Anda di halaman 1dari 43

POTENSI DAUN KERSEN (MUNTINGIA CALABURA L)

SEBAGAI ANTIDIABETIK ALAMI


(KAJIAN PUSTAKA)

NASKAH TUGAS AKHIR

SYIFA NURUL AINI


A161009

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2020
POTENSI DAUN KERSEN (MUNTINGIA CALABURA L)
SEBAGAI ANTIDIABETIK ALAMI
(KAJIAN PUSTAKA)

NASKAH TUGAS AKHIR


Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

SYIFA NURUL AINI


A161009

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2020
POTENSI DAUN KERSEN (MUNTINGIA CALABURA L)
SEBAGAI ANTIDIABETIK ALAMI
(KAJIAN PUSTAKA)

SYIFA NURUL AINI


A161009

Oktober 2020

Disetujui Oleh:

Pembimbing Pembimbing

Prof. apt. Dr. A. Hanafiah Ws. apt. Novi Irwan Fauzi, S.Farm., M.Si.

i
Kutipan atau saduran baik sebagian ataupun
seluruh naskah, harus menyebut nama
pengarang dan sumber aslinya, yaitu Sekolah
Tinggi Farmasi Indonesia.

ii
Skripsi ini kupersembahkan kepada Allah
S.W.T sebagai rasa syukur atas ridho dan
karunia-Nya serta babeh Iyep Gunawan
Ibrahim, mamah Dewi Rostika, Sitaresmi
Nurul Fajriyah, Shofi Nurul Ilmi, Erina
Puspitasari, sahabat-sahabtku, , dan kamu yang
telah memberikan kasih sayang, dukungan,
semangat, dan selalu mendoakanku setiap saat.

iii
ABSTRAK

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kelainan metabolik dengan
karakteristik kondisi hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, atau
kerja insulin maupun keduanya. Prevalensi global penderita DM kian meningkat
setiap tahunnya. Namun demikian, mengkonsumsi obat-obat antidiabetes dalam
jangka panjang berisiko buruk terhadap kesehatan dan risiko resistensi, sehingga
dosis obat semakin lama semakin tinggi. Penatalaksanaan dengan efek samping yang
besar, mendorong adanya penelitian untuk membuat obat dari tanaman herbal. Salah
satunya adalah penelitian–penelitian mengenai potensi daun kersen (Muntingia
calabura L) sebagai antidiabetik. Daun kersen dipilih karena mudahnya tanaman ini
ditemukan dan mengandung senyawa–senyawa bioaktif seperti flavonoid, chalcone,
dan tanin yang memiliki potensi sebagai antidiabetik. Kajian pustaka ini bertujuan
untuk memperoleh informasi ilmiah mengenai potensi daun kersen sebagai kandidat
bahan obat alam alternatif antidiabetes, dan juga sebagai dasar justifikasi penelitian
ke depan. Metode yang digunakan adalah review dan analisis artikel daun kersen dari
berbagai makalah penelitian yang dilakukan di Indonesia. Berdasarkan hasil kajian
diperoleh informasi bahwa daun kersen adalah tanaman yang berpotensi mengobati
penyakit diabetes melitus. Daun kersen memiliki berbagai kandungan senyawa
bioaktif, yaitu flavonoid, saponin, triterpen, steroid dan tanin. Daun kersen berpotensi
sebagai antidiabetes alami mampu menstimulasi sekresi insulin dan juga dapat
meningkatkan sensitivitas insulin.

Kata Kunci: daun kersen, diabetes melitus, antidiabetes alami.

iv
ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder characterized by hyperglycemia that


occurs due to abnormalities in insulin secretion, or insulin action or both. The global
prevalence of DM sufferers is increasing every year. However, taking antidiabetic
drugs in the long term has a bad risk to health and the risk of resistance, so the drug
dose is getting higher over time. Management with large side effects encourages
research into making medicinal herbs. One of them is research on the potential of
cherry leaves (Muntingia calabura L) as an antidiabetic. Cherry leaves were chosen
because they are easy to find and contain bioactive compounds such as flavonoids,
chalcones, and tannins which have potential as antidiabetic. This literature review
aims to obtain scientific information regarding the potential of cherry leaves as a
candidate for an alternative natural medicine for anti-diabetes, and also as a basis
for justifying future research. The method used is a review and analysis of the cherry
leaf articles from various research papers conducted in Indonesia. Based on the
results of the study, information was obtained that cherry leaves are a plant that has
the potential to treat diabetes melitus. Cherry leaves contain various bioactive
compounds, namely flavonoids, saponins, triterpenes, steroids and tannins. The
potential of cherry leaves as a natural antidiabetic is able to stimulate insulin
secretion and can also increase insulin sensitivity.
.

Keywords: kersen leaf, diabetes mellitus, natural antidiabetic

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim,
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala
berkah, rahmat, dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi dalam bentuk kajian pustaka yang berjudul “Potensi Daun Kersen
(Muntingia calabura L) Sebagai Antidiabetik Alami (Kajian Pustaka)”
Penilitan dan penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk mendapat gelar sarjana pada program studi sarjana Farmasi Sekolah Tinggi
Farmasi Indonesia.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, Prof. Dr. apt. A.
Hanafiah Ws. dan apt. Novi Irwan Fauzi, S.Farm., M.Si., atas bimbingan, nasihat,
dukungan, serta pengorbanan yang diberikan. Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. apt. Dr. Adang Firmansyah, M.Si., selaku Ketua Sekolah Tinggi Farmasi
Indonesia,
2. apt. Dewi Astriany, M.Si., selaku Wakil Ketua 1 Bidang Akademik,
3. apt. Revika Rachmaniar, M.Farm., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Farmasi,
4. apt. Melvia Sundalian, S.Farm., M.Si., selaku dosen wali yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis,
5. Seluruh staf dosen, staf administrasi serta karyawan Sekolah Tinggi
Farmasi Indonesia,

vi
6. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa angkatan 2016 yang telah
memberikan inspirasi dan kegembiraan selama penulis kuliah di Sekolah
Tinggi Farmasi Indonesia,
7. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat dalam mengerjakan
skripsi ini, Jenisa, Petra, Ook, Yani, Yuni.
8. Serta semua pihak yang namanya tidak dapat diucapkan satu persatu yang
telah memberikan perhatian serta dukungannya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan karena
pengetahuan yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
memperbaiki di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat
luas, institusi pendidikan, dan penulis sendiri.

Bandung, Oktober 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
KUTIPAN........................................................................................................ ii
ABSTRAK....................................................................................................... iv
ABSTRACT...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
               1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
               1.2 Tujuan Pembuatan Naskah Tugas Akhir..................................... 2
               1.3 Luaran/Manfaat Tugas Akhir Literature Review......................... 2
BAB II METODOLOGI.............................................................................. 3
2.1 Alat............................................................................................... 3
2.2 Bahan............................................................................................ 3
2.3 Metode Penelitian......................................................................... 3
2.3.1 Desain Penelitian................................................................ 3
2.3.2 Populasi dan Sampel........................................................... 3
2.3.3 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi................................. 4
2.3.4 Metode Pengumpulan Data................................................ 4
2.3.5 Metode Analisis Data......................................................... 5
2.3.6 Publikasi............................................................................. 5
BAB III KAJIAN PUSTAKA...................................................................... 6

viii
3.1 Daun Kersen ................................................................................ 6
3.1.1 Uraian Tanaman Daun Kersen........................................... 6
3.1.2 Klasifikasi Tanaman Daun Kersen..................................... 6
3.1.3 Morfologi Tanaman Daun Kersen...................................... 7
3.1.4 Kandungan Tanaman Daun Kersen.................................... 7
3.1.5 Kegunaan Tanaman Daun Kersen...................................... 9
3.2 Diabetes melitus............................................. ............................. 10
3.2.1 Pengertian Diabetes Melitus............................................... 10
3.2.2 Macam-macam Diabetes Melitus....................................... 10
3.2.3 Faktor Penyebab Diabetes Melitus..................................... 11
3.2.4 Gejala Diabetes Melitus..................................................... 11
3.2.5 Diagnosis Diabetes Melitus................................................ 12
3.3 Kadar Glukosa Darah .................................................................. 12
3.3.1 Definisi Glukosa Darah ..................................................... 12
3.3.2 Metabolisme Glukosa Darah.............................................. 13
3.3.3 Mekanisme Pengaturan Glukosa Darah............................. 13
3.3.4 Pengaruh Langsung Glukosa Darah................................... 14
3.3.5 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah.................................... 14
3.3.6 Cara Mengontrol Kadar Glukosa Darah............................. 15
BAB IV PROSPEK DAN REKOMENDASI.............................................. 16
BAB V KESIMPULAN................................................................................ 21
5.1 Simpulan............................................. ......................................... 21
5.2 Alur Penelitian Selanjutnya.................................... ..................... 21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22
LAMPIRAN.................................................................................................... 25

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel. 1 Hasil Kajian Potensi Daun Kersen Sebagai Antidiabetik Alami …… 16

x
DAFTAR GAMBAR

Gamba r Halaman

Gambar 1. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ........................................................... 4


Gambar 2. Daun Kersen (Muntingia calabura L.) .......................................... 6

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Bukti Submit………………………………………………………………………… 24

xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Muntingia calabura L. dikenal dengan tumbuhan kersen atau ceri. Di
beberapa negara kersen dikenal dengan beberapa nama: datiles, aratiles, manzanitas
(Filipina), khoom somz, takhob (Laos), krakhop barang (Kamboja), kerup siam
(Malaysia), capulin blanco, cacaniqua, niqua, iguito (Spanyol), jamaican cherry,
panama berry, singapore cherry (Inggris) dan japanese kers (Belanda) (Kosasih dkk,
2013). Tumbuhan ini memiliki buah kecil dan manis, berwarna hijau ketika masih
muda dan berwarna merah setelah tua dan matang. Pohon kersen termasuk ke dalam
tumbuhan liar yang rindang dan mudah berkembang biak walaupun pada suhu panas,
tingginya mampu mencapai 12 meter. Pohon ini mudah dijumpai di sepanjang jalan
sebagai penyerap polusi udara dan peneduh. Selain bermanfaat sebagai tumbuhan
peneduh, kersen juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia (Laswati
dkk, 2017).
Pohon kersen termasuk ke dalam tumbuhan jenis neotropik yaitu tumbuhan
yang hidup dengan baik dengan iklim tropis seperti Indonesia. Kersen berasal dari
Filipina dan menyebar ke Indonesia sekitar abad ke-19. Berdasarkan klasifikasi
botani, kersen termasuk ke dalam famili Malvales (Rosandari dkk, 2011).
Daun kersen merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman yang
berkhasiat mengobati penyakit seperti diabetes, asam urat, kolesterol tinggi, dan
antiinflamasi. Berdasarkan hasil penelitian, daun kersen mengandung berbagai
senyawa bioaktif, yaitu senyawa flavonoid, saponin, triterpen, steroid, dan tanin
(Puspitasari 2013).
Senyawa flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan
termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan
flavonoid ini berada di dalam tumbuh–tumbuhan. Flavonoid dalam tubuh manusia
berfungsi sebagai antioksidan, sehingga sangat baik untuk pencegahan kerusakan sel
(Brahmachari 2011). Flavonoid inilah yang diduga sebagai agen antidiabetes.

1
2

Flavonoid adalah senyawa organik alami yang ada pada tumbuhan secara umum.
Flavonoid alami banyak memainkan peran penting dalam pencegahan diabetes dan
komplikasinya. Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai gugus
hidroksil atau gula sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol,
butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dan air (Puspitasari 2013).
Sejumlah studi telah menunjukkan efek hipoglikemik dari flavonoid dengan
menggunakan model eksperimen yang berbeda, hasilnya tanaman yang mengandung
flavonoid telah terbukti memberi efek menguntungkan dalam melawan penyakit
diabetes melitus, baik melalui kemampuan mengurangi penyerapan glukosa maupun
dengan cara meningkatkan toleransi glukosa (Brahmachari 2011).

1.2. Tujuan Pembuatan Naskah Tugas Akhir


Kajian pustaka ini bertujuan untuk memperoleh informasi ilmiah mengenai
potensi daun kersen sebagai kandidat bahan obat alam alternatif antidiabetes, dan
juga sebagai dasar justifikasi penelitian ke depan.

1.3. Luaran/Manfaat Tugas Akhir Literature Review


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebuah review artikel ilmiah
mengenai potensi daun kersen sebagai antidiabetes. Artikel di-submit ke Sekolah
Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) eJournal (Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi
Indonesia).
BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah laptop dengan perangkat lunak
Microsoft Word dan Portable Document Format (PDF), dan alat tulis.

2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam review artikel ini adalah jurnal penelitian,
artikel, skrispsi dan karya tulis ilmiah yang didapatkan dari google.com, Google
Scholar, PubMed, PMC, Science Direct serta berbagai situs penyedia jurnal lain.
Kata kunci yang digunakan diantaranya Muntingia calabura L, Daun Kersen sebagai
Antidiabetes.

2.3. Metode penelitian


2.3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kajian berdasarkan penelusuran


pustaka berupa jurnal penelitian, artikel, buku, maupun tesis untuk mendapat
data yang relevan. Adapun hasil penelitian ini dapat berupa studi kualitatif
dan kuantitatif.

2.3.2. Populasi dan Sampel

3
4

A. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek


atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semua pustaka mengenai daun kersen.

B. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang


dimiliki oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan
(Maturoh dan Anggita, 2018). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pustaka mengenai daun kersen sebagai
antidiabetes.

2.3.3. Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi

Kriteria inklusi adalah kriteria pustaka yang terdiri atas komponen


yang akan masuk ke dalam review artikel antara lain pustaka mengenai daun
kersen sebagai antidiabetes dengan sumber pustaka yang diambil minimal 10
tahun terakhir. Kriteria eksklusi adalah kriteria pustaka yang terdiri atas
komponen yang tidak termasuk ke dalam review artikel, yaitu jurnal penelitian
lebih dari 10 tahun terakhir.

18 data awal yang terdiri dari 18 jurnal


Ekslusi (n=9)
Tidak memuat informasi yang
dibutuhkan
5

Inklusi (n=9)
Jurnal ilmiah yang memuat informasi dari
Daun Kersen sebagai Antidiabetes

Gambar 1. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

2.3.4. Metode Pengumpulan Data


A. Data Sekunder

Data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang telah


ada. Data sekunder dapat diperoleh dari jurnal, lembaga, laporan, dan
lain-lain. Selain itu data sekunder dapat berasal dari orang kedua (data
yang diperoleh secara tidak langsung). Data ini diperoleh untuk
mendukung penelitian dan pembahasan (Maturoh dan Anggita, 2018).

B. Metode Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan langkah awal dalam metode


pengumpulan data. Beberapa data didapatkan dalam bentuk dokumen,
gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam
proses penulisan. Pencarian yang digunakan seperti jurnal penelitian,
artikel, skrispsi dan karya tulis ilmiah yang didapatkan dari
google.com, Google Scholar, PubMed, PMC, Science Direct serta
berbagai situs penyedia jurnal lain . Kata kunci yang digunakan
6

diantaranya “Muntingia calabura L”, “Daun Kersen sebagai


Antidiabetes”.

2.3.5. Metode Analisis Data

Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling


menentukan dari suatu penelitian, karena analisa data berfungsi untuk
menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data kualitatif merupakan proses
penelitian yang sistematis, karena dimulai dari pengumpulan data, pemilihan
data, pengkategorian, pembandingan, penyatuan, dan penafsiran data.

2.3.6. Publikasi

Dilakukan penyusunan manuskrip terlebih dahulu sesuai petunjuk


author guidelines. Naskah di-submit ke Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
(STFI) eJournal (Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia) yang sudah
diperiksa kelengkapan dan kesesuaian dengan format. Editor akan melakukan
evaluasi terhadap manuskrip dan menentukan keputusan. Dilakukan perbaikan
jika manuskrip ditolak. Diterimanya manuskrip dan di accepted.
7
BAB III
KAJIAN PUSTAKA

3.1. Daun Kersen


3.1.1. Uraian Tanamanan Daun Kersen
Pohon kersen termasuk pohon yang tumbuh cepat dan dapat tumbuh
subur di lahan marginal. Tumbuhan ini mampu melakukan penyerbukan
sendiri secara spontan, mampu memproduksi buah dan biji dalam jumlah
besar sepanjang tahun serta memiliki laju perkecambahan biji yang tinggi
(Figueiredo et al., 2008). Daun kersen mengandung flavonoid, tanin, dan
saponin (Zakaria et al., 2010).
3.1.2. Klasifikasi Tanaman Daun Kersen

Gambar 2. Daun Kersen (Muntingia calabura L.) (Zahara and Suryady 2018).
Divisi : Spermatophyte
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia calabura L.

8
9

3.1.3. Morfologi Tanaman Daun Kersen


Kersen adalah tanaman tahunan yang dapat mencapai ketinggian 10
meter. Kersen memiliki beberapa bagian seperti daun, batang, bunga, dan
buah. Batang tambuhan kersen berkayu, tegak, bulat, dan memiliki
percabangan simpodial. Daun kersen, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
1, mengandung flavonoid, tanin, glikosida, saponin, steroid, dan minyak
esensial (Lestari 2014).
Daun tanaman ini tunggal, berseling, bulat telur bentuk lanset, panjang
6-10 cm, ujung dan pangkal runcing, tepinya bergerigi, berbulu, sistem
pertulangan menyirip, tidak simetris, hijau, mudah layu. Bunganya berisi 1-3-
5 kuntum, terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun, bertangkai
panjang, berkelamin dua dan berbilangan 5, kelopak berbagi dalam, taju
meruncing bentuk benang, berambut halus, mahkota bertepi rata, bundar telur
terbalik dan putih tipis. Benang sari berjumlah banyak, 10 sampai lebih dari
100 helai. Bunga yang mekar menonjol keluar, ke atas helai-helai daun,
namun setelah menjadi buah menggantung ke bawah, tersembunyi di bawah
helai daun. Umumnya hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap
berkasnya. Tanaman ini biasanya tumbuh dengan ukuran kecil namun kadang
juga bisa berukuran besar bahkan ada yang bisa mencapai tinggi hingga 12
meter. Daunnya selalu hijau terus menerus, berbunga dan berbuah sepanjang
tahun. Cabang-cabang mendatar, menggantung di ujungnya. membentuk
naungan yang rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan
rambut kelenjar demikian pula daunnya. Buah memiliki diameter hingga 1,5
cm berbentuk seperti ceri jika matang maka akan berwarna merah dan berasa
manis. Sedangkan bijinya berbentuk bulat, kecil, putih kekuningan, tiap buah
mengandung ratusan biji, dan pada akarnya tunggang. (Materia Medika Batu,
2016).
3.1.4. Kandungan Tanaman Daun Kersen
Daun kersen, memiliki kandungan senyawa flavonoid terdiri dari 2,4-
dihydroxy – 3 – methoxydihydrochalcone dan 8 – hydroxyl – 6 -
10

methoxyflavone. Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya efek


hipoglikemik yang signifikan pada percobaan pemberian ekstrak daun kersen
pada mencit Mus musculus L, setelah pemberian selama 2 jam. Hasil
penelitian juga menunjukkan adanya pengurangan yang signifikan, hingga 24
% penurunan kadar glukosa darah pada tikus yang diberikan infusa daun
kersen.
Senyawa flavonoid, menurut penelitian memiliki efek hipoglikemik
dengan beberapa mekanisme, yaitu dengan menghambat absorpsi glukosa,
merangsang pelepasan dan sensitasi dari insulin, dan meningkatkan glukosa
oleh jaringan perifer, serta berperan dalam pengaturan enzim-enzim dalam
metabolisme karbohidrat. Penelitian lain juga menyebutkan, bahwa subkelas
flavonoid, senyawa flavonol, memiliki potensi menghambat enzim alfa-
amilase yang berperan dalam pemecahan karbohidrat. Flavonol, juga memiliki
potensi menginhibisi kerja Glucose Transporter-2 (GLUT-2) sebagai
transporter glukosa pada organ gastrointestinal.
Chalcone adalah senyawa aromatik keton yang membentuk inti dari
senyawa- senyawa biologis. Chalcone menurut penelitian dapat menurunkan
kadar glukosa darah, melalui mekanisme menaikkan sensitasi insulin,
menurunkan glukoneogenesis oleh hepar, dan menaikkan kadar hormon
Glucagon-like Polypeptide-1 sebagai regulator glukosa pada usus halus.
Tanin mampu menurunkan kadar glukosa darah dengan cara
meningkatkan ambilan glukosa melalui aktivasi MAPK (Mitogen-Activated
Protein Kinase)) dan PI3K (Phosphoinositide 3-Kinase). Tanin terhidrolisis
menjadi gallotanin. Gallotanin dapat meningkatkan ambilan glukosa sekaligus
menghambat adipogenesis. Beberapa penelitian menunjukkan adanya efek
anti diabetik infusa daun kersen. Ayu (2015), melaporkan penurunan kadar
glukosa darah hingga 72,75 mg/dL pada mencit Mus musculus yang diberikan
infusa Daun Kersen. Sementara itu, Aruna (2015), melaporkan adanya
penurunan kadar glukosa darah dengan rerata sampai 75,1 mg/dL, dengan
11

pemberian infusa daun kersen selama 14 hari, dan adanya penurunan glukosa
darah yang signifikan dengan penambahan dosis infusa daun kersen.
3.1.5. Kegunaan Tanaman Daun Kersen
Kegunaan Muntingia calabura L dipaparkan sebagai berikut :
1. Tanaman peneduh Kersen banyak ditanam di lingkungan rumah
tinggal atau halaman perkantoran sebagai tanaman peneduh.
2. Bahan makanan buah ini memiliki rasa manis sehingga dapat
dikonsumsi secara langsung.
3. Penggunaan obat
a) Antiseptik, rebusan daun kersen ini ternyata mempunyai
khasiat dapat membunuh mikroba atau sebagai antiseptik.
b) Antidiabetik, keampuhan kersen menurunkan gula darah
karena mengandung flavonoid yang bersifat antioksidan. Sifat
antioksidan itu menghambat kerusakan sel-sel pulau
langerhans di pankreas.
c) Antiinflamasi, rebusan daun kersen juga memiliki khsiat anti
radang dan juga dapat menurunkan panas.
d) Antikanker, daun kersen dilaporkan juga memiliki efek anti
tumor karena kandungan flavonoid yang dimiliki ternyata
dapat menghambat pertumbuhan sel kanker secara in vitro.
e) Asam urat, di Indonesia secara tradisional buah kersen telah
digunakan untuk mengobati asam urat dengan cara
mengkonsumsi buah kersen sebayak 9 butir 3 kali sehari. Hal
ini terbukti dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan dari
penyakit asam urat.
f) Obat batuk, daun kersen berkhasiat sebagai obat batuk dan
peluruh dahak. Untuk obat batuk dipakai ± 20 gram daun
kersen dicuci dan direbus dengan 3 gelas air sampai air
rebusannya tinggal setengah, didinginkan lalu disaring. Hasil
saringan diminum tiga kali sehari sama banyak. Manfaat lain
12

dari kayu kersen lunak dan mudah kering, sangat berguna


sebagai kayu bakar.
3.2. Diabetes melitus
3.2.1. Pengertian Diabetes melitus
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang
dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama penyakit kencing manis. DM
adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi secara kronis atau menahun
karena tubuh tidak mempunyai hormon insulin yang cukup akibat gangguan
pada sekresi insulin, atau hormon insulin yang tidak bekerja sebagaimana
mestinya, atau keduanya (Fitriana 2019). Mufeed 2014, menyebutkan bahwa
DM adalah penyakit gangguan metabolik dengan ciri ditemukannya
konsentrasi glukosa yang tinggi di dalam darah (hiperglikemia).
Hiperglikemia yang berlangsung lama (kronik) pada diabetes melitus akan
menyebabkan kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah lainnya (Fallis
2013).
3.2.2. Macam-macam Diabetes melitus
1) Diabetes melitus Tipe 1
Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami diabetes tipe 1.
Diabetes melitus tipe 1 ditandai dengan destruksi sel beta pankreas
akibat faktor genetik, imunologis, dan juga lingkungan. Diabetes
melitus tipe 1 memerlukan injeksi insulin untuk mengontrol kadar
glukosa darah
2) Diabetes melitus Tipe 2
Sekitar 90% sampai 95% pasien mengalami diabetes tipe 2.
Diabetes tipe 2 disebabkan adanya penurunan sensitivitas terhadap
insulin (resistensi insulin), atau akibat penurunan jumlah insulin yang
diproduksi.
3) Diabetes melitus Gestasional
13

Diabetes gestasional ditandai dengan toleransi glukosa yang


muncul selama kehamilan, biasanya pada trisemester ke dua atau ke
tiga. Risiko diabetes gestasional disebabkan obesitas, riwayat pernah
mengalami diabetes gestasional, glikosuria, atau riwayat keluarga yang
pernah mengalami diabetes.
3.2.3. Faktor Penyebab Diabetes melitus
Menurut Peixinho and Santrock (2011), faktor risiko diabetes melitus
adalah ras, usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, riwayat melahirkan dengan
berat badan lebih, obesitas, gaya hidup, hipertensi, dislipidemia dan merokok,
sedangkan menurut Norma (2019), obesitas, aktivitas fisik yang tidak efektif,
hipertensi, dislipidemia, diet tidak seimbang dan merokok, merupakan faktor
risiko pada diabetes militus.
Penatalaksanaan diabetes melitus tidak harus berfokus pada
pengobatan saja namun juga dapat dilakukan melalui pencegahan. Harapan
baru bagi penderita diabetes melitus adalah bahwa klien dapat mengendalikan
kadar glukosa darahnya dengan baik apabila yang bersangkutan secara rutin
mengecek status kesehatannya (Fitriana 2019).
3.2.4. Gejala Diabetes melitus
Diabetes melitus sering muncul dan berlangsung tanpa timbulnya
tanda dan gejala klinis yang mencurigakan, bahkan kebanyakan orang tidak
merasakan adanya gejala. Akibatnya, penderita baru mengetahui menderita
Diabetes melitus setelah timbulnya komplikasi. Diabetes melitus tipe 1 yang
dimulai pada usia muda memberikan tanda-tanda yang mencolok, seperti
tubuh yang kurus, hambatan pertumbuhan, retardasi mental, dan sebagainya
(Fitriana 2019). Tiga serangkai yang klasik tentang gejala Diabetes melitus
adalah poliuria (sering kencing), polidipsia (sering merasa kehausan), dan
polifagia (sering merasa lapar). Gejala awal tersebut berhubungan dengan
efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula lebih tinggi
dari normal, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan
sejumlah besar glukosa yang hilang. Oleh karena ginjal menghasilkan air
14

kemih dalam jumlah yang berlebihan, penderita sering berkemih dalam


jumlah yang banyak (poliuria). Akibat lebih lanjut adalah penderita
merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsia). Selain
itu, penderita mengalami penurunan berat badan karena sejumlah besar kalori
hilang ke dalam air kemih.Untuk mengompensasikan hal tersebut, penderita
sering kali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan atau
polifagia (Priyanto 2011).
3.2.5. Diagnosis Diabetes melitus
Diabetes melitus dapat didiagnosis dengan cara sebagai berikut:
1) Seseorang dikatakan penderita diabetes melitus jika kadar glukosa
darah ketika puasa > 120 mg/dL atau memiliki kadar glukosa
darah 200 mg/dL (2 jam setelah meminum larutan yang
mengandung glukosa 75 g).
2) Seseorang dikatakan terganggu toleransi glukosanya, jika kadar
glukosa darah ketika puasa 100-125 mg/dL atau memiliki kadar
glukosa darah 140-199 mg/dL (2 jam setelah meminum larutan
yang mengandung glukosa 75 g).
3) Seseorang dikatakan normal (tidak menderita diabetes melitus),
jika kadar glukosa darah ketika puasa <110 mg/dL, dan 2 jam
setelah makan mencapai 140 mg/dL. (Fallis 2013).

3.3. Kadar Glukosa Darah


3.3.1. Definisi Glukosa Darah
Kadar gula darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma
darah. Glukosa darah puasa merupakan salah satu cara untuk
mengindentifikasi diabetes melitus pada seseorang. Pada penyakit ini, gula
tidak siap untuk ditransfer ke dalam sel, sehingga terjadi hiperglikemia
sebagai hasil bahwa glukosa tetap berada di dalam pembuluh darah (Risdinata
2016).
15

Ada beberapa tipe pemeriksaan glukosa darah, yaitu pemeriksaan gula


darah puasa di mana kadar glukosa darah diukur selepas tidak makan
setidaknya 8 jam; lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan gula darah
postprandial 2 jam, yaitu pengukuran kadar glukosa darah tepat selepas 2 jam
makan (Nindy 2015).
Tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes melitus
disebabkan oleh terganggunya organ pankreas sehingga hormon insulin yang
dihasilkan menjadi kurang maksimal, akibatnya insulin yang dihasilkan
jumlahnya sedikit bahkan tidak mencukupi untuk menurunkan kadar gula
darah, atau jumlah insulin mencukupi tetapi kualitasnya rendah sehingga tetap
tidak bisa menurunkan kadar gula darah. Dalam hal ini, insulin berperan
mendorong glukosa darah ke sel tertentu untuk diubah menjadi energi dan
mengubah kelebihan glukosa darah menjadi glikogen yang disimpan di hati
dan otot sebagai timbunan energi (Nindy, 2015).
3.3.2. Metabolisme Glukosa Darah
Glukosa darah diserap oleh dinding usus masuk aliran darah, lalu
masuk ke hati dan disintesis menghasilkan glikogen. Glikogen dioksidasi
menjadi CO2 dan H2O atau dilepas dibawa aliran darah ke dalam sel tubuh
yang memerlukan. Glukosa darah dari sirkulasi ke dalam sel tidak menjadikan
penumpukan glukosa di dalam aliran glukosa darah, kadar glukosa
dikendalikan hormon yang dihasilkan oleh sel beta Langerhans dari pankreas,
yaitu hormon insulin. Hormon insulin yang tersedia kurang dari kebutuhan,
maka glukosa menumpuk dalam sirkulasi darah sehingga kadar gluosa darah
akan meningkat, dan jika kadar glukosa tinggi melebihi ambang ganjal, maka
glukosa darah akan keluar bersama urine (Nindy 2015).
3.3.3. Mekanisme Pengaturan Glukosa Darah
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk
mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah
dimonitor oleh pankreas, bila konsentrasi glukosa menurun karena
dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, maka pankreas akan
16

melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di liver (hati).


Kemudian sel-sel tersebut akan mengubah glikogen menjadi glukosa (proses
glikogenolisis), kemudian glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah sehingga
meningkatkan level gula darah.
Apabila level gula darah meningkat yang diakibatkan perubahan
glikogen atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain akan dilepaskan
dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas, hormon ini yang disebut
insulin dan akan menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi
glikogen (proses glikogenosis) yang mengurangi level gula darah.
Diabetes melitus tipe I disebabkan oleh tidak cukupnya atau tidak
dihasilkannya insulin, sementara diabetes melitus tipe II disebabkan oleh
respon yang tidak memadai oleh insulin yang dilepaskan (resistensi insulin).
Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyak insulin di dalam darah.
Kadar glukosa darah preprandial berkisar di nilai 90-130 mg/dL, sedangkan
kadar glukosa darah postprandial <180 mg/dL (Tukayo et al. 2018).
3.3.4. Pengaruh Langsung dari Glukosa Darah
Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi
yang bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan
lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung dan kehilangan
kesadaran. Apabila level-nya tetap tinggi (hiperglikemia), nafsu makan akan
tertekan dalam waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang
dapat menyebabkan masalah kesehatan yang berkepanjangan yang berkaitan
dengan diabetes melitus, termasuk kerusakan pada mata, ginjal dan syaraf
(Zahroh and Musriana 2016).
3.3.5. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Jenis pemeriksaan kadar glukosa darah dibagi menjadi dua jenis, yaitu
pemeriksaan gula darah sewaktu, serta pemeriksaan glukosa darah puasa dan
dua jam setelah makan. Pemeriksaan gula darah “sewaktu” dilakukan setiap
waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang dimakan
dan kondisi tubuh orang tersebut, sedangkan pemeriksaan glukosa darah
17

puasa pemeriksaannya dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam dan
2 jam setelah makan (Goleman, Daniel; Boyatzis, Richard; Mckee 2019).
Untuk mengukur kadar glukosa dapat digunakan dua macam teknik yaitu
teknik kimia yang memanfaatkan sifat mereduksi molekul glukosa yang tidak
spesifik, dan teknik enzimatik di mana glukosa oksidase bereaksi dengan
substrat spesifiknya, yakni glukosa, dengan membebaskan hidrogen peroksida
yang banyaknya diukur secara tidak langsung. Nilai-nilai yang ditemukan
dalam cara reduksi adalah 5-15 mg/dl lebih tinggi dari yang didapat dengan
cara-cara enzimatik, karena di samping glukosa, terdapat juga zat-zat
pereduksi lain dalam darah (Puspitasari and Proyogo 2013).
Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dianjurkan bagi pasien
dengan pengobatan insulin atau pemicu sekresi insulin. Waktu pemeriksaan
PGDM bervariasi, tergantung pada tujuan pemeriksaan yang pada umumnya
terkait dengan terapi yang diberikan. Waktu yang dianjurkan adalah pada saat
sebelum makan, 2 jam setelah makan (menilai ekskursi maksimal glukosa),
menjelang waktu tidur (untuk menilai risiko hipoglikemia), dan di antara
siklus tidur(untuk menilai adanya hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa
gejala),atau ketika mengalami gejala seperti hypoglycemic spells (Goleman et
al 2019).
3.3.6. Cara Mengontrol Kadar Glukosa Darah
Kadar gula darah dapat di kontrol dengan 3 cara, yakni dengan
menjaga berat badan ideal, diet makanan seimbang, dan melakukan
olahraga/latihan fisik. Seiring dengan berjalannya waktu, kadar gula darah
mungkin tidak terkontrol dengan baik, maka pada keadaan seperti inilah
diperlukan obat anti diabetes (OAD). Pada dasarnya penggunaan obat
diperlukan jika dengan cara diet dan berolahraga kadar gula darah belum
terkontrol dengan baik (Nindy 2015)
18
BAB IV
PROSPEK DAN REKOMENDASI

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kersen


Muntingia calabura L. terhadap penurunan kadar glukosa darah dilakukan
review beberapa penelitian yang menggunakan preparasi dan metode yang
berbeda. Hasil penelitian dapat disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Hasil kajian potensi daun kersen sebagai antidiabetik alami

Preparasi/Car
Metode Uji
No a Ektraksi Hasil Ref
Antidiabetes
Daun Kersen
1 Air Perasan Uji pada hewan Pemberian air perasan daun Selvia, A.,
Daun Kersen uji normal dengan kersen 0,3mL/ 10gBB dkk., 2015
pemberian beban menunjukkan efek
glukosa hipoglikemia pada mencit
jantan maupun betina
2 Infusa Daun Uji pada hewan Pemberian infusa daun kersen Stevani, H.,
Kersen uji normal dengan dengan konsen-trasi 15% dkk., 2017
pemberian beban menunjukkan efek
glukosa hipoglikemia
3 Infusa Daun Uji pada hewan Lama pemberian infusa daun Febrina, M.
Kersen uji normal dengan kersen berpengaruh terhadap dan Sari, F.,
pemberian beban efek hipogli-kemia 2019
glukosa
4 Infusa Daun Uji pada model Pemberian infusa daun kersen Aligita, W.,
Kersen hewan uji DM pada dosis 400 mg/kgBB dkk., 2018
dengan kondisi menunjukkan terjadinya
resistensi insulin peningkatan sensitivitas insulin
5 Maserasi Daun Uji pada model Pemberian ekstrak daun kersen Pramono, V.
Kersen dengan hewan uji dengan pada dosis 100mg/ kgBB J., dan
etanol 70% penginduksi menunjukkan efek Santoso, R.,
streptozotocin antidiabetes. 2014
6 Maserasi Uji pada model Pemberian ekstrak etanol daun Suci, S.,
Simplisia Daun hewan uji dengan kersen dosis 500 mg/ kgBB dkk., 2019
Kersen dengan penginduksi dapat menstimulasi sekresi
etanol 96% streptozotocin insulin
7 Ekstraksi Induksi Aloksan Pemberian ekstrak alkohol Dheer dan
Alkohol Daun dengan dosis 200mg/kg BB Bhatnagar,
Kersen menunjukkan aktivitas anti- 2010

19
20

diabetes tetapi tidak signifikan


8 Fraksinasi Etil Uji pada model Pemberian fraksi etil asetat Rinakit Pria
Asetat Daun hewan uji dengan daun kersen dosis 240mg/ Utama, 2011
Kersen penginduksi kgBB menunjuk-kan efek
Aloksan antidiabetes terbesar
9 Fraksinasi Etil Induksi Semua kelompok perlaku-an Ayu Indah
Asetat Daun Streptozotosin penurunannya efektif pada Asrining
Kersen dosis fraksi etil asetat 200 Wulan, 2017
mg/dl

Tabel di atas menunjukkan potensi daun kersen sebagai antidiabetik


alami. Potensinya dibuktikan dari kandungan daun kersen yaitu flavonoid.
Flavonoid digolongkan dalam beberapa golongan yaitu flavones, flavonols,
flavonones, katekin dan isoflason. Contoh senyawa flavonols yaitu kaemferol,
kuersetin dan myricetin. Senyawa dari flavonols yang diduga memiliki
aktifitas dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah adalah kuersetin.
Dimana mekanisme kerja kuersetin dalam menurunkan kadar glukosa darah
yaitu menjaga sel β pankreas tetap bekerja secara normal. Selain itu flavonoid
dapat merangsang penyerapan glukosa pada jaringan perifer dan mengatur
kerja enzim yang terkibat dalam jalur metabolisme karbohidrat (Nirwana A P,
2015).
Beberapa penelitian menunjukkan adanya efek antidiabetik daun
kersen. Ayu Selvia (2015) dengan metode air perasan melaporkan penurunan
glukosa darah baik pada mencit jantan maupun pada mencit betina. Hal ini
disebabkan karena dalam ekstrak daun kersen terdapat beberapa kandungan
senyawa kimia yang dapat menurunkan kadar glukosa darah, diantaranya
yaitu flavonoid.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Steani, Febrina dan Aligita
dengan menggunakan metode infusa menunjukkan hasul bahwa daun kersen
dengan dosis 100mg/kg BB menunjukkan efek antidiabetes. Bahwa air
perasan atau infusa daun kersen menunjukkan efek hipoglikemia pada hewan
uji. Efek hipoglikemianya dinilai dari penurunan kadar glukosa yang terjadi
pada hewan uji yang diberikan air perasan atau infusa daun kersen lebih besar
21

dibandingkan pada hewan uji yang tidak diberi air perasan atau infusa daun
kersen. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun kersen itu tertarik oleh
pelarut air dan tahan pemanasan sehingga sifatnya termostabil dan sifatnya
polar.
Pada penilitian diatas Muntingia calabura L ekstrak air daun dapat
meningkatkan sensitivitas insulin pada hewan model resisten insulin.
Berdasarkan skrining fitokimia diketahui bahwa Muntingia calabura ekstrak
daunnya mengandung senyawa flavonoid, tanin, triterpenoid, steroid dan
polifenol. Flavonoid dianggap menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan sekresi insulin, mengurangi apoptosis dan meningkatkan
proliferasi sel β pankreas, mengurangi resistensi insulin, peradangan dan stres
oksidatif pada otot dan meningkatkan translokasi transporter glukosa tipe 4
(GLUT4) melalui jalur phosphatidylinositol-3-kinase (PI3K) / Akt dan AMP-
activated protein kinase (AMPK) (Algita, 2018).
Selanjutnya penelitian yang telah dilakukan oleh Pramono dan Suci
dengan menggunakan maserasi etanol 70% menunjukkan hasil daun kersen
dengan dosis 100mg/kg BB dengan efek antidiabetes, sedangkan dengan
maserasi etanol 96% daun kersen dengan dosis 500mg/kg BB dapat
menstimulasi sekresi insulin. Kemudian penelitian Rinakit dan Ayu Indah
dengan menggunakan fraksinasi menunjukkan efek antidiabetes pada rata-rata
dosis 20mg/kg BB.
Studi melaporkan aktivitas antidiabetes dari ekstrak alkohol.
Flavonoid juga dikenal untuk meregenerasi sel beta yang rusak pada tikus
antidiabetik aloksan. Dalam penelitian ini, aloksan digunakan sebagai
diabetogen. Ini menginduksi diabetes dengan menghancurkan sel beta
pankreas sebagian, melalui produksi oksigen reaktif. Perlakuan tersebut tidak
menghasilkan hipoglikemia pada tidur normal, yang merupakan keuntungan
terapeutik. Pemberian streptozotocin pada tikus meningkatkan glukosa darah
dan menurunkan insulin. tikus diabetes menunjukkan penurunan glukosa
plasma dan peningkatan insulin dengan kemampuannya untuk mengais
22

radikal bebas dan menghambat lipid peroksidasi. Dalam konteks ini,


penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kuarsetin, aglikon rutin
menurunkan konsentrasi glukosa darah dan meningkatkan pelepasan insulin
dalam streptozotocin. Senyawa flavonoid yang terkandung akan ditarik oleh
pelarut polar.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pemberian glibenklamid
menurunkan kadar gula darah mencit. Hal ini juga terjadi pada tikus yang diberi
suspensi ekstrak etanol daun kersen. Sedangkan pada kelompok kontrol negatif tidak
mengalami penurunan kadar gula darah yang signifikan. Semakin besar dosis ekstrak
yang diberikan maka semakin besar pula penurunan kadar gula darah pada hewan
coba. Mekanisme kerja kuarsetin dalam menurunkan kadar glukosa darah adalah
menurunkan stres oksidatif dan akan menyebabkan protektif efek sel β pankreas dan
dapat meningkatkan sensitivitas insulin. Flavonoid juga dapat menghambat GLUT 2
yang dapat menurunkan penyerapan glukosa dan fruktosa dari usus sehingga kadar
glukosa darah turun. Flavonoid juga memiliki mekanisme penghambatan
fosfodiesterase sehingga kadar cAMP pada sel β pankreas meningkat sehingga
rangsangan sekresi insulin terjadi melalui jalur Ca (Suci, 2013).
Fraksinasi dilakukan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang
terkandung dalam ekstrak berdasarkan tingkat polaritasnya. Hal ini
menunjukkan tidak beda jauh dengan hasil rendemen pada penelitian tersebut,
dan dari hasil rendemen menunjukkan bahwa zat lebih banyak yang terambil
pada fraksi etil asetat, hal itu menunjukkan bahwa senyawa yang tertarik pada
proses fraksinasi adalah senyawa-senyawa yang bersifat polar dan semipolar.
Menurut penelitian sebelumnya yang menggunakan ektrak daun kersen dan
pengobatan metformin dapat menurunkan kadar gula darah pada mencit dari
289 mg/ dl ke 198 mg/dl dan pada pemberian terapi ekstrak daun kersen 250
mg penurunan gula darah dari 288 mg/dl ke 140 mg/dl (Erna Apriyanti, 2016)
di bandingkan menggunakan fraksi etil asetat daun kersen memakai dosis 200
mg dapat menurunkan 52%, jadi jauh lebih efektif fraksi etil asetat daun
kersen dibandingkan dengan ektrak daun. Jadi fraksi etil asetat daun kersen
23

hampir sama dengan mekanisme kerja metformin dalam menghambat kadar


gula darah dalam tubuh.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pemberian glibenklamid
menurunkan kadar gula darah mencit. Hal ini juga terjadi pada tikus yang diberi
suspensi ekstrak etanol daun kersen. Sedangkan pada kelompok kontrol negatif tidak
mengalami penurunan kadar gula darah yang signifikan. Semakin besar dosis ekstrak
yang diberikan maka semakin besar pula penurunan kadar gula darah pada hewan
coba.
Dari kajian ilmiah para peneliti melalui uji praklinis, daun kersen
berpotensi untuk menangani diabetes melitus karena mempunyai kandungan
flavonoid dan antioksidan yang dapat menghambat kerusakan pankreas.
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil kajian diperoleh informasi bahwa daun kersen adalah


tanaman yang berpotensi mengobati penyakit diabetes melitus. Daun kersen
mengandung berbagai senyawa bioaktif, yaitu senyawa flavonoid, saponin, triterpen,
steroid, dan tanin. Beberapa penelitian menunjukkan penurunan kadar glukosa darah
yang cukup signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa daun kersen memiliki
kandungan bahan bioaktif yang berpotensi sebagai antidiabetik alami.

5.2. Alur Penelitian Selanjutnya

Dapat dilakukan penelitian uji aktivitas dengan fraksi yang berbeda dan
induksi yang berbeda untuk menghasilkan hasil yang berbeda.

24
DAFTAR PUSTAKA
XAligita, W. et al. (2018b) ‘Antidiabetic activities of Muntingia calabura L. leaves
water extract in type 2 diabetes melitus animal models’, Indonesian
Biomedical Journal, 10(2), pp. 165–170. doi: 10.18585/inabj.v10i2.405.
American Diabetes Association. Classification and Diagnosis. Dalam: Diabetes care.
New York: American Diabetes Association; 2014.
Ariani, Novia. & Maulana, Adhitya. 2016. Hubungan Pemberian Informasi Obat
dengan Kepatuhan Minum Obat Antibiotik pada Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Remaja Samarinda. Akademi ISFI Banjarmasin : Ikatan Apoteker
Indonesia
Aruna, M. S., Bodke, Y. D. and A, C. (2013) ‘Antioxidant and in vivo
antihyperglycaemic activity of muntingia calabura’, Scholars Research
Library, 5(3), pp. 427–435.
Ayu Indah Asrining Wulan, 2017. Aktivitas Partisi Etil Asetat Ekstrak Daun Kersen
(Muntingia calabura L.) Dapat Menurunkan Kadar Gula Darah Dengan
Induksi Streptozotosin. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2013. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI; 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2018.
Brahmachari, G. (2011) ‘Bio-flavonoids with promising anti- diabetic potentials : A
critical survey’, Opportunity, Challenge and Scope of Natural Products in
Medicinal Chemistry - Research Signpost, 661(2), pp. 187–212.
Damara, A. and Sukohar, A. (2018) ‘Efektivitas Infusa Daun Kersen ( Muntingia
calabura Linn ) Sebagai Antidiabetik Effectivity of Jamaican Cherry Leaf
( Muntingia calabura Linn ) Infusain as Antidiabetics’, J Agromedicine, 5(46),
pp. 534–539.
Dheer, R. and Bhatnagar, P. (2010) ‘A study of the antidiabetic activity of Barleria
prionitis Linn’, Indian Journal of Pharmacology, 42(2), pp. 70–73. doi:
10.4103/0253-7613.64493.
Fallis, A. . (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Infark Miokard Akut Di Ruangan Cvcu Rsup Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699
Farmasi, F. and Jember, U. (2011) ‘Uji Aktivitas Anti Diabetes Fraksi Etil Asetat
Daun Kersen ( Muntingia calabura L.) Pada Mencit Diabetes Akibat Induksi
Aloksan Skripsi’.
Febrina, M. and Sari, S. F. (2019) ‘Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kersen
(Muntingia calabura L.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Putih (Mus
musculus) Yang Diberi Beban Glukosa’, Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia,
8(2), p. 2.

25
26

Fitriana, avidha nur (2019) ‘Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daun Kersen
(Muntingia calabura L.) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih
(Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan’, pp. 1–16.
Jamal, H., Ansari, W. H. and Rizvi, S. J. (2009) ‘Chalcones: Differential effects on
glycogen contents of liver, brain and spinal cord in rats’, Biology and Medicine,
1(2), pp. 107–115. doi: 10.4172/0974-8369.1000021.
Kosasih, E., Supriatna, N., Ana, E. 2013. Informasi singkat benih kersen/talok
(Muntingia calabura L.). Balai pembenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura.
Kumari, M. and Jain, S. (2012) ‘Tannins : An Antinutrient with Positive Effect to
Manage Diabetes’, Research Journal of Recent Sciences, 1(12), pp. 70–73.
Laswati, D. T., Sundari, N. R. I., dan Anggraini, O. 2017. Pemanfaatan kersen
(Muntingia calabura, L.) sebagai alternatif produk olahan pangan: sifat kimia
dan sensoris. Jurnal JITIPARI, Vol. 4: 127-134.
Lestari, J. H. S. (2014) ‘Morfologi dan Taksonomi Daun Kersen’, e-journal
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, (2012), pp. 6–20.
Masturoh, I., dan N. Anggita. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.
Mufeed J.W, Thana .M.J, Zinah A.A, dan Muna M.E. Evaluation of Amylase Activity
in Patients With Type 2 Diabetes melitus. American Journal of BioScience
Nindy, N. (2015) ‘Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Kersen (Muntingia calabura
L.) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Purwojati.’, Universitas Muhammadya
Purwokerto, pp. 14–52.
Norma, H. N. (2019) ‘Pengaruh Revusan Daun Kersen Terhadap Penurunan Gula
Darah sewaktu Pada Klien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja
Puskesmas Klasaman Kota SOrong Tahun 2018’, Ilmiah Praktisi Kesehatan
Masyarakat Sulawesi Tenggara, 3(2), pp. 6–10.
PERKENI. 2015. “Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Indonesia.” Jakarta.
Pramono, V. J. and Santoso, R. (2014) ‘Pengaruh Ekstrak Buah Kersen ( Muntingia
calabura L) terhadap Kadar Gula Darah Tikus Putih ( Rattus novergicus ) yang
Diinduksi Streptozotocin ( STZ )’, Jurnal Sain Veteriner, 32(2), pp. 218–223.
Puspitasari, A. D. and Prayogo, L. S. (2016) ‘Pengaruh Waktu Perebusan terhadap
Kadar Flavonoid Total Daun Kersen (Muntingia calabura L)’, Inovasi Teknik
Kimia, 1(2), pp. 104–108.
Rinakit Pria Utama. 2011. UjiAktivitas Anti Diabetes Fraksi Etil Asetat Daun Kersen
(Muntingia calabura L.) Pada Mencit Diabetes Akibat Induksi Aloksan.
Universitas Jember
Risdinata, Prakosa Pamor. 2016. Efektivitas Rebusan Lidah Buaya (Aloe vera) Dan
Rebusan Labu Siam Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Diabetes
Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng. Bachelor thesis.
Universitas Muhammdiyah Purwokerto.
Rondhianto. 2011. Pengaruh Diabetes Self Management Education dalam Discharge
Planning terhadap Self Efficacy dan Self Care Behaviour Pasien Diabetes
27

melitus Tipe 2. [tesis]. Surabaya: Program Studi Magister Keperawatan Fakultas


Keperawatan Universitas Airlangga.
Rosandari, T., Thayib, M. H., Krisdiawati, N. 2011. Variasi penambahan gula dan
lama inkubasi pada proses fermentasi Cider Kersen (Muntingina calabura L.).
Program Studi Teknologi Industri Pertanian.
Selvia, A. (2006) ‘Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura L.)
Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Mencit (Mus musculus L.)’,
Universitas Hasanuddin, (1), pp. 537–540. Available at:
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/19202.
Soegondo, S., Soewondo, P. & Subekti, I., 2015. Penatalaksanaan Diabetes melitus
Terpadu Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Stevani, H., Husnul, A.T., dan Nurul. (2017, April). Efektifitas Rebusan Daun Kersen
(Muntingia calabura L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Mencit
(Mus musculus L.), 7(1), p. 20. May 24, 2020 .http://farmasi.poltekkes-
mks.ac.id/images/April2017/hendra-stevani_husnul afifathamrin_nurulhidayah-
basse .pdf
Suci, S., Urip, H. and Tri, W. (2019) ‘Jurnal Penelitian dan Pengembangan Farmasi
Asia Aktivitas Muntingia calabura Meninggalkan Ekstrak Etanolik pada Kadar
Glukosa dan Insulin Darah pada Tikus yang Diinduksi Streptozotocin’, 7(4), pp.
8–11.
Suganda, R., Sutrisno, E. and Wardana, I. W. (2013) ‘Penggunaan Media Cakram
Diabetes Dalam Konseling Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan Kepatuhan
Diet Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Godean I’, Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
Syahara, S., Harahap, U. and Widyawati, T. (1970) ‘Activity of Muntingia calabura
Leaves Ethanolic Extract on Glucose and Insulin Blood Levels in
Streptozotocin-induced Rat’, Asian Journal of Pharmaceutical Research and
Development, 7(4), pp. 8–11. doi: 10.22270/ajprd.v7i4.552
Tuhfa. (2017). Pengaruh Pemberian Seduhan Daun Kelor (Moringa Oleifera) Dan
Seduhan Daun Kersen (Muntingia Calabura L) Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes melitus Di Desa Pangarangan,
Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep. P. 54-56. May 24, 2020.
http://repository. unair.ac.id/77576/2/full%20text.pdf
Upendra Rao, M. et al. (2010) ‘Herbal medicines for diabetes melitus: A review’,
International Journal of PharmTech Research, 2(3), pp. 1883–1892.
WHO (World Health Organization). 2016. “Global Report on Diabetes.” France:
World Health Organization. France..
Zahara, M. and Suryady (2018) ‘Kajian Morfologi dan Review Fitokimia Tumbuhan
Kersen (Muntingia calabura L)’, Pedagogik : Jurnal Ilmiah Pendidikan dan
Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh., 5(2), pp.
68–74.
Zahroh, R. and Musriana (2016) ‘Pemberian Rebusan Daun Kersen Menurunkan
Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes melitus Tipe 2’, journals of Ners
Community, 07(November), pp. 102–108.
28

LAMPIRAN

Berikut ini bukti submit ke Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) eJournal (Jurnal
Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia).

Anda mungkin juga menyukai