Anda di halaman 1dari 14

COVID-19 Sebagai Penyakit Akibat Kerja

COVID-19 as an Occupational Disease


Tri Kurniawan1, Desheila Andarini2, Indah Purnama Sari3, Haerawati Idris4
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
trikurniawaaan@gmail.com No HP: 087896773208

ABSTRAK
COVID-19 merupakan virus yang menular melalui kontak langsung dan droplet, udara
dan fomit. Di Indonesia kasus COVID-19 terus mengalami peningkatan setiap bulanya,
sehingga membuat masyarakat khawatir. Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan
yang memberlakukan lockdown atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk
memutus rantai penularan COVID-19 di Indonesia. Penyakit akibat kerja disebabkan
oleh lima faktor yaitu fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial. COVID-19
termasuk penyakit akibat kerja berdasarkan aturan Kemenkes RI No
HK.01.07/MENKES/327/2020 yang bertulisakan “COVID-19 termasuk penyakit akibat
kerja yang diakabitkan faktor biologi di tempat kerja”. Metode dari penulisan artikel
ilmiah ini menggunakan studi literasi. Tujuan dari penulisan artikel ilmiah ini untuk
menjelakan bahwa COVID-19 termasuk kedalam penyakit akibat kerja. Untuk
mencegah terjadinya penularan COVID-19 di tempat kerja atasan/manajer dapat
menerapkan sistem pembagian shift atau jam kerja, menjaga jarak antar pekerja,
menggunakann protokol kesehatan yang ketat, dan mengistirahatkan pekerja yang sakit
agar tidak bekerja.
Kata Kunci: COVID-19, Kesehatan Masyarakat, K3, Penyakit Akibat Kerja

ABSTRACT
COVID-19 is a virus that is transmitted through direct contact and droplets, air and
fomite. In Indonesia, the cases of COVID-19 continue to increase every month, which
makes people worried. The Indonesian government implements a policy that imposes a
lockdown or Large-Scale Social Restrictions (PSBB) to break the chain of transmission
of COVID-19. Occupational diseases are caused by five factors, namely physical,
chemical, biological, ergonomic, and psychosocial. COVID-19 is a work-related disease
based on the Indonesian Ministry of Health's regulation No HK.01.07 / MENKES /
327/2020 which reads "COVID-19 is a work-related disease caused by biological
factors in the workplace". The method used in writing this scientific article is literacy
studies. The purpose of writing this scientific article is to explain that COVID-19 is an
occupational disease. To prevent transmission of COVID-19 in the workplace, superiors
/ managers should implement a system of sharing shifts or working hours, maintain
distance between workers, use strict health protocols, and rest sick workers from
working.
Keywords: COVID-19, K3, Public Health, Occupational Disease
PENDAHULUAN gangguan ringan pada sistem
pernapasan, infeksi paru-paru yang
Corona Virus Disease 2019
berat, kerusakan pada paru-paru secara
(COVID-19) merupakan penyakit
permanen, hingga kematian. COVID-19
menular yang disebabkan oleh Severe
bisa menyerang siapa saja. Penyakit ini
Acute Respiratory Syndrome
dinyatakan sangat berbahaya bagi
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-
kesehatan. Karena, penyakit ini menular
CoV-2 merupakan virus yang sangat
melalui droplet penderita COVID-19.
berbahaya terbukti adanya peningkatan
Droplet besar bisa berpindah dalam
infeksi secara signifikan dalam dua
jarak kurang dari satu meter. Sementera
pekan dari awal mula ditemukannya
itu, droplet kecil bisa berpindah dalam
virus ini di Wuhan. Coronavirus (CoV)
jarak lebih dari satu meter. Karena itu,
adalah keluarga besar virus yang
perlu adanya jaga jarak (physical
menyebabkan penyakit mulai dari gejala
distancing) minimal dua meter dengan
ringan sampai berat. Ada setidaknya
orang lain. Manifestasi klinis biasanya
dua jenis coronavirus yang diketahui
muncul dalam 2 hari hingga 14 hari
menyebabkan penyakit yang dapat
setelah paparan. Tanda dan gejala
menimbulkan gejala berat seperti
umum infeksi coronavirus antara lain
Middle East Respiratory Syndrome
gejala gangguan pernapasan akut seperti
(MERS-CoV) dan Severe Acute
demam, batuk dan sesak napas. Pada
Respiratory Syndrome (SARS-CoV).
kasus yang berat dapat menyebabkan
Novel coronavirus (2019- nCoV) adalah
pneumonia, sindrom pernapasan akut,
virus jenis baru yang belum pernah
gagal ginjal, dan bahkan kematian.
diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Virus corona adalah zoonosis Pada 31 Desember 2019, WHO
(ditularkan antara hewan dan manusia). China Country Office melaporkan kasus
Penelitian menyebutkan bahwa SARS- pneumonia yang tidak diketahui
CoV ditransmisikan dari kucing luwak etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi
(civet cats) ke manusia dan MERS-CoV Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari
dari unta ke manusia. 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia
yang tidak diketahui etiologinya
Virus ini menyerang sistem
tersebut sebagai jenis baru coronavirus
pernapasan yang bisa menyebabkan
(novel coronavirus, 2019-nCoV).
Penambahan jumlah kasus 2019-nCoV menerapkan kebijakan untuk
berlangsung cukup cepat dan sudah memberlakukan lockdown atau
terjadi penyebaran ke luar wilayah Pembatasan Sosial Berskala Besar
Wuhan dan negara lain. Sampai dengan (PSBB) di Indonesia. Penularan dan
26 Januari 2020, secara global 1.320 transmisi COVID-19 sangat masif,
kasus konfim di 10 negara dg 41 sehingga menewaskan lebih banyak
kematian (CFR 3,1%). Rincian China korban daripada SARS dan MERS.
1297 kasus konfirmasi (termasuk COVID-19 telah menyumbang 31,4%
Hongkong, Taiwan, dan Macau) dengan kematian di seluruh dunia, sehingga
41 kematian (39 kematian di Provinsi pada 11 Maret 2020, WHO secara resmi
Hubei, 1 kematian di Provinsi Hebei, 1 menyatakan COVID-19 sebagai
kematian di Provinsi Heilongjiang), pandemi. Untuk kasus Indonesia,
Jepang (3 kasus), Thailand (4 kasus), tingkat case fatality rate cukup tinggi,
Korea Selatan (2 kasus), Vietnam (2 yaitu sekitar 8,73%. Hal ini
kasus), Singapura (3 kasus), USA (2 mengindikasikan bahwa penyakit
kasus), Nepal (1 kasus), Perancis (3 tersebut sudah menjangkiti begitu
kasus), Australia (3 kasus). Diantara banyak populasi di berbagai negara dan
kasus tersebut, sudah ada beberapa sangat berbahaya (Nasution, 2020).
tenaga kesehatan yang dilaporkan
Penyakit akibat kerja adalah
terinfeksi. Sampai dengan 24 Januari
penyakit yang disebabkan oleh
2020, WHO melaporkan bahwa
pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
penularan dari manusia ke manusia
maupun lingkungan kerja. Dengan
terbatas (pada kontak keluarga) telah
demikian, penyakit akibat kerja
dikonfirmasi di sebagian besar Kota
merupakan penyakit yang artifisual atau
Wuhan, China dan negara lain (K. K.
man made disease. Sejalan dengan hal
RI, 2020).
tersebut terdapat pendapat lain yang
Virus ini sangat agresif, menular menyatakan bahwa Penyakit Akibat
dengan sangat cepat dan telah menyebar Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan
ke hampir semua negara, termasuk baik jasmani maupun rohani yang
Indonesia, hanya dalam waktu beberapa ditimbulkan ataupun diperparah karena
bulan. Untruk mencegah aktivitas kerja atau kondisi yang
penyebarannya, beberapa negara
berhubungan dengan pekerjaan (Hebbie kondisi kesehatannya dengan keluhan
Ilma Adzim, 2013). utamanya adalah gangguan otot rangka
sebesar 16%.
Sumakmur dalam bukunya
mengatakan, produktivitas pekerja yang Pusat Keselamatan dan
menurun disebabkan oleh banyak Kesehatan Kerja Kementerian Tenaga
faktor. Salah satu faktor yang Kerja dan Transmigrasi RI melakukan
menyebabkannya adalah adanya penelitian pada 33 dokter yang bekerja
penyakit akibat kerja. Data dari World di Industri pada tahun 2007-2008
Health Organization pada tahun 1999 tentang penyakit akibat kerja (PAK)
menemukan bahwa kasus penyakit mendapatkan bahwa 100% mengetahui
akibat kerja yang paling banyak adalah tentang PAK, 72,7% mengetahui
penyakit muskuloskeletal (48%), penggolongan PAK, 87,5% mengetahui
penyakit Paru Obstruksi Kronik (11%), penggolongan PAK berdasarkan
gangguan kesehatan mental (10%), tuli Keputusan Presiden no 22 tahun 1993,
akibat bising (9%) dan keracunan 75,75% mengatakan tidak ada
pestisida (3%). Beberapa survey yang mendiagnosis PAK dalam 3 tahun
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan terakhir. Kesulitan mendiagnosis PAK
RI pada tahun 2004 di delapan Propinsi dialami oleh 66,6% dokter dan semua
pada pekerja di sektor informal dokter mengharapkan adanya
mendapat hasil 75,8% Perajin Batu Bata penambahan pengetahuan tentang PAK
mengalami gangguan Otot Rangka, (survey tahun 2007-2009 Pusat K3
41% Perajin kulit & Petani Kelapa Kemenakertrans RI). Berbagai penyakit
Sawit mengalami gangguan Mata dan akibat kerja tersebut tentunya akan
23,2% Perajin Batu Onix mengalami berakibat pada penurunan produktivitas
Dermatitis kontak/alergi. Selain itu dari serta menambah pengeluaran. Hasil
Profil Kesehatan Kerja Indonesia tahun kajian yang dilakukan oleh Pusat
2008 yang disusun Direktorat Bina Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Kesehatan Kerja, Kementerian Kementerian Kesehatan RI tahun 2006
Kesehatan RI tercatat bahwa dari 9.482 menyatakan bahwa rata-rata pekerja
pekerja di 12 Kabupaten/Kota dari 10 indonesia bila sakit akan absen selama 3
Provinsi yang disurvei tercatat 40,5% hari dan mengeluarkan uang sebanyak
pekerja mempunyai keluhan terhadap Rp. 182.000/pekerja (Soemarko, 2012).
Untuk kecelakaan kerja, PT. online, buku-buku, dan penelitian serta
Jamsostek pada tahun 2008 melaporkan data-data terkait. Sumber-sumber
bahwa telah terjadi kecelakaan kerja tersebut dikaji dan dianalisis untuk
sebanyak 93.823 kasus dengan jumlah menarik kesimpulan yang dibutuhkan
kematian akibat kerja mencapai 14.451 dalam penulisan artikel ilmiah ini.
kasus, sedangkan jumlah klaim asuransi
PEMBAHASAN
yang dibayarkan oleh PT Jamsostek
untuk tahun 2008 sebesar Rp. 292 A. Perkembangan COVID-19 Masuk
milyar. Jika dilihat dari data tersebut di Indonesia
maka dapat disimpulkan bahwa jumlah
COVID-19 di Indonesia
kecelakaan dan kematian akibat kerja di
pertamakali terdeteksi pada bulan Maret
Indonesia, jumlahnya jauh diatas angka
yang pada awalnya hanya 2 orang yang
yang dilaporkan oleh PT Jamsostek. Hal
terifeksi virus corona, namun sejak ada
ini disebabkan karena PT Jamsostek
kasus tersebut angka kejadian orang
hanya mencatat angka kecelakaan dan
yang terinfeksi COVID-19 di Indonesia
kematian kerja dari anggotanya saja
terus mengalami peningkatan terdapat
yang jumlahnya diperkirakan hanya 15
592,900 orang positif, 487,445 orang
% dari seluruh pekerja formal di
sembuh, dan 18,171 orang meninggal
Indonesia.
dunia (KPCPEN, 9 Desember 2020).
Tujuan dari penulisan artikel
Pemerintah Indonesia terus
ilmiah ini adalah untuk mengetahui
melakukan beberapa upaya guna untuk
bahwa COVID-19 termasuk dari
meminimalisir orang yang terinfeksi
penyakit akibat kerja dan penulisan ini
COVID-19. Awalnya pemerintah tidak
juga bertujuan untuk memberi tahu
terlalu ingin memberikan informasi
informasi mengenai COVID-19.
kepada publik terkait virus corona yang
METODE PENELITIAN masuk ke Indonesia. Hal tersebut
dilakukan untuk menghindari kepanikan
Metode yang digunakan dalam
masyarakat dan juga menghindari isu
penulisan artikel ini adalah studi literasi.
yang tidak jelas kebenarannya.
Artikel disusun dengan mengumpulkan
Penelitian yang dilakukan oleh WHO
sumber-sumber kepustakaan yang
dengan menghimpun semua ahli virus
berasal dari artikel ilmiah, artikel
corona di dunia masih belum sedang berbicara atau menyanyi; dalam
mendapatkan suatu kesepakatan yang keadaan-keadaan ini, droplet saluran
bisa dijadikan standar dunia terkait napas yang mengandung virus dapat
dengan spesimen pengobatan yang mencapai mulut, hidung, mata orang
definitif terhadap COVID-19. yang rentan dan dapat menimbulkan
infeksi. Transmisi kontak tidak
Terkait perkembangan virus
langsung di mana terjadi kontak antara
corona, akhirnya pemerintah membuat
inang yang rentan dengan benda atau
kebijakan sebagai langkah pertama
permukaan yang terkontaminasi.
yaitu berupa anjuran social distancing.
Ini menunjukkan bahwa pemerintah 2. Udara
menyadari penularan dari COVID-19
Transmisi melalui udara didefinisikan
dapat melalui :
sebagai penyebaran agen infeksius yang
1. Kontak langsung dan droplet diakibatkan oleh penyebaran droplet
nuclei (aerosol) yang tetap infeksius
Transmisi SARS-CoV-2 dapat terjadi
saat melayang di udara dan bergerak
melalui kontak langsung, kontak tidak
hingga jarak yang jauh. Transmisi
langsung, atau kontak erat dengan orang
SARS-CoV-2 melalui udara dapat
yang terinfeksi melalui sekresi seperti
terjadi selama pelaksanaan prosedur
air liur dan sekresi saluran pernapasan
medis yang menghasilkan aerosol
atau droplet saluran napas yang keluar
(“prosedur yang menghasilkan
saat orang yang terinfeksi batuk, bersin,
aerosol”). WHO, bersama dengan
berbicara, atau menyanyi. Droplet
kalangan ilmuwan, terus secara aktif
saluran napas memiliki ukuran diameter
mendiskusikan dan mengevaluasi
> 5-10 μm sedangkan droplet yang
apakah SARS-CoV-2 juga dapat
berukuran diameter ≤ 5 μm disebut
menyebar melalui aerosol, di mana
sebagai droplet nuclei atau aerosol.
prosedur yang menghasilkan aerosol
Transmisi droplet saluran napas dapat
tidak dilakukan terutama di tempat
terjadi ketika seseorang melakukan
dalam ruangan dengan ventilasi yang
kontak erat (berada dalam jarak 1
buruk.
meter) dengan orang terinfeksi yang
mengalami gejala-gejala pernapasan
(seperti batuk atau bersin) atau yang
3. Fomit menunjukkan gejala sehingga dapat
diisolasi jika terinfeksi dan
Sekresi saluran pernapasan atau droplet
membutuhkan perawatan.
yang dikeluarkan oleh orang yang
3. Menggunakan masker kain dalam
terinfeksi dapat mengontaminasi
situasi-situasi tertentu, misalnya
permukaan dan benda, sehingga
di ruang publik di mana
terbentuk fomit (permukaan yang
transmisi komunitas terjadi dan
terkontaminasi). Virus dan/atau SARS-
langkah-langkah pencegahan
CoV-2 yang hidup dan terdeteksi
lain seperti penjagaan jarak fisik
melalui RTPCR dapat ditemui di
tidak memungkinkan.
permukaan-permukaan tersebut selama
4. Menjalankan kewaspadaan kontak
berjam-jam hingga berhari-hari,
dan droplet untuk tenaga kesehatan
tergantung lingkungan sekitarnya
yang merawat pasien suspek dan
(termasuk suhu dan kelembapan) dan
terkonfirmasi COVID-19, dan
jenis permukaan. Konsentrasi virus
menjalankan kewaspadaan airborne
dan/atau RNA ini lebih tinggi di
jika prosedur yang menghasilkan
fasilitas pelayanan kesehatan di mana
aerosol dijalankan.
pasien COVID-19 diobati (World
5. Terus-menerus menggunakan
Health Organization, 2020).
masker bagi tenaga kesehatan dan
Untuk mencegah transmisi, pengasuh yang bekerja di area
WHO merekomendasikan serangkaian klinis, selama semua kegiatan rutin
komprehensif langkah-langkah yang sepanjang giliran kerjanya.
mencakup: 6. Selalu membersihkan tangan dengan
sering, menjaga jarak fisik jika
1. Mengidentifikasi kasus suspek
memungkinkan, dan menjalankan
sesegera mungkin, melakukan tes,
etiket batuk dan bersin; menghindari
dan mengisolasi semua kasus (orang
tempat-tempat yang ramai, tempat-
yang terinfeksi) di fasilitas yang
tempat kontak erat, dan tertutup, dan
sesuai.
tempat-tempat dalam ruangan
2. Mengidentifikasi dan mengarantina
dengan ventilasi yang buruk;
semua kontak erat orang yang
mengenakan masker kain saat
terinfeksi dan melakukan tes
berada di ruang tertutup yang terlalu
terhadap orang-orang yang
padat untuk melindungi orang lain; menimbulkan keresahan di masyarakat.
dan memastikan ventilasi Guna menghindari adanya berita
lingkungan yang baik di semua simpang siur terkait penularan virus
tempat tertutup; serta pembersihan corona ini, pemerintah menyiapkan
dan disinfeksi lingkungan yang tepat akses secara online yang dapat dilihat
(World Health Organization, 2020). oleh masyarakat melalui situs resminya
di halaman covid19.go.id. dan
Terkait pemeriksaan virus
covid19.kemkes.go.id. dari situs
COVID-19 ada beberapa macam cara
tersebut dapat dilihat data pantauan
yang dilakukan jika ditinjau dari
COVID-19 (Yunus and Rezki, 2020).
sensitivitasnya, yaitu dengan
pemeriksaan metode molekur, dengan B. COVID-19 Termasuk dari
menggunakan PCR berupa pemeriksaan Penyakit Akibat Kerja
imunoglobulin sebagai upaya tes
Menurut ILO PAK didefinisikan
screening awal dan dapat dilaksanakan
sebagai Penyakit yang diderita sebagai
secara massal. Tujuannya adalah untuk
akibat pemajanan faktor-faktor yang
secepat mungkin dapat mengetahui
timbul dari kegiatan pekerjaan. Data
kondisi masyarakat yang terpapar
yang dilansir oleh ILO menunjukan
positif virus corona, sehingga
bahwa jumlah kematian pekerja di
selanjutnya dapat dilakukan upaya
dunia karena PAK jauh lebih besar dari
isolasi. Masyarakat dianjurkan untuk
pada kematian karena Kecelakaan kerja.
mengisolasi diri atau self isolation yang
2,4 juta orang meninggal setiap
dilaksanakan secara mandiri di rumah
tahunnya karena PAK dari angka
dan akan dimonitoring oleh puskesmas
kematian keseluruhan sebanyak 2,7 juta
atau petugas kesehatan. Saat ini, jumlah
karena kecelakaan kerja dan penyakit
orang yang terkena dampak corona
akibat kerja. Tedapat beberapa
semakin meningkat dan jumlah
penyebab PAK yang umum terjadi di
kematian yang disebabkan oleh corona
tempat kerja. (Bruri Triyono, 2014)
di seluruh dunia juga semakin banyak.
Berikut beberapa jenis yang
Informasi terkait kebenaran jumlah ini
digolongkan berdasarkan penyebab dari
perlu juga jadi perhatian, karena masih
penyakit yang ada di tempat kerja
ada ditemukan berita yang masih
sebagai berikut :
simpang siur atau hoax, sehingga
a. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu atau kompensasi, serta hibah atau
ekstrim, tekanan udara, vibrasi, tunjangan kematian (Ryder, 2020).
penerangan.
Menurut Kemenkes RI No
b. Golongan kimiawi: semua bahan HK.01.07/MENKES/327/2020 Tentang
kimia dalam bentuk debu, uap, gas, Penetapan Corona Virus Disease 2019
larutan, dan kabut. (COVID-19) Akibat Kerja Sebagai
Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik
c. Golongan biologik: bakteri, virus, dan
pada Pekerjaan Tertentu :
jamur.
Corona Virus Disease 2019
d. Golongan ergonomi: desain tempat
(COVID-19) akibat kerja sebagai
kerja, dan beban kerja.
penyakit akibat kerja yang spesifik pada
e. Golongan psikososial: stres psikis, pekerjaan tertentu merupakan penyakit
monotomi kerja, dan tuntutan pekerjan. Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) yang diderita atau yang
COVID-19 dan gangguan stres
menyebabkan kematian pada seorang
pascatrauma, jika penyakit didapatkan
pekerja yang dalam tugas/proses
melalui paparan kerja, maka dapat
kerjanya langsung berhubungan dengan
dianggap sebagai penyakit akibat kerja.
paparan Coronavirus SARS-COV-2
Apabila para pekerja menderita dari
yang cukup tinggi. Dalam kondisi
kondisi-kondisi ini dan tidak mampu
wabah dan telah ditetapkannya
lagi bekerja, sebagai akibat dari
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat,
kegiatan yang terkait dengan pekerjaan,
pelayanan kesehatan dan upaya
mereka berhak atas kompensasi tunai
penanganan COVID-19 merupakan
dan perawatan kesehatan, sebagaimana
jenis pekerjaan yang memiliki risiko
tercantum dalam Konvensi Tunjangan
tinggi terpapar Coronavirus SARS-
Cedera (Kecelakaan) Kerja, 1964 (121)
COV-2. Berdasarkan Peraturan Presiden
Anggota keluarga yang menjadi
Nomor 7 Tahun 2019 tentang Penyakit
tanggungan (pasangan dan anakanak)
Akibat Kerja, Corona Virus Disease
dari mereka yang meninggal karena
2019 (COVID-19) akibat kerja
COVID-19 yang didapatkan dalam
termasuk dalam katagori jenis penyakit
kegiatan yang terkait dengan pekerjaan
akibat kerja yang disebabkan oleh
berhak mendapatkan tunjangan tunai
faktor biologi lain di tempat kerja a. Tenaga kesehatan yang
dimana ada hubungan langsung antara melayani/merawat/kontak dengan
paparan faktor biologi yang muncul pasien Corona Virus Disease 2019
akibat aktivitas pekerjaan dengan (konfirmasi positif/Pasien Dalam
penyakit yang dialami oleh pekerja Pengawasan (PDP)/Orang Dalam
yang dapat dibuktikan secara ilmiah Pemantauan (ODP).
dengan menggunakan metode yang
b. Tenaga kesehatan/petugas
tepat. Adapun kriteria Corona Virus
laboratorium yang memeriksa spesimen
Disease 2019 (COVID-19) akibat kerja
pasien Corona Virus Disease 2019
sebagai penyakit akibat kerja adalah
(konfirmasi positif/PDP/ODP).
sebagai berikut:
c. Tenaga non kesehatan di fasilitas
1. Diagnosis Klinis Corona Virus
kesehatan yang kontak dengan pasien
Disease 2019 (COVID-19)
Corona Virus Disease 2019 (mengantar
a. Hasil swab nasofaring/ orofaring/ pasien, membersihkan ruangan di
aspirat saluran napas positif Corona tempat perawatan pasien Corona Virus
Virus Disease 2019 (COVID-19). Disease 2019 (konfirmasi
positif/PDP/ODP).
b. Pasien dengan gejala klinis sesuai
COVID-19 seperti demam (>38,5°C), d. Tenaga kesehatan/petugas yang
atau batuk atau pilek atau nyeri melakukan tugas di luar area fasilitas
tenggorokan atau gejala lainnya dan kesehatan dalam rangka penanganan
terdapat gejala pneumonia pada toraks Corona Virus Disease 2019 (COVID-
atau pada CT Scan toraks ditemukan 19) (petugas penyelidikan
gambaran ground glass opacity, epidemiologi/tracing, petugas ambulans,
monositosis atau neutrofil limfosit ratio petugas pemulasaran jenazah dan lain-
(NRL) > 3,1 atau terdapat peningkatan lain).
CRP (C Reactive Protein).
3. Agen/pajanan Coronavirus SARS-
2. Jenis Pekerjaan yang Berhubungan COV-2 yang bersumber dari pasien
Erat dengan Risiko Tinggi Paparan COVID-19 atau pengunjung yang
Corona Virus Disease 2019 (COVID- berstatus PDP/ODP.
19) di Lingkungan Kerja
4. Lama Pajanan dan merumahkan para pekerja secara
bergantian. Tidak hanya itu dalam surat
Gejala muncul dalam < 14 hari sejak
edarannya No. M/3/HK.04/III/2020
kontak dengan pasien Corona Virus
secara ringkas meminta gubernur daerah
Disease 2019 (konfirmasi
untuk memerintahkan para pendiri
positif/PDP/ODP) atau kontak dengan
usaha untuk melakukan 3 hal pokok
spesimen pasien Corona Virus Disease
yakni :
2019 (pada kasus ekstrim dapat terjadi
1. Mengantisipasi penyebaran
lebih dari 14 hari).
COVID-19, para pekerja atau
5. Tidak ada Faktor Lain di Luar buruh melakukan perilaku hidup
Pekerjaan bersih dan sehat serta program
keselamatan dan kesehatan kerja
a. Dalam kurun waktu < 14 hari
(K3).
sebelum sakit tidak ada keluarga satu
2. Membuat rencana kessiagaan
rumah/kontak dengan kerabat dekat di
dalam menghadapi pendemi
luar tempat kerja yang berstatus
virus corona, dengan tujuan
ODP/PDP/Konfirmasi positif.
mengurangi resiko penularan
b. Tidak bepergian ke luar negeri/daerah ditempat kerja seerta menjaga
terjangkit dalam waktu < 14 hari kelangsungan usaha.
sebelum sakit (M. K. RI, 2020). 3. Mengambil langkah penanganan
risiko terhadap virus corona
C. Langkah Antisipasi Penularan
sesuai standar penanganan
COVID-19 di Tempat Kerja
kementrian kesehatan.
Menteri Ketenagakerjaan Ida (Setiawan and Nurwati, 2020) Dalam
Fauziyah mengatakan telah meminta hal ini langkah-langkah yang dapat
para pengusaha agar menjadikan PHK dilakukan oleh perusahaan dalam
menjadi opsi terakhir mereka. Para mencegah penularan virus corona
pengusaha diminta untuk lebih dulu dengan :
mengurangi gaji pokok mereka dan
1. Penyemprotan disinfektan dan
fasilitas bagi pekerja tingkat atas,
penyediaan handsanitizer, karena
mengurangi jam kerja, menghapuskan
sejumlah penelitian mengungkap bahwa
kerja lembur, mengurangi hari kerja,
virus corona dapat bertahan diluar tubuh
manusia dalam hitungan jam dan hari. kerja meliputi : lamanya seseorang
Karena tangan merupakan salah satu mampu bekerja secara baik,
organ tubuh yang sering bersentuhan hubungan diantara waktu bekerja dan
dengan banyak hal baik manusia istirahat, waktu bekerja sehari menurut
maupun benda. periode siang dan malam (Fadhilah,
Suryanto and Ulfah, 2013). Perusahaan
2. Mengisolasi dan memantau karyawan
menerapkan sistem pembagian shift
yang pulang dari pekerjaan dinas,
dengan membagi tim yang bekerja
dengan melakukan minimal 14 hari
dirumah, dan sebagian dikantor, dengan
pengisolasian untuk diam dirumah.
mengikuti aturan-aturan yang diberikan
3. Penggunaan detektor suhu, karena perusahaan.
gejala dari virus corona yakni
7. Penggunaan APD yang tidak lengkap
meningkatnya suhu tubuh manusia
berisiko 5 kali lebih besar tekena virus
menjadi 38 derajat selsius.
corona dibandingkan dengan yang
4. Penerapan social distancing, dimana menggunakan APD secara lengkap saat
antar manusia perlu memiliki jarak bekerja. Menurut Suma’mur (2009)
minimal 1,5 meter, saat perusahaan penggunaan APD adalah alternatif
menggunakan layanan yang terakhir yaitu kelengkapan dari
menimbulkan antrean. beberapa upaya pencegahan kecelakaan
kerja. Ramlan (2006) mengatakan
5. Work from home, bekerja dirumah
pemakaian alat pelindung diri
menjadi salah satu hal yang efisien
merupakan pilihan yang terakhir untuk
dalam mengurangi penularan covid-19
menanggulangi bahaya kecelakaan
ini, dengan mengikuti beberapa
kerja. Maka dari itu diharapkan para
kebijakan yang diberikan perusahaan
pekerja mengunakan APD yang lengkap
agar pekerjaan pegawai akan tetap dapat
saat bekerja untuk mencegah terkena
terpantau.
virus corona.
6. Membagi shift karyawan, Menurut
8. Memberikan cuti baik berbayar
Suma’mur (2009) waktu kerja bagi
maupun yang tidak berbayar dan
seseorang menentukan kesehatan yang
melarang pekerja sakit untuk masuk
bersangkutan, efisiensi, efektivitas dan
kerja.
produktivitas kerjanya. Persoalan waktu
KESIMPULAN atau kondisi yang berhubungan dengan
pekerjaan. COVID-19 termasuk dalam
Coronavirus (CoV) adalah
penyakit akibat kerja, karena Menurut
keluarga besar virus yang menyebabkan
Kemenkes RI No
penyakit mulai dari gejala ringan
HK.01.07/MENKES/327/2020 Tentang
sampai berat. Ada setidaknya dua jenis
Penetapan Corona Virus Disease 2019
coronavirus yang diketahui
(COVID-19) Akibat Kerja Sebagai
menyebabkan penyakit yang dapat
Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik
menimbulkan gejala berat seperti
pada Pekerjaan Tertentu yang
Middle East Respiratory Syndrome
bertuliaskan “Corona Virus Disease
(MERS-CoV) dan Severe Acute
2019 (COVID-19) termasuk dalam
Respiratory Syndrome (SARS-CoV).
katagori jenis penyakit akibat kerja
Novel coronavirus (2019- nCoV) adalah
yang disebabkan oleh faktor biologi di
virus jenis baru yang belum pernah
tempat kerja yang berhubungan
diidentifikasi sebelumnya pada
langsung dengan paparan faktor biologi
manusia.Virus ini sangat agresif,
yang muncul akibat aktivitas pekerjaan
menular dengan sangat cepat dan telah
dengan penyakit yang dialami oleh
menyebar ke hampir semua negara,
pekerja.
termasuk Indonesia hanya dalam waktu
beberapa bulan. Dan di Indonesia kasus DAFTAR PUSTAKA
COVID-19 terus mengalami
Bruri Triyono (2014) ‘Buku Ajar
peningkatan mulai awalnya masuk
Keselamta Dan Kesehata Kerja (K3)’,
COVID-19 di Indonesia sampai
Keselamatan da Kesehatan kerja (k3).
sekarang terus mengalami
peningkatan.Virus corona dapat Fadhilah, N., Suryanto and Ulfah, N.
menular melalui kontak langsung dan (2013) ‘Faktor-Faktor yang
droplet, udara, dan fomit. Penyakit Mempengaruhi Kecelakaan Kerja pada
akibat kerja adalah penyakit yang Proses Die Casting di PT. X Cikarang
disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, Barat Kabupaten Bekasi Jawa Barat’,
bahan, proses maupun lingkungan kerja Jurnal Kesmasindo.
dan PAK merupakan gangguan
Nasution, N. H. . W. (2020)
kesehatan baik jasmani maupun rohani
‘MANAJEMEN MASJID PADA
yang ditimbulkan karena aktivitas kerja
MASA PANDEMI COVID 19’, Setiawan, S. N. and Nurwati, N. (2020)
Manajemen Masjid Pada Masa ‘Dampak COVID-19 terhadap Tenaga
Pandemi Covid 19. Kerja di Indonesia’, Setiawan, Syeikha
Nabilla Nurwati, Nunung.
RI, K. K. (2020) ‘Pedoman
Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Soemarko, D. S. (2012) ‘Penyakit
COVID-19’, Kementrian Kesehatan Akibat Kerja “Identifikasi dan
Republik Indonesia, p. 75. Available at: rehabilitasi kerja”’, K3 Expo Seminar
https://www.kemkes.go.id/resources/do SMESCO, (April), pp. 1–6.
wnload/info-
World Health Organization (2020)
terkini/Coronavirus/DOKUMEN_RES
‘Transmisi SARS-CoV-2 : implikasi
MI_Pedoman_Kesiapsiagaan_nCoV_In
terhadap kewaspadaan pencegahan
donesia_28 Jan 2020.pdf.
infeksi’, Pernyataan keilmuan.
RI, M. K. (2020) ‘Keputusan menteri
Yunus, N. R. and Rezki, A. (2020)
kesehatan republik indonesia nomor
‘Kebijakan Pemberlakuan Lock Down
hk.01.07/menkes/327/2020 tentang
Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona
penetapan’, 2019, pp. 1–8.
Virus Covid-19’, SALAM: Jurnal Sosial
Ryder, G. (2020) ‘COVID-19 dan dan Budaya Syar-i. doi:
Dunia Kerja : Dampak dan Tanggapan’, 10.15408/sjsbs.v7i3.15083.
International Labour Organization, pp.
1–23.

Anda mungkin juga menyukai