Anda di halaman 1dari 29

KELOMPOK 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ADDISON


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB II

Dosen Pengampu : Ns.Anas Makruf,S.Kep.M.Tr.Kep

Disusun Oleh :

Alifia Apriliani ( 742003.S.19002) Nikken berliani E ( 742003.S.19018)

Deden Ahmad N (742003.S.19004) Nuraeni (742003.S.19020)

Della Monicha S (742003.S.19006) Nurhasanah (742003.S.19022)

Diana Purnama S (742003.S.19008) Nurma Yunita (742003.S.19026)

Dinida Nadia A (742003.S.19010) Putri Widia N (742003.S.19026)

Faizin (742003.S.19012) Rossanti (742003.S.19028)

Iffa Rifani R (742003.S.19014) Sri Intan (742003.S.19030)

Lidiya (742003.S.19016) Sulastri (742003.S.19032)

PROGRAM STUDI AKADEMI KEPERAWATAN

DIPLOMA III KEPERAWATAN DHARMA HUSADA CIREBON 2020


Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah “Asuhan keperawatan pada Addison”

Dalam Penyusunan makalah ini, tidak luput dari berbagai kendala. kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan serta masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi
terwujudnya kesempurnaan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Cirebon,10 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Laporan pendahuluan....................................................................................3
1. Definisi......................................................................................................3
2. Klasifikasi..................................................................................................3
3. Etiologi......................................................................................................4
4. pathway.....................................................................................................5
5. Manifestasi klinis......................................................................................6
6. Komplikasi................................................................................................6
7. Penatalaksanaan.........................................................................................7
8. Penatalaksaan Medic.................................................................................7
9. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................7
B. Asuhan Keperawatan Pada Addison.............................................................9
1. Pengkajian.................................................................................................9
2. Analisa Data............................................................................................15
3. Intervensi.................................................................................................18
4. Implementasi...........................................................................................21
5. Evaluasi...................................................................................................24
BAB III PENUTUP...............................................................................................26
A. Kesimpulan.................................................................................................26
B. Saran............................................................................................................26
Daftar Pustaka........................................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindrom insufisiensi korteks adrenal terjadi akibat defisiensi sekresi kortisol


dan aldosterone. Apabila tidak diobati, maka penyakit ini dapat menyebabkan
kematian. Penyebaba utama insufisiensi korteks adrenal adalah (1) penyakit
primer korteks adrenal atau (2) defisiensi sekresi hormone adrenokortikotropik
(ACTH).defisisensi corticotropin-realising-hormone (CRH) saja dapat
meyebabkan defisiensi ACTH dan kortisol. Tetapi penyakit ini hanya dijumpai
pada pajajn kronik glukookortikoid dosis farmakologik atau setelah pengangkatan
adenoma adrenokorteks penghasil kortisol.

Apabila penyebab insufisiensi korteks adrenal adalah suatu proses patologik


dikorteks adrenal, maka penyakit ini disebut penyakit Addison. Pasien dengan
penyakit Addison memperlihatkan ketiga zona korteks sehingga terjadi difisiensi
semua sekresi korteks adrenal: kortisol, aldosterone, dan androgen. Kadang-
kadang pasien datang dengan defisiensi parsial sekresi hormone korteks adrenal.
Defisiensi ini dijumpai pada kasus-kasus hipoaldesteronisme-hiporeninemik, yang
hanya mengenai sekresi aldesteron, atau hiperplasi adrenal konginetal, dengan
suatu defek enzim persial yang hanya menghambat sekresi kortisol.

Penyakit Addison jarang dijumpai dan memiliki prevalensi 4 dari 100.000


orang; dua pertiga pasien adalah perempuan. Diagnose ditegakkan antara usia 20
dan 50 tahun. Dahulu, tuberkolosis adalah penyabab utama penyaki Addison. Saat
ini, dengan kemoterapi yang lebih baik, hanya sedikit pasien tuberkolosis yang
mempunyai insufisiensi adrenal. Kerusakan korteks adrenal merupakan akibat dari
proses autoimun pada lebih dari 50% pasien penyakit Addison. Autoantibodi
adrenal ditemukan dalam titer tinggi pada sebagian pasien dengann penyakit
Addison. Antibody ini bereaksi dengan antigen dikorteks adrenal, termasuk enzim
21 hidroksilase dan menyebabkan reaksi peradangan yang akhirnya

1
menghancurkan kelenjar adrenal. Biassanya lebih dari 80% dari kedua kelenjar
harus rusak sebelum timbul gejala dan tanda insufisiensi.

2
3

dan hipoparatiroidisme. Juga tampaknya terdapat predisposisi familial untuk


penyakit endrokin autoimun, yang mungkin berkaitan dengan kelainan reaktifitas
system imun pasien. Penyebab penyakit Addison yang lebih jarang adalah
pendarahan yang disebabkan oleh pemakaina antikoogulan jangka panjang
terutama heparin, penyakit granulomatosa non perkijuan, infeksi sitomegalovirus
(CMV) pada pasien dengan sindrom imonodefisiensi didapat (AIDS), dan
neuplasma metastatic yang mengenai kedua kelenjar adrenal. Pernah dilaporkan
kasus-kasus jarang yaitu, insufisiensi korteks adrenal primer terjadi akibat mutasi
di gen-gen yang mengode protein yang mengendalikan perkembangan adrenal
atau steroidogenesis.( Price, Sylvia. 2006)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan addison?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada addison?

C. Tujuan
1. Sebagai sarana untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medical bedah
II
2. Sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa dan mahasiswi ADHC
3. Sebagai sarana menambah wawasan tentang addison
BAB II

PEMBAHASAN

A. Laporan pendahuluan

1. Definisi

Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormone yang


terjadi pada semua kelompok umur yang menimpa pria dan wanita sama rata.
Penyakit ini dikarakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot,
kelelahan, tekanan darah rendah, dan adakalanya penggelapan kulit pada kedua
bagia tubuh yang terbuka dan tidak terbuka.
Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormone-hormon korteks
adrenal. (Brunner dan Suddart edisi 8).
Bentuk primer dari penyakit ini disebabkan oleh atrofi/ destruksi
(kerusakan) jaringan adrenal (misalnya respon autoimun, TB, infark
hemoragik, tumor ganas) atau tindakan pembedahan. (Doenges, 2006)
Bentuk sekunder adalah gangguan pada kelenjar hipofisis yang
menyebabkan penurunan sekresi/ kadar ACTH, tetapi biasanya sekresi
aldosteron normal. (Doenges, 2006).

2. Klasifikasi

Berdasarkan tingkat keparahan , penyakit addison di bagi menjadi dua,


yaitu:

a. Akut

Krisis adrenal. Terjadi apati, koma, dan nyeri epigastrik. Kadar gula
darah rendah. Keadaan ini timbul setelah terjadi trauma, hipotensi berat dan
sepsis.

4
Yang lebih jarang, keadaan ini bisa timbul pada pasien yang
sebelumnya (dalam waktu 1-1,5 tahun) atau baru-baru saja mendapat
pengobatan kortikosteroid dimana terdapat trauma, pembedahan atau infeksi
akut, atau saat penghentian gangguan steroid.

5
6

b. Kronis
Terdapat kelemahan dan kelelahan yang onsetnya perlahan-lahan
disertai gejala gastrointestinal berupa anoreksia, penurunan berat badan dan
diare. Hipotensi sering kali postural, dan takikardia timbul pada tahap lanjut
dari penyakit. Hiperpigmentasi terjadi pada tempat yang terpapar matahari,
daerah yang mengalami gesekan, lipatan tangan dan mukosa bukal.

3. Etiologi
Etiologi dari penyakit Addison bentuk primer :

a. Infeksi kronis, terutama infeksi-infeksi jamur


b. Sel-se kanker yang menyebar dari bagian-bagian lain tubuh ke kelenjar-
kelenjar adrenal
c. Amyloidosis (sekelompok keadaan yang di cirikan oleh penimbunan protein
fiblirer yang tidak larut dalam berbagai organ)
d. pengangkatan kelenjar-kelenjar adrenal secara operasi

Etiologi dari penyakit Addison bentuk sekunder :

a. Tumor-tumor atau infeksi-infeksi dari area


b. Kehilangan aliran darah ke pituitary
c. Radiasi untuk perawatan tumor-tumor pituitary
d. operasi pengangkatan bagian-bagian dari hypothalamus
7

4. pathway
8

5. Manifestasi klinis
a. kelemahan,
b. fatique, anoreksia, hausea, muntah, BB menurun, hipotensi, dan
hipoglikemi.
c. Astenia (gejala cardinal) : kelemahan yang berlebiH
d. Hiperpiqmentasi : menghitam seperti perunggu, coklat seperti terkena sinar
matahari, biasanya pada kulit buku jari, lutut, sikU
e. Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuaN
f. Hipotensi arterial (td : 80/50 mmHg/kurang
g. Abnormalitas fungsi gastrointestinal
Dengan berlanjutnya penyakit yang disertai hipotensi akut sebagai akibat
dari hipokortikoisme, pasien akan mengalami krisis addisonian yang ditandai
oleh sianosis, panas dan tanda-tanda klasik syok: pucat, perasaan cemas,
denyut nadi cepat dan lemah, pernapasan cepat serta tekanan darah rendah.
Disamping itu, pasien dapat mengeluh sakit kepala, mual, nyeri abdomen serta
diare, dan memperlihatkan tanda-tanda kebingungan serta kegelisahan. Bahkan
aktivitas jasmani yang sedikit berlebihan, terpajan udara dingin, infeksi yang
akut atau penurunan asupan garam dapat menimbulkan kolaps sirkulasi, syok
dan kematian jika tidak segera diatasi. Stres pembedahan atau dehidrasi yang
terjadi akibat persiapan untuk berbagai pemeriksaan diagnostik atau
pembedahan dapat memicu krisis addisonian atau krisis hipertensif.

6. Komplikasi
a. syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
b. Kolaps sirkulasi
c. Dehidrasi
d. Hiperkalemiae
e. Sepsis
f. Ca. Paru
g. Diabetes mellitus
9

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan ditinjau dari tingkat keparahan:
1) Kegagalan adrenal kronis: penggantian glukokortikoid dengan
hidrokortison 20 mg/hari dalam dosis terbagi, ditambah dengan terapi
terhadap infeksi atau penyakit penyrta, atau pembedahan. Pengganti
mineralokortikoid (fludrokortison) hanya dilakukan pada kegagalan
adrenal primer.
2) Kegagalan adrenal akut: merupakan sebuah kegawat daruratan medis.
Cairan intravena (NaCL fisiologis) dalam jumlah besar dan hidrokortison
diberikan dengan dosis yang tinggi. Faktor pemicu (infeksi dan lain-lain)
ditangani. Pantau kadar elektrolit dan glukosa. (Patrick davey, 2005).

8. Penatalaksaan Medic
a. Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4
minggu dosis 12,5 – 50 mg/hr
b. Hidrokortison (solu – cortef) disuntikan secara IV
c. Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti
kortisol
d. Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline
e. Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium :
1) Penurunan konsentrasi glukosa dan natrium (hipoglikemia dan
hiponatrium)
2) Peningkatan konsentrasi kalium serum (hiperkalemia)
3) Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
4) Penurunan kadar kortisol serum
5) Kadar kortisol plasma rendah
10

b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi di adrenal


1) CT Scan

Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive


hubungannya dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur,
penyakit infiltrasi malignan dan non malignan dan hemoragik adrenal.

2) Gambaran EKG

Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik


abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik.

3) Tes stimulating ACTH

Cortisol adarah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk
sintetik dari ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang
disebut pendek cepat. Penyukuran cortisol dalam darah di ulang 30
sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan
tingkatan – tingkatan cortisol dalam darah dan urin.

4) Tes Stimulating CRH

Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes
stimulasi CRH “Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari
ketidak cukupan adrenal. Pada tes ini, CRH sintetik di suntikkan secara
intravena dan cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120 menit
setelah suntikan. Pasien – pasien dengan ketidak cukupan adrenal
seunder memp. Respon kekurangan cortisol namun tidak hadir /
penundaan respon – respon ACTH. Ketidakhadiran respon – respon
ACTH menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ; suatu penundaan
respon ACTH menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab
11

B. Asuhan Keperawatan Pada Addison

1. Pengkajian
a. Indentitas Klien
1) Nama : Ny. A
2) Jenis kelamin : Perempuan
3) Umur : 35 thn
4) Agama : Islam
5) Pekerjaan :-
6) Golongan Darah :-
7) Alamat :-
8) Tanggal Masuk RS :
9) Diagnosa Medis :
10) No. Medrek :
b. Identitas Penanggung jawab
1) Nama : Tn. A
2) Jenis Kelamin : Laki - laki
3) Umur : 40 thn
4) Agama : Islam
5) Pekerjaan :-
6) Hubungan dengan Px : Suami
7) Alamat :
c. Keluhan Utama
Nyeri abdomen
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. A datang ke rumah sakit diantar suaminya dengan keluhan Lemas,
kurang nafsu makan sudah 2 hari, mual – muntah. Klien juga terlihat
sangat kurus dan menurut keluarga klien mengalami penurunan berat
badan sebanyak 10 kg. Terdapat nyeri abdomen saat di tekan , tidak
mampu melakukan aktivitas apapun sehingga hanya berbaring di
tempat tidur .
12

2) Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan pernah menderita tuberculosis
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit
serius atau tuberculosis maupun addinson .
e. Pengkajian Pola Fungsional
1) Pola Nafas
Irama nafas teratur, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ditemukan
clubbing fingers, klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan.
2) Pola Nutrisi
Pola makan klien menurun, nafsu makan berkurang, klien mengeluh
mual dan muntah sejak 2 hari serta terjadi penurunan berat badan 10
kg serta klien terlihat kurus.
3) Pola Eliminasi
Pola eliminasi klien berubah klien sering keluar masuk kamar mandi
sekitar lebih dari 5 kali,
4) Pola istirahat & tidur
Kualitas tidur pasien terganggu karena nyeri perut, klien sering
terbangun , klien dirumah pukul 21.00 namun saat dirumah sakit klien
tidur pada siang hari.
5) Pola mempertahankan suhu : -
6) Pola personal hygine
Saat dirumah px mandi , sikat gigi, dan keramas sendiri namun saat di
rumah sakit aktivitas personal hygine px dibantu suami dan anaknya.
7) Pola keseimbangan gerak
Klien merasa lemas , aktivitas dibantu oleh keluarga ,klien
mengatakan bahwa tidak mampu untuk melakukan aktivitas apapun
sehingga hanya berbaring di tempat tidur.
8) Pola komunikasi
Komunikasi px baik, bicara jelas, penggunaan bahasa untuk
komunikasi px menggunakan bahasa indonesia , kontak mata ada, px
13

kooperatif dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan senang


hati.
9) Kebutuhan Spiritual
Suami klien mengatakan klien sholat berjamaah baik dirumah atau di
masjid terdekat rumahnya, agama yang dianut klien islam dan klien
sering mengikuti pengajian setiap minggu dikompleks nya.
10) Kebutuhan berpakaian
Klien mengganti pakaian dibantu keluarganya
11) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Klien merasa aman saat keluarganya ada mendampinginya.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : bersih, lemah, pucat
2) Kesadaran : compos mentis
3) TTV :
a) TD : 90/70 mmHg
b) RR : 24x/menit
c) S : 36,8 ºC
d) N : 110x/ menit
4) Kepala
wajah pucat, bentuk normal, tidak ada lesi, tidak ada massa,
penyebaran rambut merata, rambut tidak mudah di cabut, terdapat
nyeri kepala akibat hipotensi
5) Mata
Bentuk mata normal, simetris antara kiri dan kanan , konjungtiva
noormal, tidak ada lesi atau massa, sclera putih, gerakkan bola mata
baik, reflek terhadap cahaya normal.
6) Telinga
Bentuk telinga normal tidak ada lesi atau massa , tidak ada nyeri tekan
, ketajaman pendengaran px baik, telinga bersih tidak ada serumen,
dan tidak ada alat bantu pendengaran.
7) Hidung
14

Bentuk hidung normmal, simetris, tidak ada pembengkakan,


ketajaman penciuman baik

8) Mulut
Mukosa mulut kering, lidah pucat, tidak ada leso atau massa pada
gusi, gigi lengkap tidak ada yang tanggal
9) Leher
Tidak ada massa atau lesi, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak
ada nyeri tekan.
10) Dada
Bentuk dada simetris, antara kiri dan kanan sama, pergerakan dada
cepat, adanya kontraksi otot bantu pernafasan , terdapat dipsneu,
terdapat gerakan cuping hidung. Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
pembengkakan massa.
11) Jantung
Ictus cordis tidak tampak, namun teraba di ICS 5-6 mid clavikula line
sinistra, bunyi jantung redup, suara jantung melemah, tidak ada suara
jantung tambahan.
12) Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada lesi atau massa, bising usus
meingkat, terdapat nyeri tekan karena kram abdomen,.
13) Ekstremitas
Ekstremitas tampak lemah, kondisi tangan dan kaki lengkap tidak ada
yang cacat, terdapat nyeri ekstremitas, atrofi otot, dan kelemahan otot.
14) Genetalia
Terdapat hemoroid
15) Kulit dan kuku
Kulit nampak kering, telapak tangan dan kaki pucat, tidak ada nyeri
tekan, turgor kulit kurang baik (kering).
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah lengkap (+)
15

2) Rotgen (+)

h. Pemeriksaan laboratorium
Nama : Ny. A No Medrek : 990991
Ruang : Melati Dx Medis : Addinson Desease

Pemeriksaan Hasil Rujukan Keterangan


Kalium 5,8 meq/L 3,1 – 4,3 meg/L Meningkat
Natrium 121 meq/L 135 meg/L Menurun
Gula Darah 62 mg/dl 70-115 mg/dl Menurun
Ureum 48 mg/gl 8-26 mg/dl Meningkat
Kreatinin 1,0 md/dl 0,5 – 1,3 mg/dl Normal

i. Aspek psiko, sosial, spiritual


1) Konsep diri
a) Body image
b) Ideal diri
Px mengatakan ingin cepat pulang dan sembuh
c) Harga diri
Px mengatakan takut, px malu-malu dengan perawat
d) Identitas diri
Px mengatakan bahwa ia adalah seorang ibu dari satu orang anak dan
berperan sebagai ibu rumah tangga
e) Perasaan
Px mengatakan takut dirawat di RS dan mengatakan tidak betah
2) Aspek sosial
a) Hubungan sosial
Px mengatakan orang yang paling dekat dengannya adalah suami dan
ibunya
b) Interaksi selama pengkajian
Klien dan keluarga kooperatif serta mau menjawab semua pertanyaan
yang diberikan oleh perawat.
16

j. Aktivitas sehari-hari

No Jenis aktivitas Saat Saat sakit/


sehat/dirumah di RS
1 Nutrisi
 Frekuensi 3 X sehari 1-2 X/ hari
 Jenis makanan Nasi Nasi
 Pola makan Baik Berkurang
 Porsi makan Baik Berkurang
 Nafsu makan Baik Berkurang
 Pantrangan - Makanan
Tidak ada asin
 Alergi
alergi Tidak ada
 Kesulitan/gangguan
Tidak ada alergi
kendala Disuapi
2. Munum
 Jenis air minum Air putih Air putih
 Frekuensi 8-10 gelas/hari 5-6
 Jumlah 1,5 L/hari gelas/hari
 Kesulitan/ gangguan Tidak ada 0,5-1 L/Hari
Tidak ada
3. Eliminasi
a. Fekal
 Frekuensi 1 X/hari 4 X/Hari
 Warna Normal Kuning
 Konsentrasi Normal kecoklatan
 Kesulitan/gangguan Tidak ada Cair
keluhan Pasien
dibantu oleh
b. Urine keluarga
 Frekuensi
 Warna/ bau urine _
Normal Px jarang
 Apakah terpasang
Tidak kencing
kateter
terpasang _
 Kesulitan/ gangguan
kateter Tidak
Tidak ada terpasang
keluhan kateter
Px dibantu
oleh
keluarga
4. Personal hygiene
 Mandi Px mandiri Px dibantu
 Oral hygiene Px mandiri keluarga
 Cuci rambut Px mandiri Px mandiri
 Potong kuku Px mandiri _
Px mandiri _
17

 Ganti baju Px dibantu


keluarga
5. Penggunaan waktu senggang
 Olahraga _ _
 Rekreasi _ _
6. Istirahat/tidur
 Waktu tidur 21.00 22.00
 Durasi tidur 8 jam/hari 4-5 jam/hari
 Bangun malam hari Jarang Sering
 Kualitas tidur Baik Kurang baik
 Ggn dalam tidur _ _

2. Analisa Data
Nama : ny.A No.RM : 990991
Ruang : Melati Dx Medis : Addison Disease
N Data fokus Penyebab Masalah keperawatan
o
1. Ds: Komplikasi dari Hipovolemia
1. Klien mengatakan penyakit TB
sering kekamar ↓
mandi (BAK dan Destraksi korteks
BAB) adrenal
2. Klien mengatakan ↓
lemes Inffusiensi
Do: kartekoadrenal
1. Asupan minum ↓
klien berkurang Penurunan
2. CRT > 2 dtk aldesteron
3. Turgor kulit kering ↓
dan menurun Ketidak seimbangan
4. Membran mukosa elektrolit
kering ↓
5. TTV Penyerapan natrium
Nadi :110x/menit hipotermia
TD : 90/70 mmHg ↓
6. Mata klien tampak Reabsorpsi kalium
cekung (hiperkalsemia)
7. Kalium meningkat ↓
(5,8) Peningkatan ekskresi
8. Natrium menurun air
(121) ↓
Hilangnya ekstra
seluler (dehidrasi)

hipovolemia
18

2. Ds: Komplikasi dari Defisit Nutrisi


1. Klien mengatakan penyakit TB
tidak nafsu makan ↓
2. Klien mengatakan Distruksi korteks
mual dan munta bila adrenal
makan ↓
3. Kien mengatakan Inffusiensi korteks
perutnya nyeri saat adrenal
ditekan ↓
4. Klien mengatakan Kortisol
sering BAB (4- ↓
5x/hari) Glikosteroid
Do: ↓
1. Terjadi penurunan Hipoglikemia
BB 10 kg ↓
2. Klien nampak kurus Penurunan glikogen hati
3. Bising usus ↓
meningkat Anoreksia, BB
4. Kadar ureum menurun dan mual
meningkat () muntah
5. Gula darah menurun ↓
(62mg/dl) Defisit Nutrisi
3. Ds: Komplikasi dari TB Intoleransi aktivitas
1. Klien mengatakan ↓
lemes dan lemah Destraksi korteks
2. Klien mengatakan adrenal ↓
bahwa tidak bisa Inffusiensi korteks
melakukan aktivitas adrenal
apapun ↓
3. Klien mengatakan Kartisol
hanya bisa ↓
berbaring di tempat Penurunan
tidur glukosteroid
4. Klien mengatakan ↓
keplanya pusing Penurunan
Do: glikogenesis
1. Penurunan rentang ↓
gerak Hipoglikemia
2. Wajah klien ↓
nampak pucat Penurunan glikogen
3. TTV hati
TD : 90/70 mmHg ↓
RR : 24x/menit Kelemahan otot
N : 110 x/menit ↓
0
S : 36,8 C Lemah dan lemas
4. Aktivitas klien ↓
nampak dibantu Intoleransi aktivitas
19

3. Intervensi
Nama : Ny. A No. Medrek : 990991
Ruang : Melati Dx Medis : Addison Desease
No No Tujuan Intervensi
Dx
1 I Setelah dilakukan tindakan 2x Observasi :
24 jam diharapkan kekurangan 1. Periksa tanda dan gejala
cairan klien dapat teratasi hipovolemia( nadi teraba lemah,
dengan kriteria hasil : frekuensi nadi meningkat ,turgor
1. Frekuensi BAK dan BAB kulit menurun , membran mukosa
klien berkurang kering, volue urine menurun,
2. Lemas px berkurang haus, lemah , dll)
3. Asupan minum klien 2. Monitor intake dan output cairan
meningkat
4. CRT < 2 dtk Terapeutik :
5. Turgor kulit membaik 1. Berikan posisi modified
6. Mukosa bibir lembab tendelenburg
7. TTV dalam batas normal 2. Berikan asupan cairan oral
8. Mata cekung teratasi
9. Kalium dalam batas normal Kolaborasi :
10. Natrium dalam batas normal 1. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat dan cairan
isotonis ( Nacl, RL), cairan
hipotonis ( glukosa 25%, Nacl
0,4%).
2. Kolaborasi pemberian produk
darah. ( bila perlu)

Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak.

2 II Setelah dilakukan tindakan 2 x Observasi :


24 jam diharapkan defisit nutrisi 1. Identifikasi alergi dan intoleransi
klien teratasi dengan kriteria terhadap makanan
hasil : 2. Kaji TTV
1. Nafsu makan meningkat 3. Identifkasi status nutrisi
2. Mual muntah saat makan 4. Monitor asupan makanan
berkurang 5. Identifikasi kebutuhan kalori dan
3. Nyeri perut berkurang jenis nutrien
4. Frekuensi BAB dalam 6. Identifikasi makanan yang
20

batas normal disukai


5. Penurunan BB tidak
terjadi lagi Terapeutik :
6. Klien tidak nampak 1. Sajikan makanan dengan suhuh
kurus yang sesuai
7. Bising usus dalam batas 2. Kendalikan faktor lingkungan
normal penyebab mual ( bau tidak sedap
8. Kadar ureum dalam misalnya)
batas normal
9. Kadar gula darah dalam Kolaborasi :
batas normal. 1. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat
2. Kolaborasi dengan ahli gizi ( bila
perlu)

Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk
2. Anjurkan makan porsi sedikit
namun sering
3. Anjurkan oral hygine sebelum
makan
3 III Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan 2x 24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi
diharapkan intoletansi aktivitas tubuh yang mengakibatkan
klien dapat teratasi dengan kelelahan atau kelemahan
kriteria hasil : 2. Monitor kelemahan fisik dan
1. Lemas dan lemah emosional
berkurang 3. Monitor pola dan jam tidur
2. Klien mampu melakukan 4. Monitor lokasi ketidaknyamanan
aktivitasnya saat melakukan aktivitas
3. Klien tidak lagi hanya
berbaring di tempat tidur Terapeutik :
4. Pusing berkurang 1. Sediakan lingkungan yang
5. Rentang gerak nyaman dan rendah stimulus
meningkat ( suara, kunjungan, cahaya)
6. Pucat berkurang 2. Berikan aktivitas distraksi yang
7. TTV dalam batas normal menyenangkan
8. Aktivitas yang dibantu 3. Fasilitasi duduk disisi tempat
menurun tidur
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam peningkatan asupan nutrisi

Edukasi :
1. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
2. Ajarkan strategi kooping untuk
21

mengurangi kelemahan
3. Anjurkan keluarga px untuk
membantu px dalam beraktivitas

4. Implementasi
Nama : Ny. A No. Medrek : 990991
Ruangan : Melati Dx Medis : Addison Desease

No Hari / No Dx Implementasi Respon Tanda


tangga tangan
l
1. I 1. Memeriksa tanda dan 1. TD : 90 / 70
gejala hipovolemia Mhgg
RR : 24 X /
menit
N : 110 X /
menit
S : 36,8 C
- Tugor kulit
menurun
- Mukosa bibir
kering
2. Anjurkan posisi pasien
2. Klien merasa
tendelenburg lebih nyaman
dalam posisi itu
3. Menganjurkan klien
3. Klien mengerti
untuk banyak minum
dan mau minum
lebih banyak
4. Kolaborasi pemberian
4. Klien mau dan
obat
bersedia
diberikan obat
5. Menganjurkan
2. II menghindari perubahan
posisi mendadak 5. Klien mengerti
untuk tidak
mengubah posisi
1. Mengobservasi TTV itu

1. TD : 90/ 70 Mhg
22

RR : 24 X /menit
2. Memonitor Asupan N : 110 X/menit
makanan S : 36,8 C
2. Klien
menghabiskan 2-
3. Mengidentifikasi 3 sendok makan
makanan yang disukai
3. Klien menyukai
4. Memberikan suplmen semua jenis
makanan makanan

4. Klien mengerti
5. Menganjurkan makan dan mau
porsi sedikit namun meminum
sering suplmen

5. Klien mau dan


mengerti
untuk makan
sedikit namun
sering

3. III 1. Memonitor lokasi dan 1. Klien


ketidak nyamanan selama mengatakan
melakukan aktivitas saat melakukan
aktivitas nyeri
klien dibagian
abdomen
2. Memonitor pola jam tidur
2. Klien
mengatakan
jam tidur klien
3. Anjurkan melakukan teranggu
aktivitas bertahap
3. Klien mengerti
dan mau
melakukan
aktivitas dengan
dibantu
keluarga
23

5. Evaluasi

No Hari/Tanggal No Dx Evaluasi Paraf


1 I S:
- Klien mengatakan Frkuensi BAK
berkurang
- Klien mengatakan lemas sudah
berkurang
O:
- Turgor kulit sudah membaik
- Mukosa bibir lembab
- Crt Normal
- TTV normal
A : Masalah Hivopolemia teratasi
P : Intervensi dihentikan

2 II S:
- Klien mengatakan nafsuk makan
mulai menintgkat
- Mual muntah sudah berkurang
- Frekuensi BAB menurun
O:
- Klien tampak lebih gemuk
- BB sudah mulai naik
- Bising usus sudah normal
A : Masalah deficit nutrisi teratasi
P : Intervensi di hentikan

3 III S:
24

- Klien mengatakan Lemas dan


lemah berkurang
- Klien mengatakan pusing
berkurang
O:
- Klien mampu melakukan
aktivitasnya
- Klien tidak lagi hanya berbaring
di tempat tidur
- Rentang gerak meningkat
- Pucat berkurang
- TTV dalam batas normal
- Aktivitas yang dibantu menurun
A : Masalah intoleransi aktivitas
teratasi
P : Intervensi di hentikan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sindrom insufisiensi korteks adrenal terjadi akibat defisiensi sekresi


kortisol dan aldosterone. Apabila tidak diobati, maka penyakit ini dapat
menyebabkan kematian. Penyebaba utama insufisiensi korteks adrenal adalah (1)
penyakit primer korteks adrenal atau (2) defisiensi sekresi hormone
adrenokortikotropik (ACTH).defisisensi corticotropin-realising-hormone (CRH)
saja dapat meyebabkan defisiensi ACTH dan kortisol. Tetapi penyakit ini hanya
dijumpai pada pajajn kronik glukookortikoid dosis farmakologik atau setelah
pengangkatan adenoma adrenokorteks penghasil kortisol. Penyakit Addison
adalah suatu kelainan endokrin atau hormone yang terjadi pada semua kelompok
umur yang menimpa pria dan wanita sama rata. Penyakit ini dikarakteristikan oleh
kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan darah rendah, dan
adakalanya penggelapan kulit pada kedua bagia tubuh yang terbuka dan tidak
terbuka. Addison ada 2 yaitu akut dan kronis, Addison juga dapat menyebabkan
beberap komplikasi diantaranya diabetes, ca paru dll.

B. Saran
Saran kami sebeagai penyusun adalah kepada para pembaca agar selalu
menjaga kesehyatan entah itu dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan
nutrisi atau pun dengan olah raga yang rutin, karena Addison ini tergolong
penyakit yang cukup berbahaya karena dapat menyebabkan penyakit-penyakit
berbahaya, dan kepada para tim medis agar selalu memberikan asuhan
keperawatan yang tepat dan optimal demi terciptanya kesembuhan bagi pasien.

25
Daftar Pustaka

26

Anda mungkin juga menyukai