Anda di halaman 1dari 3

Pemeriksaan Penunjang

1. Computed Tomography Scanning (CT scan)


Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang
infark atau iskemia dan posisinya secara pasti. Temuan utama pada CT adalah daerah
hypoattenuating (area yang putih pada hasil CT) di kortikal-sub kortikal dalam suatu wilayah
vascular. Hasil pemeriksaan tersebut biasanya terdapat pemadatan di ventrikel lkiri dan
hiperdens lokal

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya di
dapatkan ada area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik terutama pada lesi
yang terletak di bagian otak yang sulit dijangkau oleh hasil CT Scan. (ASA, 2020).
3. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri,
oklusi/ruptur.Biasanya pada angiografi serebral ditemukan adanya aneurisma dan malformasi
pembuluh darah, selain itu juga dapat ditemukan dimana lokasi serta seberapa besar ukuran
obstruksi yang ada pada pembuluh darah (ASA, 2020).
4. Elektro encefalography
Mengidentifikasi masalah didasarkan pasa gelombang otak atau mungkin memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik. Temuan pada pemeriksaan EEG ini adalah adanya perlambatan
gelombang pada spektra sinyal elektroensefalogram (EEG) (muncul aktivitas sinyal delta) dan
berkurangnya volume serebral (Jordan, 2004 dalam Chan et al., 2019)
5. X-Ray Kepala
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang
luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombus serebral. Klasifikasi parsial dinding,
aneurisma pada perdarahan sub arachnoid.
6. Pemeriksaan Foto Thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke, menggambarkan
perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari massa yang meluas.
7. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pungsi lumbal : Tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan TIA. Sedangkan
tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya
perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein total meningkat pada kasus
thrombosis sehubungan dengan proses inflamasi.
b. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Guladarah dapat
mencapai 250 mg dalam serum

Pemeriksaan saraf

Metode GFAST, yakni mengetahui adanya gejala gangguan pada penglihatan, otot wajah, kelemahan
anggota gerak dan adanya gangguan bicara, memberikan cara pengenalan gejala awal stroke.

GFAST terdiri dari Gaze, Facial Movement, Arm movement dan Speech

Gaze merupakan penilaian penglihatan pasien apakah kabu atau tidak

Facial movement merupakan penilaian pada otot wajah, pemeriksaan ini dilakukan dengan meminta
pasien untuk tersenyum atau menunjukkan giginya dan diperhatikan apakah simetris atau tidak saat
tersenyum.

Arm movement merupakan penilaian pergerakan lengan untuk menentukan apakah terdapat
kelemahan pada ekstremitas dengan cara meminta pasien untuk mengangkat kedua lengan atas
bersamaan dengan sudut 90 derajat bila pasien duduk dan 45o bila pasien terlentang. Minta pasien
untuk menahannya selama 5 detik. Amati apakah ada lengan yang lebih dulu terjatuh dibandingkan
lengan lainny

Speech merupakan penilaian bicara yang meliputi cara dan kualitas bicara. Perhatikan jika pasien
berusaha untuk mengucapkan sesuatu b) Nilai apakah ada Gangguan dalam berbicara c) Dengarkan
apakah ada suara pelo d) Dengarkan apakah ada kesulitan untuk mengungkapkan atau menemukan
kata- kata

Penatalaksanaan

Pertama, penatalaksanaan stroke stadium hiperakut. Tindakan pada stadium ini dilakukan di
Instalasi Rawat Darurat dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal yang bertujuan
agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan
cairan kristaloid/koloid. Hindari pemberian cairan dekstrosa dalam H2O.

Kedua, penatalaksanaan stroke stadium akut. Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor
etiologis maupun penyulit. Selain itu, dilakukan tindakan juga terapi fisik, okupasi, wicara dan
psikologis serta telaah social untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada
keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara
perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga.

Kegunaan Obat

labelatol iv : berfungsi untuk menurunkan tekanan darah, membantu mencegah stroke, serangan
jantung, dan permasalahan ginjal. Obat ini termasuk dalam golongan alpha blocker dan beta blocker

enalapril : digunakan untuk mengobati gagal jantung serta membantu mencegah masalah jantung
(disfungsi ventrikel kiri) yang memicu gagal jantung. Enalapril termasuk kelompok obat yang dikenal
sebagai Inhibitor ACE. Obat ini bekerja dengan melonggarkan pembuluh darah sehingga darah dapat
mengalir lebih mudah.
Kaptropil : obat antihipertensi yang termasuk golongan ACE inhibitor. Obat ini bekerja dengan
menghambat perubahan angiotensin 1 menjadi angiotensin 2 sehingga terjadi vasodilatasi dan
penurunan sekresi aldosteron.

aspirin : salisilat dan obat antiradang nonsteroid (NSAID). Obat yang memiliki nama lain asam
asetilsalisilat atau asetosal ini bekerja dengan cara menghambat zat alami tertentu di dalam
tubuh untuk mengurangi nyeri dan bengkak

antikoagulan : obat yang berfungsi mencegah penggumpalan darah

trombolitik rr-PA (recombinant tissue Plasminogen Activator) : obat yang melarutkan gumpalan
darah, dan termasuk ke dalam pengobatan trombolitik. Obat ini adalah obat intravena atau IV yang
biasanya diberikan melalui kateter yang dimasukkan ke pembuluh darah di lengan.

Sitikolin : melindungi otak, mempertahankan fungsi otak secara normal, serta mengurangi jaringan
otak yang rusak akibat cedera

pirasetam : obat untuk mengatasi penurunan fungsi kognitif, seperti kemampuan berpikir,
mengingat, dan memecahkan masalah, serta sebagai terapi tambahan untuk gangguan gerak
tertentu, seperti mioklonus kortikal

Anda mungkin juga menyukai