Anda di halaman 1dari 80

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi tubuh akibat perubahan

fisik, psikososial, kultural, spiritual. Perubahan fisik akan mempengaruhi

berbagai sistem tubuh salah satunya adalah sistem kardiovaskuler. Masalah

kesehatan akibat dari proses penuaan yang sering terjadi pada sistem

kardiovaskuler yang merupakan proses degenerative, diantaranya adalah

penyakit hipertensi. Penyakit hipertensi pada lansia merupakan suatu

keadaan yang ditandai dengan hipertensi sistolik diatas 140 mmHg dan

diastoliknya menetap atau lebih dari 90 mmHg yang memberi gejala yang

berlanjut, seperti stroke, penyakit jantung koroner (Kellicker, 2014).

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140

mmHg atau lebih dan tekanan diatolik 120 mmHg. Hipertensi dapat

didefinisikan sebagai tekanan darah persisten, di mana tekanan sistoliknya di

atas 140 mmHg dan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,

hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan

diastolik 90 mmHg. Menurut WHO 2013, batasan tekanan darah normal

orang dewasa adalah maksimum 140/90 mmHg. Apabila tekanan darah

seseorang di atas angka tersebut pada beberapa kali pengukuran di waktu

yang berbeda, orang tersebut bisa dikatakan menderita hipertensi. Penderita

hipertensi memiliki resiko lebih besar untuk mendapatkan serangan jantung

dan stroke (Suwarsa, 2014).

Data WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa ±1,13 miliar orang di

dunia mengalami hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosa

menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah


2

penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan

pada 2025 akan ada ±1,5 miliar orang yang akan terkena hipertensi.

Diperkirakan juga setiap tahunnya akan ada 9,4 juta orang meninggal akibat

hipertensi dan berbagai komplikasi. Di Negara Indonesia, berdasarkan data

Riskesdas tahun 2013, prevalensi hipertensi sebesar 25,8%, prevalensi

tertinggi terjadi di Bangka Belitung sebesar 30 % dan yang terendah di Papua

sebesar 16,8%. Menurut data Lancet (2013), jumlah penderita hipertensi

diseluruh dunia terus meningkat. Di India misalnya jumlah penderita

hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3

juta orang pada tahun 2025. Di Cina sebanyak 98,5 juta orang mengalami

hipertensi dan menjadi 151,7 juta orang pada tahun 2025. Di bagian Asia

tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan

menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025.

Sementara itu, data Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas)

tahun 2016 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk

usia 18 tahun ke atas sebesar 32,4%. Selain itu, menurut data BPJS

Kesehatan, biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap

tahunnya, yakni Rp. 2,8 triliun pada tahun 2014, Rp. 3,8 triliun pada tahun

2015, dan Rp. 4,2 triliun pada tahun 2016.

Di Indonesia mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan

kebanyakan tidak terdeteksi. Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health

Organization), dari 50% penderita hipertensi yang terdeteksi hanya 25% yang

mendapat pengobatan dan hanya 12,5% bisa diobati dengan baik. Tercatat

90% atau lebih penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya. Sisanya

10% atau kurang adalah penderita hipertensi yang disebabkan penyakit lain
3

seperti ginjal dan beberapa gangguan kelenjar endokrim tubuh

(Muhammadun, 2014).

Hasil survey kesehatan rumah tangga tahun 2014 menunjukkan

Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 8,3% per 1.000

anggota rumah tangga. Pada umumnya lebih banyak pria menderita

hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Menurut Muhammadun AS

2010 wanita pada usia 50 tahun mempunyai resiko hipertensi lebih besar

dibandingkan laki-laki pada usia yang sama, dan wanita pada usia dibawah

50 tahun memiliki resiko lebih kecil dibandingkan dengan` laki-laki pada usia

yang sama.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Suko

pada tanggal 20 November 2020 didapatkan jumlah penderita hipertensi

sebanyak 32 responden dengan 10 responden hipertensi ringan, 12

responden mengalami hipertensi sedang dan 8 responden mengalami

hipertensi berat.

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensinI converting enzyme (ACE).

ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah.

Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya

oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.

Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi

angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam

menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama (Jafar, 2010).

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH)

dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
4

pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan

meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan

cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah

meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Jafar,

2014).

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks

adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan

penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron

akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari

tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan

cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

meningkatkan volume dan tekanan darah (Jafar, 2014).

Lansia dengan pola hidupnya tidak aktif bergerak akan mudah terkena

berbagai penyakit, seperti stroke dan penyakit jantung koroner. Salah satu

upaya yang bisa dilakukan adalah dengan aktivitas fisikyang teratur dan

terukur (latihan olahraga). Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dimulai

dengan penggunaan sistem otot sebagai pusat kajian titik permulaan

memulai kegiatan olahraga dengan kontraksi otot. Pelaksanaan kegiatan

olahraga melibatkan kontraksi otot yang berlebih, sehingga sistem

metabolisme menyediakan lebih banyak energi untuk kelangsungan kontraksi

otot yang merangsang sistem kardiovaskular, penyedia oksigen dan sistem

respirasi sebagai tempat pertukaran zat-zat yang terlibat dalam metabolisme

harus meningkatkan kapasitasnya (Afriwardi, 2011).


5

Pada umumnya kekambuhan pada penderita hipertensi beragam. Jika

kekambuhan tersebut tidak diikuti tanda-tanda yang lain, misalnya : rasa

berat di tengkuk (pusing yang hebat), sulit tidur, mata berkunang-kunang,

rasa sakit di dada, telinga berdenging. Biasanya pada penderita hipertensi,

apabila tekanan darahnya 160/80 mmHg tidak kambuh bila tidak disertai

tanda-tanda di atas. Berarti tergolong hipertensi sedang, karena umumnya

penderita hipertensi tekanan darahnya lebih dari 140 mmHg. Tetapi bila

tekanan darahnya 150/90 mmHg disertai rasa berat di tengkuk dan mata

berkunang-kunang di katakan kambuh.

Bahkan penderita hipertensi yang mengalami kekambuhan bisa

berakibat stroke karena penderita dalam keadaan tekanan darahnya tinggi

terjatuh atau mengalami cidera. Maka dari itu penderita hipertensi dianjurkan

memeriksakan tekanan darahnya agar kekambuhan bisa diketahui bila tidak

ingin berakibat fatal pada hidupnya (Jafar, 2010).

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitan lebih lanjut

tentang “Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada Lansia Di

Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah

pada penelitian ini adalah : Ada Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap

Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan

Maron Kabupaten Probolinggo?


6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Senam Anti

Stroke Terhadap Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas

Suko Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Hipertensi sebelum dilakukan Senam anti Stroke

Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron

Kabupaten Probolinggo.

2. Mengidentifikasi Hipertensi Sesudah dilakukan Senam Anti stroke

Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron

Kabupaten Probolinggo.

3. Menganalisis Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi

Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron

Kabupaten Probolinggo.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Profesi Keperawatan

Dengan adanya penelitian ini memberikan informasi tentang

pentingnya Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada

Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten

Probolinggo.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan bahan rujukan penelitian pendidikan dan

pengetahuan tentang Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi


7

Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron

Kabupaten Probolinggo.

1.4.3 Bagi Lahan Penelitian

Sebagai bahan pertimbangan oleh Pelaksana Kesehatan dalam

upaya pelayanan kesehatan khususnya dalam Pengaruh Senam Anti

Stroke Terhadap Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas

Suko Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.

1.4.4 Bagi Responden

Memberikan informasi bagi responden tentang pentingnya

Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada Lansia Di

Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten

Probolinggo.

1.4.5 Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan dan pengalaman dalam menambah

wawasan di bidang penelitian Keperawatan khususnya Pengaruh Senam

Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja

Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo .

1.4.6 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

kesehatan khususnya ilmu Keperawatan untuk dapat diteliti lebih lanjut.


8

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Senam Anti Stroke

2.1.1 Pengertian Senam Anti Stroke

Senam didefinisikan sebagai suatu latihan tubuh yang dipilih dan

dikonstruksikan dengan sengaja, dilakukan secara sadar, terencana,

sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani,

mengembangkan keterampilan dan menanamkan nilai-nilai mental

spiritual. Senam merupakan salahsatu gerakan yang dipilih oleh

seseorang untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani (Madijono,

2009).

Senam stroke ditengarai mampu mencegah terjadinya stroke dan

meningkatkan kebugaran pada lansia Permasalahan yang paling

menonjol pada penderita stroke adalah hilangnya koordinasi (lost of

coordination), hal ini terjadi karena adanya gangguan beberapa faktor

antara lain tonus otot, motorik, sensorik, persepsi, keseimbangan dan

pola gerak Senam stroke merupakan latihan fisik dan mental,

memadukan gerakan bagian -bagian tubuh dengan teknik dan irama

pernapasan melalui pemusatan pemikiran yang dilaksanakan secara

teratur, serasi, benar dan berkesinambungan. dikombinasikan dengan

gerak peregangan dan persendian jadilah sebagai olah raga kesehata

(nugroho, 2013).

Senam stroke juga disebut bentuk kreasi dan inovasi dari

beberapa jenis metode latihan, metode latihan tersebut disusun


9

sedemikian rupa sehingga memberikan rangsangan beberapa reseptor

yang akan dibawa ke otak, selanjutnya diproses dan menghasilkan output

berupa gerakan yang terkoordinasi. Metode latihan yang mendasari

antara lain gerakan yang didasarkan atas perkembangan bayi normal,

gerakan yang diikuti dengan merapatkan tangan ke badan atau

sebaliknya, gerakan leher yang diikuti dengan gerakan secara

sistematis/tidak sistematis, gerakan yang didasarkan atas kemampuan

otak (Soeparman, 2011).

2.1.2 Tujuan senam Anti Stroke

1. Untuk memperbaiki dan mencegah pengaruh yang jelek atau

kelainan ringan misalnya yang disebabkan oleh lamanya duduk

dibangku sekolah atau kantor, karena terlalu lama tidur dan

sebagainya. Biasanya disebut Senam normalisasi.

2. Untuk dapat memberikan rangsangan yang diperlukan bagi

perkembangan organ orga tubuh.

3. Untuk memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri

sendiri dan masyarakat

4. Melatih koordinasi gerak

5. Menunjang tercapainya tujuan program fisioterapi khususnya dan

tujuan rehabilitasi pada umumnya seperti menerunkan kecemasan

stres, dan menurunkan tingkat depresi

6. Memberikan motivasi baru bagi penderita dalam bentuk terapi

latihan dan terapi rekreasi

7. Meningkatkan kebersamaan antara sesama penderita, penderita

dengan terapis, dan keluarga dengan terapis sehingga terjalin


10

ikatan yang kuat untuk bersama-sama memecahkan setiap masalah

yang dihadapi (Soeparman, 2011).

2.1.3 Manfaat senam Anti Stroke

Semua jenis senam dan aktivitas olahraga ringan tersebut, sangat

bermanfaat untuk menghambat penurunan fungsi organ tubuh manusia.

Senam di samping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi

organ tubuh juga dapat berpengaruh dalam peningkatan imunitas tubuh

manusia setelah latihan. Latihan senam yang teratur dan terukur menurut

Cooper dalam Sumosardjono (2010) akan meningkatkan efisiensi paru-

paru dan kerja jantung. Aktivitas bermanfaat untuk meningkatkan dan

mempertahankan komponen kebugaran dasar meliputi ketahanan

kadiorespiratori (jantung, paru, peredaran darah), lemak tubuh kekuatan

otot dan kelenturan sendi (Giam dan Teh, 2010).

Manfaat dari senam menurut Nugroho (2010) antara lain :

1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia

2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam

kehidupan (adaptasi).

3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam

fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalnya sakit.


11

2.1.4 Dosis Latihan Senam Anti Stroke

Takaran atau dosis latihan yang dijabarkan dalam konsep FIT

(Frekuensi, Intensity and time):

1. Frekuensi

Frekuensi adalah banyaknya unit latihan perminggu.

Meningkatkan kebugaran perlu latihan3 -5 kali perminggu yang

dilakukan berselang, misalnya : Senin-Rabu-Jumat, sedangkan hari

yang lainnya digunakan untuk istirahat agar tubuh memiliki

kesempatan melakukan recovery (pemulihan) tenaga (Iriyanto, 2011.)

2. Intensitas

Intensitas adalah kualitas yang menunjukkan berat ringannya

latihan. Besarnya intensitas tergantung pada jenis dan tujuan latihan.

Cara untuk memprediksi intensitas latihan menggunakan (Training

Heart Rate = THR), secara umum intensitas latihan kebugaran adalah

60%-90% detak jantungmaksimal dan secara khusus intensitas

latihan untuk pemula < 65% Detak Jantung Maksimal (DJM),

pembakaran lemak 65%-75%(DJM) dan daya tahan paru-jantung

75%-85%(DJM). Menghitung intensitas dengan rumus DJM = 220 –

Umur (Iriyanto, 2011).

Cara lain yang sederhana untuk memprediksi intensitas

latihan yakni tes bicara (talking test), jika seseorang selesai berlatih

masih mampu berbicara tidak terengah-engah intensitas latihan tepat,

namun jika seseorang masih mampu berbicara sambil terengah-

engah maka hal tersebut sebagai penanda intensitas latihan terlalu

tinggi (Iriyanto, 2011)


12

3. Waktu

Waktu atau durasi yang diperlukan setiap kali berlatih

(Iriyanto, 2011). Beberapa istilah yang sering digunakan untuk

menentukan takaran latihan antara lain :

a) Repetisi adalah banyaknya ulangan dalam satu rangkaian gerak

b) Set adalah kumpulan ulangan gerak.

c) Recovery adalah waktu selang antar perangsangan gerak.

2.1.5 Langkah-langkah Senam Anti Stroke

No Posisi Gerakan Fungsi

PEMANASAN
1. Berdiri kedua tangan Menundukkan kepala dan Mempersiapkan
di pinggang menegakkan kembali otot daerah leher
mengulang sampai 2 kali 8 sternohyoideus
hitungan dan trapezius
2. Berdiri kedua tangan Mempalingkan kepala ke kiri Mempersiapkan
di pinggang dank ke kanan secara otot daerah leher
bergantian melakukan 2 kali 8 sterno mastodeus
hitungan
3. Berdiri kedua tangan Memirigkan kepala ke kiri dan Mempersiapkan
di pinggang kekanan secara bergantian otot daerah leher
melakukan hitungan sampai 2 sternohyoideus
kali 8 hitungan dan puncak
trapezius
4. Berdiri kedua tangan Mengangakat kedua pundak Mempersiapkan
lurus sepanjang dan menurunkan lagi otot daerah leher
badan sternohyoideus
dan pundak
trapezius deltoid
5 Berdiri kedua tangan Menggerakkan pundak ke Mempersiapkan
lurus sepanjang depan dank ke belakang otot daerah leher
badan melakukan sampai 2 kali 8 sternohyoideus
13

hitungan dan pundak


trapezius deltoid
6 Berdiri kedua tangan luruskan tangan kiri ke depan mempersiapkan
lurus sepanjang sambil putar badan ke kanan otot dan sirkulasi
badan dan ke kiri secara bergantian, daerah sendi bahu
hitung sampai 2 x 8. bagian depan
(fleksor)
7 Berdiri. Kedua Tarik nafas panjang. Ulangi mempersiapkan
tangan lurus sampai hitungan 3X8 otot dan sirkulasi
sepanjang badan daerah sendi bahu
bagian samping
(abductor)

8 Berdiri kedua tangan pindahkan berat badan ke mempersiapkan


lurus sepanjang kiri dan ke kanan secara otot dan
badan bergantian. sirkulasi daerah
Pada saat berat badan badan
bertumpu di
kaki, tumit diangkat hingga jinj
it. Ulangi
sampai hitungan 2 x 8.

9 berdiri. Kedua pindahkan berat badan mempersiapkan


tangan di sambil angkat tumit kanan. otot dan
pinggang Pindahkan sirkulasi daerah
berat badan ke bel tungkai depan
akang sambil
angkat jari kaki kiri. Ulangi
gerakan ini
sampai hitungan 2 x 8 secara
bergantian antara kaki kanan
dan kiri

10 berdiri. Kedua pindahkan berat badan sambil mempersiapkan


tangan di angkat tumit kanan. otot dan
14

pinggang Pindahkan berat badan ke sirkulasi daerah


belakang sambil angkat tungkai belakang.
jari kaki kiri, tetapi saat berat
badan kedepan, angkat kaki
kanan. Saat berat badan ke
belakang, angkat kaki
kiri. Ulangi gerakan ini sampai
hitungan 2 x 8.

11 jalan di tempat. langkahkan kaki kiri dan mempersiapkan


Lakukan kanan satu langkah ke depan jantung dan
sampai 2 x 8 secara bergantian. paru
hitungan Selanjutnya, dengan gerakan
yang sama lengkahkan kaki
ke belakang. Ulang1 gerakan
ini sampai hitungan 2 x 8.

12 tarik nafas panjang. kaki kiri dan kanan ke Mengambil


Lakukan samping secara bergantian. oksigen dari luar
sampai 2 x 8 Ulangi gerakan ini sampai tubuh.
hitungan hitungan 2 x 8

GERAKAN INTI
1. Berdiri. Buka kaki angkat kedua tangan ke atas melatih
selebar bahu, setinggi mungkin dan kontrol
dan tangan turunkan lagi Lakukan sampai dan
bergantian. 2 x 8 hitungan. memperkuat otot
bisep

2. Berdiri. Kaki terbuka putar tangan ke ke kiri dan melatih dan


selebar ke kanan badan. Ulangi memperkuat otot
bahu, dan tangan sampai 2 x 8 trisep
bergantian dengan hitungan.
lurus di depan.
15

3. Berdiri. Kedua angkat kedua tangan ke melatih dan


tangan lurus samping setinggi bahu memperkuat otot
sepanjang badan sampai bisep brakhi
hitungan 2 x 8.

4. Berdiri. Kedua angkat kedua tangan ke melatih dan


tangan lurus samping memperkuat otot
sepanjang badan. setinggi bisep brakhi
Gerakan : bahu
Fungsi : sampai
hitungan 2 x 8.

5. Berdiri. Kedua angkat lengan kanan lurus ke mengontrol dan


tangan lur samping setinggi bahu dan memperkuat
us angkat otot bisep dan tri
sepanjang badan. lengan kiri ke samping sep
Gerakan : setinggi bahu,
sampai bisa ditekuk 90
derajat.
Palingkan
kepala
ke
kiri
dan
sebaliknya.

6. Berdiri. Kedua : luruskan tangan kiri ke mengontrol dan


tangan di depan memperkuat
samping badan dan sambil putar badan ke kanan otot seratus
ditekuk 90 derajat. dan ke anterior
kiri secara bergantian, hitung
sampai 2
x 8.
16

7. Tarik nafas panjang.


Ulangi sampai
hitungan 3x8.

8. Berdiri. Kaki dibuka pindahkan berat badan ke melatih


selebar kiri dan ke kanan secara proprioceptor
bahu, tangan di bergantian. tungkai
pinggang. Pada saat berat badan agar mampu
bertumpu di merasakan beban.
kaki, tumit diangkat hingga jinj
it. Ulangi
sampai hitungan 2 x 8.

9. Berdiri. Kaki kiri di pindahkan berat badan melatih


depan kedua sambil angkat tumit kanan. keseimbangan
tangan di pinggang. Pindahkan dan
berat badan ke bel proprioceptor
akang sambil tungkai
angkat jari kaki kiri. Ulangi
gerakan ini
sampai hitungan 2 x 8 secara
bergantian antara kaki kanan
dan kiri.

10. Posisi : sama pindahkan berat badan sambil memperkuat


dengan posisi nomor angkat tumit kanan. otot tensor fasia
sembilan. Pindahkan berat badan ke lata
belakang sambil angkat jari
kaki kiri, tetapi saat berat
badan kedepan, angkat kaki
kanan. Saat berat badan ke
belakang, angkat kaki kiri.
Ulangi gerakan ini sampai
hitungan 2 x 8.
17

11. Berdiri. Kedua kaki langkahkan kaki kiri dan memperkuat otot
rapat, kedua kanan satu langkah ke depan adductor dari
tangan lurus secara paha dan otot
sepanjang badan bergantian. rektur femoris
. Selanjutnya,
dengan
gerakan yang sama
lengkahkan kaki ke
belakang. Ulang
i gerakan ini sampai
hitungan 2 x 8
12. Berdiri. Kedua kaki kaki kiri dan kanan ke memperrkuat
rapat, kedua samping secara bergantian. ototgluterus
tangan lurus Ulangi maximus dan otot
sepanjang badan gerakan ini sampai hitungan 2 aduktor
x 8.

13. Tarik nafas panjang.


Ulangi sampai
hitungan 3
x
8

14 Posisi : sama jalan ke depan dan ke memperkuat otot


dengan posisi nomor belakang secara bergantian rektus
11 antara kaki femoris, otot paha
kiri dan kanan (empat lateral dan otot
langkah). Ulangi paha
gerakan i medical
ni sampai hitungan 2 x 8.

15. Posisi : sama langkahkan kaki (empat memperkuat o


dengan posisi nomor langkah) kesamping kiri dan tot gluterus
11 kanan maximus
18

Gerakan : secara bergantian.


Fungsi :
16. Posisi : berdiri. tekuk dan luruskan kedua memperkuat otot
Kedua kaki rapat, lutut 20 rektus
kedua derajat. Ulangi gerakan ini femoris
tangan di pinggang. sampai hitungan 2 x 8.

17. Posisi :kaki kiri dan tekuk dan luruskan lutut kiri memperkuat otot
kanan serong sekitar 20 derajat. Ulangi Rektur
kedepan dengan sampai femoris dan otot
secara bergantian hitungan 2 x 8. tibialis anterior

18. Posisi : berdiri. tekuk lutut kiri dan kanan memperkuat otot
Kedua kaki lebih sekitar 20 derajat yang diikuti vastus
lebar dengan lateralis
dari bahu. badan secara bergantian.
Ulangi
gerakan ini sampai hitungan 3
x 8.

19. Tarik nafas panjang.


Ulangi sampai
hitungan 3 x 8

PENDINGINAN
1 Posisi : Berdiri. Ked Kaki kiri jauh kedepan kedua Meregangkan otot
ua lengan tangan di lutut kiri. Kaki kanan betis dan
sepanjang badan. tetap p
Gerakan : lurus ke belakang. Tahan aha depan
Fungsi : sampai
hitungan 1 x 8 lakukan
gerakan ini
secara bergantian antara kaki
kiri dan
kanan.
19

2 Posisi : Sama memb Meregangkan otot


dengan posisi nomor ungkukan badan dan tungkai
satu kedua tangan menopang ke belakang bagian
dua atas.
lutut.
Men
ahan sampai hitungan 1 x 8.

3 Berdiri. Kedua menga Meregangkan otot


lengan ngkat kedua tangan punggung
sepanjang ba lurus ke depan seolah-olah
dan dan kedua mendorong jauh ke depan.
tangan menahan sampai 1 x 8.
bergandengan.

4 Posisi : Sama menga Meregangkan otot


dengan posisi nomor ngkat kedua tangan badan bagian
Satu lurus di atas ke samping
pala dan terus dorong
ke atas. menahan sampai
hitungan 1 x 8.

5 Posisi : Sama Mengangkat kedua tangan Meregangkan otot


dengan posisi nomor lurus kedepan. Memutar pinggang sisi kiri
satu badan ke samping kiri dan dan kanan
kanan secara bergantian
sejauh mungkin. men
ahan sampai 1 x 8 hitungan.

6 Posisi : Berdiri. mempalingkan kepala ke kiri Meregangkan otot


Kedua tangan di dan ke kanan secara leher bagian kiri
pinggang. bergantian. menahan sampai dan kanan
hitungan 1 x 8. belakang.

7 Posisi : Berdiri. memiringkan kepala ke kiri Meregangkan otot


20

Kedua tangan di dan ke kanan secara leher samping kiri


pinggang. bergantian. menahan sampai dan kanan
hitungan 1 x 8.
21

2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Hipertensi

Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah suatu peningkatan

tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan

suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di

dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,

aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal

(Nisa, 2012).

Pada pemeriksaan tekanan darah ada dua angka. Angka yang

lebih tinggi di peroleh saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang

lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi(diastolik),

tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan

diastolic, misalnya 120/80 mmhg, dibaca seratus dua puluh per

delapan puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk

tekanan sisitolik mencapai 140 mmhg atau lebih, atau tekanan

diastolic mencapai 90 mmhg atau lebih, atau keduanya (Jafar, 2010).

Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan

sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sisitolik terisolasi, tekanan

sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, tetapi tekanan diastolik

kurang dari 90 mmhg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran

normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan

dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan

tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun

dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,

kemudian menurun secara perlahan (Jafar, 2010).


22

Penyakit darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit

yang timbul karena tekanan darah di atas normal. Untuk mengetahui

tekanan darah seorang normal atau tidak, perlu di lakukan tensi.

Tekanan darah yang normal adalah 120/80 mm HG. Jika lebih tinggi,

artinya mengalami darah tinggi, sedangkan jika lebih rendah, artinya

mengalami darah rendah (Jafar, 2010).

Saat memeriksa tekanan darah, hasilnya berupa dua angka.

Misalnya 120/80 yang artinya angka pertama yang disebut (misalnya

120) adalah tekanan darah sistolik, yaitu tekanan saat jantung

berdenyut atau berdetak dan sering juga disebut tekanan atas.

Selanjutnya, angka kedua di sebut (80) adalah sistolik, yaitu tekanan

jantung saat beristirahat di antara saat pemompaan dan sering juga

disebut tekanan bawah. Alat yang digunakan untuk memeriksa

tekanan darah adalah tensimeter. Ada dua macam tensimeter, yaitu

tensimeter yang digital dan tensimeter yang menggunakan air raksa,

yang biasa digunakan pada umumnya (Nisa, 2012).

2.2.2 Penyebab Hipertensi

Penyakit darah tinggi yang berkembang saat ini, belum tentu

diketahui oleh penderitanya karena kadang-kadang penyakit darah

tinggi tidak memunculkan gejala-gejala atau keluhan-keluhan

sehingga sering disebut the silent killer. Penyakit darah tinggi terdiri

atas dua tipe, yaitu tipe darah tinggi primer dan tipe darah tinggi

sekunder. Darah tinggi primer ialah penyakit darah tinggi yang

disebabkan pola hidup tidak sehat dan lain-lain. Selain itu, darah

tinggi sekunder ialah penyakit darah tinggi yang disebabkan oleh


23

seseorang menderita penyakit tertentu, misalnya penyakit gagal

jantung, gagal ginjal, dan kerusakan hormone tubuh. Menurut Nisa

(2012), faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit darah tinggi tipe

primer antara lain meliputi :

1. Pola Hidup Tidak Sehat

Pola hidup tidak sehat merupakan faktor utama penyakit

darah tinggi maupun penyakit-penyakit lainnya. Dengan

menerapkan pola hidup tidak sehat, kebutuhan nutrisi tubuh tidak

tercukupi sehingga organ-organ tubuh kurang atau tidak berfungsi

sebagaimana mestinya (Nisa, 2012).

a. Teknik pengolahan masakan yang kurang sehat.

Teknik pengolahan masakan mempengaruhi kualitas

masakan. Hindari masakan yang dibakar dan gorengan.

Pilihlah masakan yang direbus, ditumis ,dan dikukus karena

lebih sehat dan memiliki kandungan lemak yang sedikit (Nisa,

2012).

b. Kurang istirahat

Istirahat merupakan kebutuhan biologis, seperti makan,

minum, dan buang air kecil. Istirahat salah satu cara untuk

meremajahkan sel-sel dalam tubuh sehingga orang yang

cukup istirahat akan terlihat segar dan bersemangat,

sedangkan orang yang kurang istirahat akan terlihat lesu dan

bermalas-malasan (Nisa, 2012).

c. Kurang mengkonsumsi air mineral


24

Pada dasarnya, setiap orang memiliki kebutuhan

mengkonsumsi air mineral yang berbeda-beda tergantung

pada berat badan, tinggi badan, usia, jenis kelamin, cuaca,

aktivitas sehari-hari, dan lain-lain (Nisa, 2012).

d. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak.

Lemak merupakan simpanan energi bagi manusia.

Lemak yang terdapat pada makanan berfungsi sebagai

sumber, menghemat protein dan vitamin yang ada dalam

tubuh, membuat rasa kenyang lebih tahan lama, dan

memberikan cita rasa yang nikmat dalam masakan. Lemak

juga berfungsi sebagai zat pembangun, zat pelindung ketika

tubuh merasakan panas, penghasil panas, penghasil asam

lemak esensial, pelarut vitamin A,D,E,K serta sebagai

prekusor dari prostaglandin yang terdapat dalam sperma

sebagai pengatur dalam tekanan darah, detak jantung, dal

lipofisis(Nisa, 2012).

e. Faktor Genetik atau Keturunan

Jika seseorang memiliki orang tua atau keluarga yang

memiliki penyakit darah tinggi, kemungkinan untuk menderita

penyakit darah tinggi pun semakin tinggi.

Menurut penelitian bahwa penyakit darah tinggi dapat

di wariskan kepada keturunan melalui gen, namun belum tentu

selalu diwariskan. Walaupun sudah ada bukti-bukti yang

menunjukkan penyakit darah tinggi yang berhubungan dengan


25

genetik, masih sulit untuk menentukan secara pasti tingkat

resiko pada penyakit darah tinggi (Nisa, 2012).

f. Sering mengkonsumsi garam berlebihan

Garam sebenarnya di perlukan tubuh, namun dalam

batas yang normal. Jika mengkonsumsi garam (sodium atau

natrium) berlebihan, dapat meningkatkan tekanan darah.

Garam akan terkumpul dalam darah yang mengakibatkan

darah menjadi kental. Garam berlebih pun akan menyebabkan

banyak cairan dalam tubuh yang tertahan, hal itu dapat

meningkatkan volume darah seseorang. Hal inilah yang

menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra karena adanya

peningkatan tekanan darah dalam dinding pembuluh darah

sehingga terjadilah penyakit darah tinggi. Konsumsi garam

perhari sebaiknya tidak lebih dari 2.400 mg (Nisa, 2012).

g. Kurang Olah Raga

Kurangnya beraktivitas dapat menyebabkan tekanan

darah dalam tubuh meningkat karena kurangnya olah raga

akan meningkatkan kelebihan berat badan (obesitas), jika

kurang berolah raga, otot-otot tubuh dan rangka tubuh menjadi

kaku, denyut jantung pun lemah sehingga peredarah darah

dan oksigen dalam tubuh kurang lancer. Ciri-ciri orang yang

kurang olah raga antara lain mudah lelah, cepat pegal-pegal,

sering pusing, kurang bersemangat, dan wajahnya lesu. Jika

kurang olah raga, dapat menimbulkan penyakit jantung,

ketegangan syaraf, sakit pinggang, kelebihan berat badan,


26

diabetes, osteoporosis, depresi, atrhirtis, dan insomnia (Nisa,

2012).

h. Kegemukan atau Obesitas

Kegemukan atau obesitas data di akibatkan karena

seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang

mengandung lemak yang berlebih, kurang berolahraga, dan

lain-lain. Kandungan lemak berlebihan dalam darah

menyebabkan timbulnya timbunan kolesterol dalam pembuluh

darah sehingga pembuluh darah menyempit, lalu terjadilah

penyakit darah tinggi. Orang yang menderita obesitas akan

memiliki kemungkinan terjadinya penyakit darah tinggi lebih

besar di bandingkan dengan orang yang bertubuh ideal (Nisa,

2012).

i. Emosi atau Stress

Faktor emosi sangat berpengaruh sebagai penyebab

terjadinya penyakit darah tinggi. Ketika stress, nafsu makan

berkurang atau bahkan hilang, istirahat tidak berkualitas,

jantung berdebar-debar, dan tekanan darah pun semakin

tinggi sehingga organ-organ dalam tubuh terganggu fungsinya.

Ketika stress, suplai oksigen berkurang sehingga

menyebabkan pusing, atau sakit kepala. Setres dan pikiran

tidak tenang bisa menyebabkan naiknya tekanan darah. Jika

sering stres, besar kemungkinan bisa beresiko terkena darah

tinggi (Nisa, 2012).

j. Merokok
27

Merokok mengandung zat-zat yang membahayakan

bagi tubuh diantaranya nikotin, karbon monoksida, dan bahan-

bahan berbahaya lainnya, merokok dapat menyebabkan

penyakit darah tinggi karena tembakau yang mengandung

nikotin, serangan jantung, kanker, impotensi, dan gangguan

pada janin saat kehamilan (Nisa, 2012).

k. Alkohol

Mengonsumsi alcohol dapat mengakibatkan penyakit

darah tinggi dan penyakit-penyakit lainnya dan tingkat

kesadaran akan hilang karena dalam alkohol terdapat zat-zat

berbahaya dalam tubuh (Nisa, 2012).

l. Faktor Usia

Ketika usia semakin bertambah, tekanan darah pun

akan semakin meningkat. Akan tetapi, saat ini penyakit darah

tinggi pun banyak menyerang usia muda. Hal ini terjadi karena

faktor pola hidup tidak sehat. Jagalah kesehatan, baik pada

waktu usia muda maupun pada waktu usia tua (Nisa, 2012).

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi

Menurut Joint National Commite 7klasifikasi JNC (Joint

Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure) yang dikaji pada tabel 2.1 oleh 33 ahli

hipertensi nasional Amerika Serikat (Jafar, 2010).


28

Tabel. 2.1 Klasifikasi Hipertensi (Jafar, 2010).

No Nilai Tekanan mmHg Klasifikasi

1. Diastolik <85 Tekanan darah normal

90-99 Tekanan darah ringan

100-109 Tekanan darah sedang

>110 Tekanan darah berat


2. Sistolik < 140 Tekanan darah normal

140-159 Tekanan darah ringan

160-179 Tekanan darah sedang

>180 Tekanan darah berat

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua

golongan.

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah

hipertensi esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik).

Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya

hipertensi esensial seperti berikut:

a. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi, berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

b. Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan

wanita pasca menopause berisiko tinggi untuk mengalami

hipertensi
29

c. Diet: konsumsi tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

d. Berat badan (obesitas).

e. Gaya hidup: merokok dan konsumsi alcohol.

2. Hipertensi sekunder

Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah

hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya

seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus

munculnya hipertensi sekunder antara lain penggunaan

kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak,

ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume

intravascular, luka bakar, dan stress (Jafar, 2010).

2.2.4 Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat

dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain

penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini

berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika

tekanan arteri tidak terukur (Jafar, 2010).

Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim

yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.

Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang

mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien


30

yang menderita hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing

lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis,

kesadaran menurun (Jafar, 2010).

Gejala kekambuhan adalah jatuh sakit lagi (biasanya lebih

parah dari pada penyakitnya dahulu) (kamus lengkap Bahasa

Indonesia, 1999 : 98). Tekanan darah “normal” itu bervariasi pada

masing-masing individu, tergantung dari usia dan kegiatan sehari-

hari. Saat ini WHO-ISH tidak membedakan kriteria hipertensi baik

itu orang muda maupun orang tua, karena pada prinsipnya

tekanan darah yang tinggi bisa menyebabkan komplikasi ke organ

lain yang lebih berbahaya. Jadi anggapan bahwa orang tua,

dengan tekanan darah yang tinggi masih relatif normal, tidak bisa

dipertahankan untuk saat ini. Mengingat komplikasi jangka

panjang yang bisa ditimbulkan, jika tidak dilakukan intervensi

pengendalian tekanan darah (Jafar, 2010).

Pada umumnya kekambuhan pada penderita hipertensi

beragam. Jika kekambuhan tersebut tidak diikuti tanda-tanda yang

lain, misalnya : rasa berat di tengkuk (pusing yang hebat), sulit

tidur, mata berkunang-kunang, rasa sakit di dada, telinga

berdenging. Biasanya pada penderita hipertensi, apabila tekanan

darahnya 160/80 mmHg tidak kambuh bila tidak disertai tanda-

tanda di atas. Berarti tergolong hipertensi sedang, karena

umumnya penderita hipertensi tekanan darahnya lebih dari 140

mmHg. Tetapi bila tekanan darahnya 150/90 mmHg disertai rasa

berat di tengkuk dan mata berkunang-kunang di katakan kambuh.


31

Bahkan penderita hipertensi yang mengalami kekambuhan

bisa berakibat stroke karena penderita dalam keadaan tekanan

darahnya tinggi terjatuh atau mengalami cidera. Maka dari itu

penderita hipertensi dianjurkan memeriksakan tekanan darahnya

agar kekambuhan bisa diketahui bila tidak ingin berakibat fatal

pada hidupnya (Jafar, 2010).

2.2.5 Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensinI converting enzyme

(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur

tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi

di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan

diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,

angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang

memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua

aksi utama (Jafar, 2010).

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone

antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus

(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas

dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang

diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat

dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan

ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari

bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada

akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Jafar, 2010).


32

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari

korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki

peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan

ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)

dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi

NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume

cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume

dan tekanan darah (Jafar, 2010).

2.2.5 Penatalaksanaan

1. Terapi Farmakologis

Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan

mempengaruhi metabolisme dan distribusi obat, karenanya harus

dipertimbangkan dalam memberikan obat antihipertensi.

Hendaknya pemberian obat dimulai dengan dosis kecil dan

kemudian ditingkatkan secara perlahan. Menurut JNC VI1 pilihan

pertama untuk pengobatan pada penderita hipertensi lanjut usia

adalah diuretic atau penyekat beta. Pada HST, direkomendasikan

penggunaan diuretic dan antagonis kalsium. Antagonis kalsium

nikardipin dan diuretic tiazid sama dalam menurunkan angka

kejadian kardiovaskular. Adanya penyakit penyerta lainnya akan

menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat antihipertensi. Pada

penderita dengan penyakit jantung koroner, penyekat beta

mungkin sangat bermanfaat, namun demikian terbatas

penggunaannya pada keadaan-keadaan seperti penyakit arteri

tepi, gagal jantung/ kelainan bronkus obstruktif. Pada penderita


33

hipertensi dengan gangguan fungsi jantung dan gagal jantung

kongestif, diuretik, penghambat ACE (angiotensin convening

enzyme) atau kombinasi keduanya merupakan pilihan terbaik

(Jafar, 2010).

Obat-obatan yang menyebabkan perubahan tekanan darah

postural (penyekat adrenergik perifer, penyekat alfa dan diuretik

dosis tinggi) atau obatobatan yang dapat menyebabkan disfungsi

kognitif (agonis a 2 sentral) harus diberikan dengan hati-hati.

Karena pada lanjut usia sering ditemukan penyakit lain dan

pemberian lebih dari satu jenis obat, maka perlu diperhatikan

adanya interaksi obat antara antihipertensi dengan obat lainnya.

Obat yang potensial memberikan efek antihipertensi misalnya :

obat anti psikotik terutama fenotiazin, antidepresan khususnya

trisiklik, L-dopa, benzodiapezin, baklofen dan alkohol. Obat yang

memberikan efek antagonis antihipertensi adalah: kortikosteroid

dan obat antiinflamasi nonsteroid. Interaksi yang menyebabkan

toksisitas adalah:

Tiazid: teofilin meningkatkan risiko hipokalemia, lithium

risiko toksisitas meningkat, karbamazepin risiko hiponatremia

menurun, Penyekat beta: verapamil menyebabkan bradikardia,

asistole, hipotensi, gagal jantung; digoksin memperberat

bradikardia, obat hipoglikemik oral meningkatkan efek

hipoglikemia, menutupi tanda peringatan hipoglikemia. Dosis

beberapa obat diuretic penyekat beta, penghambat ACE,

penyekat kanal kalsium, dan penyakat alfa yang dianjurkan pda


34

penderita hipertensi pada lanjut usia adalah sebagai berikut. Dosis

obatobat diuretic (mg/hari) misalnya: bendrofluazid 1,25-2,5,

klortiazid 500-100, klortalidon 25-50,hidroklortiazid 12,5-25, dan

indapamid SR 1,5. Dosis obat-obat penyekat beta yang

direkomendasikan adalah: asebutolol 400 mg sekali atau dua kali

sehari, atenolol 50 mg sekali sehari, bisoprolol 10-20 mg sekali

sehari, celiprolol 200-400 mg sekali sehari, metoprolol 100- 2000

mg sekali sehari, oksprenolol 180-120 mg dua kali sehari, dan

pindolol 15-45 mg sekali sehari. Dosis obat-obat penghambat ACE

yang direkomendasikan adalah: kaptopril 6,25-50 mg tiga kali

sehari, lisinopril 2,5-40 mg sekali sehari, perindropil 2-8 mg sekali

sehari, quinapril 2,5-40 mg sekali sehari, ramipril 1,25-10 mg

sekali sehari. Dosis obat-obat penyakat kanal kalsium yang

dianjurkan adalah: amlodipin 5-10 mg sekali sehari, diltiazem

200mg sekai sehari, felodipin 5-20 mg sekali sehari, nikardipin 30

mg dua kali sehari, nifedipin 30-60 mg sekali sehari, verapamil

120-240 mg dua kali sehari. Dosis obat-obat penyakat alfa yang

dianjurkan adalah doksazosin 1-16 mg sekali sehari, dan prazosin

0,5 mg sehari sampai 10 mg dua kali sehari.(Jafar, 2010).

2. Terapi non farmakologis.

Untuk menurunkan tekanan darah tinggi, secara herbal,

bisa menggunakan buah-buahan, sayur-sayuran, daun-daunan,

dan akar-akaran salah satunya Kunyit yang mengandung kalium

atau potassium. Dimana senyawa tersebut berperan penting


35

untuk mengatur fungsi dan ritme jantung serta mengatur tekanan

darah (Nisa, 2012).

2.2.6 Komplikasi

Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien

hipertensi esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah

pada organ-organ vital. Gagal jantung, infark miokard, stroke dan

gangguan penglihatan adalah komplikasi yang umum akibat

hipertensi (Santoso, 2010).

1. Gagal jantung adalah suatu kondisi di mana jantung mengalami

kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan

sel-sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara adekuat. Hal ini

mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna

menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh

tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal.

Jantung hanya mampu memompa darah waktu yang singkat dan

dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa

dengan kuat(Jafar, 2011).

2. Infark miokard

Infark miokard adalah suatu keadaan infark atau nekrosis

otot jantung karena kurangnya suplai darah dan oksigen pada

miokard (ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen miokard). Salah satu penyebabnya adalah hipertensi

kronis(Jafar, 2011).

3. Stroke
36

Hipertensi harus diwaspadai. Sebab, jika peningkatan

tekanan darah terjadi dalam waktu lama bisa menyebabkan

berbagai penyakit berat. Misalnya saja, pemampatan pembuluh

darah di otak berpeluang menyebabkan penyakit stroke(Jafar,

2011).

4. Gangguan penglihatan Pecahnya pembuluh darah pada retina

mengakibatkan pandangan kabur. Pada penderita hipertensi, hal

ini dapat terjadi(Santoso, 2010).

2.2.7 Pencegahan Hipertensi

Pencegahan jauh lebih baik dari pada harus mengobati

penyakit. Penyakit darah tinggi merupakan penyakit yang berbahaya,

bahkan menyebabkan kematian penyakit darah tinggi dapat

menimbulkan penyakit-penyakit kematian, seperti penyakit jantung,

dan stroke. Oleh karena itu, penyakit darah tinggi harus dicegah

dengan cara-cara sebagai berikut (Nisa, 2012).

1. Menerapkan Pola Hidup Sehat

Biasakan mengonsumsi makanan dan minuman sehat dan

bergizi, istirahat yang cukup, minum mineral 8 gelas setiap hari,

dan lain-lain.

2. Kurangi Konsumsi Garam

Kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mengurangi garam

dalam makanan, diantaranya sebagai berikut.

a. Tidak menyediakan garam diatas meja makan.

b. Ketika membeli makanan dalam kemasan, perhatikan

komposisi.
37

c. 5Kurangi mengonsumsi makanan dan minuman yang

berlemak.

d. Kurangi mengonsumsi gorengan yang mengandung banyak

garam.

3. Membiasakan Olahraga Teratur

Untuk pencegahan penyakit darah tinggi, pilihlah olahraga

yang kita senangi dan kuasai. Lakukanlah olahraga minimal satu

kali dalam seminggu selama 30-40 menit. Olahraga yang mudah

dan murah, di antaranya berjalan kaki, jogging, lari, bersepeda,

senam, menari, dan sepak bola.

Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi.

Untuk yang sudah mengalami penyakit darah tinggi, pilihlah

olahraga yang ringan, seperti berjalan kaki, joging, bersepeda,

senam pilates, yoga, dan berenang.

4. Menghindari Stress

Buatlah hari-hari menjadi menyenangkan dan

membahagiakan. Hal ini baik untuk kesehatan karena akan

memberikan efek ketenangan sehingga organ-organ pada tubuh

dapat berfungsi sebagaimana semestinya.

5. Hindari Merokok

Dalam rokok terdapat zat nikotin dan zat-zat lainnya yang

dapat meningkatkan tekanan darah tinggi. Selain itu, merokok

juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti

penyakit jantung, kanker, stroke, dan diabetes.

6. Konsumsi Buah-buahan, akar-akaran dan Sayur-sayuran


38

Konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang

mengandung sumber vitamin dan mineral alami serta buah-

buahan dan sayur-sayuran yang mengandung kalium,

magnesium, kalsium, karena dapat mengurangi tekanan darah

tinggi.

Buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan sumber

makanan yang mengandung gizi lengkap dan sehat. Sayur

berwarna hijau merupakan sumber beta karoten, provitamin A,

dan lain-lain.

Semakin tua sayur-sayuran maka semakin banyak

kandungan beta karotenya. Kandungan beta karoten pada sayur-

sayuran membantu memperlambat proses penuaan dini,

mencegah resiko penyakit darah tinggi dan kanker, meningkatkan

fungsi paru-paru, menurunkan komplikasi yang berkaitan dengan

diabetes, dan lain-lain.

Buah-buahan yang banyak mengandung vitamin A,

diantaranya avokad, apel, blimbing, jambu, jeruk, mangga,

pepaya, dan lain-lain yang banyak mengandung vitamin E, yaitu

kecambah atau taoge,

Buah-buahan dan sayur-sayuran kaya berbagai jenis

mineral, diantaranya kalium (K), kalsium (Ca), natrium (Na), dan

zay besi (Fe) buah-buahan yang kaya kalium, kalsium, salah

satunya, buah Jeruk nipis, dan semua jenis jeruk dapat

menurunkan tekanan darah tinggi karena mengandung kalium

(Nisa, 2012).
39

7. Kurangi Lemak

Kurangi makanan dam minuman yang mengandung

banyak lemak, seperti jeroan, santan kelapa, melinjo,dan susu full

cream. Gantilah makanan dan minuman yang rendah lemak(Nisa,

2012).

Trigliserida merupakan suatu jenis lemak. Semua lemak

yang kita konsumsi termasuk trigliserida. Trigliserida diangkut

melalui aliran darah untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi

bagi tubuh (Nisa, 2012).

Saat ini, trigliserida ramai dibicarakan karena dapat

mengakibatkan kolesterol. Kolesterol merupakan suatu penyakit yang

perlu dihindari. Perhatian lebih terhadap trigliserida pun mulai

diperhatikan oleh kalangan medis. Trigliserida memiliki dampak

buruknya terhadap kesehatan, asam lemak yang membentuk trigliserida

dapat dimanfaatkan sebagai sumber energy yang diperlukan sebagai

otot-otot tubuh yang bekerja atau disimpan sebagai cadangan energi

dalam bentuk lemak dalam tubuh. Trigliserida dapat mengakibatkan

kolesterol, dan diabetes (Nisa, 2012).

Partikel kolesterol (LDL) jika berada dalam jumlah yang

berlebihan, akan menumpuk disepanjang dinding pembuluh darah

sehingga menyebabkan timbulnya aterosklerosis yang membuat

diameter pembuluh darah menyempit, lalu menyebabkan aliran darah

terganggu, pada waktu jangka yang panjang akan menimbulkan

penyakit darah tinggi, jantung koroner, dan lain-lain (Nisa, 2012).


40

2.3 Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Senam Anti

Stroke dan Senam Lansia

Perubahan struktral dan fungsional pada sistem pembuluh perifer

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada

usia lanjut. Pengukuran tekanan darah pada lansia 10 menit sebelum

senam Anti Stroke dan Senam Lansia dan 30 menit Pengukuran

Tekanan Darah Sesudah Senam Anti Stroke dan Senam Lansia (Once,

2011).

2.3 Konsep Lansia

2.3.1 Pengertian

Lansia merupakan istilah tahap akhir proses menua. Definisi

lansia sebagaimana diatur pada pasal 1 angka 2 Undang –Undang

Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Lansia adalah

keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologi (Efendi,

2009:243).Lansia adalah kelompok orang yang sedang mengalami

suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa

dekade (Notoatmodjo, 2010). Lansia adalah bagian dari proses tumbuh

kembang (Lilik Marifatul Azizah, 2011).

Ageing Process (proses menua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita. Menua bukanlah salah satu penyakit tetapi


41

merupakan proses perubahan yang dialami oleh lansia (Lilik Marifatul

Azizah, 2011).

2.3.2 Batasan Lansia

WHO (2010) menggolongkan lansia berdasarkan usia

kronologi/biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle

age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara

60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75 –90 tahun, dan usia sangat

tua (very old) diatas 90 tahun, sedangkan menurut Nugroho (2011)

menyimpulkan pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa ahli,

bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang berumur 65 tahun

keatas (Lilik Marifatul Azizah. 2011).

Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 seseorang dapat

dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang

bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak

berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan

menerima nafkah dari orang lain (Lilik Marifatul Azizah. 2011).

2.4 PengaruhSenam Anti Stroke Terhadap Hipertensi

Senam stroke ditengarai mampu mencegah terjadinya stroke dan

meningkatkan kebugaran pada lansia Permasalahan yang paling

menonjol pada penderita stroke adalah hilangnya koordinasi (lost of

coordination), hal ini terjadi karena adanya gangguan beberapa faktor

antara lain tonus otot, motorik, sensorik, persepsi, keseimbangan dan

pola gerak Senam stroke merupakan latihan fisik dan mental,

memadukan gerakan bagian -bagian tubuh dengan teknik dan irama

pernapasan melalui pemusatan pemikiran yang dilaksanakan secara


42

teratur, serasi, benar dan berkesinambungan. dikombinasikan dengan

gerak peregangan dan persendian jadilah sebagai olah raga kesehata

(nugroho, 2013).

Senam stroke juga disebut bentuk kreasi dan inovasi dari

beberapa jenis metode latihan, metode latihan tersebut disusun

sedemikian rupa sehingga memberikan rangsangan beberapa reseptor

yang akan dibawa ke otak, selanjutnya diproses dan menghasilkan

output berupa gerakan yang terkoordinasi. Metode latihan yang

mendasari antara lain gerakan yang didasarkan atas perkembangan

bayi normal, gerakan yang diikuti dengan merapatkan tangan ke badan

atau sebaliknya, gerakan leher yang diikuti dengan gerakan secara

sistematis/tidak sistematis, gerakan yang didasarkan atas kemampuan

otak (Soeparman, 2011).


43

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep konsep yang

ingin di amati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmojo, 2013).

Faktor yang mempengaruhi penyakit darah tinggi:


1. Pola hidup tidak sehat
2. Tekhnik pengolahan masakan yang kurang sehat
3. Kurang istirahat
4. Kurang mengkonsumsi air mineral
5. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak
6. Faktor genetic atau keturunan
7. Sering mengkonsumsi garam berlebihan
8. Kurang olahraga
9. Kegemukan atau obesitas
10. Emosi dan stress

1. Senam Anti
Stroke

HIPERTENSI

1. SOP Senam Anti


1. Darah normal :
Stroke
sistolik <140 mmhg
diastolik <85 mmhg
2. Hipertensi ringan :
sistolik 140-159mmhg
diastolik 90-99 mmhg.
3. Hipertensi sedang :
sistolik 160-179 mmhg
Keterangan :
diastolik 100-109 mmhg
Variabel yang diteliti : 4. Hipertensi Berat : sistolik
Variabel yang tidak diteliti :… >180 mmhg diastolik
Yang Mempengaruhi : >180mmhg.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap


Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Suko Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo
44

Penjelasan :

Variabel Independent yaitu Senam Anti Stroke faktor yang

mempengaruhi diantaranya Pola hidup sehat, tekhnik pengolahan masakan

yang kurang sehat, kurang istirahat, kurang mengkonsumsi air mineral,

terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak, sering mengkonsumsi

garam berlebihan, kurang olahraga, kegemukan / obesitas serta emosi

(stress) sehingga berpengaruh Perubahan Tekanan Darah dan batas

tekanan darah Darah normal : sistolik <140 mmhg diastolik <85 mmhg,

Hipertensi ringan : sistolik 140-159mmhg diastolik 90-99 mmhg, Hipertensi

sedang : sistolik 160-179 mmhg diastolik 100-109 mmh, Hipertensi Berat

sistolik >180 mmhg diastolik >180mmhg.

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pernyataan

penelitian yang telah dirumuskan. Hipotesis dalam penelitian keperawatan

terdiri atas hipotesis nol (hipotesis statistik/nihil) dan hipotesis alternatif

(hipotesis kerja). Hipotesis alternatif menyatakan adanya hubungan

antarvariabel sedangkan hipotesis nol menyatakan tidak ada hubungan

antarvariabel (Hidayat, 2015)

H1 : Ada Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada Lansia

Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten

Probolinggo
45

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan

dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2008). Dalam penelitian ini

menggunakan desain penelitian One - group pra–post test design (pra

eksperimen) yang merupakan metode penelitian yang mengungkap

hubungan sebab-akibat yang cara melibatkan satu kelompok subjek. Pada

metode ini kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi,

kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Notoatmodjo, 2016).

Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes

K1 O1 X1 OI

Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Keterangan :

K1 : Subjek Kelompok 1

O1 : Observasi Hipetensi Sebelum Senam Anti Stroke

X1 : Intervensi Senam Anti Stroke

OI : Observasi Hipertensi Sesudah Senam Anti Stroke


46

4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja ini merupakan bagan kerja rancangan kegiatan

penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2016).

Populasi :
Semua Penderita Hipertensi Di Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten
Probolinggo sebanyak 61 orang

Teknik Sampling :
Purposive sampling

Sampel :
Sebagian Penerita Hipertensi di Kegiatan Prolanis Sejumlah 30 orang

Desain Penelitian :
Pra-pascates dalam dua kelompok (Two-group pra-post test design)

Pengumpulan Data :
Observasi

Pengolahan Data :
Editing, Coding, Scoring, Tabulating

ANALISA DATA
Uji Paired T Test

Penarikan Kesimpulan :
Jika p value ≤ 0,05 maka H1 diterima, H0 ditolak

Gambar 4.1 : Kerangka kerja penelitian Pengaruh Senam Anti Stroke


Terhadap Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.
47

4.3 Populasi dan Sampel


4.3.1 Populasi penelitian

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek

yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki

subjek atau objek tersebut (Notoatmodjo, 2016).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Penderita Hipertensi

di Puskesmas Suko Sebanyak 61 Orang.

4.3.2 Sampel penelitian

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Nursalam,

2009). Sampel adalah Semua Penderita Hipertensi sebanyak 30 orang.

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk

mengurangi bias hasil penelitian khususnya terhadap variabel-variabel

(perancu) yang ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang

diteliti (Nursalam, 2009)

1. Kriteria Inklusi

Adalah kriteria atau standar yang ditetapkan sebelum

peneltian atau penelaan dilakukan sebelum melakukan penelitian

(Notoatmodjo, 2010)

a. Lansia yang berusia 60 -74 Tahun

b. Lansia yang bersedia menjadi Responden

c. Lansia yang kooperatif dan Aktif


48

2. Kriteria Eksklusi

Adalah kriteria pengecualian standar yang ditetapkan

sebelum penelitian (Notoatmodjo, 2016).

1. Lansia yang mengalami Permasalahan Kesehatan (Stroke)

2. Lansia yang berada diluar Wilayah Puskesmas.

3. Lansia yang tidak bersedia menjadi responden penelitian.

Sampel dalam penelitian ini adalah Sebagian Penderita

Hipertensi di Puskesmas Suko Sebanyak 30 Orang.

4.3.3 Teknik Sampling

Tehnik sampling merupakan suatu proses seleksi sample yang di

gunakan dalam penelitian dari populasi yang ada ,sehingga jumlah

sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada

(Notoatmodjo,2016).

Sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling yaitu dengan

rumus slovin menggungakan tabel bilangan atau angka acak (random

number) (Notoatmojo, 2016).

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan

sample (Notoatmojo, 2010).

Rumus perhitungan besar sampel penelitian ini dengan rumus

Slovin (Nursalam, 2008).

n= N

1+(N.d 2 ¿

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

d : Standart error (5%)


49

n= N

1+(N.d 2 ¿

n= 61

1+(61.0,052)

= 61

1+(61x0,00061)

= 61

1,3125

= 29,64 ~ 30 = 30 orang

4.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, dkk. 2000

dan Nursalam, 2009). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian

adalah Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada Lansia Di

Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo

4.4.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2009). Dalam penelitian ini

variabel independen yang digunakan adalah Senam Anti Stroke.

4.4.2 Variabel Dependen (Tergantung)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan

variabel lain (Nursalam, 2009). Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah Hipertensi.
50

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan antara bulan Agustus 2020 – September

2021 di Wilayah Kerja Puskesmas Klenang Kidul.

4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena (Notoatmodjo, 2016).

Tabel 4.2: Definisi Operasional Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap


Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo

Definisi Alat
Variabel Indikator Skala Skor
Operasional Ukur
Suatu kegiatan SOP Senam
VariabelInd senam dengan Anti Stroke - - -
ependen tujuan
menurunkan
Senam Anti tekanan darah
Stroke

1. Darah normal :
Variabel Suatu kondisi Pemeriksaan Tensi meter Ordinal sistolik <140
Dependen dimana tekanandara (Observasi) mmhg diastolik
penderita h <85 mmhg
Hipertensi hipotensi bisa (Hipertensi) Merek 2. Hipertensi
terjadinaik (Omron) ringan : sistolik
atau turun 140-159mmhg
diastolik 90-99
mmhg.
3. Hipertensi
sedang : sistolik
160-179 mmhg
diastolik 100-
109 mmhg
4. Hipertensi Berat
: sistolik >180
mmhg diastolik
>180mmhg.
51

4.7 Prosedur Penelitian

Mendapatkan surat izin penelitian dari Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Hafshawaty Jurusan S1 Keperawatan Genggong Probolinggo,

Kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten Probolinggo, Kemudian peneliti mengajukan

permohonan izin penelitian kepada Kepala Puskesmas Suko untuk

memperoleh izin melakukan penelitian.

4.8 Pengumpulan Data

4.8.1 Langkah-Langkah Yang Ditempuh

1. Peneliti mendata Penderita Hipertensi di Puskesmas Suko satu

persatu dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

2. Peneliti memberikan informed consent pada Penderita Hipertensi

yang setuju menjadi responden untuk menandatangani .

3. Peneliti Mengobservasi Hipertensi Sebelum dilakukan Senam

Anti Stroke

4. Peneliti memberikan Senam Anti Stroke sesuai SOP.

5. Peneliti Mengobservasi Hipertensi setelah dilakukan Senam Anti

Stroke

6. Peneliti Menganalisa Tekanan Darah Sebelum dan sesudah

Senam Anti Stroke .

4.8.2 Instrumen

Pengumpulan data dari penelitian ini dengan cara melakukan

observasi Tekanan Darah sebelum dan setelah dilakukan Senam

Anti Stroke .
52

4.9 Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data

yaitu dengan cara:

4.9.1 Editing

Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing data dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul. mengecek dan

memeriksa kelengkapan data artinya memeriksa instrumen data

termasuk pola, kelengkapan data lembaran instrumen mungkin

ada yang lepas atau sobek.

4.9.2 Coding

Memberikan kode pada tiap Lembar Kuesioner dengan

berupa nomor dan memberikan kode pada identitas responden.

Setiap responden pada data Kuesioner diberikan kode sehingga

mempermudah peneliti yaitu nomor responden 01 di beri kode 1,

nomor responden 02 diberi kode 2 dan selanjutnya.

1. Data Umum

a. Umur

a) 60-74 Tahun Kode (1)

b) 75-90 Tahun Kode (2)

c) > 90 Tahun Kode (3)

b. Pendidikan

a) Tidak Sekolah Kode (1)

b) SD Kode (2)

c) SMP Kode (3)


53

d) SMA Kode (4)

e) Perguruan Tinggi Kode (5)

c. Pekerjaan

a) IRT Kode (1)

b) BURUH Kode (2)

c) Wiraswasta Kode (3)

d) PNS Kode (4)

e. Perubahan Tekanan darah

a) Tekanan Darah Normal Kode (1)

b) Hipertensi Ringan Kode (2)

c) Hipertensi Sedang Kode (3)

d) Hipertensi Berat Kode (4)

4.9.3 Skoring

yaitu merupakan pemberian skor terhadap setiap item yang

perlu diberi skor.

4.9.4 Tabulating

yaitu menampilkan data yang diperoleh dalam bentuk tabulasi.

a) Tekanan Darah Normal : < 140 /< 85 mmhg

b) Hipertensi Ringan : 140-159//90-99 mmhg

c)Hipertensi Sedang : 160-179/100-109 mmhg

d) Hipertensi Berat : > 180/> 180 mmhg


54

4.10 Analisa Data

Penelitian ini datanya berbentuk Ordinal, maka setelah data

dikumpulkan dan diperiksa, kemudian akan dilakukan analisa data dengan

komputerisasi untuk menguji hipotesis yang akan dilakukan.

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan adanya Pengaruh Senam

Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas

Suko Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo digunakan uji statistik

“Paired T Test” menggunakan media komputer program “Windows SPSS 23”.

Kemudian peneliti menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

“Apabila nilai p value ≤ 0,05 maka H1 diterima, H0 ditolak artinya ada

Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah

Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo”.

4.11 Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memberikan penjelasan

kepada responden tentang berbagai hal terkait dengan penelitian yang

akan dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan.

4.11.1 Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Tujuan serta Responden terlebih dahulu diberikan

penjelasan tentang maksud dan manfaat intervensi sebelum

dilaksanakan penelitian. Kemudian lembar persetujuan (informed

concent) diberikan dan dijelaskan kepada keluarga dengan tujuan

agar responden dapat mengetahui maksud dan tujuan penelitian

serta dampak yang akan timbul dalam penelitian selama

pengumpulan data. Bila responden menolak untuk diteliti, peneliti

tidak akan memaksa dan menghormati hak responden.


55

4.11.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada pengumpulan data

observasi. Untuk mengikut sertakan peserta peneliti cukup memberi

tanda atau kode pada lembar pengumpulan data.

4.11.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Informasi yang diberikan oleh responden dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu

yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil riset.


56

BAB 5

HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dengan judul “Pengaruh

Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja

Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo Tahun 2021 ”

penelitian dilakukan mulai 1 September 2018 Di Kegiatan PROLANIS (Program

Pencegahan Penyakit Kronis) Puskesmas Klenang Kidul Kecamatan Banyuanyar

5.1 HASIL PENELITIAN

5.1.1 Data Umum


1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Umur
Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo Tahun 2021.

No Umur Frekuensi Prosentase ( % )


1 60-74 Tahun 21 70
2 75-90 Tahun 8 27
3 > 90 Tahun 1 3
Jumlah 30 100
Sumber: Lembar Penelitian 2021

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa prosentase

terbesar responden adalah usia 60-74 Tahun yaitu sejumlah 21

responden (70%), Usia 75-90 Tahun sejumlah 8 orang (27%) dan

Usia > 90 Tahun sejumlah 1 orang (3%).


57

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pendidikan


Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo Tahun 2021.

No Pendidikan Frekuensi Prosentase ( % )


1 SD 18 60
2 SMP 9 30
3 SMA 2 7
4 PT 1 3
Jumlah 30 100
Sumber: Lembar Penelitian 2021

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa prosentase

terbesar responden adalah Pendidikan SD sejumlah 18 responden

(60%), sedangkan pendidikan SMP sejumlah 9 orang (30%),yang

berpeniikan SMA sejumlah 2 orang (7%) dan berpendidikan hingga

perguruan tinggi sejumlah 1 orang (3%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pekerjaan


Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo Tahun 2021.

No Pekerjaan Frekuensi Prosentase ( % )


1 IRT 18 60
2 TANI 10 33
3 WIRASWASTA 1 3
4 PNS 1 3
Jumlah 30 100
Sumber: Lembar Penelitian 2021
58

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa prosentase

terbesar responden adalah Ibu Rumah Tangga sejumlah 18 orang

(60%), pekerjaan sebagai Tani sejumlah 10 orang (33%), pekerjaan

sebagai PNS sejumlah 1 orang (3 %) dan wiraswasta sejumlah 1

orang (3%)

5.1.2 Data Khusus

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Hipertensi Sebelum

Senam Anti Stroke

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Perubahan


Tekanan Darah Sebelum Senam Anti Stroke Pada
Lansia

No Perubahan Tekanan Frekuensi Prosentase


Darah (%)
1 Tekanan Darah Normal 1 3
2 Hipertensi Ringan 3 10
3 Hipertensi Sedang 14 47
4 Hipertensi Berat 12 40
Jumlah 30 100
Sumber: Lembar Penelitian 2018

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa Perubahan

Tekanan darah sebelum Senam Anti Stroke dengan tekanan darah

normal sejumlah 1 orang (3%), yang mengalami hipertensi ringan

sejumlah 3 orang (10%), Hipertensi Sedang sejumlah 14 orang (47%)

dan yang mengalami hipertensi berat sejumlah 12 orang (40%).


59

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Perubahan Tekanan Darah

Sesudah Senam Anti Stroke

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Perubahan


Tekanan Darah Sesudah Senam Anti Stroke Pada
Lansia Penderita Hipertensi

No Perubahan Tekanan Frekuensi Prosentase


Darah (%)
1 Tekanan Darah Normal 4 13
2 Hipertensi Ringan 10 33
3 Hipertensi Sedang 11 37
4 Hipertensi Berat 5 17
Jumlah 30 100
Sumber: Lembar Penelitian 2021

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa Perubahan

Tekanan darah sesudah Senam Anti Stroke dengan tekanan darah

normal sejumlah 4 orang (13%), yang mengalami hipertensi ringan

sejumlah 10 orang (33%), Hipertensi Sedang sejumlah 11 orang

(37%) dan yang mengalami hipertensi berat sejumlah 5 orang 17%).


60

3. Senam Anti Stroke Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada


Lansia

Tabel 5.7 Tabel Silang Senam Anti Stroke Terhadap Perubahan


Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi

Hipertensi sesudah
Hipertensi
sebelum
Total %

Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi


Ringan Sedang Berat

f % f % f % f %

Tekanan Darah 1 3 0 0 0 0 0 0 1 3
Normal

Hipertensi 3 10 0 0 0 0 0 0 3 10
Ringan

Hipertensi 0 0 10 33 4 13 0 0 14 47
Sedang

Hipertensi Berat 0 0 0 0 7 23 5 17 12 40

Jumlah 4 13 10 33 11 37 5 17 30 100

P Value : 0.000

Dari tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa dari 30 responden

bahwa Perubahan Tekanan darah sebelum Senam Anti Stroke

dengan tekanan darah normal sejumlah 1 orang (3%), yang

mengalami hipertensi ringan sejumlah 3 orang (10%), Hipertensi

Sedang sejumlah 14 orang (47%) dan yang mengalami hipertensi

berat sejumlah 12 orang (40%) dan sedangkan Perubahan Tekanan

darah sesudah Senam Anti Stroke dengan tekanan darah normal


61

sejumlah 4 orang (13%), yang mengalami hipertensi ringan sejumlah

10 orang (33%), Hipertensi Sedang sejumlah 11 orang (37%) dan

yang mengalami hipertensi berat sejumlah 5 orang (17%).


62

BAB 6

PEMBAHASAN
1. Menganalisis Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Perubahan

Tekanan Darah

Dari tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa dari 30 responden

bahwa Perubahan Tekanan darah sebelum Senam Anti Stroke dengan

tekanan darah normal sejumlah 1 orang (3%), yang mengalami hipertensi

ringan sejumlah 3 orang (10%), Hipertensi Sedang sejumlah 14 orang

(47%) dan yang mengalami hipertensi berat sejumlah 12 orang (40%) dan

sedangkan Perubahan Tekanan darah sesudah Senam Anti Stroke

dengan tekanan darah normal sejumlah 4 orang (13%), yang mengalami

hipertensi ringan sejumlah 10 orang (33%), Hipertensi Sedang sejumlah

11 orang (37%) dan yang mengalami hipertensi berat sejumlah 5 orang

(17%).

Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dimulai dengan

penggunaan sistem otot sebagai pusat kajian titik permulaan memulai

kegiatan olahraga dengan kontraksi otot. Pelaksanaan kegiatan olahraga

melibatkan kontraksi otot yang berlebih, sehingga sistem metabolisme

menyediakan lebih banyak energi untuk kelangsungan kontraksi otot yang

merangsang sistem kardiovaskular, penyedia oksigen dan sistem

respirasi sebagai tempat pertukaran zat-zat yang terlibat dalam

metabolisme harus meningkatkan kapasitasnya (Afriwardi, 2011).

Penyakit darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang

timbul karena tekanan darah di atas normal. Untuk mengetahui tekanan

darah seseorang normal atau tidak, perlu dilakukan tensi. Tekanan darah
63

yang normal adalah 120/80 mmhg. Jika lebih tinggi artinya mengalam

tekanan darah tinggi, sedangkan jika lebih rendah, artinya mengalami

tekanan darah rendah (Nisa, 2012).

Hipertensi dapat menurunkan tekanan darahnya pada keadaan

normal dengan melakukan berbagai macam cara contohnya, dengan

mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter, mengkonsumsi

buah-buahan dan sayur-sayuran yang dapat menurunkan tekanan darah,

merupakan polapikir yang seimbang, menerapkan polapikir yang sehat,

dan lain-lain. Penyakit darah tinggi muncul secara tiba-tiba karena

berbagai hal, misalnya karena penderita penyakit darah tinggi

mengkonsumsi makanan dan minuman yang menyebabkan tekanan

darah menjadi tinggi, emosi yang berlebihan, dan lain-lain penyakit darah

tinggi terjadi karena penyempitan pada pembuluh darah dan jumlah darah

yang mengalir bertambah. Tekanan darah merupakan tekanan yang

terjadi pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh

anggota tubuh (Nisa, 2012).

Senam stroke ditengarai mampu mencegah terjadinya stroke dan

meningkatkan kebugaran pada lansia Permasalahan yang paling

menonjol pada penderita stroke adalah hilangnya koordinasi (lost of

coordination), hal ini terjadi karena adanya gangguan beberapa faktor

antara lain tonus otot, motorik, sensorik, persepsi, keseimbangan dan

pola gerak Senam stroke merupakan latihan fisik dan mental,

memadukan gerakan bagian -bagian tubuh dengan teknik dan irama

pernapasan melalui pemusatan pemikiran yang dilaksanakan secara

teratur, serasi, benar dan berkesinambungan. dikombinasikan dengan


64

gerak peregangan dan persendian jadilah sebagai olah raga kesehata

(nugroho, 2013).

Senam stroke juga disebut bentuk kreasi dan inovasi dari

beberapa jenis metode latihan, metode latihan tersebut disusun

sedemikian rupa sehingga memberikan rangsangan beberapa reseptor

yang akan dibawa ke otak, selanjutnya diproses dan menghasilkan

output berupa gerakan yang terkoordinasi. Metode latihan yang

mendasari antara lain gerakan yang didasarkan atas perkembangan

bayi normal, gerakan yang diikuti dengan merapatkan tangan ke badan

atau sebaliknya, gerakan leher yang diikuti dengan gerakan secara

sistematis/tidak sistematis, gerakan yang didasarkan atas kemampuan

otak (Soeparman, 2011).

Hipertensi muncul secara tiba-tiba karena berbagai hal, misalnya

karena penderita penyakit darah tinggi mengkonsumsi makanan dan

minuman yang menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi, emosi yang

berlebihan, dan lain-lain penyakit darah tinggi terjadi karena

penyempitan pada pembuluh darah dan jumlah darah yang mengalir

bertambah. Tekanan darah merupakan tekanan yang terjadi pada

pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota

tubuh (Nisa, 2012).


65

BAB 7

KESIMPULAN

7.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa

“Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada Lansia Di

Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten

Probolinggo.

2. Tekanan darah sebelum Senam Anti Stroke dengan tekanan darah

normal sejumlah 1 orang (3%), yang mengalami hipertensi ringan

sejumlah 3 orang (10%), Hipertensi Sedang sejumlah 14 orang

(47%) dan yang mengalami hipertensi berat sejumlah 12 orang

(40%)

3. Tekanan darah sesudah Senam Anti Stroke dengan tekanan

darah normal sejumlah 4 orang (13%), yang mengalami hipertensi

ringan sejumlah 10 orang (33%), Hipertensi Sedang sejumlah 11

orang (37%) dan yang mengalami hipertensi berat sejumlah 5

orang (17%).

4. Ada Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada

Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron

Kabupaten Probolinggo
66

7.2 SARAN

7.2.1 Bagi profesi Keperawatan

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang pentingnya

“Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada Lansia Di

Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten

Probolinggo .

7.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dijadikan bahan rujukan penelitian dan sarana

pendidikan atau penyuluhan yang berguna dan bermanfaat tentang

“Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada Lansia Di

Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten

Probolinggo atau jika ada peneliti baru yang ingin meneliti atau

meneruskan penelitian ini.

7.2.3 Bagi Lahan Penelitian

Diharapkan Sebagai bahan pertimbangan oleh Tenaga kesehatan

setempat sebagai soft terapi atau pemberian dukungan sehingga

membantu agar “Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Hipertensi Pada

Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan Maron Kabupaten

Probolinggo.

7.2.4 Bagi responden

Diharapkan Memberikan informasi bagi responden tetap

diaplikasikan dirumah agar meningkatkan latihan senam sehingga bisa

menurunkan tekanan darah karena banyak gerak dengan senam.


67

7.2.5 Bagi Peneliti

Diharapkan Sebagai bahan masukan dan pengalaman dalam

menambah wawasan yang nantinya bisa menambah variabel lain antara

independen dan dependen sehingga menambah pemahaman yang baru

untuk dibuat referensi lain.

7.2.6 Peneliti Selanjutnya

Diharapkan Bisa dijadikan referensi dan tolak ukur untuk meneliti

yang berkaitan dengan “Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap

Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Suko Kecamatan

Maron Kabupaten Probolinggo.


68

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat,2009. Metodologi penelitian kebidanan dan teknik analisis data.


Jakarta: Salemba Medika

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin.2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Dharmadi dkk. Akibat Anemia . Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Hastono. 2010. Metodologi penelitian dan Analisa Data : Jakarta , FK UI

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika

Maulana, D.J Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Nursalam, Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.


Jakarta : Infomedika

Nursalam.2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, Sukidjo. 2010. Metodologi Riset Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta

Robert .2010 . Konsep Perilaku . Jakarta: Salemba Medika

Alimul Hidayat,2008. Metodologi penelitian kebidanan dan teknik analisis data.


Jakarta: Salemba Medika

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin.2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Hastono. 2010. Metodologi penelitian dan Analisa Data : Jakarta , FK UI

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika

Maulana, D.J Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Nursalam, Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.


Jakarta : Infomedika
69

Nursalam.2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, Sukidjo. 2010. Metodologi Riset Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta


Robert .2010 . Konsep Perilaku . Jakarta: Salemba Medika

Azwar, Saifuddin.2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Hastono. 2010. Metodologi penelitian dan Analisa Data : Jakarta , FK UI

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika

Maulana, D.J Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Nursalam, Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.


Jakarta : Infomedika

Nursalam.2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, Sukidjo. 2010. Metodologi Riset Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta


70

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


(SOP)

2. Dosis Latihan Senam Anti Stroke dan Senam Lansia

Takaran atau dosis latihan yang dijabarkan dalam konsep FIT


(Frekuensi, Intensity and time):

a. Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya unit latihan perminggu.
Meningkatkan kebugaran perlu latihan3 -5 kali perminggu yang
dilakukan berselang, misalnya : Senin-Rabu-Jumat, sedangkan
hari yang lainnya digunakan untuk istirahat agar tubuh memiliki
kesempatan melakukan recovery (pemulihan) tenaga (Iriyanto,
2011.)
b. Intensitas
Intensitas adalah kualitas yang menunjukkan berat
ringannya latihan. Besarnya intensitas tergantung pada jenis dan
tujuan latihan. Cara untuk memprediksi intensitas latihan
menggunakan (Training Heart Rate = THR), secara umum
intensitas latihan kebugaran adalah 60%-90% detak
jantungmaksimal dan secara khusus intensitas latihan untuk
pemula < 65% Detak Jantung Maksimal (DJM), pembakaran
lemak 65%-75%(DJM) dan daya tahan paru-jantung 75%-85%
(DJM). Menghitung intensitas dengan rumus DJM = 220 –Umur
(Iriyanto, 2011).
Cara lain yang sederhana untuk memprediksi intensitas
latihan yakni tes bicara (talking test), jika seseorang selesai
berlatih masih mampu berbicara tidak terengah-engah intensitas
latihan tepat, namun jika seseorang masih mampu berbicara
sambil terengah-engah maka hal tersebut sebagai penanda
intensitas latihan terlalu tinggi (Iriyanto, 2011)
c. Waktu
Waktu atau durasi yang diperlukan setiap kali berlatih (Iriyanto,
2011). Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menentukan
takaran latihan antara lain :
3. Repetisi adalah banyaknya ulangan dalam satu rangkaian
gerak
4. Set adalah kumpulan ulangan gerak.
5. Recovery adalah waktu selang antar perangsangan gerak.
71

SENAM ANTI STROKE


No Posisi Gerakan Fungsi

PEMANASAN
1. Berdiri kedua tangan Menundukkan kepala dan Mempersiapkan
di pinggang menegakkan kembali otot daerah leher
mengulang sampai 2 kali 8 sternohyoideus
hitungan dan trapezius
2. Berdiri kedua tangan Mempalingkan kepala ke kiri Mempersiapkan
di pinggang dank ke kanan secara otot daerah leher
bergantian melakukan 2 kali 8 sterno mastodeus
hitungan
3. Berdiri kedua tangan Memirigkan kepala ke kiri dan Mempersiapkan
di pinggang kekanan secara bergantian otot daerah leher
melakukan hitungan sampai 2 sternohyoideus
kali 8 hitungan dan puncak
trapezius
4. Berdiri kedua tangan Mengangakat kedua pundak Mempersiapkan
lurus sepanjang dan menurunkan lagi otot daerah leher
badan sternohyoideus
dan pundak
trapezius deltoid
5 Berdiri kedua tangan Menggerakkan pundak ke Mempersiapkan
lurus sepanjang depan dank ke belakang otot daerah leher
badan melakukan sampai 2 kali 8 sternohyoideus
hitungan dan pundak
trapezius deltoid
6 Berdiri kedua tangan luruskan tangan kiri ke depan mempersiapkan
lurus sepanjang sambil putar badan ke kanan otot dan sirkulasi
badan dan ke kiri secara bergantian, daerah sendi bahu
hitung sampai 2 x 8. bagian depan
(fleksor)
7 Berdiri. Kedua Tarik nafas panjang. Ulangi mempersiapkan
tangan lurus sampai hitungan 3X8 otot dan sirkulasi
sepanjang badan daerah sendi bahu
bagian samping
(abductor)

8 Berdiri kedua tangan pindahkan berat badan ke mempersiapkan


lurus sepanjang kiri dan ke kanan secara otot dan
badan bergantian. sirkulasi daerah
Pada saat berat badan badan
bertumpu di
kaki, tumit diangkat hingga jinj
it. Ulangi
sampai hitungan 2 x 8.

9 berdiri. Kedua pindahkan berat badan mempersiapkan


tangan di sambil angkat tumit kanan. otot dan
pinggang Pindahkan sirkulasi daerah
72

berat badan ke bel tungkai depan


akang sambil
angkat jari kaki kiri. Ulangi
gerakan ini
sampai hitungan 2 x 8 secara
bergantian antara kaki kanan
dan kiri

10 berdiri. Kedua pindahkan berat badan sambil mempersiapkan


tangan di angkat tumit kanan. otot dan
pinggang Pindahkan berat badan ke sirkulasi daerah
belakang sambil angkat tungkai belakang.
jari kaki kiri, tetapi saat berat
badan kedepan, angkat kaki
kanan. Saat berat badan ke
belakang, angkat kaki
kiri. Ulangi gerakan ini sampai
hitungan 2 x 8.

11 jalan di tempat. langkahkan kaki kiri dan mempersiapkan


Lakukan kanan satu langkah ke depan jantung dan
sampai 2 x 8 secara bergantian. paru
hitungan Selanjutnya, dengan gerakan
yang sama lengkahkan kaki
ke belakang. Ulang1 gerakan
ini sampai hitungan 2 x 8.

12 tarik nafas panjang. kaki kiri dan kanan ke Mengambil


Lakukan samping secara bergantian. oksigen dari luar
sampai 2 x 8 Ulangi gerakan ini sampai tubuh.
hitungan hitungan 2 x 8

GERAKAN INTI
1. Berdiri. Buka kaki angkat kedua tangan ke atas melatih
selebar bahu, setinggi mungkin dan kontrol
dan tangan turunkan lagi Lakukan sampai dan
bergantian. 2 x 8 hitungan. memperkuat otot
bisep

2. Berdiri. Kaki terbuka putar tangan ke ke kiri dan melatih dan


selebar ke kanan badan. Ulangi memperkuat otot
bahu, dan tangan sampai 2 x 8 trisep
bergantian dengan hitungan.
lurus di depan.

3. Berdiri. Kedua angkat kedua tangan ke melatih dan


tangan lurus samping setinggi bahu memperkuat otot
sepanjang badan sampai bisep brakhi
hitungan 2 x 8.
73

4. Berdiri. Kedua angkat kedua tangan ke melatih dan


tangan lurus samping memperkuat otot
sepanjang badan. setinggi bisep brakhi
Gerakan : bahu
Fungsi : sampai
hitungan 2 x 8.

5. Berdiri. Kedua angkat lengan kanan lurus ke mengontrol dan


tangan lur samping setinggi bahu dan memperkuat
us angkat otot bisep dan tri
sepanjang badan. lengan kiri ke samping sep
Gerakan : setinggi bahu,
sampai bisa ditekuk 90
derajat.
Palingkan
kepala
ke
kiri
dan
sebaliknya.

6. Berdiri. Kedua : luruskan tangan kiri ke mengontrol dan


tangan di depan memperkuat
samping badan dan sambil putar badan ke kanan otot seratus
ditekuk 90 derajat. dan ke anterior
kiri secara bergantian, hitung
sampai 2
x 8.

7. Tarik nafas panjang.


Ulangi sampai
hitungan 3x8.

8. Berdiri. Kaki dibuka pindahkan berat badan ke melatih


selebar kiri dan ke kanan secara proprioceptor
bahu, tangan di bergantian. tungkai
pinggang. Pada saat berat badan agar mampu
bertumpu di merasakan beban.
kaki, tumit diangkat hingga jinj
it. Ulangi
sampai hitungan 2 x 8.

9. Berdiri. Kaki kiri di pindahkan berat badan melatih


depan kedua sambil angkat tumit kanan. keseimbangan
tangan di pinggang. Pindahkan dan
berat badan ke bel proprioceptor
akang sambil tungkai
angkat jari kaki kiri. Ulangi
74

gerakan ini
sampai hitungan 2 x 8 secara
bergantian antara kaki kanan
dan kiri.

10. Posisi : sama pindahkan berat badan sambil memperkuat


dengan posisi nomor angkat tumit kanan. otot tensor fasia
sembilan. Pindahkan berat badan ke lata
belakang sambil angkat jari
kaki kiri, tetapi saat berat
badan kedepan, angkat kaki
kanan. Saat berat badan ke
belakang, angkat kaki kiri.
Ulangi gerakan ini sampai
hitungan 2 x 8.

11. Berdiri. Kedua kaki langkahkan kaki kiri dan memperkuat otot
rapat, kedua kanan satu langkah ke depan adductor dari
tangan lurus secara paha dan otot
sepanjang badan bergantian. rektur femoris
. Selanjutnya,
dengan
gerakan yang sama
lengkahkan kaki ke
belakang. Ulang
i gerakan ini sampai
hitungan 2 x 8
12. Berdiri. Kedua kaki kaki kiri dan kanan ke memperrkuat
rapat, kedua samping secara bergantian. ototgluterus
tangan lurus Ulangi maximus dan otot
sepanjang badan gerakan ini sampai hitungan 2 aduktor
x 8.

13. Tarik nafas panjang.


Ulangi sampai
hitungan 3
x
8

14 Posisi : sama jalan ke depan dan ke memperkuat otot


dengan posisi nomor belakang secara bergantian rektus
11 antara kaki femoris, otot paha
kiri dan kanan (empat lateral dan otot
langkah). Ulangi paha
gerakan i medical
ni sampai hitungan 2 x 8.

15. Posisi : sama langkahkan kaki (empat memperkuat o


dengan posisi nomor langkah) kesamping kiri dan tot gluterus
11 kanan maximus
75

Gerakan : secara bergantian.


Fungsi :
16. Posisi : berdiri. tekuk dan luruskan kedua memperkuat otot
Kedua kaki rapat, lutut 20 rektus
kedua derajat. Ulangi gerakan ini femoris
tangan di pinggang. sampai hitungan 2 x 8.

17. Posisi :kaki kiri dan tekuk dan luruskan lutut kiri memperkuat otot
kanan serong sekitar 20 derajat. Ulangi Rektur
kedepan dengan sampai femoris dan otot
secara bergantian hitungan 2 x 8. tibialis anterior

18. Posisi : berdiri. tekuk lutut kiri dan kanan memperkuat otot
Kedua kaki lebih sekitar 20 derajat yang diikuti vastus
lebar dengan lateralis
dari bahu. badan secara bergantian.
Ulangi
gerakan ini sampai hitungan 3
x 8.

19. Tarik nafas panjang.


Ulangi sampai
hitungan 3 x 8

PENDINGINAN
1 Posisi : Berdiri. Ked Kaki kiri jauh kedepan kedua Meregangkan otot
ua lengan tangan di lutut kiri. Kaki kanan betis dan
sepanjang badan. tetap p
Gerakan : lurus ke belakang. Tahan aha depan
Fungsi : sampai
hitungan 1 x 8 lakukan
gerakan ini
secara bergantian antara kaki
kiri dan
kanan.

2 Posisi : Sama Memb Meregangkan otot


dengan posisi nomor ungkukan badan dan tungkai
satu kedua tangan menopang ke belakang bagian
dua atas.
lutut.
Men
ahan sampai hitungan 1 x 8.

3 Berdiri. Kedua menga Meregangkan otot


lengan ngkat kedua tangan punggung
sepanjang ba lurus ke depan seolah-olah
dan dan kedua mendorong jauh ke depan.
tangan menahan sampai 1 x 8.
bergandengan.
76

4 Posisi : Sama Menga Meregangkan otot


dengan posisi nomor ngkat kedua tangan badan bagian
satu lurus di atas ke samping
pala dan terus dorong
ke atas. menahan sampai
hitungan 1 x 8.

5 Posisi : Sama Mengangkat kedua tangan Meregangkan otot


dengan posisi nomor lurus kedepan. Memutar pinggang sisi kiri
satu badan ke samping kiri dan dan kanan
kanan secara bergantian
sejauh mungkin. men
ahan sampai 1 x 8 hitungan.

6 Posisi : Berdiri. mempalingkan kepala ke kiri Meregangkan otot


Kedua tangan di dan ke kanan secara leher bagian kiri
pinggang. bergantian. menahan sampai dan kanan
hitungan 1 x 8. belakang.

7 Posisi : Berdiri. memiringkan kepala ke kiri Meregangkan otot


Kedua tangan di dan ke kanan secara leher samping kiri
pinggang. bergantian. menahan sampai dan kanan
hitungan 1 x 8.
77

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


(SOP)
SENAM LANSIA
No Posisi Gerakan Fungsi

PEMANASAN

1. Berdiri kedua tangan Menundukkan kepala dan Organ tubuh agar


di pinggang menegakkan kembali mampu menerima
mengulang sampai 2 kali 8 pembebanan yang
hitungan lebih berat pada
saat latihan
sebenarnya
2. Berdiri kedua tangan Mempalingkan kepala ke kiri Mempersiapkan
di pinggang dank ke kanan secara otot daerah leher
bergantian melakukan 2 kali 8 sterno mastodeus
hitungan

KONDISIONING

8 Berdiri kedua tangan melakukan berbagai mempersiapkan


lurus sepanjang rangkaian gerak dengan otot dan
badan model latihan yang sesuai sirkulasi daerah
dengan tujuan program badan
latihan.sampai hitungan 2 x 8.

PENENANGAN

4 Berdiri kedua tangan melakukan berbagai mengembalikan


lurus sepanjang rangkaian gerak dengan kodisi tubuh
badan model latihan yang sesuai seperti sebelum
dengan tujuan program berlatih dengan
latihan.sampai hitungan 2 x 8. melakukan
serangkaian
gerakan

STRETCHING

5 Berdiri kedua tangan Berdiri kedua tangan lurus mengembalikan


lurus sepanjang sepanjang badan darah ke jantung
badan untuk
reoksigenasi
sehingga
mencegah
genangan darah
diotot kaki dan
tangan.
78

LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH


(SENAM ANTI STROKE)

SEBELUM

NO NAMA USIA ALAMAT Status Pen Pekerj TD KET KODE


d
79

LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH


(SENAM ANTI STROKE)

SESUDAH

NO NAMA USIA ALAMAT Status pen Pekerj TD KET KODE


d
80

Anda mungkin juga menyukai