Kasus 6 Depresi Dan Gangguan Fungsi Seksual Pada Lansia
Kasus 6 Depresi Dan Gangguan Fungsi Seksual Pada Lansia
GERONTIK
PADA LANSIA DENGAN PERUBAHAN FUNGSI SEKSUAL DAN DEPRESI
Disusun Oleh:
Ni Luh Gede Vidya Gayatri 1701711106
Mutiara Zahira Fajri 1710711107
Siti Nurazizah Puspa Tanya 1710711112
Peren Dita Sanli 1710711131
Tiyas Putri Widjayanti 1710711144
Renasti Pratiwi 1810711061
1
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
1.2 PENGERTIAN
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan
tidak berdaya, serta keinginan bunuh diri (Kaplan HI, Sadock BJ, 2010). Menurut Hawari
(2006) dalam (Juwita, 2013) depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang
ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga
hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality
Testing Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan
kepribadian (Splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas
normal.
2
Depresi diartikan sebagai gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
tertekan, menderita, berkabung, mudah marah dan kecemasan (WHO, 2001). Menurut
Isaacs (2001) dalam (Prasetya, 2010) depresi juga dapat diartikan sebagai keadaan
emosional yang diartikan dengan kesedihan, berkecil hati, perasaan bersalah, penurunan
harga diri, ketidakberdayaan dan keputusasaan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa depresi pada lanjut usia
adalah suatu bentuk gangguan alam perasaan yang bersifat patologis yang ditandai
dengan perasaan sedih, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, perasaan kosong,
perasaan tertekan, menderita, mudah marah, gangguan makan, sulit tidur dan kecemasan.
1.4 ETIOLOGI
Etiologi diajukan para ahli mengenai depresipada usia lanjut (Damping, 2003) adalah:
1. Polifarmasi
Terdapat beberapa golongan obat yang dapat menimbulkan depresi, antara lain :
analgetika, obat anti inflamasi nonstreoid, anti hipertensi, anti psikotik, anti kanker,
ansiolitika, dan lain – lain.
2. Kondisi Medis Umum
Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan depresi adalah
gangguan endokrin, neoplasma, gangguan neurologis, dan lain – lain.
3. Teori Neurobiology
Para ahli sepakat bahwa faktor genetik berperanpada depresi lansia.Pada beberapa
penelitian juga ditemukan adanya perubahan neurotransmiter pada depresi lansia,
seperti menurunnya konsentrasi.
4
4. Teori Psikodinamik
Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung menghasilkan
pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke dalam individu tersebut
sehingga menyatu atau merupakan bagian dari individu itu.
Kemarahan terhadap objek yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri.
Akibatnya terjadi perasaan bersalah atau menyalahkan diri
tidak berguna,dan sebagainya.
5. Teori Kognitif dan Perilaku
Konsep Seligman tentang learned helplessness menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara kehilangan yang tidak dapat dihindari akibat proses penuaan seperti
keadaan tubuh, fungsi seksual dan sebagainya dengan sensasi passive helplessness
pada pasien usia lanjut. Salah satu teori psikologis tentang terjadinya gangguan
depresif adalah terjadinya distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan dengan
bagaimana interpretasi seseorang terhadap peristiwa – peristiwa kehidupan yang
dialaminya.
6. Teori Psikoedukatif
Hal – hal yang dipelajari atau diamati individu pada orang tua usia lanjut
misalnya ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga, tiadanya sanak
saudara ataupun perubahan – perubahan fisik yang diakibatkan oleh proses penuaan
dapat memicu terjadinya depresi pada usia lanjut.
7. Dukungan sosial yang buruk dan kegiatan religious yang kurang dihubungkan dengan
terjadinya depresi pada lansia.
Suatu penelitian komunitas di Hongkong menunjukkan hubungan antara
dukungan sosial yang buruk dengan depresi. Kegiatan religius dihubungkan dengan
depresi yang lebih rendah pada lansia di Eropa. “Religious Coping” berhubungan
dengan kesehatan emosional dan fisik yang lebih baik. Religious Coping
berhubungan dengan berkurangnya gejala – gejala depresif tertentu, yaitu kehilangan
ketertarikan, perasaan tidak berguna, penarikan diri dari interaksi sosial, kehilangan
harapan dan gejala – gejala kognitif lain pada depresi (Blazer, 2003).
5
8. Rencana – rencana atau usaha untuk bunuh diri (American Psychiatric Association).
Dalam Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala – gejala depresi lain pada lanjut
usia:
a. Kecemasan dan kekhawatiran
b. Keputusasaan dan keadaan tidak berdaya
c. Masalah – masalah somatik yang tidak dapat dijelaskan
d. Iritabilitas
e. Kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis atau diet
f. Psikosis, manifestasi depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien
yang lebih muda. Gejala – gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik.
Keluhan somatik cenderung lebih dominan dibandingkan dengan mood depresi.
Gejala fisik yang dapat menyertai depresi dapat beracam – macam seperti sakit
kepala, berdebar – debar, sakit pinggang, gangguan gastrointestinal dan
sebagainya.
Sedangkan menurut Greg Wilkinson, tanda dan gejala depresi terbagi atas :
a. Suasana hati
- Sedih
- Kecewa
- Murung
- Putus asa
- Rasa cemas dan tegang
- Menangis
- Perubahan suasana hati
- Mudah tersinggung
b. Fisik
- Merasa kondisi menurun, lelah
- Pegal – pegal
- Sakit
- Kehilangan nafsu makan
- Kehilangan berat badan
- Gangguan tidur
- Tidak bisa bersantai
- Berdebar – debar dan berkeringan
- Agitasi
- Konstipasi
6
Suasana perasaan yang depresif. Kehilangan minat, kesenangan dan mudah lelah,
konsentrasi dan perhatian kurang, harga diri dan kepercayaan diri kurang, perasaan
salah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram, gagasan dan perbuatan
yang membahayakan diri, dan perbuatan yang membahayakan diri, tidak terganggu
dan nafsu makan kurang.
2. Depresi Sedang
Kesulitan nyata mengikuti kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tanggga.
3. Depresi Berat Tanpa Gejala Maniac
Biasanya gelisah, kehilangan harga diri dan perasaan tidak berguna, keinginan bunuh
diri. Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat sesuai
dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan
seseorang. Menurut ICD 10, pada gangguan depresi ada 3 gejala utama, yaitu :
a. Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung atau sedih),
b. Hilang minat atau gairah,
c. Hilang tenaga dan mudah lelah, yang disertai dengan gejala lain seperti :
- Konsentrasi menurun,
- Harga diri menurun,
- Perasaan bersalah,
- Pesimis memandang masa depan,
- Ide bunuh diri atau meyakiti diri sendiri,
- Pola tidur berubah,
- Nafsu makanan menurun.
Tabel 2.1Pedoman Berat Ringannya Depresi
7
1. Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit
kardiovaskuler.
2. Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk penyakit
kardiovaskuler (Misal : peningkatan hormon adrenokortikotropin akan meningkatkan
kadar kortisol).
3. Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan menimbulkan efek
trombogenesis.
4. Perubahan suasana hati (mood) berhubungan dengan gangguan respons imunitas
termasuk perubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit.
5. Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas sel natural killer.
6. Pasien depresi berat menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program pengobatan
maupun rehabilitasi.
Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun – tahun dan
dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi sosial dan fisik,
kepatuhan yang jelek terhadap terapi dan meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat
bunuh diri dan penyebab lainnya ((Unützer, 2007). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa depresi pada lansia menyebabkan peningkatan penggunaan rumah sakit dan out
patient medical services (Blazer, 2003).
8
psikiatrik terhadap depresi secara lebih rinci, karena GDS hanya merupakan alat
penapisan.
C. DISFUNGSI SEKSUAL
a. Pada Wanita Tua
11
Disfungsi seksual wanita termasuk gangguan yang memengaruhi hasrat seksual
(termasuk motivasi dan dorongan fisik), gairah seksual, orgasme, atau rasa sakit
selama aktivitas seksual.
Banyak faktor risiko yang sama terkait dengan disfungsi ereksi juga dikaitkan
dengan disfungsi seksual wanita. Selain itu, berkurangnya kadar estrogen pada wanita
yang secara alami atau pembedahan menopause dan yang tidak menggunakan terapi
hormon adalah faktor utama (Clayton & Hamilton, 2009).
b. Pada Pria Tua
Disfungsi ereksi, didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk fungsi seksual yang memuaskan.
BAB II
12
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN PERUBAHAN FUNGSI
SEKSUAL DAN DEPRESI
2.1 Pengkajian
Kasus 6
Seorang lansia laki-laki berusia 61 tahun tinggal bersama keluarga besarnya, suasana rumah
hampir setiap hari ramai oleh cucu-cucunya yang masih balita. Lansia tidak bersemangat,
menolak makan dan terlihat banyak diam serta menyendiri di kamar. Menurut keluarga kondisi
ini sudah berjalan hampir dua bulan semenjak anakbungsunya memutuskan bekerja keluar kota,
sehingga tidak tinggal bersama lagi. Lansia merasa tidak dihargai oleh anaknya maupun istri
barunya dan ingin sendiri saja. Oleh karena itu, lansia datang ke puskesmas. Lansia menceritakan
bahwa telah menikah lagi dengan wanita berusia 40 tahun. Lansia menanyakan kemampuan
ereksi yang lambat dan merasa sangat lelah setelah selesai berhubungan dengan istri barunya.
Lansia juga bertanya apakah boleh mempergunakan obat-obatan yang ditawarkan untuk
meningkatkan staminanya.
I. IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 61 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : SMP
Sumber Informasi : Klien dan Keluarga
Keluarga yang dapat dihubungi : Istri
Diagnosis medis (bila ada) :-
13
kamar.
b. Timbulnya keluhan : ( ) mendadak ( √ ) bertahap
c. Lamanya : 2 bulan
d. Tindakan utama mengatasi : Lansia pergi ke puskesmas
Penilaian
No Pertanyaan
Ya Tidak
Pilihlah jawaban yang sesuai sebagaimana yang anda rasakan dalam 1 minggu terakhir
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan saat
1. Tidak
Ini
16
Apakah anda membatalkan banyak dari rencana kegiatan
2. Ya
minat anda
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong/ hampa Ya
4. Apakah anda sering merasa kebosanan Ya
Apakah anda mempunyai suatu harapan/ masa depan yang
5. Tidak
baik setiap waktu
Apakah anda terganggu dengan memikirkan kesulitan
6. Ya
anda tanpa jalan keluar
7. Apakah anda seringkali merasa bersemangat Tidak
Apakah anda mengkhawatirkan sesuatu hal yang buruk
8. Ya
akan menimpa anda
9. Apakah anda seringkali merasa gembira Tidak
10. Apakah anda seringkali merasa tak terbantukan Ya
11. Apakah anda seringkali merasa gelisah dan resah Ya
Apakah anda lebih menyukai tinggal dirumah daripada
12. Ya
keluar rumah dan melakukan sesuatu hal yang baru
Apakah anda seringkali mengkhawatirkan masa depan
13. Ya
Anda
14. Apakah anda merasa kesulitan dengan daya ingat anda Tidak
15. Apakah anda berpikir/bersyukur masih hidup saat ini Tidak
16. Apakah anda sering merasa kelabu dan berputus asa Ya
17. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini Ya
18. Apakah anda sering menyesalkan masa lalu anda Ya
Apakah menurut anda hidup ini penuh tantangan yang
19. Tidak
Menyenangkan
20. Apakah anda merasa kesulitan mengawali suatu kegiatan Tidak
21. Apakah anda merasaAkan penuh daya dan energi Tidak
Apakah menurut anda keadaan yang dihadapi tanpa
22. Ya
Harapan
23. Apakah anda seringkali marah karena alasan sepele Ya
Apakah menurut anda keadaan orang lain lebih baik dari
24. Ya
Anda
25. Apakah anda sering lupa bagaimana menangis Tidak
26. Apakah anda sulit berkonsentrasi Ya
Apakah anda bangun pagi dengan perasaan yang
27. Tidak
Menyenangkan
17
28. Apakah anda lebih suka menghindari acara/sosialisasi Ya
29. Apakah mudah bagi anda dalam mengambil keputusan Tidak
30. Apakah anda berpikiran jernih seperti biasanya Tidak
Jumlah Item yang Terganggu 20
Keterangan:
Pertanyaan bila dijawab dengan pilihan “Ya” atau “Tidak” yang bercetak tebal berarti
terganggu: nilai 1, yang tidak bercetak tebal berarti tidak terganggu: nilai 0, jawaban
kemudian dibuat total skornya, bila:
Nilai 0-10 = normal/ tidak depresi
Nilai 11-15= depresi ringan
Nilai 16-20= depresi sedang
Nilai 21-30= depresi berat
Hasil :
Setelah dilakukan pengkajian Skala depresi pada klien didapatkan nilai 20 dengan depresi
sedang
18
boleh mempergunakan obat- Ketidaktergantungan dalam semua
obatan yang ditawarkan untuk fungsi keenam fungsi
meningkatkan staminanya. - Barthel Indeks: 100 (mandiri)
- Pengkajian skala depresi: 11
(depresi sedang)
- SPMSQ: Skor Salah 0 (Fungsi
Intelektual Utuh)
- APGAR keluarga: skor 3
(disfungsi keluarga berat)
- Bibir pecah-pecah
DO :
19
(depresi sedang)
DT:
- TD : 130 / 80 mmHg
- S : 36,5℃
- N : 60x/menit
- RR 22x/menit
DS : Ketidakefektifan Koping
- Keluarga mengatakan lansia
tidak bersemangat
- Keluarga mengatakan lansia
banyak diam
- Keluarga mengatakan lansia
sering menyendiri di kamar
- Keluarga mengatakan kondisi
ini sudah berjalan hampir 2
bulan semenjak anak
bungsunya memutuskan untuk
bekerja ke luar kota sehingga
tidak tinggal bersama lagi
- Lansia mengatakan bahwa istri
barunya berumur 40 tahun
DO :
20
kemampuan ereksi yang
lambat dan merasa sangat
lelah setelah selesai
berhubungan dengan istri
barunya. Lansia juga bertanya
apakah boleh mempergunakan
obat-obatan yang ditawarkan
untuk meningkatkan
staminanya.
- Indeks Katz A :
Ketidaktergantungan dalam
semua fungsi keenam fungsi
- Barthel Indeks: 100 (mandiri)
- Pengkajian skala depresi: 11
(depresi sedang)
- SPMSQ: Skor Salah 0 (Fungsi
Intelektual Utuh)
- APGAR keluarga: skor 3
(disfungsi keluarga berat)
DT :
- TD : 130 / 80 mmHg
- S : 36,5℃
- N : 60x/menit
- RR 22x/menit
- Komunikasi lansia tertutup
dengan keluarganya
21
oleh anaknya dan istrinya dan
ingin sendiri saja
- Lansia menanyakan apakah
boleh mempergunakan obat –
obatan yang ditawarkan untuk
meningkatkan staminanya
- Lansia mengatakan malu pada
istri barunya karena tidak
dapat memuaskan Hasrat
seksualnya
DO :
DT:
- TD : 130 / 80 mmHg
- S : 36,5℃
- N : 60x/menit
- RR 22x/menit
- Komunikasi lansia tertutup
dengan keluarganya
22
No Diagnosa NOC NIC
1. Disfungsi Setelah dilakukan tindakan Pengajaran Seksualitas
Seksual keperawatan selama 3x24 1. Jelaskan anatomi dan
( Domain 8, jam, disfungsi seksual dapat fisiologi reproduksi
seksualitas kode teratasi, dengan kriteria: manusia
00059) Fungsi Seksual 2. Diskusikan tanda-
1. Mencapai gairah tanda kesuburan
seksual ditingkatkan 3. Berikan pendidikan
dari skala 2 ke 4 kesehatan tentang
2. Mengekspresikan penurunan fungsi
kepercayaan diri dari seksual
skala 2 menjadi 4 4. Anjurkan klien untuk
3. Mengekspresikan menghindari zat
pengetahuan seks dari berbahaya dan lebih
skala 2 menjadi 4 banyak mengkonsumsi
Tingkat Kelelahan makanan yang rendah
1. Kelelahan dari skala lemak, renah
2 menjadi 4 kolesterol dan diet
2. Penurunan motivasi berupa vegetarian
dari skala 2 menjadi 5. Anjurkan klien untuk
3. Alam perasaan melakukan terapi
depresi dari skala 2 Senam Kagel
menjadi 4 Konseling Seksual
1. Bangun hubungan
terapeutik. Didasarkan
pada rasa kepercayaan
dan rasa hormat
2. Berikan privasi dan
jaminan kerahasiaan
3. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
ketakutan dan
bertanya mengenai
fungsi seksual
4. Tentukan durasi
disfungsi seksual dan
penyebab potensial
5. Tentukan tingkat
pengetahuan pasien
dan pengertian
23
mengenai seksualitas
secara umum
6. Diskusikan efek dari
perubahan seksualitas
pada orang terdekat
pasien
7. Diskusikan bentuk
alternatif ekspresi
sesksual lainnya yang
dapat diterima pasien
sesuai kebutuhan
8. Libatkan pasangan
pasien pada saat
konseling sesering
mungkin sesuai
kebutuhan
Manajemen Energi
1. Kaji status fisiologis
yang menyebabkan
kelelahan seksual
sesuai dengan konteks
usia dan
perkembangan.
2. Anjurkan pasien
mengungkapkan
perasaan secara verbal
mengenai keterbatasan
yang dialami.
24
yang efektif stres berat
- Mengatakan penurunan 4. Berikan informasi
stres aktual yang terkait
- Klien mengatakan telah dengan diagnosis,
menerima tentang terapi dan prognosis.
keadannya 5. Ajarkan klien dengan
- Mampu mengidentifikasi SEFT therapy
strategi tentang koping Peningkatan Peran
1. Bantu pasien untuk
identifikasi
bermacam-macam
nilai kehidupan
2. Bantu pasien
identifikasi strategi
positif untuk mengatur
pola nilai yang
dimiliki
3. Ajarkan klien dengan
reminiscence therapy
Pengambilan Keputusan
1. Menginformasikan
pasien alternatif atau
solusi lain penanganan
2. Memfasilitasi pasien
utuk membuat
keputusan
3. Bantu pasien
mengidentifikasi,
keuntungan, kerugian
dari keadaan
4. Kolaborasi dengan
keluarga atau orang
terdekat untuk
meningkatkan dan
mendukung koping
pemecahan masalah
6. Dukung peningkatan
tanggung jawab diri
7. Fasilitiasi lingkungan
dan kegiatan yang
akan meningkatkan
harga diri.
8. Berikan penghargaan /
pujian terhadap klien
atas kemajuan klien.
9. Eksplorasi alasan
untuk kritik diri atau
rasa bersalah
Peningkatan Citra
Tubuh
1. Tentukan Harapan
citra diri klien
didasarkan pada tahap
perkembangan
26
2. Bantu pasien
menentukan
keberlanjutan dari
perubahan-perubahan
aktual dari tubuh atau
tingkat funginya
3. Bantu pasien
mendiskusikan
perubahan-perubahan
disebabkan oleh
penuaan dengan cara
yang tepat
Konseling
1. Bangun hubungan
terapeutik yang
didasarkan pada rasa
saling percaya dan
saling menghormati
2. Gunakan teknik
refleksi dan klarifikasi
untuk memfasilitasi
ekspresi yang menjadi
perhatian
3. Kolaborasi dengan
keluarga untuk
melakukan family
therapy, dan terapi
humor
27
DAFTAR PUSTAKA
Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellnes in Older Adults, 6 th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and classification
2018-2020. Jakarta: EGC.
Moorhead, S. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health
Outcomes. 5th Edition. Missouri: Elsevier Saunder.
Bulecheck, G. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri: Elseiver
Mosby.
28