Tidak ada, ( )Ada : ( )Retensi urine, ( )Inkontinensia
urine,( )Dialysis
Warna urine : (✓)Kuning jernih, ( ) Keruh, () Kemerahan, Frekuensi :4- 6 x/hari Bab : ( )Normal, ()Tidak,

Masalah defekasi : (✓)Tidak ada, ( )Ada : ()stoma, ( )athresia ani, ( )konstipasi, ( )diareWarna feses : (✓)Kuning,

( ) Kecoklatan, () Kehitaman, Perdarahan : (✓)Tidak, ( )Ya, Frekuensi :/hari


IstirahatTidur : Lama tidur 8 – 9 jam/hari Kesulitan Tidur : (✓) tidak, Ya ( )
Tidur siang : ( )Tidak, (✓)Ya
Mobilisasi: (✓)Normal/mandiri, ( )Dibantu, ( )Menggunakan Kursi roda, Lain-lain …….
DATA PSIKOLOGI
Anak Kandung: (✓) Ya ( ) Tidak
Kekerasan Fisik : (✓)Tidak pernah ( )Pernah, :jelaskan …….
Pola Komunikasi : (✓)Spontan ( )Lambat ( ) Pemalu
Penelantaran fisik/mental : ( ) Pernah (✓) Tidak
Sekolah : (✓)Tidak, ( )Ya : ( )TK ( )SD ( )SMP Perawatan anak dibantu oleh : (✓) Orang tua ( )Wali (
) Pengasuh
Penurunan prestasi sekolah : (✓)Tidak, ( )Ya
B. PEMERIKSAAN FISIK (Head to Toe)
Sudah terlampir sebelumnya
Masalah Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)
1. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan dibuktikan dengan ibu pasien mengekspresikan keinginan untuk
mengelola masalah kesehatan dan pencegahannya dan tidak ditemukan adanya gejala masalah kesehatan atau penyakit
yang tidak terduga.
2.
3.
4.
5.
6.
Perawat Pengkaji,

( Bintang )
Form.JKP.07.01.2019

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN

Nama : An. A
Usia : 6 th 10 bln 2 hr RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No RM : 140955
Jenis Kelamin : Laki – laki

Tgl. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Keperawatan Tanda


Tangan
05- Kesiapan peningkatan manajemen Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 Manajemen utama: Bimbingan antisipatif Bintang
04/2021 kesehatan x 4 jam diharapkan manajemen kesehatan Observasi
meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi metode penyelesaian masalah yang
- Melakukan tindakan untuk mengurangi biasa digunakan
faktor risiko meningkat 2. Identifikasi kemungkinan atau krisis situasional
- Menerapkan program perawatan yang akan terjadi serta dampaknya pada individu
meningkat dan keluarga
- Aktivitas hidup sehari – hari efektif Terapeutik
memenuhi tujuan kesehatan 1. Fasilitasi memutuskan bagaimana masalah akan
- Verbalisasi kesulitan dalam menjalani diselesaikan
program perawatan/pengobatan menurun 2. Fasilitasi memutuskan siapa yang akan dilibatkan
dalam menyelesaikan masalah
3. Gunakan contoh kasus untuk meningkatkan
keterampilan menyelesaikan masalah
4. Fasilitasi mengidentifikasi sumber daya yang
tersedia
5. Fasilitasi menyesuaikan diri dengan perubahan
peran
6. Jadwalkan kunjungan pada setiap tahap
perkembangan atau sesuai kebutuhan
7. Jadwalkan tindak lanjut untuk memantau atau
memberi dukungan
8. Berikan nomor kontak yang dapat dihubungi
9. Libatkan keluarga dan pihak terkait
10. Berikan referensi baik cetak ataupun elektronik
Edukasi
1. Jelaskan perkembangan dan perilaku normal
2. Informasikan harapan yang realistis terkait
perilaku pasien
3. Latih teknik koping yang diperlukan untuk
mengatasi perkembangan atau krisis situasional
Kolaborasi
1. Rujuk ke lembaga pelayanan masyarakat
Form.JKP.06.01.2019

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN

Nama : An. A
Usia : 6 th 10 bln 2 hr IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No RM : 140955
Jenis Kelamin : Laki – laki

Tgl. Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf


05- 09.30 Pengukuran tinggi, berat badan, dan suhu Ds: - Bintang
04/20 Do: Tb 117 cm, Bb 18 kg, S 36,7 derajat
21 celcius. KU baik.
10.10 Mengidentifikasi metode penyelesaian masalah Ds: ibu pasien mengatakan pasien Bintang
yang biasa digunakan pernah mengalami kejang 1 tahun yang
lalu dan tindakan yang dilakukan adalah
membawanya ke RS.
Do: KU pasien baik.
10.15 Mengidentifikasi kemungkinan atau krisis Ds: ibu pasien mengatakan takut Bintang
situasional yang akan terjadi serta dampaknya anaknya mengalami kejang berulang
pada individu dan keluarga lagi.
Do: ibu pasien tampak khawatir.
10.20 Menjadwalkan tindak lanjut untuk memantau atau Ds: ibu pasien mengatakan akan Bintang
memberi dukungan membawa anaknya untuk kontrol untuk
memantau perkembangannya.
Do: -
10.25 Menjadwalkan kunjungan pada setiap tahap Ds: ibu pasien mengatakan akan Bintang
perkembangan atau sesuai kebutuhan membawa anaknya ke RS untuk kontrol
tiap minggu.
Do: -
10.30 Menginformasikan harapan yang realistis terkait Ds: ibu pasien paham dan Bintang
perilaku pasien berterimakasih atas apa yang perawat
informasikan.
Do: ibu pasien tampak senang.
Politeknik Kesehatan Denpasar Form. JKP.04.02.2019
Jurusan Keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN
PASIEN RAWAT JALAN

Nama : An. A
Usia : 6 th 10 bln 2 hr L/P
RM : 140955
1 4 0 9 5 5

Tanggal Jam Nama Profesi Catatan Perkembangan Ttd dan


Poliklinik (Subyektif, Obyektif, Assesment, Nama
Planning) Terang
05- 10.35 Anak Perawat S : ibu pasien mengatakan merasa lebih lega Bintang
04/2021 setelah kontrol dan mengetahui tidak ada
masalah kesehatan pada anaknya.
O: KU pasien baik.
A: kriteria hasil tercapai, masalah teratasi.
P: lanjutkan kontrol pasien sampai kondisi
pasien optimal.

32

Anda mungkin juga menyukai