Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER XXVI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2014
Praktek Kerja Profesi Apoteker Angkatan XXVI
Apotek Surya Husada Periode April 2014
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
MAHASISWA PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI
di APOTEK SURYA HUSADA
Jl. Sukowati No. 263 Sragen
Oleh :
Disetujui oleh :
i
Praktek Kerja Profesi Apoteker Angkatan XXVI
Apotek Surya Husada Periode April 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
Budi. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini berlangsung pada tanggal 2-30 mei
2014.
Surakarta.
yang telah diberikan kepada kami selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini
kepada :
2. Prof. Dr.R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
3. Satwika Budi Sawitri, S.Farm., Apt., selaku pembimbing PKPA dan Apoteker
iii
Praktek Kerja Profesi Apoteker Angkatan XXVI
Apotek Surya Husada Periode April 2014
4. Ismi Rahmawati, MSi., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
7. Orang tua kami tercinta yang telah memberikan dorongan, nasehat, doa
restunya serta biaya yang tak terkira nilainya, sehingga kami dapat
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan serta bantuan dan kerja sama selama Praktek Kerja
Lapangan.
jauh dari sempurna. Namun demikian kami berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak dan memberi kemajuan bagi dunia
iv
Praktek Kerja Profesi Apoteker Angkatan XXVI
Apotek Surya Husada Periode April 2014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
v
Praktek Kerja Profesi Apoteker Angkatan XXVI
Apotek Surya Husada Periode April 2014
B. Administrasi ................................................................................. 66
C. Pemusnahan Resep....................................................................... 67
E. Pengembangan Apotek.................................................................. 68
A. Kesimpulan .................................................................................. 74
B. Saran ........................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 76
LAMPIRAN .................................................................................................. 78
vi
Praktek Kerja Profesi Apoteker Angkatan XXVI
Apotek Surya Husada Periode April 2014
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Tata Cara Perijinan Apotik .............................................. 18
vii
Praktek Kerja Profesi Apoteker Angkatan XXVI
Apotek Surya Husada Periode April 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Resep dan Copy resep ............................................................... 78
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian Apoteker yang telah mengucapkan
Menurut Kepmenkes No. 889 tahun 2011 Apoteker adalah sarjana farmasi
yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
ketenagakerjaan, informasi obat dan edukasi kepada pasien dan semua hal yang
pemimpin di dalam apotek. Untuk itu calon Apoteker perlu lebih mengenal dan
untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi
ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan
hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang
pasien.
melalui pendidikan tingkat profesi. Calon Apoteker dibekali dengan wawasan dan
pengetahuan yang cukup untuk dapat ikut berperan aktif menjalankan tugas dan
tanggung jawab profesinya terutama di apotek. Panduan bekal ilmu teoritis dan
Salah satu cara untuk mengenal dan mendalami ruang lingkup kegiatan
apotek adalah melalui kerjasama antara Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
latihan kerja bagi calon Apoteker, sehingga calon Apoteker mendapatkan gambaran
berbagai hal mengenai apotek secara keseluruhan dan cara pengelolaannya sebelum
Apoteker (PKPA) agar para calon Apoteker dapat mengamati secara langsung
dalam pengelolaan apotek yang akhirnya menjadi bekal dan pengalaman bagi para
B. Tujuan PKPA
1. Tujuan Umum
dan edukasi
d. Mampu memahami fungsi dan peranan Apoteker di apotik, baik dari segi
2. Tujuan Khusus
pelayanan di apotek.
edukasi.
C. Waktu danTempat
bertempat di Jl. Raya Sukowati No. 263, Sragen pada tanggal 1-30 april 2014, pukul
06.30 – 21.00 yang dibagi menjadi 2 shift yaitu pagi : 06.30-14.00 WIB dan siang :
D. Manfaat
pada mahasiswa untuk memasyarakatkan diri pada suasana lingkungan kerja dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Apotek
Apoteker.
Menurut Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 apotek adalah tempat tertentu,
optimal bagi masyarakat, selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan
pengelolaan apotek :
Peraturan
6
7
Apotek.
Kefarmasian
Berdasarkan Kepmenkes No. 1027 tahun 2004, tugas dan fungsi apotek adalah:
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Dalam melakukan pekerjaan
pengetahuan dan teknologi dibidang farmasi dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Penggantian obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lainnya atas persetujuan dokter dan/atau
pasien.
1. Pelayanan Resep
kemasan obat yang diserahkan, penyerahan obat yang disertai dengan informasi
obat dan konseling, serta melakukan monitoring penggunaan obat terutama pada
sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi.
umum, antara lain dengan penyebaran leaflet /brosur, poster, penyuluhan, dan
lain lainnya.
dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini
record).
sebagai berikut:
4. Memiliki syarat-syarat kesehatan fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat
F. Persyaratan Apotek
6 yang meliputi :
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan
farmasi.
Persyaratan ini kemudian diperjelas oleh Kepmenkes No. 1027 tahun 2004
1. Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat.
2. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.
4. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas
pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan
5. Masyarakat diberi akses secara langsung dan mudah oleh Apoteker untuk
6. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, apotek harus bebas dari hewan
7. Apotek mempunyai suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin.
c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja
d. Ruang racikan.
9. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat
dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan
cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur
Dalam Kepmenkes No. 1332 tahun 2002 disebutkan bahwa papan nama
berukuran minimal 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam di atas dasar putih,
Papan harus memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek , nomor
c. Perlengkapan Apotek
Dalam lampiran Kepmenkes No. 1332 tahun 2002 tentang Berita Acara
set.
b. Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditera minimal 1 set.
b. Lemari pendingin.
a. Etiket.
4. Alat administrasi
5. Buku acuan
buah, MIMS, Informasi Spesialite Obat (ISO), Daftar Plafon Harga Obat
(DPHO).
d. Syarat Administratif
milik/sewa/kontrak,
7. Surat pernyataan dari APA bahwa tidak bekerja tetap pada perusahaan farmasi
8. Asli dan salinan/fotokopi surat ijin atasan bagi pemohon pegawai negeri,
10. Surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran Undang Undang farmasi.
11. NPWP
Pasal 7
dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan
formulir APT-4.
5. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan
6. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala
Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan seperti yang dimaksud dalam ayat 3 masih
Pasal 8
Apoteker dengan pemilik sarana. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi
Pasal 9
dimaksud pasal 5 dan atau pasal 6, atau lokasi apotek tidak sesuai dengan
APT-7.
Diberikan kesempatan
melengkapi (1 bulan)
mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan membantu
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Ijin
Praktek Apoteker (SIPA) atau Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) oleh
Pengelola Apotek (APA) dan atau menggantikannya pada jam – jam tertentu
pada hari buka apotek yang telah memiliki Surat IjinPraktek Apoteker (SIPA).
Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak ada di tempat lebih dari
3 ( tiga ) bulan secara terus – menerus, telah memiliki Surat IjinPraktek (SIPA )
pengawasan Apoteker.
e. Juru resep, yaitu personil yang membantu pekerjaan Tenaga Teknis Kefarmasian
pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kuitansi, nota tanda setoran dan lain-
lain.
g. Pegawai Tata Usaha, yaitu personil yang melaksanakan administrasi apotek dan
apotek.
h. Tenaga lain-lain, seperti satpam, tukang parkir. Sedikit banyak tenaga kerja di
Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat.
Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.
Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan
produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan
dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan
diberi akses secara langsung dan mudah oleh Apoteker untuk memperoleh informasi
dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihan dan kerapian agar pasien
menjadi nyaman. Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga/pest. Apotek
memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Apotek harus
memiliki :
brosur/materi informasi.
c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan
d. Ruang racikan
penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung
dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada
penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expire First Out). Meliputi perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, danadministrasi.
a. Perencanaan
obat. Perencanaan bertujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan
akan dipesan. Data obat-obatan tersebut ditulis dalam buku defecta yaitu buku yang
memperhatikan:
1) Pola penyakit
terjangkau seperti obat generik berlogo. Demikian pula sebaliknya jika masyarakat
membeli obat paten, maka apotek juga harus menyediakan obat-obat paten yang
sering diresepkan.
3) Budaya masyarakat
Pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan obat dapat
Dalam perencanaan pengadaan ini, ada empat metode yang sering dipakai
yaitu :
1) Metode epidemiologi.
sekitar.
2) Metode konsumsi.
3) Metode kombinasi
konsumsi
Perencanaan dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang ada di apotek
b. Pengadaan.
berikut :
dalam jangka waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila
modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari apotek, misalnya satu
kota yang selalu siap segera melayani kebutuhan obat dalam pengiriman yang
cepat.
2) Pengadaan secara spekulasi, pengadaan ini dilakukan dalam jumlah yang lebih
besar dari kebutuhan dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat
atau karena ada diskon atau bonus. Meskipun apabila spekulasinya benar dapat
dengan demikian dapat diketahui mana yang laku keras dan mana yang kurang
laku. Hal ini dapat dilihat pada kartu stock. Selanjutnya dapat dilakukan
c. Penyimpanan
RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004:
1) Obat / bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat di mana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
2) Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin
untuk obat-obat yang baru datang disimpan paling belakang dan juga sistem First
Expire First Out (FEFO) untuk obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa
dahulu.
keamanannya, tidak terkena cahaya matahari langsung, kering dan tidak bocor,
tersedia rak yang cukup baik, dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran.
d. Administrasi.
1. Administrasi Umum.
2. Administrasi Pelayanan.
1) Buku defecta
Buku defecta digunakan untuk mencatat persediaan obat/ barang yang habis
atau menipis, dengan buku defecta ini jumlah persediaan barang yang
menipis atau kosong dapat terkontrol. Buku defecta ini menjadi dasar untuk
2) Surat Pesanan
Surat pesanan tersusun rangkap tiga, surat pesanan ditandatangani oleh APA.
pembelian.
3) Buku pembelian
dalam buku ini dilakukan setiap hari berdasarkan faktur. Dalam buku ini
tercantum tanggal, nomor urut, nama PBF, nomor faktur, nomor batch,
4) Kartu hutang
Kartu hutang digunakan untuk mencatat hutang dagang. Kartu hutang dagang
dibuat per PBF. Kartu hutang tercantum tanggal faktur, nomor faktur dan
1) Buku pembelian
dalam buku ini dilakukan setiap hari berdasarkan faktur. Dalam buku ini
tercantum tanggal, nomor urut, nama PBF, nomor faktur, nomor batch,
psikotropika dicatat dalam buku stock khusus. Satu buku digunakan untuk
1) Daftar harga
Daftar harga obat tercantum dalam program komputer baik berupa harga-
harga obat dengan merk dagang, generik maupun bahan baku. Penyusunan
nama berdasarkan urutan abjad dan bentuk sediaan. Harga yang dicantumkan
yaitu HNA (Harga Netto Apotek) + PPN dan HJA (Harga Jual Apotek).
2) Laporan harian
4. Fungsi Manajemen
Menurut Anief (1998) ada empat aktivitas dalam manajemen yang bisa
diterapkan agar pengelolaan suatu apotek dapat berjalan dengan baik yaitu :
a) Perencanaan (Planning)
mengarahkan dana dan sumber daya yang ada serta mempunyai komitmen
untuk mencapai suatu tujuan. Perencanaan dapat digunakan sebagai alat ukur
b) Pengorganisasian (Organising)
c) Penggerakan (Actuating)
d) Pengawasan (Controlling)
5. Pelayanan Apotek
a) Pelayanan resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada Apoteker untuk menyediakan dan atau menyerahkan obat kepada
1) Skrining resep
a. Persyaratan administratif:
g) Informasi lainnya.
b. Kesesuaian farmasetik
b) Dosis
c) Potensi
d) Stabilitas
e) Inkompatibilitas
c. Pertimbangan klinik
a) Adanya alergi
b) Efek samping
c) Interaksi
2) Penyiapan obat
a. Peracikan
jika obat tersebut perlu di campur misalnya dijadikan serbuk atau cairan.
dokter:
b. Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Etiket terdiri dari dua warna yaitu
warna putih dan biru, etiket warna putih untuk obat dalam sedang etiket warna
beberapa wadah yang mengandung dua atau lebih bentuk sediaan oral padat.
Kemasan obat pasien didesain sedemikian atau setiap wadah diberi etiket yang
menunjukkan hari dan waktu atau periode waktu, penggunaan isi dalam setiap
wadah
d. Penyerahan obat
kepada pasien
e. Informasi obat
waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari
selama terapi.
f. Konseling
peningkatan biaya dan penyakit pasien menjadi lebih serius. Untuk melayani
dari setiap petunjuk yang diberikan terutama dalam menyeleksi dan memantau
kronis lainnya
(swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan
I. Penggelolaan Obat
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep adalah obat bebas, bebas terbatas
dan obat wajib apotek. Dimana Menurut Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/83, obat
bebas adalah obat yang dapat diserahkan kepada pasien tanpa resep, yang pada
etiket wadah dan bungkus luar atau kemasan terkecil dicantumkan secara jelas tanda
khusus yang mudah dikenali. Tanda khusus tersebut berupa lingkaran hijau dengan
Sedangkan Obat bebas terbatas adalah obat yang dapat diserahkan kepada
pasien tanpa resep, yang pada etiket wadah dan bungkus luar atau kemasan terkecil
dicantumkan secara jelas tanda khusus yang mudah dikenali. Tanda khusus tersebut
berupa lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam dan dicantumkan tanda
peringatan.
P. No 1 P. NO. 2
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Bacalah aturan pakai Hanya Untuk Dikumur Jangan Ditelan
P. NO. 3 P. NO 4
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar dari badan Hanya Untuk Dibakar
P. NO. 5 P. NO. 6
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Tidak Boleh Ditelan Obat Wasir, Jangan Ditelan
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria sesuai
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud adalah tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus dilakukan
Apotek memutuskan dan menetapkan bahwa OWA yaitu obat keras yang dapat
diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. APA dalam
1) Memenuhi kewajiban ketentuan dan batasan tiap jenis obat untuk setiap pasien
3) Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontra indikasi, efek
SO4, Gentamisin SO4, Hidrokortison), Obat saluran nafas (obat asma : Salbutamol,
Terbutalin SO4).
3. Obat Narkotika
bahwa Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
c. Narkotika golongan III : banyak digunakan dalam terapi dan pengembangan ilmu
dilengkapi dengan nomor SIKA atau SP serta stempel apotek. Pemesanan narkotika
dalam satu lembar Surat Pesanan adalah satu item ( satu jenis obat ) dan dibuat
rangkap empat, tiga lembar Surat Pesanan tersebut dikirim ke PBF dan satu lembar
Narkotika yang berada di apotek wajib disimpan secara khusus sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam UU No. 35 Thun 2009
pasal 14 ayat (1).Narkotika di apotek wajib disimpan secara khusus sesuai dengan
a. Apotek harus menyimpan narkotika dalam lemari khusus seperti yang dimaksud
No.28/MENKES/PER/I/1978.
c. Anak kunci lemari khusus dikuasai penanggung jawab atau pegawai lain yang
dikuasakan.
d. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.
dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat dengan ukuran 40x 80x100
cm, harus mempunyai kunci yang kuat, dibagi dua masing-masing dengan kunci
dokter. Resep yang diberi tanda merah berarti resep narkotik. Resep tersebut harus
dipisahkan dengan resep lainnya dan dicatat di buku khusus dengan catatan
jumlah obat, nama dan alamat pasien, nama dan alamat dokter. Penulisan resep
narkotika tidak boleh diulang (iter) dan tidak boleh diberikan salinan resepnya jika
narkotika yang ada dalam penguasaan. Laporan pengeluaran morfin dan petidin
dibuat khusus, terpisah dari laporan narkotika. Laporan dikirim setiap bulan kepada
Propinsi, Kepala Balai Besar POM setempat dan arsip; laporan harus ditandatangani
oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) disertai nama terang, surat ijin kerja dan cap
Propinsi setempat.
petidin berisi nomor urut, kodefikasi, nama sediaan, satuan, nomor tanggal resep,
tanggal penyerahan, jumlah, nama dan alamat pasien, nama dan alamat dokter,
spesifikasi.
Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan dokter dapat memusnahkan narkotika yang
rusak atau tidak memenuhi syarat. Berdasarkan UU No. 22 tahun 1997 pasal 60,
b. Kadaluarsa;
c. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau
b. Nama pemegang ijin khusus, Apoteker pimpinan apotek atau dokter pemilik
narkotika.
c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari perusahaan
e. Cara pemusnahan.
f. Tanda tangan penanggung jawab apotek / pemegang ijin khusus, dokter pemilik
b. Dinas KesehatanPropinsi
4. Obat Psikotropika
Berdasarkan UU No. 5 tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik
pengaruh susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai
Contoh : ekstasi
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
Contoh : ampetamin.
banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
Contoh : fenobarbital.
sangat luas digunakan untuk terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
pesanan khusus yang dapat dipesan oleh apotek kepada PBF atau dicetak sendiri
psikotropika hanya dapat dilakukan oleh apotek untuk apotek lain, rumah sakit,
tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus, terpisah dari obat-obat yang lain.
dokter dan lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan, wajib membuat dan
dilakukan sebulan sekali dengan ditandatangani oleh APA dan dilakukan secara
berkala yaitu setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan setempat dan Badan Pengawasan Obat
dan Makanan serta arsip di apotek. Laporan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola
Apotek dengan di cantumkan nama jelas, nomor Surat Ijin Pengelolaan Apotek
memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku, sudah kadaluarsa dan tidak
dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu tujuh hari setelah mendapat
Pengelola Apotek lalu dibuat surat permohonan tertulis kepada Kepala Balai
terdiri dari APA, TTK, Petugas Balai POM dan Dinas Kesehatan setempat
kemudian ditentukan tanggal pemusnahan dan dibuat berita acara dan dikirimkan
kepada Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan dengan tembusan Kepala
ketentuan dan tata cara pemberian ijin apotek, pasal 12 ayat 2 menyebutkan bahwa
obat yang tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan
dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain. Pada pasal 13 ayat 1
apotek. Pada ayat 2 menyebutkan bahwa pada pemusnahan tersebut wajib dibuat
Dikatakan obat rusak adalah jika obat telah mengalami perubahan mutu
misalnya obat itu rapuh, patah, kemasan obat rusak (berlubang atau robek), berubah
sifat fisiknya (berbau, berubah warna dan rasa). Dikatakan obat kadaluarsa adalah
jika kondisi obat dimana konsentrasinya sudah berkurang antara 25-30% dari
konsentrasi awal dan waktu kadaluarsa sendiri sudah ditentukan oleh pabrik.
Indonesia hanya dilakukan oleh PBF Kimia Farma. Obat–obat daftar G (Gevaarlijk=
obat keras atau OKT) disalurkan oleh PBF hanya kepada tiga macam penyalur saja,
yaitu PBF lain, apotek, dan IFRS dengan Apoteker. Penyaluran obat daftar G ke
dokter, klinik, Rumah Sakit tanpa Apoteker, BKIA, Puskesmas dilakukan oleh
apotek.Obat daftar W (Obat Bebas Terbatas) dan Obat Bebas oleh PBF dapat
disalurkan kepada apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan Apoteker, dan toko
obat. Jalur distribusi obat yang berlaku di Indonesia saat ini adalah jalur distribusi
obat yang ditetapkan dalam Paket Deregulasi Oktober 1993 yaitu sebagai berikut :
Konsumen/Pasien
J. Perpajakan
sebagian dan kekayaan atau hasilnya kepada negara menurut peraturan undang-
masyarakat atau iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapatkan jasa timbal yang ditujukan, yang digunakan untuk membayar
PPN adalah pajak yang harus dibayar apotek pada setiap pembelian obat dari
Pajak ini dikenakan terhadap pemasangan papan nama apotek, lokasi dan
lingkungan apotek.
Pajak ini dikenakan setiap tahun dan besarnya tergantung pada luas tanah,
c. Penghasilan diatas 250 juta – 500 juta rupiah dikenakan pajak 25%.
BAB III
TINJAUAN TENTANG
Apotek Surya Husada merupakan apotek swasta yang berdiri pada tanggal
26 Juni 2007 yang terletak di jalan Raya Sukowati No.263 Sragen. Pada awalnya
Apt. kemudian diganti oleh Mike Yulyaningrum, S.Farm., Apt. Kemudian diganti
lagi oleh Satwika Budi Sawitri. S.Farm., Apt. Permodalan Apotek Surya Husada
unit pelayanan kesehatan (non profit oriented) dan institusi bisnis (profit
tidak hanya pandai sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian saja, melainkan
juga dapat mengelola apotek sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis yang dapat
48
49
sendiri dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) Miswan Tommy Prasetya. Lokasi
Apotek Surya Husada stategis dengan adanya beberapa dokter yang praktek di
dekat apotek, serta pusat perbelanjaan yang letaknya tidak jauh dari Apotek.
bekerjasama dengan Apotek Surya Husada antara lain dokter umum dan dokter
spesialis anak di sekitar lokasi apotek, serta memiliki satu dokter spesialis anak
yang melakukan praktek di lokasi apotek. Apotek juga melayani cek kesehatan
berupa: cek gula darah, cek asam urat, dan cek kolesterol.
satunya adalah adanya resep yang berasal dari beberapa dokter praktek yang ada
di sekitar apotek. Sarana apotek dalam hal ini adalah bangunan, perlengkapan
apotek dan perbekalan farmasi yang menunjang pelaksanaan dan fungsi apotek.
Luas bangunan yang sesuai dengan kebutuhan dan cukup efisien untuk
B. Sumpah dan Kode Etik Profesi Apoteker yang Terkait Bidang Farmasi
Perapotekan
Apoteker Pengelola Apotek yang telah memiliki Surat Ijin Apotek dan telah
dengan dokter, baik dalam hal konfirmasi mengenai tulisan dalam resep dan
keadaan pasien merupakan salah satu kode etik Apoteker terhadap tenaga
kesehatan lainnya.
Apotek yang volume aktivitasnya masih kecil dapat saja menggunakan bentuk
Pembantu Umum
Jumi
Apoteker yang dibantu oleh personalia yang mempunyai tugas dan tanggung
yang berlaku.
Reseptir : 1 orang
Karyawan : 2 orang
pelayanan obat kepada masyarakat sehingga dapat membuat apotek lebih maju
dan berkembang.
jawabnya.
3. Menyesuaikan buku harga dan kalkulasi harga obat yang akan dijual
bagian administrasi.
kelancaran.
suplai barang.
pengembangan apotek.
dokumen
c. Wewenang APA
2. Asisten Apoteker
psikotropika, narkotika.
dan disimpan.
b. Tanggung jawab AA :
kepadanya
3. Reseptir
terutama dalam pembuatan sediaan puyer dan kapsul, serta menyiapkan obat-
4. Pembantu Umum
1. Administrasi
dilakukan oleh administrator. Buku untuk mencatat sediaan farmasi yang habis
Buku untuk mencatat pembelian barang, yang berisi : tanggal, nama PBF
dan nomor faktur, nama barang, nomor batch, ED, satuan barang, jumlah
barang, harga, diskon (%), bonus, PPN, harga satuan dan harga diskon, jumlah
pembelian obat, yang berisi : nomor urut, nama sediaan farmasi dan harga
meliputi : nomor urut, nama sediaan farmasi, dan harga masing-masing sediaan
nomor, tanggal faktur, nomor faktur, tanggal terima barang, nama PBF, jumlah,
meliputi : nomor, tanggal, jumlah resep, jumlah rupiah, nama dokter dan pasien
obat atau sediaan farmasi lain yang meliputi: tempat dan tanggal pesanan, tujuan
PBF, nomor surat, jumlah satuan dan kemasan, nama barang, tanda tangan APA
serta stempel apotek. Surat ini dibuat rangkap dua, yang asli untuk PBF yang
dituju dan yang satu untuk arsip apotek. Obat-obat narkotik dipesan dengan
obat psikotropika juga menggunakan blanko khusus. Surat pesanan obat narkotika
dan psikotropika terdiri dari 3 lembar dimana 2 lembar untuk PBF dan 1 lembar
untuk apotek.
2. Map Resep
Map ini digunakan untuk menyimpan resep. Resep disusun menurut nomor
Map yang digunakan untuk menyimpan faktur asli yang telah dibayar.
Kartu yang digunakan untuk mencatat keluar masuknya obat, yaitu setiap
mengambil obat harus dicatat dalam kartu stock. Kartu stock ini berisi nama obat,
nama pabrik, tanggal, obat masuk, obat keluar, sisa obat, ED, keterangan.
5. Salinan Resep
Merupakan salinan untuk meyalin resep yang belum diberikan atau untuk
diulang.
6. Kartu Stelling
Kartu yang digunakan untuk sediaan narkotika dan psikotropika. Kartu ini
7. Laporan
a. Laporan Narkotika
berikutnya dans dibuat dua rangkap dua dengan melihat buku pencatatan
narkotika. Laporan tersebut memuat data : nama apotek dan alamtnya, saldo
awal, pemasukan (dari PBF/apotek lain), pengeluaran, serta saldo akhir. Laporan
ini untuk kepala dinas kesehatan kota Surakarta dan arsip apotek. Untuk Dinas
berikutnya.
b. Laporan Psikotropik
Laporan psikotropik dibuat setiap 1 tahun sekali dan dibuat rangkap duan
nama apotek dan alamatnya, saldo awal, pemasukan (dari PBF/apotek lain),
pengeluaran, serta saldo akhir. Laporan ini untuk kepala dinas kesehatan,
3. Perpajakan
e. Pajak reklame
4. Keuangan
sediaan farmasi, gaji karyawan, pajak dan keperluan harian apotek. Pendapatan
dan pengeluaran setiap harinya dibuat oleh bagian administrasi, begitu juga untuk
laporan bulanan.
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta
58
Sistem gaji karyawan Apotek Surya Husada secara umum berpedoman pada
hal-hal berikut :
a. Besar gaji ditentukan oleh Pemilik Sarana Apotek (PSA) – APA sesuai dengan
c. Gaji karyawan meliputi gaji pokok dan tuslah yang besarnya tergantung dari
E. Bangunan
ditetapkan antara lain: atap dari genteng dan tidak bocor, dinding kuat dengan
permukaan rata dan mudah dibersihkan, penerangan cukup, tidak lembab, ruangan
1. Ruang tunggu yaitu tempat yang disediakan untuk pasien menunggu antrian.
2. Ruang pelayanan obat, ruang untuk menerima resep dan penyerahan obat
5. Ruang parkir
Jam kerja Apotek Surya Husada dilaksanakan setiap hari Senin sampai
dengan Sabtu, buka dari jam 06.30 – 21.00 WIB yang terbagi menjadi dua shift,
yaitu shift pagi jam 06.30-14.00 dan shift sore jam 14.00 - 21.00 WIB. Serta pada
hari Minggu dan hari libur nasional buka mulai dari jam 08.00 – 15.00 WIB.
obat sisa, pemesanan obat yang sudah habis, menerima faktur, melakukan SP,
obat yang terjual, pengelolaan resep dan OWA. Kegiatan pelayanan resep dan
konsumen atau pasien. Resep yang masuk setiap hari kemudian dikumpulkan dan
garis merah dan selalu ditulis di kartu stock. Pengelolaan resep meliputi
pembuatan bentuk atau sediaan, pencampuran obat untuk melayani resep dari
setiap harinya berdasarkan pada nota penjualan OWA dan HV yang kemudian
administrasi dibantu oleh TTK. Pengeluaran biaya Apotek Surya Husada tiap
BAB IV
Husada Sragen dimulai pada tanggal 01 april – 30 april 2014. Kegiatan PKPA di
etiket, penyerahan obat, serta pemberian konseling pada pasien, administrasi dan
Apoteker.
pengelolaan Obat Wajib Apotek, obat narkotika dan psikotropika, obat keras,
penyusunan laporan dan kode etik terhadap profesi kesehatan lain. Aspek bisnis
pengembangan apotek.
60
61
1. Pengadaan Barang
habis atau persediaan yang tinggal sedikit. Perencanaan item barang yang
akan dipesan dimulai dengan pengecekan buku stock dari gudang, informasi
b. Pemesanan Barang
APA dibuat rangkap dua, satu untuk PBF dan yang lain untuk arsip apotek.
Barang-barang yang harganya mahal, cepat rusak dan jarang ditulis pada
harganya murah, essensial dan sering ditulis dengan resep dokter disediakan
dengan jumlah besar. Pemesanan obat bebas, bebas terbatas dan obat keras
mencantumkan no. SIK serta stempel apotek. Setiap satu SP digunakan untuk
memesan satu jenis narkotika. Satu lembar SP untuk arsip dan yang tiga
lembar dikirim ke PBF. Slip SP narkotika dibuat oleh PBF Kimia Farma dan
sehingga pihak apotek tinggal mengisi sesuai dengan draft yang telah
2. Penerimaan Barang
saat barang datang, dilakukan pengecekan barang yang meliputi alamat tujuan
faktur, nama obat, jumlah barang tiap item, jenis, no batch, bentuk sediaan, dan
Apoteker yang menerima disertai nama terang, cap apotek, dan tanggal
penerimaan barang. Apabila barang yang datang tidak sesuai dengan pesanan
penagihan jika pembelian dengan sistem kredit, sedangkan copy faktur untuk arsip
barang datang dari PBF dengan didampingi Asisten Apoteker. Kemudian faktur
digunakan untuk mengecek harga dalam daftar harga apakah ada perubahan atau
sesuai batas waktu yang telah ditentukan, biasanya 1 sampai 3 bulan sebelum ED
( Expired Date ). Obat dengan ED yang hampir mendekati batas yang ditentukan
yang waktu kadaluarsanya masih lama. Namun ada beberapa barang yang
khusus untuk dijual terlebih dahulu jika telah mendekati waktu kadaluarsa.
3. Penyimpanan barang
Karena adanya gudang dinilai kurang efektif dan efisien, karena selain
memerlukan tempat atau ruangan lain, adanya gudang juga membutuhkan SDM
berdasarkan:
a. Sirup
b. Salep
c. Guttae/tetes
4. Pembayaran/Inkaso
kredit dilakukan satu minggu dua kali setiap hari Senin dan Jumat. Selain itu
rencana pembayaran dapat dilakukan dengan melihat faktur yang telah jatuh
terlebih dahulu.
5. Penyimpanan Faktur
Faktur yang telah lunas dalam waktu satu bulan dikumpulkan jadi satu,
supaya jika ada barang yang ED/ kadaluarsa lebih mudah dicari. Faktur yang telah
6. Penjualan Obat
kemudian diracik, diberi etiket, diperiksa oleh AA atau Apoteker lalu diserahkan
kepada pasien dan disertai informasi. Setiap obat dengan resep yang sudah
terjadi ketidaksesuaian obat khusus nya jika ada narkotik atau psikotropik.
Penjualan obat dengan resep untuk harga setiap resepnya diberikan diskon
dan untuk pelanggan apotek diberikan diskon khusus begitu juga dengan rekan
b. Penjualan Obat Wajib Apotek (OWA), obat bebas dan bebas terbatas
keduanya digunakan untuk pembukuan atau laporan. Penjualan obat bebas dan
bebas terbatas menggunakan nota rangkap dua bagi pasien yang menghendaki,
satu untuk arsip apotek dan yang lain untuk pasien, jika pasien tidak
OWA, obat bebas dan bebas terbatas disertai dengan pemberian informasi yang
Rumus harga obat bebas dan bebas terbatas diracik dalam resep yaitu:
Keterangan :
Pelayanan
Kasir
Kerjasama yang dilakukan apotek yaitu dengan dokter anak, kemudian ada
juga kerja sama dengan suatu pabrik obat untuk promosi barang produksinya.
B. Administrasi
apotek surya husada dibuat dalam buku tersendiri dan dicatat menurut setiap nama
dan sediaan obatnya. Dalam laporan tersebut memuat tanggal, nomor resep nama
pasien, alamat pasien, nama, dan alamat dokter, nama PBF, jumlah obat yang
digunakan dan sisa obat. Laporannya ditunjukkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kota Sragen dengan tembusan balai besar badan POM Provinsi Jawa Tengah,
Kepala Dinas Kesehatan dan Sosial Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas
2. Administrasi Personalia
fasilitas karyawan, daftar gaji, hak cuti, data lengkap semua karyawan dan
Buku catatan jumlah resep yang masuk, buku barang datang yang
masuk, buku generik, buku OWA, buku defecta, kartu stock, kartu stelling,
daftar harga obat, buku laporan pendapatan, buku barang kadaluarsa dan buku
ED atau kadaluarsa.
C. Pemusnahan Resep
kemudian dibendel menjadi satu setiap harinya sesuai no. Urut. Dari setiap bendel
tersebut diberi catatan mengenai jumlah lembar resep, no resep yang mengandung
terhadap lembah resep dilakukan untuk resepyang telah tersimpan selama 3 tahun.
Pemusnahan ini dilengkapi dengan berita acara yang berisi pemusnahan resep,
saat penyerahan obat kepada pasien mengenai nama obat, kontra indikasi, efek
samping obat, cara penyimpanan, hasil setelah minum obat, apa yng harus
disarankan selama minum obat, hal yang harus dihindari selama minum obat,
dilakukan melalui telepon, dapat pula melalui sms atau setiap saat bagi pasien
pada saat penyerahan obat kepada pasien, baik obat dengan resep, OWA, maupun
OTC.
E. Pengembangan Apotek
1. Dibuka tempat praktek dokter spesialis anak yaitu dr. Tunjung Respati Sp.A.,
M.Kes.
2. Terdapat juga fasilitas alat mengukur berat badan, tinggi badan, cek tekanan
Apotek Surya Husada yaitu tercapainya pengobatan yang aman, tepat dan
rasional.
BAB V
PEMBAHASAN
sebagai salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan yang berkewajiban untuk
dibutuhkan masyarakat, dimana apotek tidak lagi digunakan sebagai usaha yang
hanya mencari keuntungan dalam aspek bisnis semata tapi juga harus
Apoteker bertanggung jawab pada semua kegiatan yang ada di apotek baik secara
teknis maupun non teknis. Dalam kegiatan tersebut Apoteker dibantu oleh Asisten
kefarmasian di apotek adalah karyawan atau tenaga kerja yang cukup menunjang
cepat, tepat, berpakaian rapi, bersih, dapat dipercaya dan mau bekerja sama serta
pekerjaannya.
70
71
buka selama ±14 jam sehari dibagi dalam 2 shift. Jam kerja tiap shift yaitu 06.30-
14.00 dan jam 14.00-21.00 kecuali hari minggu jm 09.00-15.00. tiap karyawan
memiliki tugas dan wewenang yang sudah ditetapkn dan hal ini sangat perlu
menipis serta seringnya pemakaian dalam resep. Persediaan barang yang terlalu
banyak di apotek mempunyai resiko yang tinggi, oleh karena itu di Apotek Surya
Husada persediaan barang tidak terlalu banyak jumlahnya untuk setiap item agar
tidak terjadi penimbunan barang yang mengakibatkan dana tidak berputar dan
Surya Husada telah sesuai dengan peraturan dan persyaratan penyimpanan obat,
Surya Husada yaitu sistem First In First Out (FIFO). Hal ini dilakukan dengan
harapan agar tidak terjadi barang rusak/kadaluarsa. Bila ada barang yang
dilakukan sesuai perjanjian yang telah disetujui dengan PBF yang bersangkutan
baik untuk obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras.
Selain itu Apotek Surya Husada memberikan pelayanan obat bebas, pelayanan
obat wajib apotek, pelayanan obat tradisional, kosmetika dan alat kesehatan.
Apotek Surya Husada juga menyediakan barang lain selain perbekalan farmasi
untuk menunjang kebutuhan pasien yang lain antara lain, susu, dan minuman.
dari pelayanan resep, Obat Wajib Apotek (OWA), pelayanan obat bebas dan
bebas terbatas. Data administrasi ini dilaporkan dalam bentuk laporan pendapatan
membuat laporan bulanan, mengurusi kas kecil yang digunakan untuk biaya
konsisten.
pelanggan. Kenaikan atau penurunan harga secara tiba-tiba dapat menurukan rasa
kepercayaan pasien terhadap apotek. Hampir semua pasien mencari harga murah.
Oleh karena itu apotek yang memiliki kriteria itu sering menjadi incaran banyak
pasien, dalam menentukan harga jual obat banyak hal yang dijadikan
pertimbangan, salah satunya adalah harga jual di apotik sekitar. Harga jual
sebaiknya tidak jauh lebih mahal dan juga tidak jauh lebih murah agar persaingan
tetap sehat.
BAB VI
A. Kesimpulan
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi yang dilakukan di Apotek Surya Husada
1. Apotek Surya Husada sebagai salah satu sarana kesehatan, tempat dilakukan
fungsinya dengan baik didukung oleh lokasi yang strategis, nyaman dan sesuai
2. Pengelolaan obat di Apotek Surya Husada telah dilakukan dengan baik dan
74
75
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1993, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Anief, M., 1998, Manajemen Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Anonim, 1990, Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/MenKes/SK/VII/1990tentang
Obat Wajib Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan No. 924/MenKes/PER/X/1993tentang
Obat Wajib Apotek II, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/MenKes/SK/X/1999tentang
Obat Wajib Apotek III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2009, Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MenKes/Per/X/1993 tentang
Kesehatan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.
Anonim, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997
tentangPsikotropika, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan RINo.1332/Men.Kes/SK/X/2002
tentangPerubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
922/MenKes/Per/X/1993 tentangKetentuan dan Tata Cara Pemberian
Ijin Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2003, Kompetensi Farmasis Indonesia, ISFI, Jakarta.
Anonim, 2004, Peraturan Menteri Kesehatan No. 1027/MenKes/SK/IX/2004
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Menteri Kesehatan RI,
Jakarta.
Anonim, 2006, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.069/MENKES/SK/II/2006
tentang pencantuman Harga Eceran Tertinggi, Jakarta: Depkes RI
Anonim, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009,
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta: Menkes RI
78
79
a. kwitansi
No Tanggal Nama Nama Nama Jumlah Harga Tuslah Embalase Harga Jasa
Dokter Pasien Obat Obat Total Total Medis
Resep Obat Dokter
a. SP Psikotropik
b. SP Narkotik