Anda di halaman 1dari 28

KASUS 6 : ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK
PADA LANSIA DENGAN PERUBAHAN FUNGSI SEKSUAL DAN DEPRESI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu: Ns. Nourmayansa Vidya Anggraini, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh:
Ni Luh Gede Vidya Gayatri 1701711106
Mutiara Zahira Fajri 1710711107
Siti Nurazizah Puspa Tanya 1710711112
Peren Dita Sanli 1710711131
Tiyas Putri Widjayanti 1710711144
Renasti Pratiwi 1810711061

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2020

1
BAB I
TINJAUAN TEORITIS

1.1 DEPRESI PADA LANSIA


1.1.1 PREVALENSI LANSIA DENGAN DEPRESI
Prevalensi depresi pada lansia di dunia dengan usia rata-rata 60 tahun serta
diperkirakan terdapat 500 juta jiwa. World Health Organization(2012) menyebutkan
bahwa terdapat 100 juta kasus depresi setiap tahunnya (Evy, 2012).Prevalensi depresi di
Indonesia berdasarkan Pusat Informasi Penyakit Tidak Menular, lansia yang mengalami
depresi sebesar 11,6% (Kemenkes, 2012). Hasil laporan Riset Kesehatan Dasar 2013,
menyebutkan bahwa prevalensi lansia berusia 55-64 tahun yang mengalami depresi
sebesar 15,9%, lansia usia 65-74 tahun sebesar 23,2%, dan lansia usia diatas 75
tahunsebesar 33,7% (Kemenkes, 2013).
Hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 oleh Kementerian
Kesehatan RI menunjukkan, prevalensi depresi total penduduk yang berusia lebih dari 15
tahun di Indonesia mencapai 6,1%. Prevalensi depresi tertinggi terdapat di Sulawesi
Tengah sebesar 12,3% dan Gorontalo sebesar 10,3%. Provinsi selanjutnya yang
mencatatkan prevalensi depresi tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan
Maluku Utara masing-masing sebesar 9,7% dan 9,3%. Adapun provinsi yang memiliki
prevalensi depresi terendah terdapat di Jambi sebesar 1,8%.Riset ini juga menyebutkan
kelompok umur yang paling tinggi mengalami depresi berada di usia 75 tahun ke atas,
yaitu sebesar 8,9%. Selain itu, perempuan juga lebih rentan terhadap depresi daripada
laki-laki. Tercatat prevalensi depresi pada perempuan sebesar 7,4% dan laki-laki sebesar
4,7%.

1.2 PENGERTIAN
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan
tidak berdaya, serta keinginan bunuh diri (Kaplan HI, Sadock BJ, 2010). Menurut Hawari
(2006) dalam (Juwita, 2013) depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang
ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga
hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality
Testing Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan
kepribadian (Splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas
normal.

2
Depresi diartikan sebagai gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
tertekan, menderita, berkabung, mudah marah dan kecemasan (WHO, 2001). Menurut
Isaacs (2001) dalam (Prasetya, 2010) depresi juga dapat diartikan sebagai keadaan
emosional yang diartikan dengan kesedihan, berkecil hati, perasaan bersalah, penurunan
harga diri, ketidakberdayaan dan keputusasaan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa depresi pada lanjut usia
adalah suatu bentuk gangguan alam perasaan yang bersifat patologis yang ditandai
dengan perasaan sedih, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, perasaan kosong,
perasaan tertekan, menderita, mudah marah, gangguan makan, sulit tidur dan kecemasan.

1.3 TEORI-TEORI YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA


1.3.1 Teori Psikososial
Dalam teori Erik Erikson, kepribadian berkembang dan terus tumbuh dengan
perjalanan kehidupan. Perkembangan ini melalui beberapa tahap psikososial seperti
melalui konflik-konflik yang terselesaikan oleh individu tersebut yang dipengaruhi
oleh maturitas kepribadian pada fase perkembangan sebelumnya, dukungan
lingkungan terdekatnya dan tekanan hidup yang dihadapinya. Erikson menyebutkan
adanya krisis integrity versus despair yaitu individu yang sukses melampaui tahapan
tadi akan dapat beradaptasi dengan baik, menerima segala perubahan yang terjadi
dengan tulus dan memandangkehidupan dengan rasa damai dan bijaksana. Penelitian
akhir-akhir ini juga mengatakan bahwa konflik integrity versus despair berhasil baik
pada usia lanjut yang lebih muda dibanding usia lanjut yang tua (Setiati et al., 2009).
Blazer (2002) mengulas psikososial teori yang berkaitan dengan depresi pada
akhir kehidupan dan diidentifikasi, faktor-faktor kontribusi potensial berikut:
- Ageism, kehilangan peran sosial, dan sosial ekonomi yang lebih rendahstatus
- Pengalaman awal termasuk kemiskinan dan trauma masa kecil
- Stresor sosial baru-baru ini termasuk peristiwa kehidupan yang penuh tekanan
- Jaringan sosial yang tidak memadai (mis., Tidak ada pasangan / pasangan, sedikit
teman, jaringan keluarga kecil)
- Interaksi sosial yang berkurang
- Integrasi sosial yang buruk (mis., Lingkungan yang tidak stabil, kurang afiliasi
agama yang kuat)
- Kombinasi dari faktor-faktor sebelumnya
1.3.2 Teori Triad Kognitif
Beck mengusulkan teori triad kognitif sebagai cara untuk menjelaskan depresi
pada umumnya, dan depresi lanjut usia pada khususnya (Beck, Rush, Shaw, &
Emery, 1979). Menurut teori ini, orang menilai diri mereka dengan "triad kognitif"
citra diri mereka, lingkungan atau pengalaman mereka, dan masa depan mereka. Beck
mendalilkan bahwa depresi itu bukan disebabkan oleh efek samping tetapi oleh
persepsi yang terdistorsi, yang merusak kemampuan seseorang untuk menilai diri
sendiri.
3
1.3.3 Teori Biologis dan Genetik
Teori biologis tentang depresi pada usia lanjut menyelidiki hubungan tersebut
antara penuaan, depresi, dan perubahan dalam otak, sistem saraf, dan sistem
neuroendokrin. Banyak teori telah membahas peran neurotransmitter, dengan
penekanan khusus pada serotonin, dopamin, asetilkolin, dan norepinefrin sebagai
faktor penyebab.
Teori biologi lainnya membahas perubahan anatomi (mis., lesi pada materi putih
atau kelabu tua), perubahan otak neurofisiologis (mis., penurunan serebral aliran
darah), dan gangguan ritme sirkadian (mis.,pola tidur). Sebuah studi longitudinal
yang bebas dari 110 demensia orang dewasa yang lebih tua menemukan bahwa gejala
depresi, seiring waktu, adalah terkait dengan hilangnya volume otak di beberapa
daerah (Dotson, Davatzikos, Kraut, & Resnick, 2009).
1.3.4 Teori tentang Depresi dan Demensia
Gerontolog mengenali korelasi tinggi antara depresi dan demensia, dengan
banyak penelitian menemukan depresi itu terjadi pada 30% hingga 50% orang dengan
penyakit Alzheimer dan pada 30% hingga 60% orang dengan demensia vaskular
(Blazer, 2002).
Ulasan penelitian mengidentifikasi hipotesis berikut tentang hubungan antara
depresi dan perubahan kognitif:
a. Depresi adalah prekursor atau manifestasi awal demensia
b. Depresi terjadi pada awal perjalanan demensia sebagai reaksi psikologis untuk
mengikis kemampuan kognitif
c. Depresi dan penurunan kognitif adalah manifestasi dari dasar yang umum
gangguan sistem saraf pusat
d. Penyebab depresi perubahan neurologis dan neuroendokrin yang menyebabkan
kognitif menurun (Bhalla et al., 2009; Brommelhoff, 2009; Dillon et al., 2009;
Korczyn & Halperin, 2009).

1.4 ETIOLOGI
Etiologi diajukan para ahli mengenai depresipada usia lanjut (Damping, 2003) adalah:
1. Polifarmasi
Terdapat beberapa golongan obat yang dapat menimbulkan depresi, antara lain :
analgetika, obat anti inflamasi nonstreoid, anti hipertensi, anti psikotik, anti kanker,
ansiolitika, dan lain – lain.
2. Kondisi Medis Umum
Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan depresi adalah
gangguan endokrin, neoplasma, gangguan neurologis, dan lain – lain.
3. Teori Neurobiology
Para ahli sepakat bahwa faktor genetik berperanpada depresi lansia.Pada beberapa
penelitian juga ditemukan adanya perubahan neurotransmiter pada depresi lansia,
seperti menurunnya konsentrasi.
4
4. Teori Psikodinamik
Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung menghasilkan
pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke dalam individu tersebut
sehingga menyatu atau merupakan bagian dari individu itu.
Kemarahan terhadap objek yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri.
Akibatnya terjadi perasaan bersalah atau menyalahkan diri
tidak berguna,dan sebagainya.
5. Teori Kognitif dan Perilaku
Konsep Seligman tentang learned helplessness menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara kehilangan yang tidak dapat dihindari akibat proses penuaan seperti
keadaan tubuh, fungsi seksual dan sebagainya dengan sensasi passive helplessness
pada pasien usia lanjut. Salah satu teori psikologis tentang terjadinya gangguan
depresif adalah terjadinya distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan dengan
bagaimana interpretasi seseorang terhadap peristiwa – peristiwa kehidupan yang
dialaminya.
6. Teori Psikoedukatif
Hal – hal yang dipelajari atau diamati individu pada orang tua usia lanjut
misalnya ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga, tiadanya sanak
saudara ataupun perubahan – perubahan fisik yang diakibatkan oleh proses penuaan
dapat memicu terjadinya depresi pada usia lanjut.
7. Dukungan sosial yang buruk dan kegiatan religious yang kurang dihubungkan dengan
terjadinya depresi pada lansia.
Suatu penelitian komunitas di Hongkong menunjukkan hubungan antara
dukungan sosial yang buruk dengan depresi. Kegiatan religius dihubungkan dengan
depresi yang lebih rendah pada lansia di Eropa. “Religious Coping” berhubungan
dengan kesehatan emosional dan fisik yang lebih baik. Religious Coping
berhubungan dengan berkurangnya gejala – gejala depresif tertentu, yaitu kehilangan
ketertarikan, perasaan tidak berguna, penarikan diri dari interaksi sosial, kehilangan
harapan dan gejala – gejala kognitif lain pada depresi (Blazer, 2003).

1.5 GAMBARAN KLINIK


Individu dengan depresi juga harus mengalami paling sedikit empat gejala tambahan
yang ditarik dari suatu daftar yang meliputi :
1. Perubahan – perubahan dalam nafsu makan atau berat badan
2. Tidur dan aktivitas psikomotorik
3. Energi yang berkurang
4. Perasaan tidak berharga atau bersalah
5. Kesulitan dalam berpikir
6. Berkonsentrasi atau membuat keputusan
7. Pemikiran – pemikiran berulang tentang kematian atau pemikiran

5
8. Rencana – rencana atau usaha untuk bunuh diri (American Psychiatric Association).
Dalam Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala – gejala depresi lain pada lanjut
usia:
a. Kecemasan dan kekhawatiran
b. Keputusasaan dan keadaan tidak berdaya
c. Masalah – masalah somatik yang tidak dapat dijelaskan
d. Iritabilitas
e. Kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis atau diet
f. Psikosis, manifestasi depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien
yang lebih muda. Gejala – gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik.
Keluhan somatik cenderung lebih dominan dibandingkan dengan mood depresi.
Gejala fisik yang dapat menyertai depresi dapat beracam – macam seperti sakit
kepala, berdebar – debar, sakit pinggang, gangguan gastrointestinal dan
sebagainya.
Sedangkan menurut Greg Wilkinson, tanda dan gejala depresi terbagi atas :
a. Suasana hati
- Sedih
- Kecewa
- Murung
- Putus asa
- Rasa cemas dan tegang
- Menangis
- Perubahan suasana hati
- Mudah tersinggung
b. Fisik
- Merasa kondisi menurun, lelah
- Pegal – pegal
- Sakit
- Kehilangan nafsu makan
- Kehilangan berat badan
- Gangguan tidur
- Tidak bisa bersantai
- Berdebar – debar dan berkeringan
- Agitasi
- Konstipasi

1.6 TINGKATAN DEPRESI PADA LANSIA


Menurut Depkes RI tahun 2001 tingkatan depresi yaitu :
1. Depresi Ringan

6
Suasana perasaan yang depresif. Kehilangan minat, kesenangan dan mudah lelah,
konsentrasi dan perhatian kurang, harga diri dan kepercayaan diri kurang, perasaan
salah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram, gagasan dan perbuatan
yang membahayakan diri, dan perbuatan yang membahayakan diri, tidak terganggu
dan nafsu makan kurang.
2. Depresi Sedang
Kesulitan nyata mengikuti kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tanggga.
3. Depresi Berat Tanpa Gejala Maniac
Biasanya gelisah, kehilangan harga diri dan perasaan tidak berguna, keinginan bunuh
diri. Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat sesuai
dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan
seseorang. Menurut ICD 10, pada gangguan depresi ada 3 gejala utama, yaitu :
a. Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung atau sedih),
b. Hilang minat atau gairah,
c. Hilang tenaga dan mudah lelah, yang disertai dengan gejala lain seperti :
- Konsentrasi menurun,
- Harga diri menurun,
- Perasaan bersalah,
- Pesimis memandang masa depan,
- Ide bunuh diri atau meyakiti diri sendiri,
- Pola tidur berubah,
- Nafsu makanan menurun.
Tabel 2.1Pedoman Berat Ringannya Depresi

Depresi Gejala Gejala Fungsi Keterangan


lain
Utama
Ringan 2 2 Baik Distress +
Sedang 2 3 atau 4 Terganggu Berlangsung
minimal 2
minggu
Berat 3 4 Terganggu Intensitas gejala
berat sangat berat
Sumber: Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2000
1.7 DAMPAK DEPRESI PADA LANSIA
Pada usia lanjut depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan
penyakit lain hendaknya ditangani dengan sungguh – sungguh karena bila tidak diobati
dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis.
Pada depresi dapat dijumpai hal – hal seperti dibawah ini (Mudjadid, 2003) :

7
1. Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit
kardiovaskuler.
2. Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk penyakit
kardiovaskuler (Misal : peningkatan hormon adrenokortikotropin akan meningkatkan
kadar kortisol).
3. Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan menimbulkan efek
trombogenesis.
4. Perubahan suasana hati (mood) berhubungan dengan gangguan respons imunitas
termasuk perubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit.
5. Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas sel natural killer.
6. Pasien depresi berat menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program pengobatan
maupun rehabilitasi.
Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun – tahun dan
dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi sosial dan fisik,
kepatuhan yang jelek terhadap terapi dan meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat
bunuh diri dan penyebab lainnya ((Unützer, 2007). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa depresi pada lansia menyebabkan peningkatan penggunaan rumah sakit dan out
patient medical services (Blazer, 2003).

1.8 SKALA PENGUKURAN DEPRESI PADA LANJUT USIA


Depresi dapat mempengaruhi perilaku dan aktivitas seseorang terhadap
lingkungannya. Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai dengan gejala
yang termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus dilakukan pengkajian dengan alat
pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercayai serta valid dan memang dirancang
untuk diujikan kepada lansia. Salah satu yang paling mudah digunakan untuk
diinterprestasikan diberbagai tempat, baik oleh peneliti maupun praktisi klinis
adalah Geriatric Depression Scale (GDS).
Alat ini diperkenalkan oleh Yesavagepada tahun 1983 dengan indikasi utama
pada lanjut usia, dan memiliki keunggulan mudah digunakan dan tidak memerlukan
keterampilan khusus dari pengguna. Instrument GDS ini memiliki sensitivitas 84 %
danspecificity 95 %. Tes reliabilitas alat ini correlates significantly of 0,85 (Burns, 1999).
Alat ini terdiri dari 30 poin pertanyaan dibuat sebagai alat penapisan depresi pada lansia.
GDS menggunakan format laporan sederhana yang diisi sendiri dengan menjawab “ya”
atau “tidak” setiap pertanyaan, yang memrlukan waktu sekitar 5-10 menit untuk
menyelesaikannya. GDS merupakan alat psikomotorik dan tidak mencakup hal-hal
somatik yang tidak berhubungan dengan pengukuran mood lainnya. Skor 0-10
menunjukkan tidak ada depresi, nilai 11-20 menunjukkan depresi ringan dan skor 21-30
termasuk depresi sedang/berat yang membutuhkan rujukan guna mendapatkan evaluasi

8
psikiatrik terhadap depresi secara lebih rinci, karena GDS hanya merupakan alat
penapisan.

1.9 PENATALAKSANAAN DEPRESI PADA USIA LANJUT


a. Terapi Fisik
- (Obat)
Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya. Pemilihan
jenis antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus dan pengenalan
terhadap berbagai jenis antidepresan. Biasanya pengobatan dimulai dengan
dosis separuh dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan sampai ada
perbaikan gejala.
b. Terapi Elektrokonvulsif (ECT).
Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh
diri atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif dan
aman. ECT diberikan 1 – 2 kali dalam seminggu pada pasien rawat inap,
unilateral untuk mengurangi confusion/memory problem.Terapi ECT
diberikan sampai ada perbaikan mood(sekitar 5 – 10 kali), dilanjutkan dengan
anti depresan untuk mencegah kekambuhan.
c. Terapi Psikologik.
- Psikoterapi
Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan
bersama-sama dengan pemberian antidepresan. Baik pendekatan
psikodinamik maupun kognitif behavior sama keberhasilannya. Meskipun
mekanisme psikoterapi tidak sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara
pasien dan terapis dalam proses terapeutik akan meredakan gejala dan
membuat pasien lebih nyaman, lebih mampu mengatasi persoalannya serta
lebih percaya diri.
d. Terapi Kognitif.
Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang
selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu
dan sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien
usia lanjut dengan depresi dapat menerima metode ini meskipun penjelasan
harus diberikan secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-
tugas dan aktivitas tertentu terapi kognitif bertujuan merubah perilaku dan
pola pikir.
e. Terapi Keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi,
sehingga dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses penuaan
mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi
dependen pada orang usia lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang
depresi adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah
9
dan memperbaiki sikap/struktur dalam keluarga yang menghambat proses
penyembuhan pasien.
f. Penanganan Ansietas (Relaksasi)
Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik secara
langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape
recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. Untuk
menguasai teknik ini diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.
Penanganan depresi dapat dilakukan pada lansia itu sendiri, keluarga lansia dan
masyarakat, yaitu:
1. Diri Sendiri (Lansia)
- Berfikir positif
- Terbuka bila ada masalah
- Menerima kondiri apa adanya
- Ikut Kegiatan pengajian
- Tidur yang cukup
- Olahraga teratur
- Optimis
- Rajin beribadah
- Latihan relaksasi
- Ikut beraktivitas dan bekerja sesuai kemampuan
2. Keluarga
- Dukung lansia tetap berkomunikasi
- Ajak lansia berdiskuasi setiap minggu sekali
- Mendengarkan keluahan lansia
- Berikan bantuan ekonomi
- Dukung kegiatan lansia
- Ikut serta anak dan cucu merawat lansia
- Memberikan kesempatan lansia beraktivitas sesuai dengan kemampuan
3. Masyarakat
- Sediakan sarana posbindu untuk pelayanan kesehatan lansia
- Siapkan tempat dan waktu latihan aktivitas lansia.
- Support.

1.10 FUNGSI SEKSUAL PADA LANSIA


A. PREVAENSI FUNGSI SEKSUAL PADA LANSIA
Data epidemiologi terbaru menunjukkan prevalensi dan insiden disfungsi ereksi
yang tinggi secara global. Sebuah study berbasis komunitas yang pertama berskala besar
yaitu Massachusetts Male Aging Study (MMAS) melaporkan prevalensi disfungsi ereksi
sebesar 52% pada pria berusia 40 tahun sampai 70 tahun diwilayah Boston. Pada study
ini prevalensi individu berkisar 17,2% dengan disfungsi ereksi minimal, 25,2% dengan
disfungsi ereksi sedang dan 9,6% dengan disfungsi ereksi komplit. Pada study Cologne
10
pria berumur 30 tahun sampai 80 tahun, prevalensi disfungsi ereksi 19,2% sehubungan
dengan peningkatan umur 2,3 – 53,4%.
Pada survey National Health and Social Life prevalensi disfungsi ereksi 2,3 %
sampai 53,4%.Perkiraan insiden telah dipublikasikan menggunakan data yang
dikumpulkan dari Massachusetts Male Aging Study. Data insidensi diperlukan untuk
menilai risiko dan merencanakan strategi pengobatan dan pencegahan. Data penelitian
Massachusetts menunjukkan akan ada sekitar 17.781 kasus baru ED / disfungsi ereksi di
Massachusetts dan 617.715 di Amerika Serikat setiap tahun. Prevalensi disfungsi ereksi
di Indonesia belum diketahui secara tepat, diperkirakan 16% laki-laki usia 20 – 75 tahun
di Indonesia mengalami disfungsi ereksi.

B. PERUBAHAN YANG BERKAITAN DENGAN UMUR YANG


MEMPENGARUHI FUNGSI SEKSUAL
a. Perubahan yang Mempengaruhi Wanita Tua
- Siklus yang diatur secara hormon, disebut mens, mengendalikan wanita
kemampuan reproduksi. Dengan timbulnya menstruasi selama masa remaja,
kemampuan reproduksi menurun sekitar dekade kelima, ketika frekuensi
ovulasi berkurangan siklus menstruasi menjadi lebih pendek dan tidak teratur.
- Menopause (penghentian menstruasi), yang biasanya terjadi sekitar usia 49
hingga 51 tahun, mengacu pada Perimenopause beberapa tahun sebelum
menopause ketika wanita mulai mengalami manifestasi mendekati menopause
(mis., perubahan dalam siklus menstruasi, gejala vasomotor, vagina
kekeringan).
- Sekitar 70% dari semua wanita menopause mengalami panas berkedip (juga
disebut hot flushes) . Hot flashes adalah vasomotor gejala yang digambarkan
sebagai serangan panas mendadak, berkeringat, dan memerah yang biasanya
dimulai di wajah, kemudian menyebar ke kepala, leher, dada, dada, dan
lengan; panas flash biasanya berlangsung dari 1 hingga 5 menit.
- Kadar estrogen yang berkurang dapat secara langsung memengaruhi fungsi
seksual, salah satu yang lebih jelas efeknya adalah payudara menjadi lebih
terjumbai dan memiliki lebih banyak lemak dan lebih sedikit jaringan susu.
Kekeringan vagina mulai berkurang sekresi.
b. Perubahan yang Mempengaruhi Pria Tua
Istilah andropause telah digunakan untuk menggambarkan agerelated penurunan
testosteron pada pria yang dimulai sekitar usia 30 tahun dan analog dengan penurunan
terkait usia di estrogen pada wanita. Ada juga hubungan yang signifikan antara
rendahnya kadar testosteron dan merokok banyak penyakit kronis (mis., hipertensi)
(Corona & Maggi, 2010; Guay, Seftel, & Traish, 2010).

C. DISFUNGSI SEKSUAL
a. Pada Wanita Tua
11
Disfungsi seksual wanita termasuk gangguan yang memengaruhi hasrat seksual
(termasuk motivasi dan dorongan fisik), gairah seksual, orgasme, atau rasa sakit
selama aktivitas seksual.
Banyak faktor risiko yang sama terkait dengan disfungsi ereksi juga dikaitkan
dengan disfungsi seksual wanita. Selain itu, berkurangnya kadar estrogen pada wanita
yang secara alami atau pembedahan menopause dan yang tidak menggunakan terapi
hormon adalah faktor utama (Clayton & Hamilton, 2009).
b. Pada Pria Tua
Disfungsi ereksi, didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk fungsi seksual yang memuaskan.

BAB II

12
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN PERUBAHAN FUNGSI
SEKSUAL DAN DEPRESI

2.1 Pengkajian
Kasus 6
Seorang lansia laki-laki berusia 61 tahun tinggal bersama keluarga besarnya, suasana rumah
hampir setiap hari ramai oleh cucu-cucunya yang masih balita. Lansia tidak bersemangat,
menolak makan dan terlihat banyak diam serta menyendiri di kamar. Menurut keluarga kondisi
ini sudah berjalan hampir dua bulan semenjak anakbungsunya memutuskan bekerja keluar kota,
sehingga tidak tinggal bersama lagi. Lansia merasa tidak dihargai oleh anaknya maupun istri
barunya dan ingin sendiri saja. Oleh karena itu, lansia datang ke puskesmas. Lansia menceritakan
bahwa telah menikah lagi dengan wanita berusia 40 tahun. Lansia menanyakan kemampuan
ereksi yang lambat dan merasa sangat lelah setelah selesai berhubungan dengan istri barunya.
Lansia juga bertanya apakah boleh mempergunakan obat-obatan yang ditawarkan untuk
meningkatkan staminanya.
I. IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 61 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : SMP
Sumber Informasi : Klien dan Keluarga
Keluarga yang dapat dihubungi : Istri
Diagnosis medis (bila ada) :-

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan Utama
Tn. A mengatakan merasa tidak dihargai oleh anaknya maupun istri barunya serta
ingin sendiri saja. Tn. A mengeluhkan mengenai kemampuan ereksi yang lambat dan
merasa sangat lelah setelah selesai berhubungan dengan istri barunya.
2. Kronologi keluhan
a. Faktor pencetus : Semenjak anak bungsunya
memutuskan untuk bekerja keluar kota, sehingga
tidak bersamanya lagi menyebabkan Tn. A tidak
bersemangat, menolak makan, dan menyendiri di

13
kamar.
b. Timbulnya keluhan : ( ) mendadak ( √ ) bertahap
c. Lamanya : 2 bulan
d. Tindakan utama mengatasi : Lansia pergi ke puskesmas

III. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU


-

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


-

V. STATUS PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
1. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah (TD) : 130/80 mmHg mmHg
b. Nadi : 88x/menit
c. RR : 23x/menit
d. Suhu : 36oC
e. Tinggi Badan : 170 cm
f. Berat Badan : BB awal 65 kg, BB sekarang 60 kg
2. Kepala dan Rambut
a. Inspeksi : Rambut berwarna putih, tidak ada lesi, tidak ada ketombe
b. Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak terdapat nyeri tekan
3. Mata
a. Inspeksi : Simetris, konjungtiva tidak anemis, tidak ada strabismus,
pupil isokor, sklera anikterik.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kedua mata, tidak teraba massa
4. Hidung
a. Inspeksi : Simetris, tampak bersih, tidak ada benjolan, tidak ada lesi
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada hidung.
5. Telinga
a. Inspeksi : Kedua telinga simetris, di kedua telinga terdapat sedikit kotor
mengeras
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan di telinga
6. Mulut
a. Inspeksi : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies
gigi.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada rahang
7. Leher
a. Inspeksi : Tidak ada benjolan/ pembesaran kelenjar tiroid, reflek
menelan baik
14
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada leher
B. Sistem Pernafasan
a. Inspeksi : Tarik napas dada, pernapasan lambat, RR 23x/mnt ,
pergerakan dada simetris
b. Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri, vokal premitus: normal
(paru kanan-kiri seimbang getaranya)
c. Perkusi : Batas paru ics 4-ics 6, suara sonor
d. Auskultasi : Tidak ada suara tambahan, suara napas vesikuler
C. Sistem Kardiovaskuler
a. Dada
- Inspeksi : Pengembangan dada simetris kanan dan kiri, tulang
dada terlihat jelas
- Palpasi : Taktil fremitus teraba sama sama antara kanan dan
kiri, depan dan belakang
- Perkusi : Perkusi dada sonor
- Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler
b. Jantung
- Inspeksi : Warna kulit sesuai dgn warna kulit bagian tubuh lainnya
- Palpasi : Tidak ada pembesaran jantung
- Perkusi : Perkusi suara redup
- Auskultasi : Tidak terdapat bunyi jantung tambahan
D. Sistem Pencernaan
a. Inspeksi : Cekung, tidak terdapat lesi
b. Auskultasi : Bising usus 7x/menit
c. Perkusi : Timpani
d. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
E. Sistem Perkemihan
a. Inspeksi : BAK 6x/ hari (Normal)
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
F. Sistem Integumen
a. Inspeksi : Kulit tampak pucat dan kering, terdapat kerutan
b. Palpasi : Tidak ada nyeri pada kulit, turgor kulit tidak elastis
G. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
Kuku bersih, capilary refil kembali < 3 detik, kekuatan otot 4444 | 4444
2. Ekstremitas bawah
Kuku bersih, capilary refil kembali < 3 detik, telapak kaki pecah-pecah, kekuatan
otot 4444 | 4444

VI. PENILAIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


A. Pola interaksi dengan lingkungan
15
Tn A jarang berinteraksi dengan keluarga di rumah dan terlihat banyak diam serta
menyendiri di kamar.
B. Bahasa
Tn. A menggunakan Bahasa Indonesia sehari-hari.
C. Perhatian dengan orang lain/lawan bicara
Tn. A mengatakan merasa tidak dihargai oleh anaknya serta istri barunya dan ingin
sendiri saja.
D. Keadaan emosi
Tn. A keadaan emosi nya tidak stabil
E. Persepsi klien tentang kondisinya
Kemampuan ereksi yang lambat dan merasa sangat lelah setelah selesai berhubungan
dengan istri barunya.
F. Konsep diri
1. Gambaran diri
Tn. A mengatakan sudah tidak muda lagi
2. Ideal diri
Tn.A mengatakan ia ingin dihargai istri dan anaknya
3. Harga diri
Klien merasa anaknya dan istri barunya tidak menghargai dirinya dan ingin
sendiri saja.
4. Peran diri
Tn.A mengatakan ingin sehat dan tinggal bersama anak dan istrinya
5. Identitas diri
Klien menyadari identitasnya sebagai kepala keluarga bagi istri barunya, ayah
bagi anak-anaknya, dan kakek bagi cucu-cucunya.
G. Spiritual
Klien melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya.
PENGKAJIAN SKALA DEPRESI
Pengkajian ini menggunakan skala Depresi Geriatrik bentuk singkat dari Yesavage
(1983) yang instrumennya disusun secara khusus digunakan pada lanjut usia untuk
memeriksa depresi. Jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai 1, nilai 5 atau lebih dapat
menandakan depresi.

Penilaian
No Pertanyaan
Ya Tidak
Pilihlah jawaban yang sesuai sebagaimana yang anda rasakan dalam 1 minggu terakhir
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan saat
1. Tidak
Ini

16
Apakah anda membatalkan banyak dari rencana kegiatan
2. Ya
minat anda
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong/ hampa Ya
4. Apakah anda sering merasa kebosanan Ya
Apakah anda mempunyai suatu harapan/ masa depan yang
5. Tidak
baik setiap waktu
Apakah anda terganggu dengan memikirkan kesulitan
6. Ya
anda tanpa jalan keluar
7. Apakah anda seringkali merasa bersemangat Tidak
Apakah anda mengkhawatirkan sesuatu hal yang buruk
8. Ya
akan menimpa anda
9. Apakah anda seringkali merasa gembira Tidak
10. Apakah anda seringkali merasa tak terbantukan Ya
11. Apakah anda seringkali merasa gelisah dan resah Ya
Apakah anda lebih menyukai tinggal dirumah daripada
12. Ya
keluar rumah dan melakukan sesuatu hal yang baru
Apakah anda seringkali mengkhawatirkan masa depan
13. Ya
Anda
14. Apakah anda merasa kesulitan dengan daya ingat anda Tidak
15. Apakah anda berpikir/bersyukur masih hidup saat ini Tidak
16. Apakah anda sering merasa kelabu dan berputus asa Ya
17. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini Ya
18. Apakah anda sering menyesalkan masa lalu anda Ya
Apakah menurut anda hidup ini penuh tantangan yang
19. Tidak
Menyenangkan
20. Apakah anda merasa kesulitan mengawali suatu kegiatan Tidak
21. Apakah anda merasaAkan penuh daya dan energi Tidak
Apakah menurut anda keadaan yang dihadapi tanpa
22. Ya
Harapan
23. Apakah anda seringkali marah karena alasan sepele Ya
Apakah menurut anda keadaan orang lain lebih baik dari
24. Ya
Anda
25. Apakah anda sering lupa bagaimana menangis Tidak
26. Apakah anda sulit berkonsentrasi Ya
Apakah anda bangun pagi dengan perasaan yang
27. Tidak
Menyenangkan

17
28. Apakah anda lebih suka menghindari acara/sosialisasi Ya
29. Apakah mudah bagi anda dalam mengambil keputusan Tidak
30. Apakah anda berpikiran jernih seperti biasanya Tidak
Jumlah Item yang Terganggu 20
Keterangan:
Pertanyaan bila dijawab dengan pilihan “Ya” atau “Tidak” yang bercetak tebal berarti
terganggu: nilai 1, yang tidak bercetak tebal berarti tidak terganggu: nilai 0, jawaban
kemudian dibuat total skornya, bila:
Nilai 0-10 = normal/ tidak depresi
Nilai 11-15= depresi ringan
Nilai 16-20= depresi sedang
Nilai 21-30= depresi berat
Hasil :
Setelah dilakukan pengkajian Skala depresi pada klien didapatkan nilai 20 dengan depresi
sedang

2.2 Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


- Keluarga mengatakan kondisi - Lansia laki-laki berusia 61 tahun
ini sudah berjalan hampir dua tinggal bersama keluarga besarnya,
bulan semenjak anak suasana rumah hampir setiap hari
bungsunya memutuskan ramai oleh cucu-cucunya yang
bekerja keluar kota, sehingga masih balita
tidak tinggal bersama lagi. - Lansia tidak bersemangat,
- Lansia merasa tidak dihargai menolak makan dan terlihat
oleh anaknya maupun istri banyak diam serta menyendiri di
barunya dan ingin sendiri kamar
saja.
- Lansia menceritakan bahwa DT:
telah menikah lagi dengan - Hasil pengkajian pada perawat
wanita berusia 40 tahun. didaptkan tanda-tanda vital :
- Lansia mengatakan tekanan darah 130/80 mmHg, S
kemampuan ereksi yang 36,5℃ N 70x/menit, RR
lambat dan merasa sangat 20x/menit, BB sesudah 60 kg , BB
lelah setelah selesai sebelum 75kg, IMT 20,4.
berhubungan dengan istri - Komunikasi lansia tertutup dengan
barunya. keluarganya
- Lansia juga bertanya apakah - Indeks Katz A :

18
boleh mempergunakan obat- Ketidaktergantungan dalam semua
obatan yang ditawarkan untuk fungsi keenam fungsi
meningkatkan staminanya. - Barthel Indeks: 100 (mandiri)
- Pengkajian skala depresi: 11
(depresi sedang)
- SPMSQ: Skor Salah 0 (Fungsi
Intelektual Utuh)
- APGAR keluarga: skor 3
(disfungsi keluarga berat)
- Bibir pecah-pecah

2.3 Analisa Data

Data Fokus Masalah


DS : Disfungsi seksual

- Lansia mengatakan kemampuan


ereksi lambat

- Lansia mengatakan merasa sangat


lelah setelah berhubungan dengan
istri barunya

- Lansia menanyakan apakah boleh


mempergunakan obat – obatan
yang ditawarkan untuk
meningkatkan staminanya

- Lansia mengatakan sering merasa


tidak puas setelah berhubungan
seksual dengan istri barunya

DO :

- Lansia tidak bersemangat

- Pengkajian skala depresi: 11

19
(depresi sedang)

- SPMSQ: Skor Salah 0 (Fungsi


Intelektual Utuh)

DT:

- TD : 130 / 80 mmHg

- S : 36,5℃

- N : 60x/menit

- RR 22x/menit

- Komunikasi lansia tertutup


dengan keluarganya

DS : Ketidakefektifan Koping
- Keluarga mengatakan lansia
tidak bersemangat
- Keluarga mengatakan lansia
banyak diam
- Keluarga mengatakan lansia
sering menyendiri di kamar
- Keluarga mengatakan kondisi
ini sudah berjalan hampir 2
bulan semenjak anak
bungsunya memutuskan untuk
bekerja ke luar kota sehingga
tidak tinggal bersama lagi
- Lansia mengatakan bahwa istri
barunya berumur 40 tahun

DO :

- Kantung mata lansia berwarna


hitam
- Lansia terlihat lemah
- Lansia datang ke puskesmas.
Lansia menanyakan

20
kemampuan ereksi yang
lambat dan merasa sangat
lelah setelah selesai
berhubungan dengan istri
barunya. Lansia juga bertanya
apakah boleh mempergunakan
obat-obatan yang ditawarkan
untuk meningkatkan
staminanya.
- Indeks Katz A :
Ketidaktergantungan dalam
semua fungsi keenam fungsi
- Barthel Indeks: 100 (mandiri)
- Pengkajian skala depresi: 11
(depresi sedang)
- SPMSQ: Skor Salah 0 (Fungsi
Intelektual Utuh)
- APGAR keluarga: skor 3
(disfungsi keluarga berat)

DT :

- TD : 130 / 80 mmHg
- S : 36,5℃
- N : 60x/menit
- RR 22x/menit
- Komunikasi lansia tertutup
dengan keluarganya

DS : Harga Diri Rendah Situasional


- Lansia mengatakan
kemampuan ereksi lambat
- Lansia mengatakan merasa
sangat lelah setelah
berhubungan dengan istri
barunya
- Lansia mengatakan bahwa
istri barunya berumur 40
tahun
- Lansia merasa tidak dihargai

21
oleh anaknya dan istrinya dan
ingin sendiri saja
- Lansia menanyakan apakah
boleh mempergunakan obat –
obatan yang ditawarkan untuk
meningkatkan staminanya
- Lansia mengatakan malu pada
istri barunya karena tidak
dapat memuaskan Hasrat
seksualnya

DO :

- Lansia banyak diam


- Lansia tidak bersemangat
- Pengkajian skala depresi: 11
(depresi sedang)
- SPMSQ: Skor Salah 0
(Fungsi Intelektual Utuh)
- APGAR keluarga: skor 3
(disfungsi keluarga berat)

DT:

- TD : 130 / 80 mmHg
- S : 36,5℃
- N : 60x/menit
- RR 22x/menit
- Komunikasi lansia tertutup
dengan keluarganya

2.4 Diagnosa keperawatan


1) Disfungsi Seksual ( Domain 8, seksualitas kode 00059)
2) Ketidakefektifan Koping ( Domain 9, koping / toleransi stress , kode 00069)
3) Harga Diri Rendah Situasional ( Domain 6, persepsi diri, kode 00120)
2.5. Intervensi Keperawatan

22
No Diagnosa NOC NIC
1. Disfungsi Setelah dilakukan tindakan Pengajaran Seksualitas
Seksual keperawatan selama 3x24 1. Jelaskan anatomi dan
( Domain 8, jam, disfungsi seksual dapat fisiologi reproduksi
seksualitas kode teratasi, dengan kriteria: manusia
00059) Fungsi Seksual 2. Diskusikan tanda-
1. Mencapai gairah tanda kesuburan
seksual ditingkatkan 3. Berikan pendidikan
dari skala 2 ke 4 kesehatan tentang
2. Mengekspresikan penurunan fungsi
kepercayaan diri dari seksual
skala 2 menjadi 4 4. Anjurkan klien untuk
3. Mengekspresikan menghindari zat
pengetahuan seks dari berbahaya dan lebih
skala 2 menjadi 4 banyak mengkonsumsi
Tingkat Kelelahan makanan yang rendah
1. Kelelahan dari skala lemak, renah
2 menjadi 4 kolesterol dan diet
2. Penurunan motivasi berupa vegetarian
dari skala 2 menjadi 5. Anjurkan klien untuk
3. Alam perasaan melakukan terapi
depresi dari skala 2 Senam Kagel
menjadi 4 Konseling Seksual
1. Bangun hubungan
terapeutik. Didasarkan
pada rasa kepercayaan
dan rasa hormat
2. Berikan privasi dan
jaminan kerahasiaan
3. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
ketakutan dan
bertanya mengenai
fungsi seksual
4. Tentukan durasi
disfungsi seksual dan
penyebab potensial
5. Tentukan tingkat
pengetahuan pasien
dan pengertian

23
mengenai seksualitas
secara umum
6. Diskusikan efek dari
perubahan seksualitas
pada orang terdekat
pasien
7. Diskusikan bentuk
alternatif ekspresi
sesksual lainnya yang
dapat diterima pasien
sesuai kebutuhan
8. Libatkan pasangan
pasien pada saat
konseling sesering
mungkin sesuai
kebutuhan

Manajemen Energi
1. Kaji status fisiologis
yang menyebabkan
kelelahan seksual
sesuai dengan konteks
usia dan
perkembangan.
2. Anjurkan pasien
mengungkapkan
perasaan secara verbal
mengenai keterbatasan
yang dialami.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Koping


Koping keperawatan selama 3x24 1. Anjurkan pasien untuk
jam didapatkan kriteria hasil: mengidentifikasi
- Decision making dari gambaran perubahan
skala 24 peran yang realistis
- Role inhasmet dari skala 2. Gunakan pendekatan
24 tenang dan
- Mengidentifikasi pola meyakinkan
koping yang efektif 3. Hindari pengambilan
- Mengungkapkan secara keputusan pada saat
verbal tentang koping pasien berada dalam

24
yang efektif stres berat
- Mengatakan penurunan 4. Berikan informasi
stres aktual yang terkait
- Klien mengatakan telah dengan diagnosis,
menerima tentang terapi dan prognosis.
keadannya 5. Ajarkan klien dengan
- Mampu mengidentifikasi SEFT therapy
strategi tentang koping Peningkatan Peran
1. Bantu pasien untuk
identifikasi
bermacam-macam
nilai kehidupan
2. Bantu pasien
identifikasi strategi
positif untuk mengatur
pola nilai yang
dimiliki
3. Ajarkan klien dengan
reminiscence therapy
Pengambilan Keputusan
1. Menginformasikan
pasien alternatif atau
solusi lain penanganan
2. Memfasilitasi pasien
utuk membuat
keputusan
3. Bantu pasien
mengidentifikasi,
keuntungan, kerugian
dari keadaan
4. Kolaborasi dengan
keluarga atau orang
terdekat untuk
meningkatkan dan
mendukung koping
pemecahan masalah

3. Harga Diri Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Harga Diri


Rendah keperawatan selama 3x24
1. Kaji pemahaman klien
Situasional jam, harga diri rendah
tentang harga diri.
25
( Domain 6, berkurang, dengan kriteria: 2. Bantu klien untuk
persepsi diri, 1. Mengungkapkan mengidentifikasi
kode 00120) penerimaan diri kemampuan dan aspek
secara verbal dengan positif yang dimiliki.
skala 3.
2. Penerimaan 3. Bantu klien
keterbatasan diri menggunakan
dengan skala 3. kemampuan positif
3. Melatih perilaku yang yang dimiliki klien.
dapat meningkatkan 4. Bantu klien untuk
harga diri dengan menemukan
skala 3 penerimaan diri.
4. Mengetahui kekuatan
pribadi 5. Percayakan
5. Melakukan perilku peningkatan pada
yang dapat kemampuan psien
meningkatkan untuk mengatasi
kepercayaan diri situasi

6. Dukung peningkatan
tanggung jawab diri

7. Fasilitiasi lingkungan
dan kegiatan yang
akan meningkatkan
harga diri.

8. Berikan penghargaan /
pujian terhadap klien
atas kemajuan klien.

9. Eksplorasi alasan
untuk kritik diri atau
rasa bersalah

Peningkatan Citra
Tubuh
1. Tentukan Harapan
citra diri klien
didasarkan pada tahap
perkembangan

26
2. Bantu pasien
menentukan
keberlanjutan dari
perubahan-perubahan
aktual dari tubuh atau
tingkat funginya

3. Bantu pasien
mendiskusikan
perubahan-perubahan
disebabkan oleh
penuaan dengan cara
yang tepat

4. Ajarkan pada pasien


mengenal perubahan-
perubahan normal
yang terjadi dalam
tubuhnya terkait
dengan beberapa tahap
proses penuaan

Konseling
1. Bangun hubungan
terapeutik yang
didasarkan pada rasa
saling percaya dan
saling menghormati

2. Gunakan teknik
refleksi dan klarifikasi
untuk memfasilitasi
ekspresi yang menjadi
perhatian

3. Kolaborasi dengan
keluarga untuk
melakukan family
therapy, dan terapi
humor

27
DAFTAR PUSTAKA

Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellnes in Older Adults, 6 th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and classification
2018-2020. Jakarta: EGC.
Moorhead, S. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health
Outcomes. 5th Edition. Missouri: Elsevier Saunder.
Bulecheck, G. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri: Elseiver
Mosby.

28

Anda mungkin juga menyukai