Anda di halaman 1dari 7

PELVIC INFLAMMATORY DISEASE (PID)

Oleh:

Muliana Evelin Datu

20014101051

Masa KKM: 29 Maret – 6 Juni 2021

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2021
1. Definisi
Pelvic Inflammatory disease (PID) atau penyakit radang panggul merupakan infeksi pada
organ reproduksi wanita yaitu rahim / uterus, tuba falopi dan ovarium. Infeksi PID
biasanya berasal dari vagina dan berpindah ke atas melalui servis ke panggul. Terkadang
PID akibat dari infeksi dari organ lain pada perut seperti apendisitis atau bahkan dari
penyebaran darah. Banyak wanita dengan PID akan tidak mengalami gejala apapun.
Dapat dideteksi hanya ketika investigasi yang dilakukan untuk infertilitas atau nyeri
panggul kronis. . Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi, ovarium,
miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling peting
dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa.

2. Etiologi dan faktor resiko


Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari
atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab
tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan
peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher
rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman
penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena
hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim,
serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Adapun juga faktor-faktor yang dapat menyebabkan PID yaitu:
- Menderita penyakit menular seksual dan tidak diobati dengan baik
- Bergonta-ganti pasangan seksual
- Riwayat menderita radang panggul sebelumnya
- Pelaku seksual aktif dan berumur 25 tahun atau lebih muda
- Pengguna IUD
- Prosedur yang melibatkan organ genital atas (dilatation & curettage (D&C), recent
intrauterine device (IUD) insertion, therapeutic abortion (T/A))
- Usia muda juga merupakan salah satu faktor resiko yang di sebabkan oleh kurangnya
kestabilan hubungan seksual dan mungkin oleh kurangnya imunitas
3. Jenis-jenis PID
a) Salpingitis
mikroorganisme yang menyebabkan salpingitis adalah N. Gonorhea dan C
trachomatis. Salpingitis timbul pada remaja yang memiliki pasangan seksual yang
multiple dan tidak menggunakan kontrasepsi.
b) Abses tuba ovarium
Abses ini sering muncul setelah salfingitis namun lebih sering karena infeksi adnexa
yang berulang.pasian dalam keadaan asimtomatik atau dalam keadaan septic syok,
bitemukan 2 minggu setelah menstruasi denga nyeri pelvis dan abdomen, mual,
muntah, demam dan takikardi. Seluruh abdomen tegang dan nyeri.

4. Gambaran Klinis
- Suhu tinggi disertai takikardi.
- Nyeri suprasimfisis terasa lebih menonjol dari pada nyeri dikuadran atas abdomen.
- Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi rebound tenderness, nyeri
tekan, dan kekakuan otot perut sebelah bawah.
- Tergantung dari berat dan lamanya keradangan, radang panggul dapat pula disertai
gejala ileus paralitik.
- Dapat disertai metroragi, menoragi.

5. Diagnosis
Diagnosis PID sulit ditegakkan karena keluhan dan gejala-gejala yang terlihat sangat
bervariasi. Pada pasien dengan nyeri tekan serviks, uterus, dan adneksa, PID di diagnosis
dengan akurat hanya 65%. Karena akibat buruk PID terutama infertilitas dan nyeri
panggul kronik, maka PID harus di curigai pada perempuan beresiko dan diterapi secara
agresif.
- Kriteria minimum yang harus ditemukan untuk diagnosis klinis adalah: nyeri gerak
serviks, nyeri tekan uterus, nyeri tekan adneksa
- Kriteria tambahan seperti berikut dapat dipakai untuk menambah spesifisitas kriteria
minimum dan mendukung diagnosis PID: suhu oral < 38,3, cairan serviks atau
vagina tidak normal mukopurulen, leukosit dalam jumlah banyak pada pemeriksaan
mikroskop, kenaikan laju endap darah, protein reaktif – C meningkat, dokumentasi
laboraturium infeksi serviks oleh N. gonorrhoeae atau C. trachomatis.
- Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai: tegang di bagian bawah, nyeri gerak pada
serviks, dapat teraba tumor karena pembentukan abses, di bagian belakang rahim
terjadi penimbunan nanah, dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan
tidak enak (discomfort) di bagain bawah abdomen.
- Prosedur yang mungkin dilakukan sesuai untuk beberapa pasien, bersamaan dengan
temuan yang sesuai untuk PID: konfirmasi laparoskopi, pemindaian ultrasonografi
transvaginal atau magnetic resonance imaging (MRI) menunjukkan tabung menebal
dan berisi cairan dengan atau tanpa cairan pelvis bebas atau abses tubo-ovarium
(TOA), dan biopsi endometrium yang menunjukkan endometritis.

6. Klasifikasi
- Hager membagi derajat radang panggul menjadi
1) Derajat I: Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan ovarium ),
dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.
2) Derajat II: Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses
pada kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.
3) Derajat III: Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal
adanya abses tubo ovarial.
- Klasifikasi klinis PID
SINDROM KLINIS PENYEBAB
PID akut (≤ 30 hari) Patogen servikal (N.gonorrhoeae, C. trachomatis, dan
M. genitalium)
Patogen bakteri vaginosis (Peptostreptococcus.sp, M.
hominis dan Clostridia.sp)
Ptogen respiratori (H, influenza, S. pneumonia,
streptococcus grup A, dan S. aureus)
Patogen enteric (E. Coli, Bracteroides fragilis,
Streptococcus grup B, dan Campylobacter.sp)
PID Subklinis C.trachomatis dan N. gonorrhoeae
PID kronik (> 30 hari) Mycobacterium tuberculosis dan Actinomyces.sp
7. Penatalaksanaan
- Terapi perenteral
1) Rekomendasi terapi parenteral A
 Sevotetan 2 g intavena setiap 12 jam atau
 Sevoksitin 2 g intravena setiap 6 jam di tambah
 Doksisiklin 100 mg oral atau parenteral setiap 12 jam
2) Rekomendasi terapi parenteral B
 Klindamisin 900 mg setiap 8 jam di tambah
 Gentamicin dosis muatan intravena atau intramuskuler ( 2mg / kg BB) diikuti
dengan dosis pemeliharaan ( 1,5 mg / kg BB) Setiap 8 jam. Dapat di ganti
denagn dosis tunggal harian.
3) Terapi parenteral alternative
 Levofloksasin500 mg intravena 1X sehari dengan atau tanpa metronidazole
500 mg intravena setiap 8 jam atau
 Ofloksasin 400 mg intravena stiap 12 jam dengan atau tanpa metronidazole
500 mg intraven setiap 8 jam atau
 Ampisilin/sulbaktam 3 mg intavena setiap 6 jam di tambak Doksisiklin 100
mg oral atau intravena etiap 12 jam.
- Terapi oral
Terapi oral dapat di pertimbangkan untuk penderita PID atau sedang karena
kesudahan klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien yang mendapat terapi dan
tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam harus dire-evaluasi untuk memastikan
diagnosisnya dan diberikan terapi parenteral baik dengan rawat jalan maupun inap.
1) Rekomendasi terapi A
 Levofloksasin 500 mg oral 1X setiap hari selama 14 hari atau ofloksasin 400
mg 2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa
 Metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari
2) Rekomendasi terapi B
 Seftriakson 250 mg intramuscular dosis tunggal di tambah doksisiklin oral 2x
sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2x sehari
selama 14 hari atau
 Sefoksitin 2 g intramuscular dosis tunggal dan probenosid di tambah
doksisiklin oral 2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500
mg oral 2x sehari selama 14 hari atau
 Sefalosporin generasi ketiga (missal seftizoksim atau sefotaksim) di tambah
doksisiklin oral 2x sehari selam 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500
mg oral 2x sehari selama 14 hari

8. Komplikasi
- Infertilitas
- Kehamilan ektopik
- Nyeri panggul kronis
- Perihepatitis, menyebabkan nyeri kuadran kanan atas
- Abses tubo ovarium
- Pada kehamilan, PID dikaitkan dengan peningkatan persalinan prematur, dan
morbiditas ibu dan janin
- Neonatal, transmisi perinatal C. trachomatis atau N. gonorrhoeae dapat menyebabkan
ophthalmia neonatorum pneumonitis clamidia juga bisa terjadi

9. Pencegahan
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
- Pencegahan dapat di lakukan dengan mencegah terjadi infeksi yang di sebabkan oleh
kuman penyebab penyakit menular seksual. Terutama chalamidya. Peningkatan
edukasi masyarakat, penapisan rutin, diagnosis dini, serta penanganan yang tepat
terhadap infeksi chlamidya berpengaruh besar dalam menurunkan angka PID.
Edukasi hendaknya focus pada metode pencegahan penyakit menular seksual,
termasuk setiap terhadap satu pasangan, menghindari aktifitas seksual yang tidak
aman, dan menggunakan pengamanan secara rutin.
- Adanya progam penapisan penyakit menular seksual dapat mencegah terjadinya PID
pada wamita. Mengadakan penapisan terhadap pria perlu di lakukan untuk mencegah
penularan kepada wanita.
- Pasien yang telah di diagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual harus di
terapi hingga tuntas, dan terapi juga di lkukan terhadap pasangannya untuk mencegah
penularan kembali.
- Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 16 tahun atau
lebih.
- Kontrasepsi oral dilakukan dapat mengurangi resiko PID
- Semua wanita berusia 25 tahun ke atas harus di lakukan penapisan terhadap
chlamidya tanpa memandang faktor resiko.

Referensi:
1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka. Jakarta. 2011.
2. Paavonen J, Westrom L, Eschenbach D. Pelvic inflammatory disease. In: Holmes KK,
Sparling PF, Stamm WE, et al., eds. Sexually transmitted diseases. 4th ed. New York:
McGrawHill, 2008.
3. Cuningham, Macdonald Gant : William Obstetri, Edisi 18, EGC, Jakarta; 1995, Hal: 1051-
1057.6.
4. Centers for Disease Control and Prevention. Pelvic Inflammatory Disease (PID); 2015.
Available: https://www.cdc.gov/std/tg2015/pid.htm. [Accessed: April 13, 2021]

Anda mungkin juga menyukai