Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRACEREBRAL HEMATOMA (ICH)

I. Konsep penyakit
1.1 Definisi/deskripsi penyakit
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak
biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak.
Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-
kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT-Scan didapatkan adanya
daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika single, diameter >
3cm, perifer, adanya pergeseran garis tengah (Paula, 2009).
Intracerebral hematom adalah perdarahan kedalam substansi otak.
Hemorhage ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai
daerah kecil dapat terjadi pada luka tembak, cidera tumpul.

Intracerebral hematom (ICH) merupakan koleksi darah focus yang biasanya


diakibatkan oleh cidera regangan atau robekan rotasional terhadap
pembuluh-pembuluh darah dalam jaringan fungsi otak atau kadang karena
cidera tekanan. Ukuran hematom bervariasi dari beberapa mm sampai
beberapa cm dan dapat terjadi pada 2-16 kasus cidera.

Intracerebral hematom adalah perdarahan dalam jaringan otak itu sendiri.


Hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera
kepala terbuka. Intracerebral hematom dapat timbul pada penderita stroke
hemorhagik akibat melebarnya pembuluh nadi (Corwin, 2009).

1.2 Etiologi
Etiologi dari intracerebral hematom menurut Suyono (2011) adalah:
1. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
2. Fraktur depresi tulang tengkorak
3. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
4. Cedera penetrasi peluru
5. Jatuh
6. Kecelakaan kendaraan bermotor
7. Hipertensi
8. Malformasi arteri venosa
9. Aneurisma
10. Distrasia darah
11. Obat
12. Merokok

1.3 Tanda gejala


Menurut Corwin (2009), tanda gejala dari intracerebral hematom, yaitu:
1. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom
2. Pola pernapasan dapat secara progesif menjadi abnormal
3. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal
4. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium
5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan
gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat
6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan
peningkatan tekanan intra cranium

1.4 Patofisiologi
Perdarahan intracerebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria
serebri yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah
dari pembuluh darah didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau
didekatnya, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan bergeser dan
tertekan. Darah yang keluar dari pembuluh darah sangat mengiritasi otak,
sehingga mengakibatkan vosospasme pada arteri disekitar perdarahan,
spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak dan lingkaran willisi,
perdarahan aneurisma ini merupakan lekukan-lekukan berdinding tipis yang
menonjol pada arteri pada tempat yang lemah. Makin lama aneurisma
makin besar dan kadang-kadang pecah saat melakukan aktivitas.

Dalam keadaan fisologis pada orang dewasa jumlah darah yang mengalir ke
otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila aliran darah ke otak turun
menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi penghentian
aktivitas listrik pada neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala
ini masih reversibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan
oksigen diperoleh dari darah, otak sendiri hampir tidak ada cadangan
oksigen dengan demikian otak sangat tergantung pada keadaan aliran darah
setiap saat. Bila suplai oksigen terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan
fungsi otak, bila lebih lama daro 6-8 menit akan terjadi jelas/lesi yang tidak
putih lagi (ireversibel) dan kemudian kematian. Perdarahan dapat
meninggikan tekanan intrakranial dan menyebabkan iskemi didaerah lain
yang tidak perdarahan, sehingga dapat berakibat mengurangnya aliran darah
ke otak baik secara umum maupun lokal. Timbulnya penyakit ini sangat
cepat dan konstan dapat berlangsung menit, jam, bahkan beberapa hari
(Corwin, 2009).

1.5 Pemeriksaan penunjang


1. Angiografi
2. CT-Scan
3. Lumbal fungsi
4. MRI
5. Thorax foto
6. Laboratorium
7. EKG

1.6 Komplikasi
a. Edema serebri, pembengkakan otak
b. Kompresi batang otak, meninggal
Sedangkan outcome intracerebral hematom dapat berupa:
 Mortalitas 20-30%
 Sembuh tanpa defisit neurologis
 Sembuh dengan defisit neurologis

1.7 Penatalaksanaan
Pendarahan intracerebral lebih mungkin terjadi fatal dibandingkan stroke
iskemik. Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastropic, khususnya
pada orang yang mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari
setengan orang mengalami pendarahan besar meninggal dalam beberapa
hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya kembali sadar dan beberapa
fungsi otak bersamaan dengan waktu. Meskipun begitu, kebanyakan tidak
sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.

Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke iskemik.


Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolik, dan
obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat
pendarahan makin buruk. Jika orang yang menggunakan antikoagulan
mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka bisa memerlukan
pengobatan yang membantu pengumpulan darah seperti:
a. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.
b. Transfusi atau platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah
dan pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan).
c. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam
darah yang membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan).

Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan


didalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang
dilakukan karena operasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga, pengangkatan
penumpukan darah memicu pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan otak
menimbulkan kecacatan yang parah. Meskipun begitu, operasi ini
kemungkinan efektif untuk pendarahan pada kelenjar pituitary atau pada
cerebellum. Pada beberapa kasus, kesembuhan yang baik adalah mungkin.

Menurut Corwin (2009), menyebutkan pentalakasanaan untuk intracerebral


hematom adalah sebagai berikut:
1. Observasi dan tirah baring terlalu lama
2. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom
secara bedah
3. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis
4. Untuk cidera terbuka diperlukan antibiotik
5. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk
pemberian diuretik dan obat anti inflamasi
6. Pemeriksaan laboratorium seperti CT-Scan, thorax foto, dan
laboratorium lainnya yang menunjang.
1.8 Pathway
Trauma kepala, fraktur depresi tulang tengkorak, hipertensi,
aneurisma, distrasi darah, obat, merokok

Pecahnya pembuluh darah


otak (perdarahan intracranial)

Darah masuk ke dalam jaringan otak

Penatalaksanaan Darah membentuk massa atau hematoma


Kraniotomi

Luka insisi Port d’entri Penekanan pada jaringan


Pembedahan Mikroorganisme otak

Resiko infeksi peningkatan tekanan


intracranial

Sel melepaskan Metabolisme gangguan aliran darah fungsi otak


menurunMediator nyeri: anaerob dan oksigen ke otak
Prostaglandin, Refleks menelan
Sitokinin menurun
Vasodilatasi Ketidakefektifan kerusakan
Pembuluh darah perfusi jaringan neuromotorik
Cerebral
Implus ke pusat Kelemahan otot Anoreksia
Nyeri di otak progresif
(thalamus)

Ketidakseimbangan
Kebutuhan
nutrisi
Implus ke pusat ADL dibantu Hambatan mobilitas
Nyeri di otak fisik

Somasensori korteks Gangguan pemenuhan


Otak : nyeri Kebutuhan ADL
Dipersepsikan

Nyeri (Corwin, 2009)


II. Rencana asuhan klien dengan gangguan intracerebral hematoma (ICH)
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan,
alamat, penanggung jawab, dll.

2.1.2 Pemeriksaan fisik: data fokus


 Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia,
penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis
 Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
 Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
 Jantung : bradikardi, hipertensi
 Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial
obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
 Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
 Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
1. Angiografi
2. CT-Scan
3. Lumbal fungsi
4. MRI
5. Thorax foto
6. Laboratorium
7. EKG

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral (NANDA, 2012)
II.2.1 Definisi
Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
2.2.2 Batasan karakteristik
- Objektif
- Perubahan status mental
- Perubahan perilaku
- Perubahan respon motorik
- Perubahan reaksi pupil
- Kesulitan menelan
- Kelemahan atau paralisis ekstremitas
- Paralisis
- Ketidaknormalan dalam berbicara
Faktor yang berhubungan
- Perubahan afnitas hemoglobin terhadap oksigen
- Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
- Keracunan enzim
- Gangguan pertukaran
- Hipervolemia
- Hipoventilasi
- Gangguan transpor oksigen melalui alveoli dan membran kapiler
- Gangguan aliran arteri atau vena
- Ketidakseimbangan antara ventilasi dan aliran darah

Diagnosa 2 : Nyeri akut (NANDA,2012)


2.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang actual atau poyensial, atau digambarkan dengan
istilah seperti (International Association For the Study of Pain) ; awitan yang
tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi.

2.2 Batasan karakteristik


Subjektif
- Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
Objektif
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertenaga sampai kaku)
- Respons autonomic (misalnya, diaphoresis; perubahan tekanan darah,
pernapasan atau nadi; dilatasi pupil).
- Perubahan selera makan
- Perilaku distraksi (misalnya, mondar-mandir, mencari orang dan / atau aktifitas
lain, aktifitas berulang
- Perilaku ekpresif (misalnya, gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela napas panjang.
- Wajah topeng (nyeri)
- Perilaku menjaga atau sikap melindungi
- Focus menyempit (misalnya, gangguan persepsi waktu, gangguan proses pikir,
interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun)
- Bukti nyeri yang dapat diamati
- Berfokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak menentu,
dan menyeringai)
Faktor yang berhubungan
Agens-agens penyebab cedera (misalnya, biologis, kimia, fisik, dan psikologis)

Diagnosa 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan (actual/risiko)


(NANDA, 2012)
2.1Definisi
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
2.2Batasan karakteristik
Subjek :
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen (dengan atau tanpa penyakit)
- Menolak makanan
- Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- Melaporkan perubahan sensasi rasa
- (Melaporkan) kurangnya makanan
- Merasa cepat kenyang setelah mengonsumsi makanan
Objektif :
- Pembuluh kapiler rapuh
- Diare atau steatore
- Adanya bukti kekurangan makanan
- Kehilangan rambut yang berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurang informasi, informasi yang salah
- Kurangnya minat terhadap makanan
- Salah paham
- Membrane mukosa pucat
- Tonus otot buruk
- Rongga mulut terluka
- Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mengunyah
Faktor yang berhubungan
Ketidakmampuan menelan atau mencerna makanan atau menyerap nutrient akibat
faktor biologis, psikologis, atau ekonomi.

Diagnosa 4: Hambatan mobilitas fisik (NANDA, 2012)


2.1 Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
dan terarah.
2.2 Batasan karaktersitik
Objektif
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan membolak balik tubuh
- Asyik dengan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misalnya
peningkatan perhatian terhadap aktivitas orang lain, perilaku mengendalikan,
berfokus pada kondisi sebelum sakit atau ketunadayaan aktivitas)
- Dispnea saat beraktivitas
- Perubahan cara berjalan (misalnya penurunan aktivitas dan kecepatan berjalan,
kesulitan untuk memulai berjalan, langkah kecil, berjalan dengan menyeret
kaki, pada saat berjalan badan mengayun ke samping)
- Pergerakan menyentak
- Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus
- Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
- Keterbatasan rentang pergerakan sendi
- Tremor yang diinduksi oleh pergerakan
- Ketidakstabilan postur tubuh (saat melakukan rutinitas aktivitas kehidupan
sehari-hari)
- Melambatnya pergerakan
- Gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi
2.3 Faktor yang berhubungan
- Agens farmaseutikal
- Intoleransi aktivitas
- Ansietas
- Indeks masa tubuh di atas perentil ke 75 sesuai usia
- Gangguan kognitif
- Konstraktur
- Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
- Fisik tidak bugar
- Penurunan ketahanan tubuh
- Penurunan kendali otot
- Penurunan massa otot
- Malnutrisi
- Gangguan musculoskeletal
- Gangguan neuromuscular, nyeri
- Agens obat
- Penurunan kekuatan otot
- Kurang pengetahuan tentang aktivitas fisik
- Keadaan mood depresif
- Keterlambatan perkembangan
- Ketidaknyamanan
- Disuse, kaku sendi
- Kurang dukungan lingkungan (misal fisik atau sosial)
- Keterbatasan ketahanan kardiovaskuler
- Kerusakan integritas struktur tulang
- Program pembatasan gerak
- Keengganan memulai pergerakan
- Gaya hidup monoton
- Gangguan sensori perseptual

Diagnosa 5: Gangguan pemenuhan ADL


2.2 Definisi
Aktifitas perawatan diri yang harus dilakukan setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari
2.3 Faktor yang mempengaruhi penurunan ADL
- Kondisi fisik misalnya penyakit menahun
- Kapasitas mental
- Status mental seperti kesedihan dan depresi
- Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh
- Dukungan anggota keluarga

Diagnosa 6: Resiko infeksi (NANDA, 2012)


2.1 Definisi
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan
2.2 Faktor risiko
- Penyakit kronis
- Penekanan sistem imun
- Ketidakadekuatan imunitas dapatan
- Pertahanan primer tidak adekuat (kulit luka, trauma jaringan, penurunan kerja
silia, statis cairan tubuh, perubahan pH sekresi dan gangguan peristalis)
- Pertahanan lapis kedua yang tidak memadai (hemoglobin turun, leukopenia
dan surpresi respons inflamasi)
- Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patogen
- Pengetahuan yang kurang untuk menghindaran pajanan patogen
- Prosedur invasif
- Malnutrisi
- Agens farmasi (obat imunosupresi)
- Kerusakan jaringan
- Trauma

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa 1:Gangguan perfusi jaringan serebral (NANDA, 2012).
3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam ketidakefektifan
perfusi jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil :
- Tekanan systol dan diastole dalam rentang yang diharapkan
- Komunikasi jelas
- Menunjukan konsentrasi dan orientasi
- Pupil seimbang dan reaktif
- Bebas dari aktivitas kejang
- Tidak mengalami nyeri kepala
3.2 Intervensi keperawatan : berdasarkan NIC
- Monitor TTV
- Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi
- Monitor adanya diplopia, pandangan kabur dan nyeri kepala
- Monitor tonus otot pergerakan
- Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus
- Monitor status cairan
- Tinggikan kepala 0 – 45o tergantung pada kondisi pasien dan order medis
- Kolaborasi pemberian terapi oksigen.
Diagnosa 2:Nyeri akut (NANDA,2016)
3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 15 menit klien mampu
toleransi terhadap nyeri dan mengontrol nyeri dengan kriteria hasil :
- Klien mengatakan / melaporkan nyeri berkurang
- Ekspresi wajah tampak rileks, skala nyeri (0-3).
3.2 Intervensi keperawatan : berdasarkan NIC
- Observasi kualitas nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi)
- Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
- Pertahankan posisi semi fowler sesuai indikasi
- Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, napas dalam,
latihan relaksasi atau visualisasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

Diagnosa 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan (actual/risiko)


(NANDA, 2012)
3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nutrisi kurang teratasi
dengan indikator:
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

3.2 Intervensi keperawatan: berdasarkan NIC


- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Monitor Nutrisi
- BB dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor lingkungan selama makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kuli
- Monitor mual dan muntah
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

Diagnosa 4 : Hambatan mobilitas fisik (NANDA, 2012)


3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam klien mengalami peningkatan
mobilitas dengan kriteria hasil :
- Klien meningkat dalam aktivitas fisik
- Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
- Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan
berpindah
- Memperagakan kemampuan alat
- Bantu untuk mobilisasi (walker)
3.2 Intervensi keperawatan: berdasarkan NIC
- Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
- Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kebutuhan
ADLs pasien
- Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
- Dukung ekstremitas pada posisi fungsional
- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi

Diagnosa 5 : Gangguan pemenuhan ADL


3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu terpenuhi
ADL secara mandiri dengan kriteria hasil :
- Mampu memenuhi kebutuhan ADL secara mandiri
- Klien dapat beraktifitas secara bertahap
- Nadi normal
3.2 Intervensi keperawatan: berdasarkan NIC
- Kaji kemampuan ADL
- Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien
- Motivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap
- Dorong dan dukung aktivitas perawatan diri
- Menganjurkan keluarga untuk membantu klien memenuhi kebutuhan klien

Diagnosa 6: Resiko tinggi infeksi (NANDA, 2012)


3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam maka infeksi dapat dicegah
dengan kriteria hasil :
- Mencapai penyembuhan luka (craniotomi) tepat pada waktunya.
3.2 Intervensi keperawatan : berdasarkan NIC
- Berikan perawatan aseptik dan antiseptic
- Pertahankan teknik cuci tangan yang baik
- Catat karakteristik dari drainase dan adanya inflamasi
- Pantau suhu tubuh secara teratur. Catat adanya demam, menggigil dan
perubahan fungsi mental (penurunan kesadaran)
- Batasi pengunjung yang dapat menularkan infeksi atau cegah pengunjung yang
mengalami infeksi saluran nafas bagian atas
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
- Ambil bahan pemeriksaan (spesimen) sesuai indikasi
III. DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E (2009) Buku Saku Patofisiologi. edisi 3 EGC : Jakarta
Mansjoer, A. et all (2000). Kapita selekta Kedokteran. Edisi 3 jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius
Mardjono, M & Sidharta, P (2004). Nerologis Klinis Dasar. Cetakan 10. Jakarta:
Dian Rakyat
Price, SA & Wilson, LM. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Vol 2. Jakarta: EGC
Sjamsuhidayat, R & Jong, WD. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
EGC
Smeltzer,SC & Bare, BG. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC
Sudoyo. A., et all (2006) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Sylvia, AP. (2006), Patofisiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC
Wilkinson, JM & Nancy, RA. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa NANDA, Intrevensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Banjarmasin, Agustus 2017

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

(..............................................) (.............................................)

Anda mungkin juga menyukai