Anda di halaman 1dari 5

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Oleh:

Muliana Evelin Datu

20014101051

Masa KKM: 29 Maret – 6 Juni 2021

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2021
1. Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus.
Tuba falopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik.
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi dituba, jarang terjadi implantasi pada
ovarium, rongga perut, dan kanalis servikalis uteri. Sedangkan yang disebut kehamilan
ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus rupture pada
dinding uterus.

2. Klasifikasi
a. Kehamilan Ektopik Tuba: Pars interstitialis, isthmus, ampulla, infundibulum, fimbria
Disebabkan oleh adanya hambatan perjalanan ovum yang tidak dibuahi ke kavum
uteri, dapat disebabkan oleh:
- Adanya sikatrik pada tuba
- Gangguan kelainan bawaan pada tuba
- Gangguan fisiologis pada tuba karena pengaruh hormonal
b. Kehamilan Ektopik Uterus: Kanalis servikalis, diverkulum, kornu, tanduk rudimeter
c. Kehamilan Ovarium
d. Kehamilan Ektopik Intraligamenter
e. Kehamilan Abdominal
Dapat terjadi akibat implantasi langsung hasil konsepsi di dalam kavum abdomen
yang disebut dengan kehamilan abdominal primer, atau awalnya dari kehamilan tuba
yang rupture dan hasil konsepsi yang terlepas selanjutnya melakukan implantasi di
kavum abdomen yang disebut kehamilan abdomen sekunder. Keluhan yang sering
ditemukan adalah nyeri abdomen, nausea, muntah, malaise, dan nyeri saat janin
bergerak. Gambaran klinik yang paling sering ditemukan adalah nyeri tekan
abdomen, presentasi janin abnormal, dan lokasi serviks uteri yang berubah
f. Kombinasi kehamilan dalam & luar uterus

3. Etiologi
a. Faktor mekanis:
- Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia mukosa
tuba dengan penyempitan saluran atau pembentuk kantong-kantong buntu.
Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan
implantasi hasil zigot tuba falopi
- Adhesi Pertubal setelah infeksi paska aborsi atau infeksi paska nifas, apenditis,
atau endometriasis, yang mengakibatkan tertekuknya tuba atau penyempitan
lumen
- Kelain pertumbuhan tuba, terutama diverticulum, ostium asesorium dan
hypoplasia
- Bekas operasi tuba, memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha
untuk memperbaiki potensi tuba pada sterilisasi
- Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
adneksia
- Penggunaan IUD
b. Faktor fungsional
- Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang
abnormal
- Refluk menstruasi
- Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormone estrogen dan
progesterone
c. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi
d. Hal lain seperti: Riwayat KET dan abortus induksi sebelumnya

4. Gejala Klinik
a. Akut
Gambaran klasik kehamiian ektopik adalah adanya riwayat amenorea, nyeri abdomen
bagian bawah, dan perdarahan dari utems. Nyeri abdomen umumnya mendahului
keluhan perdarahan pervaginam, biasanya dimulai dari salah satu sisi abdomen
bawah, dan dengan cepat menyebar ke seluruh abdomen yang disebabkan oleh
terkumpulnya darah di rongga abdomen. Adanya darah di rongga perut menyebabkan
iritasi subdiafragma yang ditandai dengan nyeri pada bahu dan kadang-kadang terjadi
sinkop. Periode amenorea umumnya 6 - 8 minggu, tetapi dapat lebih lama jlka
implantasi terjadi di pars interstisial atau kehamilan abdominal. Pemeriksaan klinik
ditandai dengan hipotensi bahkan sampai syok, takikardi dan gejala peritonism seperti
distensi abdomen dan rebound tenderness. Pada pemeriksaan bimanual ditemukan
nyeri saat porsio digerakkan, forniks posterior vagina menonjol karena darah
terkumpul di kavum Douglasi, atauteraba massa di salah satu sisi uterus.
b. Subakut
Pada keadaan subakut, dapat teraba massa di salah satu sisi forniks vagina. Diagnosis
kehamilan ektopik akut tidak sulit untuk ditegakkan. Yang sulit adalah kehamilan
ektopik subakut. Keadaan tersebut kadang sulit dibedakan dengan abortus iminens
atau abortus inkomplit. Selain itu, dapat pula dikacaukan dengan salpingitis akut atau
apendisitis dengan peritonitis pelvik. Demikian pula dengan kista ovarium yang
mengalami perdarahan atau pecah. Kadar hemoglobin akan turun akibat perdarahan
di rongga abdomen, tetapi kadar leukosit umumnya normal atau sedikit meningkat.
Hasil negatif pada pengukuran kadar beta-hCG akan menyingkirkan kehamilan
ektopik dengan spesifisitas lebih 99%. Pada 85% kasus, kehamilan dengan janin
intrauterin akan menunjukkan peningkatan kadar beta-hCG dua kali lipat dalam 48
jam. Pengukuran kadar beta-hCG serum bersama dengan pemeriksaan USG dapat
membantu untuk membedakan abortus dan kehamilan ektopik sampai 85% kasus,
laparoskopi umumnya digunakan untuk konfirmasi. Gambaran USG panggul
menunjukkan kehamilan tuba pada 2% kasus atau bila terdapat gambaran cairan
bebas intraperitoneal, tetapi terutama untuk membantu menyingkirkan kehamilan
intrauterin.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium: kadar hemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila baru terganggu
b. Dilatasi kuretase
c. Kuldosentesis, yaitu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah didalam kavum
douglas terdapat darah
d. Ultrasonografi
e. Laparoskopi dan laparotomi

6. Penatalaksanaan
a. Salpingektomi
Jika tuba mengalami kerusakan hebat atau tuba kontralateral baik. Jika implantasi
terjadi di pars interstisial, mungkin dapat dilakukan reseksi kornu uterus.
b. Salpingotomi
Jika hasil konsepsi masih berada di tuba, masih memungkinkan untuk
mempertahankan tuba dengan mengeluarkan produk konsepsi dan melakukan
rekonstruksi tuba. Hal ini terutama dilakukan bila tuba kontralateral rusak atau tidak
ada. Sekitar 6% kasus membutuhkan pembedahan ulang atau pengobatan bila
jaringan trofoblas masih tertinggal. Kesempatan hamil intrauterin untuk kedua
tindakan tersebut menunjukkan angka yang sama, walaupun risiko kehamilan ektopik
berulang lebih besar pada tindakan salpingotomi. Salpingektomi merupakan pilihan
terutama bila tuba ruptur, mengurangi perdarahan, dan operasi lebih singkat. Kedua
tindakan tersebut dapat dilakukan dengan Iaparotomi ataupun laparoskopi.
Keuntungan laparoskopi adalah penyembuhan lebih cepat, perlengketan yang
terbentuk lebih minimal, dan merupakan pilihan bila kondisi pasien masih baik.
c. Terapi medikamentosa
Untuk kehamilan ektopik dengan pemberian metotreksat, baik secara sistemik
maupun dengan injeksi ke kehamilan ektopik melalui laparoskopi atau dengan
bantuan USG. Metotreksat menghambat produksi hCG oleh trofoblas, dan
selanjutnya akan menurunkan produksi progesteron oleh korpus luteum. Efek
samping yang dapat terjadi adalah distres abdomen, demam, dizzines, imunosupresi,
lekopeni, malaise, nausea, stomatitis ulseratif, fotosensitif, dan fatigue. Syarat
pemberian metotreksat adalah:
- Tidak ada kehamilan intrauterine
- Belum terjadi rupture
- Ukuran massa adneksa < 4 cm
- Kadar beta-hCG < 10.000 mlU/ml

7. Komplikasi
- Pada pengobatan konservatif, yaitu ruptur tuba telah lama berlangsung (4-6
minggu), terjadi perdarahan ulang
- Infeksi
Referensi:
1. Wiknjosastro, Hanifa. Kehamilan Ektopik. Ilmu Kebidanan edisi ketiga. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.2005.hal 323-338.
2. Cunnuingham, FG et. Al. Reproductive Succes and Failure. Williams Obstetrics,
21st ed. Prentice Hall International Inc. Appleton and Lange. Connecticut. 2006
3. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Kehamilan
Ektopik. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.Jakarta.2002.

Anda mungkin juga menyukai