OLEH
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang suatu kerusakan kesadaran,
gerak, sensasi atau memory yang bersifat sementara (Hudak and gallo, 1996).
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan
ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang
sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia
3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang
demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2009)
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi
otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa
kejang.
1.2 Etiologi
1. Faktor-faktor prenatal
2. Malformasi otak congenital
3. Faktor genetika
4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
5. Demam
6. Gangguan metabolisme
7. Trauma
8. Neoplasma, toksin
9. Gangguan sirkulasi
10. Penyakit degeneratif susunan saraf.
11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal
Kejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan multifokal yang
berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan
baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini
dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau
oleh ensepalopati metabolic
c. Umumnya berhenti sendiri
d. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut :
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
Kejang parsial (fokal, lokal), Kejang berasal dari satu fokus neuron. Sesekali fokus terdapat pada
lokasi kerusakan otak sebelumnya.
1). Kejang fokal sederhana (mengenai satu anggota tubuh tertentu saja dan kesadaran tidak
terganggu)
2). Kejang parsial kompleks (mengenai satu atau lebih anggota tubuh dan kesadaran terganggu)
3). Kejang parsial yang menjadi umum (dari complex partial seizures lalu berkembang menjadi
kejang pada seluruh tubuh dan kesadaran terganggu)
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh
tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
1.6 Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) risiko terjadi bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kejang demam
antara lain:
1. Dapat terjadi perlukaan misalnya lidah tergigit atau akibat gesekan dengan gigi.
2. Dapat terjadi perlukaan akibat terkena benda tajam atau keras yang ada di sekitar anak.
3. Dapat terjadi perlukaan akibat terjatuh.
Selain bahaya akibat kejang, risiko komplikasi dapat terjadi akibat pemberian obat antikonvulsan yang
dapat terjadi di rumah sakit. Misalnya:
1. Karena kejang tidak segera berhenti padahal telah mendapat fenobarbital kemudian di berikan diazepam
maka dapat berakibat apnea.
2. Jika memberikan diazepam secara intravena terlalu cepat juga dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
Walaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yang amat sangat pada orang tua, sebagian kejang
demam tidak mempengaruhi kesehatan jangka panjang, kejang demam tidak mengakibatkan kerusakan
otak, keterbelakangan mental atau kesulitan belajar / ataupun epiksi Epilepsy pada anak di artikan sebagai
kejang berulang tanpa adanya demam kecil kemungkinan epilepsy timbul setelah kejng demam. Sekitar 2
– 4 anak kejang demam dapat menimbulkan epilepsy, tetapi bukan karena kejang demam itu sendiri kejang
pertama kadang di alami oleh anak dengan epilepsy pada saat mereka mengalami demam. Namun begitu
antara 95 – 98 % anak yang mengalami kejang demam tidak menimbulkan epilepsy.
1.7 Penatalaksanaan
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam
mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus di perhatikan adalah sebagai berikut :
a. Anak harus di baringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan terlentang, untuk
menghindari bahaya tersedak.
b. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut sianak seperti sendok atau penggaris, karena justru benda
tersebut dapat menyumbat jalan nafas.
c. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
d. Sebagian besar kejang berlangsung singkat & dan tidak memerlukan penanganan khusus.
e. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera di bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Sumber lain menganjurkan anak untuk di bawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5
menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik di lakukan secepat mungkin tanpa
menyatakan batasan menit.
f. Setelah kejang berakhir ( jika< 10 menit ), anak perlu di bawa menemui dokter untuk meneliti sumber
demam, terutama jika ada kakakuan leher, muntah-muntah yang berat,atau anak terus tampak lemas.
Jika anak di bawa kefasilitas kesehatan , penanganan yang akan di lakukan selain point-point di atas adalah
sebagai berikut :
1. Memastikan jalan nafas anak tidak tersumbat
2. Pemberian oksigen melalui face mask
3. Pemberian diazepam 0.5 mg / kg berat badan per rectal (melalui) atau jika terpasang selang infuse 0.2
mg / kg per infuse
4. Pengawasan tanda-tanda depresi pernafasan
1.Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui
interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama
pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi
lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau
bila kejang demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus menerus
dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan
dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
1) Bebaskan jalan napas
2) Beri zat asam
3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Pertahankan tekanan darah
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan antipiretika
pada penyakit-penyakit yang disertai demam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata
Dapat digunakan :
– Fero barbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
– Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
– Klonazepam : (indikasi khusus)
1.8 Pathway
Resiko Jatuh
Spasme Bronkus
Kekakuan otot
pernafasan
5. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan
imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek
sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
6. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial): berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Gerakan motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot
kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda,
dan lain-lain.
Gerakan motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
spontan.
7. Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+25 % penderita kejang demam mempunyai
faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainnya? Adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang
dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.
8. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yang mengasuh
anak?
Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya?
9. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana?
• Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan dan
kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis?
Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan,
tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan
pertama.
• Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas
dari makanan yang dikonsumsi oleh anak?
Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak? Bagaimana selera makan anak? Berapa kali
minum, jenis dan jumlahnya per hari?
• Pola Eliminasi
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan bagaimana warna,
bau, dan apakah terdapat darah? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak? Bagaimana konsistensinya
lunak,keras,cair atau berlendir?
10. Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya? Berkumpul dengan keluarga
sehari berapa jam? Aktivitas apa yang disukai?
11. Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam berapa? Bangun tidur jam berapa? Kebiasaan
sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang?
2.1.2 Pemeriksaan fisik
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000)
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital: tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan
suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah
kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
2. Pemeriksaan fisik
• Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda
kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun
besar menutup atau belum?
• Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi
energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah
dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
• Muka/ Wajah.
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau
tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus
? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
• Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan.
Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
• Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan
dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
• Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas? Apakah keluar
sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
• Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis?
Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi?
• Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat?
• Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah pembesaran vena jugularis?
• Thorax
Pada inspeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama,
kedalaman, adakah retraksi
Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
• Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya? Adakah bunyi tambahan? Adakah
bradicardi atau tachycardia?
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen? Bagaimana turgor kulit dan
peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar?
• Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema,
hemangioma? Bagaimana keadaan turgor kulit?
• Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada
daerah akral?
• Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi?
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat suhu 1. Tindakan ini sebagai
keperawatan selama 3 x 24jam tubuh setiap 2 atau 4 dasar untuk
pasien menunjukkan kestabilan jam. menentukan intervensi.
suhu tubuh : 2. Untuk mengidentifikasi
NOC : 2. Observasi membrane tanda-tanda dehidrasi
Nilai suhu, denyut nadi, mukosa, pengisian akibat panas.
frekuensi pernapasan, TD dalam kapiler, dan turgor kulit. 3. Kebutuhan cairan
rentang normal. 3. Berikan minum 2-2,5 dalam tubuh cukup
liter sehari selama 24 mencegah terjadinya
jam. panas.
4. Kompres hangat
4. Berikan kompres hangat memberi efek
pada dahi, ketiak, dan vasodilatasi pembuluh
lipat paha. darah, sehingga
mempercepat
penguapan tubuh.
5. Menurunkan kebutuhan
metabolisme tubuh
5. Anjurkan pasien untuk
sehingga turut
tirah baring (bed rest)
menurunkan panas.
sebagai upaya
6. Pakaian tipis
pembatasanaktivitas
memudahkan
selama fase akut.
penguapan panas. Saat
6. Anjurkan pasien untuk
suhu tubuh naik, pasien
menggunakan pakaian
akan banyak
yang tipis dan menyerap
mengeluarkan keringat.
keringat.
7. Untuk menurunkan atau
mengontrol panas
badan.
Diagnosa 1: Resiko cedera berhubungan dengan aktifitas motorik yang meningkat (kejang).
TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Setelah dilakukan tindakan 1) Jelaskan pada keluarga 1) Penjelasan yang baik dan
keperawatan selama 1 x 24jam akibat-akibat yang terjadi tepat sangat penting untuk
pasien menunjukkan sat kejang berulang (lidah meningkatkan
penurunan resiko cedera. tergigit). pengetahuan dalam
Kriteria hasil : mengatasi kejang
Lidah tidak tergigit dan jatuh (lidah tergigit)
ke belakang. 2) Spatel lidah digunakan
2) Sediakan spatel lidah yang untuk menahan lidah jika
telah dibungkur gaas verban tergigi
3) Beri posisi miring 3) Mencegah aspirasi pada
kiri/kanan lambung
4) Kolaborasi dengan dokter 4) Obat anti konvulsan
dalam pemberian obat anti sebagai pengatur gerakan
konvulsan motorik dalam hal ini anti
konvulsan menghentikan
gerakan motorik yang
berlebihan.
III. DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6. Jakarta: EGC
Politeknik Kesehatan Denpasar Form.JKP.01.11.2019
Jurusan Keperawatan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PEDIATRI
RAWAT JALAN
Nama : An. A
Usia : 6 th 10 bl 2hr
L/P
RM : 140955
1 4 0 9 5 5
PENGKAJIAN
IDENTITAS PASIEN
Kewarganegaraan : (✓) WNI, ( ) WNA :
Agama : (✓) Hindu, ( ) Islam, ( ) Protestan, ( ) Katolik, ( ) Budha, ( ) Lainnya :
Ket :
Perempuan
Laki – laki
Tinggal bersama
Pasien
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama : Pasien diantar ibunya datang ke Poli Klinik Anak untuk kontrol setelah opname.
Diagnosa medis saat ini : Post mrs kejang demam plus + ISK + Otitis eksterna
Riwayat keluhan/penyakit saat ini :
Pada tanggal 05 April 2021 pk 09.30 Wita, pasien datang ke Poli Klinik Anak diantar oleh ibunya untuk
kontrol setelah 6 hr opname (25 Maret – 01 April 2021). Pasien mengalami batuk dan pilek ringan sehari
setelah keluar dari RS. Pasien telah diberikan obat pereda batuk dan pilek oleh ibunya. Ibu pasien lupa
nama obatnya apa. Saat diperiksa oleh perawat kondisi pasien tampak baik, (-) batuk, (-) pilek, Tb 117 cm,
Bb 18 kg, S 36,7 derajat celcius.
SKALA FLACC
Wong Backer Scale (WBS) dan Numeric Rating Scale (NRS)
Penilaian Deskrtpsi Skor
F (Wajáh) Tidak ada ekspresi khusus, senyum 0
Menyeringai, mengerutkan dahi, tampak tidak 1
tertarik
Dagu gemetar, gigi gemertak (seringj 2
L (Kaki) Normal, rileks 0
Gelisah, tegang 1
Menendang, käki tertekuk 2
Kulit : Warna : (✓)Normal, ( ) lkterus, ( ) Sianosis, Membran Mukosa : (✓)lembab, ( )Kering, ( )Stomatitis
Hematome : (✓)Tidak, ( )Ya Luka ; (✓)Tidak, ( ) Ya, jelaskan :
Masalah integritas kulit: (✓)Tidak ( )Ya, jelaskan :
DATA BIOLOGIS
Pernafasan : Kesulitan Nafas : (✓) tidak, ( ) ya: memakai O2 lt/menit dengan : ( )nasal canule, (
)sungkup/masker
Biasa ( ) masker nonrebreathing ( ) head box
Makan dan Minum :
Bayi
ASI/PASI : On demand
Makanan pendamping ASI : bubur sumsum
Makanan cair (air buah/sari buah) diberi umur 7 bulan
Bubur susu diberi umur 6 bulan
Nasi tim saring diberi umur 8 bulan
Nasi tim diberi umur 12 bulan
Makanan tambahan lainnya biskuit bayi diberi umur 1,5 tahun
Pola makan 3x/hari diselingi ASI
Nafsu makan : (✓)Baik, ( )Tidak, Jenis Makanan : ( ) Bubur, (✓)Nasi, ( ) Susu Formula jumlah 2x/hari
Masalah defekasi : (✓)Tidak ada, ( )Ada : ()stoma, ( )athresia ani, ( )konstipasi, ( )diareWarna feses : (✓)Kuning,
( Bintang )
Form.JKP.07.01.2019
Nama : An. A
Usia : 6 th 10 bln 2 hr RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No RM : 140955
Jenis Kelamin : Laki – laki
Nama : An. A
Usia : 6 th 10 bln 2 hr IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No RM : 140955
Jenis Kelamin : Laki – laki
CATATAN PERKEMBANGAN
PASIEN RAWAT JALAN
Nama : An. A
Usia : 6 th 10 bln 2 hr L/P
RM : 140955
1 4 0 9 5 5
32