Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Sektor Informal


Sektor informal adalah merupakan unit-unit usaha tidak resmi berskala kecil
yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa tanpa memiliki izin usaha
dan atau izin lokasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sektor informal digambarkan suatu kegiatan usaha berskala kecil yang
dikelola oleh individu-individu dengan tingkat kebebasan yang tinggi dalam
mengatur cara bagaimana dan dimana usaha tersebut dijalankan. Sektor informal juga
didefinisikan sebagai sektor yang tidak menerima bantuan dari pemerintah; sektor
yang belum menggunakan bantuan ekonomi dari pemerintah meskipun bantuan itu
telah tersedia dan sektor yang telah menerima bantuan ekonomi dari pemerintah
namun belum sanggup berdikari (Soetjipto,1985 dalam Reni Pratiwi, 2012).
Saat ini, sektor informal menjadi bagian penting dalam perumusan kebijakan
ketenagakerjaan. Sektor informal merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja
yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat
pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang
memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan semakin mengukuhkan
kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan tenaga kerja. Dalam beberapa
hal, sektor informal lebih dapat beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen
operasional yang kaku. Dalam periode krisis perekonomian nasional, sektor informal
yang bersifat adaptif dan lentur, masih tetap bertahan bahkan mampu
mengembangkan peluang-peluang usaha dibandingkan dengan perusahaan
besar.Sektor informal pada umumnya ditandai oleh beberapa karakteristik khas
seperti bidang kegiatan produksi barang dan jasa, berskala kecil, unit-unit
produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga
kerja, dan teknologi yang dipakai relative sederhana (Todaro, 2000 dalam Dewa
Made, 2015).
Bahwa dengan terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat golongan
bawah maka terjadi peningkatan taraf hidup mereka. Keadaan ini diharapkan
memberikan kontribusi peningkatan pendapatan daerah dan nasional. Oleh karena itu
peranan sector informal mempunyai peran penting dalam mewujudkan tujuan
pemerataan pembangunan.

B. Ciri Ciri Sektor Informal


Menurut Reni Pratiwi (2012) Ciri-ciri sektor informal, yaitu:
1. Pola kegiatannya tidak teratur.
2. Skala usaha kecil dan menggunakan teknologi sederhana.
3. Struktur usahanya didasarkan atas struktur unit kerja keluarga.
4. Jam kerja tidak teratur / tidak tetap.
5. Tempat kerja tidak permanen / tidak menetap.
6. Usaha tersebut untuk melayani golongan masyarakat tertentu atau terbatas dan
memiliki daya saing yang tinggi.
7. Tidak memerlukan keahlian dan ketrampilan yang berdasarkan pada
pendidikan formal khusus.
8. Tidak mampu memanfaatkan keterkaitan dengan usaha lain yang sejenis dan
lebih besar.
9. Bersifat inofatif didasarkan pada kebutuhan konsumen terbatas dan
mempunyai kekenyalan terhadap perubahan.
10. Tidak terjangkau sistem pelayanan formal.
11. Dari beberapa ciri yang ada, dapat diambil kesimpulan bahwa kebanyakan
dari mereka bermodal kecil, teknologi yang digunakan sederhana, kegiatan
usaha tidak terorganisasi dengan baik, serta karyawan sedikit dan merupakan
kerabat atau anggota keluarga dari pengusaha.

C. Peran Sektor Informal


Sektor informal memiliki peran yang besar di negara-negara sedang
berkembang (NSB) termasuk Indonesia. Sektor informal adalah sektor yang tidak
terorganisasi (unorganized), tidak teratur (unregulated), dan kebanyakan legal tetapi
tidak terdaftar (unregistered).
Sektor informal memiliki karakteristik seperti jumlah unit usaha yang banyak
dalam skala kecil; kepemilikan oleh individu atau keluarga, teknologi yang sederhana
dan padat tenaga kerja, tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah, akses ke
lembaga keuangan daerah, produktivitas tenaga kerja yang rendah dan tingkat upah
yang juga relatif lebih rendah dibandingkan sektor formal bahwa kebanyakan pekerja
di sektor informal perkotaan merupakan migran dari desa atau daerah lain. Motivasi
pekerja adalah memperoleh pendapatan yang cukup untuk sekedar mempertahankan
hidup (survival). Mereka haru tinggal di pemukiman kumuh , dimana pelayanan
publik seperti listrik, air bersih, transportasi, kesehatan, dan pendidikan yang sangat
minim.
Penggunaan modal pada sektor informal relatif sedikit bila dibandingkan
dengan sektor formal sehingga cukup dengan modal sedikit dapat memeprkerjakan
orang. Dengan menyediakan akses pelatihan dan ketrampilan, sektor informal dapat
memiliki peran yang yang besar dalam pengembangan sumber daya manusia. Sektor
informal memunculkan permintaan untuk tenaga kerja semiterampil dan tidak
terampil. Sektor informal biasanya menggunakan teknologi tepat guna dan
menggunakan sumber daya local sehingga akan menciptakan efisiensi alokasi sumber
daya. Sektor informal juga sering terkait dengan pengolahan limbah atau sampah.
Sektor informal dapat memperbaiki distribusi hasil-hasil pembangunan kepada
penduduk miskin yang biasanya terkait dengan sektor informal
Sektor informal terkait dengan sektor pedesaan. Sektor informal memberikan
kemungkinan kepada tenaga kerja yang berlebih di pedesaan untuk migrasi dari
kemiskinan dan pengangguran. Sektor informal sangat berkaitan dengan sektor
formal di perkotaan. Sektor formal tergantung pada sektor informal terutama dalam
hal input murah dan penyediaan barang-barang bagi pekerja di sektor formal.
Sebaliknya, sektor informal tergantung dari pertumbuhan di sektor formal. Sektor
informal kadang-kadang justru mensubsidi sektor formal dengan menyediakan
barang-barang dan kebutuhan dasar yang murah bagi pekerja di sektor formal.
Demikian pula halnya dengan penanganan secara statistik terhadap sektor
informasi. Kegiatan pencatatan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh sektor
informal yang menyeluruh dan berkelanjutan, seperti halnya dengan kegiatan
pencatatan pada sektor formal, juga belum banyak dilakukan dan mendapatkan
perhatian yang serius dari pemerintah. BPS mendefinisikan perusahaan sektor
informal sebagai perusahaan tidak berbadan hukum. Disamping itu kegiatan
pembinaan sektor informal juga tidak memiliki kejelasan, sehingga menyebabkan
instansi pemeritah satu dengan yang lainnya tidak memiliki tanggung jawab yang
terpadu untuk mempromosikan atau mengatur sektor informal.

D. Penyebab timbulnya sektor informal


Dijelaskan oleh Subri (2003: 85-87), munculnya dilema ekonomi informal di
Indonesia adalah sebagai dampak dari makin kuatnya proses modernisasi yang
bergerak bias menuju sifat-sifat yang dualistis. Bias pembangunan secara makro
menghasilkan sistem ekonomi lain, yaitu sektor informal yang sebagian besar terjadi
di negara-negara sedang berkembang. Fenomena dualism ekonomi yang melahirkan
sektor informal ini menunjukkan bukti adanya keterpisahan secara sistematis-empiris
antara sektor formal dengan sektor informal dari sebuah sistem ekonomi nasional.
Hal ini sekaligus memberi legitimasi ekonomi dan politik bahwa perekonomian suatu
negara mengalami stagnasi dengan tingkat pengangguran yang sangat tinggi dan
ketimpangan social ekonomi yang cukup besar. Kegiatan sektor informal yang
menonjol biasanya terjadi dikawasan yang sangat padat penduduknya, dimana
pengangguran (unemployment) maupun pengangguran terselubung (disquised
unemployment) merupakan masalah yang utama. Dengan kenyataan seperti ini
limpahan tenaga kerja tersebut masuk kedalam sektor informal, tetapi masih
dipandang sebagai penyelesaian sementara karena di dalam sektor informal sendiri
terdapat persoalan yang sangat rumit (Dian Rakhma, 2012).

Anda mungkin juga menyukai