Anda di halaman 1dari 94

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN 2021


TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47 Peraturan


Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokasi Nomor 9 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional
Penghulu, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Penghulu;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang


Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1946 Nomor 98, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 694);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang
Berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946
tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk di daerah
luar Jawa dan Madura;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1974 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3019) Jo. Undang Undang
Nomor 16 Tahun 2019 tentang perubahan atas
Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 186, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6401);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang
Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 77,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6340);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Sipil Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2O20 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Sipil Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6477);
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2019 tentang
Jabatan Fungsional Penghulu (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 597);
8. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 6 Tahun
2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan
Jabatan Fungsional Penghulu sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Badan Kepegawaian Negara
Nomor 14 Tahun 2020 tentang perubahan atas
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 6
Tahun 2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembinaan Jabatan Fungsional Penghulu (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 911);
9. Peraturan Menteri Agama Nomor 34 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor urusan
Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 1252);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG PETUNJUK
TEKNIS PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL
PENGHULU.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN
adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah.
2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian untuk menduduki
jabatan pemerintahan.
3. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang
berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan
fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan
keterampilan tertentu.
4. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang
mempunyai kewenangan melaksanakan proses
pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang
mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian PNS dan pembinaan
manajemen PNS di instansi pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Jabatan fungsional penghulu adalah jabatan Pegawai
Pencatat Nikah yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan
pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk,
pengembangan kepenghuluan, bimbingan masyarakat
Islam serta pengembangan profesi.
7. Pejabat Fungsional Penghulu yang selanjutnya disebut
Penghulu adalah PNS yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak untuk melakukan kegiatan
pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk,
pengembangan kepenghuluan, dan bimbingan
masyarakat Islam.
8. Pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk adalah
kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh Penghulu
meliputi perencanaan kegiatan kepenghuluan,
pemeriksaan permohonan nikah atau rujuk,
bimbingan calon pengantin, dan Pelayanan akad nikah
atau rujuk serta bimbingan perkawinan.
9. Kepenghuluan adalah kegiatan pelayanan dan
bimbingan nikah atau rujuk, pengembangan
kepenghuluan, dan bimbingan masyarakat Islam.
10. Pengembangan kepenghuluan adalah kegiatan atau
upaya yang dilakukan oleh Penghulu meliputi
koordinasi dan sosialisasi tentang perkawinan.
11. Bimbingan Masyarakat Islam adalah kegiatan atau
upaya yang dilakukan penghulu meliputi
pembelajaran dan pembinaan masyarakat Islam.
12. Kepala KUA adalah penghulu dengan tugas tambahan
sebagai Kepala KUA.
13. Tim Penilai Kinerja Jabatan Fungsional Penghulu yang
selanjutnya disebut Tim Penilai adalah tim yang
dibentuk dan ditetapkan oleh Pejabat yang Berwenang
dan bertugas mengevaluasi keselarasan hasil kerja
dengan tugas yang disusun dalam Sasaran Kerja
Pegawai serta menilai kinerja dan Angka Kredit
Penghulu.
14. Sasaran Kerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP
adalah rencana kerja dan target yang akan dicapai
oleh seorang PNS.
15. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir
kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir
kegiatan yang harus dicapai oleh Penghulu dalam
rangka pembinaan karier yang bersangkutan.
16. Angka kredit kumulatif adalah akumulasi nilai angka
kredit minimal yang harus dicapai oleh Penghulu
sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat dan/atau
jabatan.
17. Tim Penilai Kinerja Jabatan Fungsional
Penghulu yang selanjutnya disebut Tim Penilai adalah
Tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Pejabat yang
Berwenang yang bertugas mengevaluasi keselarasan
hasil kerja dengan tugas yang disusun dalam SKP,
dan membantu menilai kinerja Penghulu.
18. Karya Tulis/Karya Ilmiah adalah tulisan hasil pokok
pikiran, pengembangan, dan hasil kajian/penelitian
yang disusun oleh Penghulu baik perorangan atau
kelompok di bidang kepenghuluan dan hukum Islam.

Pasal 2
(1) Petunjuk teknis pelaksanaan Jabatan Fungsional
Penghulu merupakan pedoman bagi penghulu dan tim
penilai jabatan fungsional penghulu dan pejabat
struktural yang terkait dengan pengelolaan Jabatan
Fungsional Penghulu.
(2) Petunjuk teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, kegiatan
penghulu yang dilaksanakan dengan menggunakan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
62 Tahun 2005 tentang Jabatan Fungsional Penghulu dan
Angka Kreditnya dapat dinilai dan ditetapkan angka
kreditnya dengan menggunakan format sebagaimana diatur
dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Kepala
Badan Kepegawaian Negara Nomor 20 dan 14 A Tahun
2005.

Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

YAQUT CHOLIL QOUMAS

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR


LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2021
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 9 Tahun 2019 tentang
Jabatan Fungsional Penghulu maka perlu ditetapkan Peraturan
Menteri Agama tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Penghulu.

B. Tujuan
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penghulu
bertujuan untuk memberikan pedoman kepada pejabat fungsional,
tim penilai jabatan fungsional, dan pejabat struktural dalam
melaksanakan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2019 tentang Jabatan
Fungsional Penghulu.

C. Sasaran
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penghulu
ditujukan untuk:
1. Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Pertama:
2. Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Muda:
3. Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Madya: dan
4. Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Utama

D. Ruang Lingkup
Peraturan ini mengatur :
1. Pendahuluan
2. Kedudukan, Tugas Jabatan, Jenjang Jabatan, Jenjang Pangkat
dan Golongan Ruang;
3. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Penghulu;
4. Unsur Kegiatan, Butir Kegiatan dan Teknis Pelaksanaan tugas;
5. Sasaran Kerja Pegawai, Penilaian kinerja dan konversi hasil
penilaian kinerja serta sanksi;
6. Penyelenggaraan Uji Kompetensi;
7. Pelatihan dan pengembangan kompetensi penghulu;
8. Pejabat yang mengusulkan angka kredit dan pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit;
9. Kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan;
10. Tata cara pengusulan penilaian dan penetapan angka kredit;
11. Pelantikan dan pengambilan sumpah;
12. Pemberhentian, pengangkatan kembali dan mutasi;
13. Penetapan daerah Kriteria tipologi; dan
14. Ketentuan lain
15. Penutup.

BAB II
KEDUDUKAN, TUGAS JABATAN, JENJANG JABATAN, JENJANG PANGKAT,
DAN GOLONGAN RUANG

A. Kedudukan
1. Jabatan Fungsional Penghulu berkedudukan sebagai pelaksana
teknis fungsional di bidang kepenghuluan pada Kementerian
Agama;
2. Jabatan Fungsional Penghulu merupakan jabatan karier PNS,
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama dan Pejabat Administrator secara operasional di
bawah Pejabat Pengawas yang memiliki keterkaitan dengan
pelaksanaan tugas di bidang pelayanan dan bimbingan nikah atau
rujuk, pengembangan kepenghuluan, dan bimbingan masyarakat
Islam.
B. Tugas Jabatan
Jabatan Fungsional Penghulu yaitu melaksanakan kegiatan pelayanan
dan bimbingan nikah atau rujuk, pengembangan kepenghuluan, dan
bimbingan masyarakat Islam.

C. Jenjang Jabatan, Jenjang Pangkat, dan Golongan Ruang


1. Jenjang Jabatan Fungsional Penghulu terdiri atas:
a. Penghulu Ahli Pertama;
b. Penghulu Ahli Muda;
c. Penghulu Ahli Madya; dan
d. Penghulu Ahli Utama.
2. Pangkat dan golongan ruang Jabatan Fungsional penghulu, terdiri
atas:
a. Ahli Pertama:
1) Penata Muda, golongan ruang III/a; dan
2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Ahli Muda:
1) Penata, golongan ruang III/c; dan
2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Ahli Madya:
1) Pembina, golongan ruang IV/a;
2) Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan
3) Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
d. Ahli Utama:
1) Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d; dan
2) Pembina Utama, golongan ruang lV/e.

BAB III
PENGANGKATAN DALAM JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU

Pejabat yang berwenang mengangkat dalam Jabatan Fungsional Penghulu


yaitu pejabat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengangkatan PNS ke dalam Jabatan Fungsional Penghulu dilakukan


melalui pengangkatan:
A. pengangkatan pertama;
B. perpindahan dari jabatan lain; dan
C. promosi.

A. Pengangkatan Pertama
Pengangkatan pertama merupakan pengangkatan untuk mengisi
lowongan kebutuhan Jabatan Fungsional Penghulu dari Calon PNS.
1. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Penghulu melalui
pengangkatan pertama harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat
keterangan sehat dari dokter pemerintah;
d. berijazah paling rendah Sarjana (S1) fakultas Syariah;
e. nilai prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam1 (satu)
tahun terakhir.
2. Penghulu dari formasi calon PNS, setelah diangkat menjadi PNS
paling lama 1 (satu) tahun diangkat dalam Jabatan Fungsional
Penghulu.
3. Dalam hal PNS sebagaimana dimaksud pada angka 2, yang belum
diangkat ke dalam Jabatan Fungsional melebihi 1 (satu) tahun,
tidak diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi sampai
dengan diangkat dalam Jabatan Fungsionalnya.
4. PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (4), paling lama 3 (tiga)
tahun setelah diangkat harus mengikuti dan lulus pendidikan dan
pelatihan di bidang kepenghuluan dan memperoleh sertifikat
penghulu.
5. Penghulu yang belum mengikuti atau tidak lulus pendidikan dan
pelatihan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
diberhentikan dari jabatannya.

B. Perpindahan dari Jabatan lain


1. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Penghulu melalui
perpindahan dari jabatan lain harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat
keterangan sehat dari dokter pemerintah;
d. berijazah paling rendah Sarjana (S1) di perguruan tinggi
agama Islam;
e. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi sosial kultural sesuai standar
kompetensi yang telah disusun oleh Instansi Pembina;
f. memiliki Sertifikat diklat calon penghulu;
g. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang
kepenghuluan paling singkat 2 (dua) tahun;
h. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir; dan
i. berusia paling tinggi:
1) 53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Pertama/Pertama dan
Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Muda/Muda;
2) 55 (lima puluh lima) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Madya/Madya; dan
3) 60 (enam puluh) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Utama/Utama.
2. Pengangkatan Jabatan Fungsional Penghulu sebagaimana
dimaksud diatas harus mempertimbangkan kebutuhan untuk
jenjang jabatan fungsional yang akan diduduki.
3. Pangkat yang ditetapkan bagi PNS sama dengan yang dimilikinya
dan jenjang jabatan yang ditetapkan sesuai dengan jumlah angka
kredit yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit. Jumlah angka kredit ditetapkan dari unsur utama
dan unsur penunjang.
C. Promosi
1. Kriteria pengangkatan melului promosi dalam jabatan fungsional
adalah:
a. Menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi instansi dan
kepentingan nasional, dan diakui oleh Badan Diklat dan
Litbang Kementerian Agama; dan
b. Memenuhi standar kompetensi jenjang jabatan yang akan
diduduki.
2. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Penghulu melalui
promosi dilaksanakan dalam hal:
a. Pengangkatan pada Jabatan Fungsional Penghulu; atau
b. Kenaikan jenjang jabatan satu tingkat lebih tinggi
3. Pengangkatan PNS kedalam jabatan fungsional penghulu melalui
promosi ditujukan kepada PNS yang tidak duduk dalam jabatan
fungsional.
4. Pengangkatan dalam jabatan fungsional penghulu melalui promosi
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis,
Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi inti sesuai standar
kompetensi yang telah disusun oleh instansi pembina; dan
b. nilai kinerja/prestasi paling sedikit bernilai baik
dalam 2 (dua) tahun terakhir;
c. memiliki rekan jejak yang baik;
d. tidak pernah melakukan pelanggaran kode etik
dan profesi PNS; dan
e. tidak pernah dikenakan hukuman disiplin PNS.
5. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Penghulu melalui
promosi harus mempertimbangkan kebutuhan untuk jenjang
jabatan fungsional yang akan diduduki.
6. Angka kredit Pengangkatan pada Jabatan Fungsional Penghulu
melalui promosi dinilai dan ditetapkan dari tugas jabatan.
7. Dalam hal pengembangan karir Jabatan Fungsional Penghulu
dapat di promosikan pada jabatan pimpinan tinggi, jabatan
administrasi, atau pengawas bagi:
a. Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Madya dapat dipromosikan
menjadi JPT Pratama;
b. Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Utama dapat
dipromosikan menjadi JPT Madya;
c. Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Muda dapat dipromosikan
menjadi Jabatan Administrator; atau
d. Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Pertama dapat
dipromosikan menjadi Jabatan Pengawas.
8. Pengangkatan promosi Jabatan Fungsional Penghulu sebagaimana
dimaksud pada angka 7 huruf a dan huruf b dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang mengatur tentang pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi.
9. Pengangkatan promosi Jabatan Fungsional Penghulu sebagaimana
dimaksud pada angka 7 huruf c dan huruf d dilakukan secara
kompetitif berbasis sistem merit.
BAB IV
UNSUR KEGIATAN, BUTIR KEGIATAN,
DAN TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS

A. Unsur Kegiatan Jabatan Fungsional Penghulu


1. Unsur kegiatan tugas Jabatan Fungsional Penghulu yang dapat
dinilai angka kreditnya, terdiri atas:
a. unsur utama; dan
b. unsur penunjang.
2. Unsur utama meliputi:
a. pendidikan, meliputi:
1) pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
2) pendidikan dan pelatihan fungsional kepenghuluan serta
memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan
(STTPP); dan
3) pendidikan dan pelatihan jabatan.
b. pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk, meliputi:
1) perencanaan kegiatan kepenghuluan;
2) pemeriksaan permohonan nikah atau rujuk;
3) bimbingan calon pengantin;
4) pelayanan nikah atau rujuk; dan
5) bimbingan perkawinan.
c. pengembangan kepenghuluan;
1) koordinasi tentang perkawinan; dan
2) sosialisasi tentang perkawinan.
d. bimbingan masyarakat Islam, meliputi:
1) pembelajaran bimbingan masyarakat Islam; dan
2) pembinaan masyarakat Islam.
e. pengembangan profesi.
1) penyusunan karya tulis/karya ilmiah di bidang
kepenghuluan dan hukum Islam;
2) penerjemahan/penyaduran buku dan karya ilmiah di bidang
kepenghuluan dan hukum Islam; dan
3) penyusunan pedoman/petunjuk teknis kepenghuluan dan
hukum Islam.
3. Unsur penunjang meliputi:
a. pengajar/pelatih di bidang kepenghuluan dan okum Islam;
b. peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi di bidang
kepenghuluan dan hukum Islam;
c. keanggotaan dalam Tim Penilai angka kredit jabatan fungsional
penghulu;
d. melakukan kegiatan pengabdian masyarakat;
e. menjadi anggota delegasi misi keagamaan;
f. perolehan penghargaan/tanda jasa; dan
g. perolehan ijazah/gelar kesarjanaan.

B. Butir Kegiatan Jabatan Fungsional Penghulu


Butir kegiatan Jabatan Fungsional Penghulu sesuai dengan jenjang
jabatannya, sebagai berikut:
1. Penghulu Ahli Pertama, meliputi:
a. menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan;
b. menyusun rencana kerja operational kegiatan kepenghuluan;
c. melakukan kegiatan pemeriksaan berkas permohonan kehendak
nikah atau rujuk;
d. melakukan kegiatan analisa terhadap kekurangan persyaratan
nikah atau rujuk;
e. melakukan kegiatan penolakan kehendak nikah atau rujuk;
f. melakukan kegiatan analisis tanggapan/pengaduan masyarakat
terhadap pengumuman/kasus nikah atau rujuk;
g. melakukan kegiatan konseling/penasehatan terhadap calon
pengantin;
h. melakukan kegiatan pembinaan terhadap calon pengantin;
i. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk terhadap
WNI;
j. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk dengan
Bahasa Indonesia;
k. melakukan kegiatan pelayanan konsultasi nikah atau rujuk;
l. melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi nikah atau
rujuk;
m. melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan konsultasi nikah
atau rujuk;
n. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sectoral/vertical/dan lembaga keagamaan tentang nikah siri;
o. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sectoral/vertical/dan lembaga keagamaan tentang buku nikah
palsu;
p. melakukan kegiatan kepengurusan organisasi profesi penghulu;
q. melakukan kegiatan sosialisasi perkawinan terhadap siswa
SMU/MA;
r. melakukan kegiatan sosialisasi perkawinan terhadap remaja
masjid;
s. melakukan kegiatan sosialisasi keluarga sakinah terhadap majlis
taklim;
t. melakukan kegiatan sosialisasi keluarga sakinah terhadap desa
binaan;
u. melakukan kegiatan pembentukan desa binaan keluarga
sakinah/kampung sakinah;
v. melakukan kegiatan pembelajaran hisab rukyat;
w. melakukan kegiatan observasi rukyat hilal;
x. melakukan kegiatan pembelajaran pengukuran arah kiblat;
y. melakukan kegiatan pengukuran arah kiblat bagi
mushalla/langgar/masjid/tempat pemakaman;
z. melakukan kegiatan pembelajaran manasik haji;
aa. melakukan kegiatan pembinaan manasik haji;
bb. melakukan kegiatan pembelajaran pengelolaan kemasjidan;
cc. melakukan kegiatan bimbingan teknis kemasjidan;
dd. melakukan kegiatan pembelajaran ZIS;
ee. melakukan kegiatan bimbingan teknis ZIS; dan
ff. melakukan kegiatan sosialisasi nazir wakaf dan wakif.

2. Penghulu Ahli Muda, meliputi:


a. menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan;
b. menyusun rencana kerja operational kegiatan kepenghuluan;
c. melakukan kegiatan pemeriksaan berkas permohonan kehendak
nikah atau rujuk;
d. melakukan kegiatan analisa terhadap kekurangan persyaratan
nikah atau rujuk;
e. melakukan kegiatan penolakan kehendak nikah atau rujuk;
f. melakukan kegiatan analisis tanggapan/pengaduan masyarakat
terhadap pengumuman/kasus nikah atau rujuk;
g. melakukan kegiatan konseling/penasehatan terhadap calon
pengantin;
h. melakukan kegiatan pembinaan terhadap calon pengantin;
i. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk terhadap
WNI;
j. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk terhadap
pernikahan campuran;
k. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk dengan
Bahasa Indonesia;
l. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk dengan
Bahasa Arab;
m. melakukan kegiatan pelayanan konsultasi rumah tangga;
n. melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi rumah tangga;
o. melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan konsultasi
rumah tangga;
p. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sectoral/vertical/dan lembaga keagamaan tentang nikah siri;
q. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sectoral/vertical/dan lembaga keagamaan tentang buku nikah
palsu;
r. melakukan kegiatan kepengurusan organisasi profesi penghulu;
s. melakukan kegiatan sosialisasi perkawinan terhadap siswa
SMU/MA;
t. melakukan kegiatan sosialisasi perkawinan terhadap remaja
masjid;
u. melakukan kegiatan sosialisasi keluarga sakinah terhadap desa
binaan;
v. melakukan kegiatan sosialisasi keluarga sakinah terhadap ormas
keagamaan;
w. melakukan kegiatan pembentukan desa binaan keluarga
sakinah/kampung sakinah;
x. melakukan kegiatan pembelajaran hisab rukyat;
y. melakukan kegiatan observasi rukyat hilal;
z. melakukan kegiatan pembelajaran pengukuran arah kiblat;
aa. melakukan kegiatan pengukuran arah kiblat bagi
mushalla/langgar/masjid/tempat pemakaman;
bb. melakukan kegiatan pembelajaran manasik haji;
cc. melakukan kegiatan pembinaan manasik haji;
dd. melakukan kegiatan pembelajaran pengelolaan kemasjidan;
ee. melakukan kegiatan bimbingan teknis kemasjidan;
ff. melakukan kegiatan pembelajaran ZIS;
gg. melakukan kegiatan bimbingan teknis ZIS; dan
hh. melakukan kegiatan sosialisasi nazir wakaf dan wakif.

3. Penghulu Ahli Madya, meliputi:


a. menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan;
b. menyusun rencana kerja operational kegiatan kepenghuluan;
c. melakukan kegiatan pemeriksaan berkas permohonan kehendak
nikah atau rujuk;
d. melakukan kegiatan analisa terhadap kekurangan persyaratan
nikah atau rujuk;
e. melakukan kegiatan penolakan kehendak nikah atau rujuk;
f. melakukan kegiatan analisis tanggapan/pengaduan masyarakat
terhadap pengumuman/kasus nikah atau rujuk;
g. melakukan kegiatan konseling/penasehatan terhadap calon
pengantin;
h. melakukan kegiatan pembinaan terhadap calon pengantin;
i. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk terhadap
WNI;
j. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk terhadap
pernikahan campuran;
k. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk terhadap
pernikahan WNA;
l. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk dengan
Bahasa Indonesia;
m. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk dengan
Bahasa Arab;
n. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk dengan
Bahasa Inggris;
o. melakukan kegiatan pelayanan konsultasi kepenghuluan;
p. melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi kepenghuluan;
q. melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan konsultasi
kepenghuluan;
r. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sectoral/vertical/dan lembaga keagamaan tentang pemalsuan
data pernikahan;
s. melakukan kegiatan kepengurusan organisasi profesi penghulu;
t. melakukan kegiatan sosialisasi perkawinan terhadap ormas
keagamaan;
u. melakukan kegiatan sosialisasBABi keluarga sakinah terhadap
ormas keagamaan;
v. melakukan kegiatan bimbingan teknis terhadap desa binaan
keluarga sakinah/kampung sakinah;
w. melakukan kegiatan pembelajaran hisab rukyat;
x. melakukan kegiatan observasi rukyat hilal;
y. melakukan kegiatan pembelajaran pengukuran arah kiblat;
z. melakukan kegiatan pengukuran arah kiblat bagi
mushalla/langgar/masjid/tempat pemakaman;
aa. melakukan kegiatan pembelajaran manasik haji;
bb. melakukan kegiatan pembinaan manasik haji;
cc. melakukan kegiatan sosialisasi kerukunan umat beragama (KUB)
pada kecamatan;
dd. melakukan kegiatan telaahan mengenai isu aktual keagamaan
tingkat kecamatan;
ee. melakukan kegiatan evaluasi atau penanganan mengenai isu
actual tingkat kecamatan;
ff. melakukan kegiatan penanganan konflik social keagamaan pada
tingkat kecamatan;
gg. melakukan kegiatan pembelajaran pengelolaan kemasjidan;
hh. melakukan kegiatan bimbingan teknis kemasjidan;
ii. melakukan kegiatan pembelajaran ZIS;
jj. melakukan kegiatan bimbingan teknis ZIS; dan
kk. melakukan kegiatan sosialisasi nazir wakaf dan wakif.

4. Penghulu ahli Utama, meliputi:


a. menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan;
b. menyusun rencana kerja operational kegiatan kepenghuluan;
c. melakukan kegiatan pemeriksaan berkas permohonan kehendak
nikah atau rujuk;
d. melakukan kegiatan analisa terhadap kekurangan persyaratan
nikah atau rujuk;
e. melakukan kegiatan penolakan kehendak nikah atau rujuk;
f. melakukan kegiatan analisis tanggapan/pengaduan masyarakat
terhadap pengumuman/kasus nikah atau rujuk;
g. melakukan kegiatan konseling/penasehatan terhadap calon
pengantin;
h. melakukan kegiatan pembinaan terhadap calon pengantin;
i. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk terhadap
WNI;
j. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk terhadap
pernikahan WNA;
k. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk dengan
Bahasa Indonesia;
l. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk dengan
Bahasa Inggris;
m. melakukan kegiatan pelayanan konsultasi hukum Islam;
n. melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi hukum Islam;
o. melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan konsultasi
hukum Islam;
p. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sektoral/vertical/dan lembaga keagamaan tentang kekerasan
dalam rumah tangga;
q. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sektoral/vertical/dan lembaga keagamaan tentang penyimpangan
pelaksanaan pernikahan;
r. melakukan kegiatan kepengurusan organisasi profesi penghulu;
s. melakukan kegiatan sosialisasi perkawinan terhadap ormas
keagamaan;
t. melakukan kegiatan sosialisasi keluarga sakinah terhadap
instansi pemerintah;
u. melakukan kegiatan sosialisasi keluarga sakinah terhadap
karyawan swasta;
v. melakukan kegiatan bimbingan teknis terhadap desa binaan
keluarga sakinah/kampung sakinah;
w. melakukan kegiatan evaluasi dan pengembangan desa binaan
keluarga sakinah/kampung sakinah;
x. melakukan kegiatan pembelajaran hisab rukyat;
y. melakukan kegiatan observasi rukyat hilal;
z. melakukan kegiatan pembelajaran pengukuran arah kiblat;
aa. melakukan kegiatan pengukuran arah kiblat bagi
mushalla/langgar/masjid/tempat pemakaman;
bb. melakukan kegiatan pembelajaran manasik haji;
cc. melakukan kegiatan pembinaan manasik haji;
dd. melakukan kegiatan sosialisasi kerukunan umat beragama (KUB)
pada kecamatan;
ee. melakukan kegiatan telaahan mengenai isu aktual keagamaan
tingkat kecamatan;
ff. melakukan kegiatan evaluasi atau penanganan mengenai isu
actual tingkat kecamatan;
gg. melakukan kegiatan penanganan konflik sosial keagamaan pada
tingkat kecamatan;
hh. melakukan kegiatan pembelajaran pengelolaan kemasjidan;
ii. melakukan kegiatan bimbingan teknis kemasjidan;
jj. melakukan kegiatan pembelajaran ZIS;
kk. melakukan kegiatan bimbingan teknis ZIS; dan
ll. melakukan kegiatan sosialisasi nazir wakaf dan wakif.

C. Teknis Pelaksanaan Tugas


1. Unsur Utama
a. Pendidikan
1) Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
a) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan penghulu mengikuti pendidikan formal dalam
bidang studi yang sesuai dengan bidang tugas (bidang
Syariah/Hukum Islam), baik di dalam maupun luar
negeri.
b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- fotokopi surat izin/tugas belajar; dan
- fotokopi ijazah yang dilegalisir oleh instansi yang
berwenang.
c) Kriteria pemberian angka kredit:
- Penghulu yang memperoleh gelar jenjang pendidikan
lebih tinggi setelah diangkat sebagai Penghulu, angka
kredit yang diberikan adalah selisih antara angka
kredit gelar/ijazah yang lebih tinggi tersebut dengan
angka kredit yang pernah diberikan (ijazah
sebelumnya), yaitu;
 Gelar/ijazah S2 diberikan angka kredit sebesar
150 (untuk angka kredit S2) dikurangi 100 (untuk
angka kredit S1) = 50.
 Gelar/ijazah S3 diberikan angka kredit sebesar
200 (untuk angka kredit S3) dikurangi 150 (untuk
angka kredit S2) = 50.
- Penghulu yang memperoleh gelar/ijazah yang lebih
tinggi tetap tidak sesuai dengan tugas pokoknya,
angka kredit yang diperoleh adalah angka kredit dari
unsur kegiatan penunjang, yaitu : S1 sebesar 5; S2
sebesar 10; dan S3 sebesar 15.
- Penghulu yang memperoleh tambahan gelar/ijazah
kesarjanaan setingkat dengan kesarjanaan yang
pernah diperolehnya, dapat memperoleh angka kredit
sebesar 5 untuk S1, 10 untuk S2, dan 15 untuk S3,
dengan syarat yang bersangkutan memiliki: (a) ijin
tugas belajar dari instansinya; dan (b) ijazah yang
telah dilegalisir/disahkan oleh instansi yang
berwenang sesuai dengan peraturan/ketentuan yang
berlaku.

2) Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang kepenghuluan


serta memperoleh surat tanda tamat pendidikan dan
pelatihan;
a) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan Penghulu mengikuti diklat fungsional atau diklat
teknis di bidang kepenghuluan atau Hukum Islam yang
diselenggarakan Pusdiklat, Balai Diklat, Direktorat
Jenderal, Organisasi Profesi dan atau Lembaga
Keagamaan Berbadan Hukum dalam rangka memenuhi
kompetensi jabatan Penghulu.

b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:


- fotokopi STTPP/sertifikat yang dikeluarkan oleh
penyelenggara diklat dan dilegalisir oleh atasan
langsung Penghulu yang bersangkutan.
- Surat penugasan mengikuti diklat.
c) Kriteria pemberian angka kredit:
Penghulu yang telah mengikuti diklat di bidang
Kepenghuluan, dan memperoleh STTPP/sertifikat,
diberikan angka kredit yang besarnya tergantung kepada
jumlah jam pelajaran (1 jam pelajaran ± 45 menit), yaitu:
- Lebih 960 jam pelajaran memperoleh 15 angka kredit.
- 841 - 960 jam pelajaran memperoleh 9 angka kredit.
- 481 - 640 jam pelajaran memperoleh 6 angka kredit.
- 161 - 480 jam pelajaran memperoleh 3 angka kredit.
- 81 - 160 jam pelajaran memperoleh 2 angka kredit.
- 30 - 80 jam pelajaran memperoleh 1 angka kredit.

3) Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan;


a) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan Penghulu mengikuti diklat prajabatan yang
bersifat umum sesuai dengan ketentuan
Keppres/Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan
prajabatan yang bersifat khusus sesuai ketentuan yang
ditetapkan Menteri Agama dan diselenggarakan Pusdiklat
atau Direktorat Jenderal Bimas Islam dalam rangka
memenuhi kompetensi jabatan.

b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:


- Fotokopi sertifikat yang dikeluarkan oleh
penyelenggara diklat dan dilegalisir oleh atasan
langsung Penghulu yang bersangkutan.
- Surat penugasan mengikuti diklat.
- Penghulu yang telah mengikuti diklat prajabatan
umum tingkat IV atau prajabatan khusus dan
memperoleh sertifikat, diberikan angka kredit 1.
b. Pelayanan dan Bimbingan Nikah atau Rujuk
1) Perencanaan kerja kepenghuluan, meliputi:
a) menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan Penghulu menyusun Rencana Kerja Tahunan
(RKT) yang dibuat secara perorangan setiap awal
tahun atau awal pindah tugas atau naik jenjang
jabatan sesuai dengan tugas pokok dan rincian tugas
serta jenjang kepangkatan yang dimiliki Penghulu
yang bersangkutan dan rincian tugas limpah yang
harus dilaksanakan oleh Penghulu yang bersangkutan
karena tidak/belum terisinya formasi Penghulu pada
suatu jenjang jabatan tertentu yang dilakukan oleh
seorang Penghulu atas dasar surat penugasan dari
pimpinan.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Instrumen RKT berlaku seragam sesuai SKP.
- Naskah SKP disusun oleh masing-masing
Penghulu sesuai jenjang jabatan yang
bersangkutan dibahas secara bersama dengan
Penghulu setingkat jabatan serta disetujui oleh
atasan langsung.
(3) Kriteria pemberian angka kredit:
Untuk naskah RKT dalam setahun diberi nilai:
- Penghulu Ahli Pertama : 0,120
- Penghulu Ahli Muda : 0,240
- Penghulu Ahli Madya : 0,360
- Penghulu Ahli Utama : 0,480

b) menyusun rencana kerja operasional kepenghuluan


(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan Penghulu menyusun rencana kerja
operasional yang merupakan penjabaran dalam
bentuk kerangka acuan (TOR) dari setiap kegiatan
yang tertuang dalam RKT yang dibuat oleh Penghulu
yang bersangkutan.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Instrumen TOR disusun oleh Penghulu di bawah
koordinasi APRI.
- Naskah TOR paling kurang berisikan:
 Pendahuluan
 Maksud dan tujuan
 Indikator Keluaran
 Waktu Pelaksanaan
 Penutup
(3) Kriteria pemberian angka kredit:
Untuk satu naskah TOR diberi nilai:
- Penghulu Ahli Pertama : 0,100
- Penghulu Ahli Muda : 0,200
- Penghulu Ahli Madya : 0,300
- Penghulu Ahli Utama : 0,400

2) Pemeriksaan permohonan nikah atau rujuk


a) melakukan kegiatan pemeriksaan berkas permohonan
kehendak nikah atau rujuk.
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah menerima, menverifikasi, dan
menetapkan terpenuhinya persyaratan permohonan
kehendak nikah atau rujuk berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum munakahat,
kemudian menginput dalam aplikasi/blangko berita
acara pemeriksaan.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Berita acara pemeriksaan permohonan kehendak
nikah atau rujuk yang telah ditandatangani oleh
kedua calon pengantin, wali, dan petugas
pemeriksa.
- Setiap satu berita acara diberi angka kredit
(Penghulu Ahli Pertama: 0,020; Penghulu Ahli
Muda: 0,040 Penghulu Ahli Madya: 0,060; dan
Penghulu Ahli Utama: 0,080).
b) Melakukan kegiatan analisis terhadap kekurangan
persyaratan nikah atau rujuk.
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah membuat dan menyampaikan
hasil analisis dalam bentuk surat pemberitahuan
terhadap kedua calon mempelai dan atau wali
bahwa terdapat kekurangan persyaratan terhadap
permohonan pencatatan kehendak nikah atau
rujuk.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Surat pemberitahuan kekurangan persyaratan
permohonan kehendak nikah atau rujuk.
- Setiap satu surat diberi angka kredit
(Penghulu Ahli Pertama: 0,010; Penghulu Ahli
Muda: 0,020 Penghulu Ahli Madya: 0,030; dan
Penghulu Ahli Utama: 0,040).
c) melakukan kegiatan penolakan kehendak nikah atau
rujuk
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah membuat dan menyampaikan
surat penolakan permohonan kehendak nikah atau
rujuk terhadap kedua calon mempelai dan atau wali.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Surat penolakan permohonan kehendak nikah
atau rujuk.
- Setiap satu satu diberi angka kredit (Penghulu Ahli
Pertama: 0,020; Penghulu Ahli Muda: 0,030
Penghulu Ahli Madya: 0,050; dan Penghulu Ahli
Utama: 0,060).
d) melakukan kegiatan analisis tanggapan/pengaduan
masyarakat terhadap pengumuman/kasus nikah atau
rujuk
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan analisis terhadap
tanggapan/pengaduan masyarakat terhadap
pengumuman/kasus nikah atau rujuk dengan
memanggil/mengecek kebenaran materi
tanggapan/pengaduan dengan membuat kronologis
masalah dilapangan dan pandangan hukum terhadap
tanggapan/aduan tersebut.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil pengecekan/pengaduan terhadap
pengumuman/kasus nikah atau rujuk yang
berisikan kronologis masalah dan pandangan
hukum terhadap masalah dimaksud.
- Setiap satu laporan permasalahan diberi angka
kredit (Penghulu Ahli Pertama: 0,060; Penghulu
Ahli Muda: 0,110 Penghulu Ahli Madya: 0,170; dan
Penghulu Ahli Utama: 0,220).

3) Bimbingan calon pengantin


a) melakukan kegiatan konseling/penasehatan terhadap
calon pengantin
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan analisis terhadap latar
belakang dan kondisi keberagamaan calon pengantin
sebagai dasar kebutuhan penasehatan, adapun format
naskah konseling sekurang-kurangnya berisikan
biodata calon pengantin, Pendidikan,
pemahaman/pelaksanaan ibadah rutin, pemahaman
hukum munakahat, pemahaman hak dan tanggung
jawab suami dan istri. (perlukah lampiran naskah...?)
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Naskah konseling/penasehatan terhadap calon
pengantin.
- Setiap satu naskah konseling/penasehatan diberi
angka kredit (Penghulu Ahli Pertama: 0,010;
Penghulu Ahli Muda: 0,020 Penghulu Ahli Madya:
0,030; dan Penghulu Ahli Utama: 0,040).
b) melakukan kegiatan pembinaan terhadap calon pengantin
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah menjadi narasumber pada
kegiatan pembinaan terhadap calon yang diadakan
oleh instansi pemerintah atau lembaga swadaya
masyarakat minimal 2 (dua) jam pelajaran setiap
memberi materi.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan pembinaan yang berisikan berupa surat
permohonan menjadi narasumber, materi yang
disampaikan, dan daftar hadir peserta.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit (Penghulu
Ahli Pertama: 0,020; Penghulu Ahli Muda: 0,040
Penghulu Ahli Madya: 0,060; dan Penghulu Ahli
Utama: 0,080).

4) Pelayanan nikah atau rujuk


a) melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
WNI
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah menghadiri dan mengawasi proses
layanan pencatatan nikah atau rujuk warga negara
Indonesia baik di kantor maupun di luar kantor serta
menetapkan legalitas akad nikah atau rujuk yang
dimulai dari menginput/membuat akta nikah sampai
buku nikah.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Dokumen surat tugas yang ditandatangani oleh
atasan untuk melakukan pelayanan nikah atau
rujuk.
- Setiap satu peristiwa pelayanan nikah atau rujuk
diberi angka kredit (Penghulu Ahli Pertama: 0,020;
Penghulu Ahli Muda: 0,030 Penghulu Ahli Madya:
0,050; dan Penghulu Ahli Utama: 0,060).
b) melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
terhadap pernikahan campuran
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah menghadiri dan mengawasi proses
layanan pencatatan nikah atau rujuk pernikahan
campuran baik di kantor maupun di luar kantor serta
menetapkan legalitas akad nikah atau rujuk yang
dimulai dari menginput/membuat akta nikah sampai
buku nikah.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Dokumen surat tugas yang ditandatangani oleh
atasan untuk melakukan pelayanan nikah atau
rujuk.
- Setiap satu peristiwa pelayanan nikah atau rujuk
diberi angka kredit (Penghulu Ahli Muda: 0,030
dan Penghulu Ahli Madya: 0,050).
c) melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
terhadap pernikahan WNA
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah menghadiri dan atau mengawasi
proses layanan pencatatan nikah atau rujuk
pernikahan warga negara asing baik di kantor
maupun di luar kantor serta menetapkan legalitas
akad nikah atau rujuk yang dimulai dari
menginput/membuat akta nikah sampai buku nikah.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Dokumen surat tugas yang ditandatangani oleh
atasan untuk melakukan pelayanan nikah atau
rujuk.
- Setiap satu peristiwa menghadiri pencatatan nikah
atau rujuk diberi angka kredit (Penghulu Ahli
Madya: 0,050 dan Penghulu Ahli Utama: 0,060).
d) melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk
dengan Bahasa Daerah/Indonesia
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan penasehatan terhadap
pasangan suami istri pada acara resepsi pernikahan
atau rujuk dengan Bahasa Daerah/Indonesia.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Naskah nasehat dan surat keterangan dari
pasangan suami/istri atau wali nikah atau rujuk.
- Setiap satu naskah dan surat keterangan diberi
angka kredit (Penghulu Ahli Pertama: 0,010;
Penghulu Ahli Muda: 0,020 Penghulu Ahli Madya:
0,030; dan Penghulu Ahli Utama: 0,040).
e) melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk
dengan Bahasa Arab/Inggris/Asing Lainnya
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan penasehatan terhadap
pasangan suami istri dengan Bahasa
Arab/Inggris/Asing Lainnya pada acara prosesi
pernikahan atau rujuk.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Naskah nasehat dan surat keterangan dari
pasangan suami/istri atau wali nikah atau rujuk.
- Setiap satu naskah dan surat keterangan diberi
angka kredit (Penghulu Ahli Pertama: 0,010,
Penghulu Ahli Muda: 0,020 dan Penghulu Ahli
Madya: 0,030, dan Penghulu Ahli Utama: 0,040).

5) Bimbingan Perkawinan
a) melakukan kegiatan pelayanan konsultasi nikah atau
rujuk
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan layanan konsultasi
tentang nikah atau rujuk/buku nikah rusak atau
hilang yang dimintakan oleh masyarakat dengan
menghadir pihak-pihak terkait (bila diperlukan) untuk
dimintai keterangan dan membuat berita acara
konsultasi yang hasilnya ditandatangani kedua belah
pihak.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk berita acara layanan
konsultasi.
- Setiap satu naskah berita acara diberi angka kredit
Penghulu Ahli Pertama: 0,020.
b) melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi nikah
atau rujuk
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan analisis dari sisi
peraturan dan hukum Islam terkait berita acara hasil
layanan konsultasi yang dimintakan oleh masyarakat
dengan membuat surat hasil analisis.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil analisis layanan
konsultasi nikah atau rujuk.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Pertama: 0,020.
c) melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan konsultasi
nikah atau rujuk.
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan tindaklanjut laporan
analisis/verifikasi layanan konsultasi dengan
melakukan kunjungan ketempat kejadian atau kepada
pihak yang berkonsultasi.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil pemantauan.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Pertama: 0,040.
d) melakukan kegiatan pelayanan konsultasi rumah tangga
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan layanan konsultasi
tentang kasus rumah tangga yang dimintakan oleh
masyarakat dengan menghadir pihak-pihak terkait
untuk dimintai keterangan (bila diperlukan) dan
membuatkan berita acara konsultasi yang hasilnya
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk berita acara layanan
konsultasi tentang kasus rumah tangga.
- Setiap satu naskah berita acara diberi angka kredit
Penghulu Ahli Muda: 0,080.
e) melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi rumah
tangga
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan analisis dari sisi
peraturan dan hukum Islam terkait berita acara hasil
layanan konsultasi tentang rumah tangga yang
dimintakan oleh masyarakat dengan membuat surat
hasil analisis.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil analisis
terhadap layanan konsultasi kasus rumah tangga.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Muda: 0,030.
f) melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan konsultasi
rumah tangga
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan tindaklanjut laporan
analisis/verifikasi layanan konsultasi tentang kasus
rumah tangga dengan melakukan kunjungan
ketempat kejadian atau kepada pihak yang
berkonsultasi.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil pemantauan.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Muda: 0,080.

g) melakukan kegiatan pelayanan konsultasi kepenghuluan


(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan layanan konsultasi
tentang kepenghuluan (etika/moral penghulu, istbat
nikah, nikah masal, dan lain-lain) yang dimintakan
oleh masyarakat dengan menghadir pihak-pihak
terkait (bila diperlukan) untuk dimintai keterangan
dan membuat berita acara konsultasi yang hasilnya
ditandatangani kedua belah pihak.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk berita acara layanan
konsultasi kepenghuluan.
- Setiap satu naskah berita acara diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,060.
h) melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi
kepenghuluan
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan analisis dari sisi
peraturan dan hukum Islam terkait berita acara hasil
layanan konsultasi kepenghuluan (etika/moral
penghulu, istbat nikah, nikah masal, dan lain-lain)
yang dimintakan oleh masyarakat dengan membuat
surat hasil analisis.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil analisis
terhadap layanan konsultasi kepenghuluan
(etika/moral penghulu, istbat nikah, nikah masal,
dan lain-lain).
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Madya: 0,050.
i) melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan konsultasi
kepenghuluan
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan tindaklanjut laporan
analisis/verifikasi layanan konsultasi kepenghuluan
(etika/moral penghulu, istbat nikah, nikah masal, dan
lain-lain) dengan melakukan kunjungan ketempat
kejadian atau kepada pihak yang berkonsultasi.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil pemantauan.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Madya: 0,120.
j) melakukan kegiatan pelayanan konsultasi hukum Islam
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan layanan konsultasi
hukum Islam (Fiqih mawaris, Fiqih ibadah, Fiqih
Muamalah, Fiqih Jinayah) yang dimintakan
masyarakat dengan menghadir pihak-pihak terkait
(bila diperlukan) untuk dimintai keterangan dan
membuat berita acara konsultasi yang hasilnya
ditandatangani kedua belah pihak.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk berita acara layanan
konsultasi.
- Setiap satu naskah berita acara diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,160.
k) melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi hukum
Islam
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan analisis dari sisi
peraturan dan hukumIslam terkait berita acara hasil
layanan konsultasi hukum Islam yang dimintakan
oleh masyarakat dengan membuat surat hasil analisis.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil analisis
terhadap layanan konsultasi.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Madya: 0,080.
l) melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan konsultasi
hukum Islam.
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan tindak lanjut laporan
analisis/verifikasi layanan konsultasi hukum Islam
dengan melakukan kunjungan ketempat kejadian atau
kepada pihak yang berkonsultasi.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil pemantauan.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Madya: 0,160.

c. Pengembangan kepenghuluan
1) koordinasi tentang perkawinan
a) mengkaji dan melakukan kegiatan koordinasi dengan
instansi lintas sektoral/vertikal/dan lembaga keagamaan
tentang nikah siri
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan kajian praktek nikah
siri yang beredar di media cetak/online atau
melakukan koordinasi dengan instansi lintas
sektoral/vertikal/dan lembaga keagamaan terkait
adanya praktik nikah siri yang dilakukan seseorang
atau kelompok masyarakat dengan menghasilkan
kajian atau hasil koordinasi dalam bentuk laporan
(latar belakang masalah, lokasi, pelaku, korban, dan
akibat pelanggaran hukum terhadap yang
bersangkutan dan masyarakat) terkait praktik nikah
siri yang terjadi dilingkungan masyarakat.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil kajian atau hasil
koordinasi.
- Surat tugas atau surat pemberitahuan koordinasi.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Pertama: 0,060; Penghulu Ahli Muda: 0,120.
b) melakukan kegiatan koordinasi dengan instansi lintas
sektoral/vertikal/dan lembaga keagamaan tentang buku
nikah palsu
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan koordinasi dengan
instansi lintas sektoral/vertikal/dan lembaga
keagamaan terkait ada atau pencegahan pemalsuan
buku nikah yang dimasyarakat.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil koordinasi.
- Surat tugas atau surat pemberitahuan koordinasi.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Pertama: 0,060; Penghulu Ahli Muda: 0,120.
c) melakukan kegiatan koordinasi dengan instansi lintas
sektoral/vertikal/dan lembaga keagamaan tentang
pemalsuan data pernikahan
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan koordinasi dengan
instansi lintas sektoral/vertikal/dan lembaga
keagamaan tentang ada atau pencegahan terjadinya
pemalsuan data pernikahan.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil koordinasi.
- Surat tugas atau surat pemberitahuan koordinasi.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Madya: 0,180.
d) melakukan kegiatan koordinasi dengan instansi lintas
sektoral/vertikal/dan lembaga keagamaan tentang
kekerasan dalam rumah tangga
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan koordinasi dengan
instansi lintas sektoral/vertikal/dan lembaga
keagamaan atau menjadi pemateri pada forum ilmiah
yang membahas tentang ada atau pencegahan
kekerasan dalam rumah tangga.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil koordinasi atau
makalah.
- Surat tugas atau surat pemberitahuan koordinasi.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Utama: 0,240.
e) melakukan kegiatan koordinasi dengan instansi lintas
sektoral/vertikal/dan lembaga keagamaan tentang
pelaksanaan pernikahan yang tidak sesuai dengan hukum
pernikahan Islam (munakahat)
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan koordinasi dengan
instansi lintas sektoral/vertikal/dan lembaga
keagamaan tentang ada atau pencegahan terjadinya
penyimpangan pelaksanaan pernikahan.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil koordinasi.
- Surat tugas atau surat pemberitahuan koordinasi.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Utama: 0,240.
f) melakukan kajian pengembangan kepenghuluan nasional
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah menyusun kajian pengembangan
regulasi perkawinan atau regulasi pembinaan
perkawinan atau regulasi jabatan fungsional penghulu
kemudian disampaikan kepada Direktur yang
membidangi kepenghuluan.
(2) Instrumen dan kreteria bukti fisik:
- Hasil kajian pengembangan kepenghuluan.
- Surat pengantar laporan hasil kajian.
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka kredit
Penghulu Ahli Utama: 0,900.

2) Pembinaan tentang perkawinan


a) mengkaji dan menyusun program/strategi/perencanaan
kegiatan pembinaan perkawinan
(1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan kajian terhadap
metode pembinaan terhadap calon pengantin/
keluarga atau melakukan penyusunan
program/strategi/perencanaan pembinaan
perkawinan kepada calon pengantin/keluarga.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil kajian atau susunan
program/strategi/perencanaan.
- Surat pengantar laporan hasil kajian atau susunan
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,140; Penghulu Ahli Utama:
0,180.
b) menginventarisasi dan menyusun bahan/materi kegiatan
pembinaan perkawinan
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan inventarisasi dan
menyusun bahan/materi kegiatan pembinaan
perkawinan terhadap calon pengantin/keluarga di
wilayah kecamatan tempat tugas dalam kurun waktu
1 tahun.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Jadwal bahan/materi pembinaan.
- Setiap satu laporan jadwal diberi angka kredit
Penghulu Ahli Pertama: 0,050.
c) melaksanakan kegiatan pembinaan perkawinan
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah menjadi panitia atau moderator
pada kegiatan pembinaan perkawinan yang diadakan
oleh KUA Kecamatan atau instansi lain.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat hasil pembinaan
- Surat keputusan sebagai panitia atau moderator
- Setiap satu laporan dan surat keputusan diberi
angka kredit (Penghulu Ahli Pertama: 0,050,
Penghulu Ahli Muda: 0,090 dan Penghulu Ahli
Madya: 0,140, dan Penghulu Ahli Utama: 0,180)

d) menyusun kajian pengembangan kegiatan pembinaan


perkawinan
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan kajian pengembangan
meteri pembinaan perkawinan kepada calon
pengantin/keluarga untuk kemudian disampaikan
kepada pejabat direktorat yang membidangi
kepenghuluan.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil kajian pengembangan materi
- Surat pengantar laporan hasil kajian
pengembangan
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,140; Penghulu Ahli Utama:
0,180
e) mengkaji dan menyusun program/strategi/perencanaan
kegiatan pembinaan keluarga sakinah
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan kajian dan
penyusunan program/strategi/perencanaan
pembinaan keluarga sakinah di wilayah tempat tugas
terhadap kelompok masyarakat, hasil kajian dan
susunan disampaikan kepada pejabat yang
membidangi kepenghuluan di tingkat provinsi.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil kajian dan susunan
program/strategi/perencanaan.
- Surat pengantar penyampaian hasil kajian dan
susunan
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,140; Penghulu Ahli Utama:
0,180
f) menginventarisasi dan menyusun bahan/materi kegiatan
pembinaan keluarga sakinah
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan inventarisasi dan
menyusun bahan/materi kegiatan pembinan keluarga
sakinah di wilayah kecamatan tempat tugas dalam
kurun waktu 1 tahun.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Jadwal bahan/materi pembinaan
- Setiap satu laporan jadwal diberi angka kredit
Penghulu Ahli Pertama: 0,050.
g) melaksanakan kegiatan pembinaan keluarga sakinah
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah menjadi panitia atau moderator
pada kegiatan pembinaan keluarga sakinah yang
diadakan oleh KUA Kecamatan atau instansi lain.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan dalam bentuk surat hasil pembinaan
- Surat keputusan sebagai panitia atau moderator.
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka kredit
(Penghulu Ahli Muda: 0,090 dan Penghulu Ahli
Madya: 0,140, dan Penghulu Ahli Utama: 0,180).
h) menyusun kajian pengembangan pembinaan keluarga
sakinah
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan kajian pengembangan
materi pembinaan keluarga sakinah untuk kemudian
disampaikan kepada pejabat Direktorat yang
membidangi kepenghuluan.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil kajian pengembangan materi
- Surat pengantar laporan hasil kajian
pengembangan
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,140; Penghulu Ahli Utama:
0,180
i) mengkaji dan menyusun program/strategi pembentukan
desa binaan
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan kajian dan
penyusunan program/strategi pembentukan desa
binaan di wilayah tempat tugas, hasil kajian dan
susunan disampaikan kepada pejabat yang
membidangi kepenghuluan di tingkat provinsi.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil kajian dan susunan
program/strategi.
- Surat pengantar penyampaian hasil kajian dan
susunan
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,270; Penghulu Ahli Utama:
0,360.
j) melakukan kegiatan pembentukan desa binaan keluarga
sakinah/kampung sakinah
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melaksanakan musyawarah
dengan pihak terkait dalam membentuk desa binaan
keluarga sakinah/kampung sakinah di
desa/kelurahan. Hasil pembentukan dituangkan
dalam surat keputusan Kepala KUA Kecamatan.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil pembentukan dalam bentuk surat
keputusan, surat undangan dan daftar hadir
peserta
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Pertama: 0,090; Penghulu Ahli Muda: 0,360.
k) melakukan kegiatan pembinaan/bimbingan teknis
terhadap desa binaan keluarga sakinah/kampung
sakinah
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah kegiatan penghulu melakukan
pembinaan/bimbingan teknis terhadap desa binaan
keluarga sakinah/kampung sakinah sebagai
narasumber minimal 2 jam pelajaran.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil pelaksanaan pembinaan/bimbingan
teknis berupa surat undangan narasumber, daftar
hadir peserta dan materi pembinaan.
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka kredit
Penghulu Ahli Muda: 0,090; Penghulu Ahli Madya:
0,140.
l) menyusun kajian pengembangan desa binaan keluarga
sakinah/kampung sakinah
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan penyusunan kajian
pengembangan desa binaan keluarga/kampung
sakinah dalam rapat penghulu ahli madya dan ahli
utama dengan menghasilkan sebuah analisa
perbaikan yang akan disampaikan kepada pimpinan
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil kajian pengembangan berupa
undangan rapat, daftar hadir rapat dan hasil
kajian yang disusun oleh masing penghulu.
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,140; Penghulu Ahli Utama:
0,180.

d. Bimbingan Masyarakat Islam


1) pembinaan masyarakat Islam
a) melakukan kegiatan observasi rukyat hilal
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan penglihatan posisi hilal
awal bulan hijriyah ditempat yang sudah ditentukan
secara bersama-sama.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil penglihatan hilal dan daftar hadir.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Pertama: 0,040; Penghulu Ahli Muda: 0,080;
Penghulu Ahli Madya: 0,120; Penghulu Ahli Utama:
0,160.
b) melakukan kegiatan pengukuran arah kiblat bagi
mushalla/langgar/masjid/tempat pemakaman
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan layanan permohonan
pengkajian dan pengukuran arah kiblat
mushalla/langgar/masjid/tempat pemakaman.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil layanan beserta surat-suratnya.
- Setiap satu laporan hasil layanan diberi angka
kredit Penghulu Ahli Pertama: 0,040; Penghulu
Ahli Muda: 0,080; Penghulu Ahli Madya: 0,120;
Penghulu Ahli Utama: 0,160.
c) melakukan kegiatan pembinaan manasik haji
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan kepada
calon jamaah haji/umroh pada acara manasik haji
yang diadakan oleh instansi pemerintah atau
kelompok bimbingan manasik haji sebagai
narasumber minimal 2 jam pelajaran.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan pembinaan manasik haji berupa surat
undangan dan materi pembinaan.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit Penghulu
Ahli Pertama: 0,020; Penghulu Ahli Muda: 0,040;
Penghulu Ahli Madya: 0,060; Penghulu Ahli Utama:
0,080.
d) melakukan kegiatan bimbingan teknis kemasjidan, pada:
(1) Masjid Desa/Kecamatan
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan atau
bimbingan kepada pengurus masjid desa/kelurahan
(masjid jami’) atau masjid kecamatan (masjid besar
kecamatan) tentang idarah, imarah, dan ri’ayah
sebagai narasumber minimal 2 jam pelajaran dalam
forum pembinaan.
- Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Laporan hasil pembinaan berupa surat
undangan, jadwal acara, daftar hadir peserta,
dan materi
 Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Pertama: 0,050; dan
Penghulu Ahli Muda 0,090.
(2) Masjid Kabupaten/Provinsi
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan atau
bimbingan kepada pengurus masjid kabupaten/kota
(masjid agung) tentang idarah, imarah, dan ri’ayah,
dalam bentuk rapat atau diskusi kelompok minimal
2 jam.
- Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Laporan hasil pembinaan berupa daftar hadir
dan materi pembinaan.
 Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Madya: 0,140.
(3) Masjid Provinsi/Nasional
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan atau
bimbingan kepada pengurus masjid
provinsi/nasional (masjid raya/negara) tentang
idarah, imarah, dan ri’ayah dalam rapat pengurus
dewan kemakmuran masjid.
- Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Laporan hasil pembinaan berupa daftar hadir
dan materi
 Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Utama: 0,180.
e) melakukan bimbingan teknis ZIS
(1) Desa/Kecamatan
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan dan
bimbingan teknis pengelolaan ZIS kepada unit
pengumpul zakat dalam rapat atau diskusi
- Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Laporan hasil pembinaan berupa surat-surat,
daftar hadir dan materi pembinaan
 Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Pertama: 0,050;
Penghulu Ahli Muda: 0,090.
(2) Kabupaten/Kota/Provinsi
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan dan
bimbingan teknis pengelolaan ZIS kepada lembaga
BAZNAS dalam bentuk rapat atau diskusi.
- Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Laporan hasil pembinaan berupa surat-surat,
daftar hadir dan materi pembinaan.
 Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Madya: 0,140.
(3) Provinsi/BAZNAS/LAZNAS
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan dan
bimbingan teknis pengelolaan ZIS kepada lembaga
BAZNAS dalam rapat atau diskusi
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil pembinaan berupa surat-surat,
daftar hadir, dan materi pembinaan.
 Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Utama: 0,180;
f) melakukan kegiatan pembinaan nazir wakaf dan wakif
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan dan
bimbingan kepada nazir dan wakif tentang peraturan
perundang-undangan tentang wakaf dalam forum
rapat atau diskusi yang diselenggaraka oleh KUA atau
lembaga lain.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil pembinaan berupa surat-surat,
daftar hadir dan materi pembinaan
- Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi angka
kredit Penghulu Ahli Pertama: 0,050; Penghulu
Ahli Muda: 0,090; Penghulu Ahli Madya: 0,140;
Penghulu Ahli Utama: 0,180.
g) menyusun telaahan/analisis/kajian terhadap issu aktual
keagamaan pada lingkup:
(1) Desa/Kecamatan
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan
telaahan/analisis/kajian terhadap paham
keagamaan dan konflik keagamaan dalam rapat
yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah
atau LSM.
- Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Laporan hasil telaahan/analisis/kajian berupa
surat-surat, daftar hadir, dan notulasi rapat.
 Setiap satu laporan hasil
telaahan/analisis/kajian diberi angka kredit
Penghulu Ahli Pertama: 0,050; Penghulu Ahli
Muda: 0,090.
(2) Kabupaten/Kota/Provinsi
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan
telaahan/analisis/kajian terhadap paham
keagamaan dan konflik keagamaan dalam rapat
yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah
atau LSM.
- Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Laporan hasil telaahan/analisis/kajian berupa
surat-surat, daftar hadir, dan notulasi rapat.
 Setiap satu laporan hasil
telaahan/analisis/kajian diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,140.
(3) Provinsi/Nasional
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan
telaahan/analisis/kajian terhadap paham
keagamaan dan konflik keagamaan dalam rapat
yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah
atau LSM..
- Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Laporan hasil telaahan/analisis/kajian berupa
surat-surat, daftar hadir, dan notulasi rapat.
 Setiap satu laporan hasil
telaahan/analisis/kajian diberi angka kredit
Penghulu Ahli Utama: 0,180.
h) menyusun rekomendasi terhadap hasil kajian isu aktual
keagamaan
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah membuat rekomendasi hasil
telaahan/analisis/kajian terhadap paham keagamaan
dan konflik keagamaan ditingkat desa/kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi/nasional yang dibuat dalam
bentuk surat yang disampaikan kepada pihak
pimpinan atau pemerintah daerah atau aparat
keamanan.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat rekomendasi.
- Setiap satu laporan rekomendasi
telaahan/analisis/kajian diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,160.
i) melakukan kegiatan pendampingan/penanganan potensi
konflik sosial keagamaan dengan:
(1) Tingkat Resiko I
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pendampingan dan
bimbingan kepada masyarakat yang terlibat konflik
sosial keagamaan di bidang pelaksanaan ibadah.
- Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Laporan hasil setiap 1 kali pendampingan.
 Setiap satu laporan pendampingan diberi angka
kredit Penghulu Ahli Pertama: 0,050.
(2) Tingkat Resiko II
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pendampingan dan
bimbingan kepada masyarakat yang terlibat konflik
sosial keagamaan di bidang pemahaman
keagamaan.
- Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Laporan hasil pendampingan.
 Setiap satu laporan pendampingan diberi angka
kredit Penghulu Ahli Muda: 0,090.
(3) Tingkat Resiko III
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pendampingan dan
bimbingan kepada masyarakat yang terlibat konflik
sosial keagamaan di bidang aliran keagamaan.
- Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Laporan hasil setiap 1 kali pendampingan.
 Setiap satu laporan pendampingan diberi angka
kredit Penghulu Ahli Madya: 0,270.
(4) Tingkat Resiko IV
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pendampingan dan
bimbingan kepada masyarakat yang terlibat konflik
sosial-keagamaan di bidang antar umat beragama.
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil setiap 1 kali pendampingan.
 Setiap satu laporan pendampingan diberi angka
kredit Penghulu Ahli Utama: 0,360.
j) menyusun program/strategi tindak lanjut terhadap
pendampingan/penanganan terhadap potensi/konflik
sosial keagamaan
(1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan rapat atau diskusi
penyusunan program/strategi tindak lanjut terhadap
pendampingan/penanganan terhadap potensi/konflik
sosial keagamaan terhadap pelaksanaan, pemahaman
keagamaan, aliran keagamaan dan antar umat
beragama.
(2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil penyusunan program berupa surat-
surat, daftar hadir dan rumusan program.
- Setiap satu laporan hasil penyusunan diberi angka
kredit Penghulu Ahli Utama: 0,180.

e. Pengembangan Profesi
1) Deskripsi umum
Pola umum pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi
Penghulu adalah kegiatan penyusunan karya ilmiah dibidang
kepenghuluan dan hukum Islam baik yang berkaitan dengan
materi/substansi maupun metode dan teknis
pelaksanaan/penerapannya di lapangan, yang jenisnya dapat
berupa:

a) penyusunan karya tulis ilmiah hasil penelitian atau


survei;

b) Penyusunan karya tulis ilmiah berupa hasil evaluasi atau


kajian atau tinjauan atau ulasan atau gagasan ilmiah;

c) Penyusunan karya tulis ilmiah hasil penerjemahan atau


penyaduran dari buku/kitab ilmiah; dan

d) Penyusunan pedoman atau petunjuk pelaksanaan suatu


kegiatan.
Adapun bentuk karya ilmiah dapat berupa buku, modul,
diktat, makalah, atau artikel yang memenuhi syarat-syarat
karya tulis ilmiah, yang sedikitnya memenuhi 3 (tiga) kriteria
sebagai berikut:
a) isi kajiannya memuat kebenaran ilmu pengetahuan
(benar, sahih, aktual, dan relevan), dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah/logis dengan
dukungan fakta empirik yang dapat dikaitkan dengan
landasan teori ilmu pengetahuan tertentu dan memiliki
nilai guna dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan
pembangunan masyarakat.
b) Langkah/proses penyusunan/penulisannya dilakukan
dengan mengunakan metode pengkajian serta tata cara
penulisan yang ilmiah dengan kriteria:
(1) Terdapat perumusan masalah yang didukung data
uraian latar belakang/permasalahan yang didasarkan
atas dasar data yang jelas.
(2) Terdapat rumusan hipotesis berdasarkan logika
deduksi dari landasan terori ilmu pengetahuan yang
telah ada sampai saat ini.
(3) Ada proses pengumpulan data/fakta empiris (kancah)
untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan
menggunakan logika induktif.
(4) Ada analisis masalah yang berisi pertautan antara
landasan teori dan fakta empirik terhadap topik
masalah yang dikaji/ditulis.
(5) Ada penarikan kesimpulan yang logis atas dasar
analisis yang dibuat dan saran-saran untuk
penerapan/pengembangan lebih lanjut.
c) Kerangka isi/sistimatika karya tulis ilmiah, pada
umumnya terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yakni:
(1) pendahuluan, terdiri atas latar belakang dan
perumusan masalah;
(2) isi, terdiri atas kajian teori dan analisis masalah;
(3) penutup, terdiri atas kesimpulan dan saran; dan
(4) daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.

2) Deskripsi Khusus
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang teknis
penyusunan beberapa bentuk karya tulis ilmiah seperti yang
telah dijelaskan pada deskripsi umum di atas, berikut ini
disajikan deskripsi khusus masing-masing bentuk karya tulis
ilmiah tersebut.
Kegiatan penyusunan karya ilmiah dalam bentuk
penyusunan buku atau modul atau diktat atau makalah atau
artikel atau karya terjemahan/saduran pada prinsipnya
sama, yaitu menggunakan pola umum penulisan karya ilmiah
sebagaimana diterangkan dalam deskripsi umum penulisan
karya ilmiah di atas.
Perbedaannya hanya akan dapat dilihat, minimal dari 3 (tiga)
segi, yaitu: (a) Cakupan isi/materi; (b) Cara penerbitan; (c)
Cakupan peredaran, yang didapat digambarkan sebagai
berikut:
No Bentuk Jenis karya Cakupan dan teknis Angka
Cara penerbitan Cakupan peredaran
. karya ilmiah ilmiah penulisan isi/materi kredit
1. Buku/Modul 1.Karyatulis Cakupan utuh terhadap Dicetak, 1. Beredar/disajikan 12,5
ilmiah hasil suatu bidang/sub bidang diterbitkan, secara nasional.
penelitian. keilmuan tertentu. mendapat nomor
Teknis penulisan buku ISBN, dan diakui oleh 2. Beredar/disajikan 8,00
scr deskriptif dalam Balitbang dan Diklat secara
bentuk bab. Modul Kementerian Agama. terbatas/internal/
disajikan dalam tidak
pemenggalan materi dipublikasikan
untuk setiap pokok secara luas.
bahasan.

2. Karyatulis Cakupan utuh terhadap Dicetak, Beredar/disajikan 8,00


ilmiah suatu bidang/sub bidang diterbitkan, secara nasional.
berupa keilmuan tertentu. mendapat nomor
tinjauan/ ISBN, dan diakui oleh 1. Beredar/disajikan 7,50
Teknis penulisan buku
ulasan scr deskriptif dalam Direktorat Urusan secara
ilmiah. bentuk bab. Modul Agama terbatas/internal/
disajikan dalam Islam dan tidak
pemenggalan materi Pembinaan Syariah dipublikasikan
untuk setiap pokok Kementerian Agama. secara luas.
bahasan.

7,00
3. Karyatulis Terjemahan/saduran Dicetak, 1. Beredar/disajikan
ilmiah hasil kitab/buku bahasa asing diterbitkan, secara nasional.
terjemahan/ ke dalam bahasa mendapat nomor 3,00
saduran. Indonesia secara utuh. ISBN, dan diakui oleh 2. Beredar/disajikan
Balitbang dan Diklat secara terbatas/
Kementerian Agama. internal/tidak
dipublikasikan
secara luas.

2. 6,00
Diktat/
Makalah/ 1.Karyatulis Resensi buku/hasil 1. Ditulis dalam 1. Beredar/disajikan
Paper/Artikel ilmiah hasil penelitian yang cakupan majalah/surat secara nasional.
4,00
penelitian. materinya padat. kabar.
2. Beredar/disajikan
2. Disajikan dalam secara
forum ilmiah. terbatas/lokal.
4,00
2. Karyatulis
Tinjauan/ulasan 1. Beredar/disajikan
ilmiah 1. Artikel ditulis dalam
ilmiah terhadap suatu secara nasional.
berupa majalah/surat
tinjauan/ aspek keilmuan yang 3,50
berkaitan dengan bidang kabar.
ulasan 2. Beredar/disajikan
ilmiah. kepenghuluan dan
hukum Islam. 2. Diktat/makalah/ secara
Paper disajikan terbatas/lokal.
dalam forum ilmiah.

3,00
1. Beredar/disajikan
3. Karyatulis secara nasional.
Terjemahan/saduran Dicetak, diterbitkan, 1,50
ilmiah hasil
kitab/buku bahasa asing dan diakui oleh
terjemahan/ 2. Beredar/disajikan
ke dalam bahasa Balitbang dan Diklat
saduran. secara
Indonesia secara utuh. Kementerian Agama.
terbatas/internal/
tidak
dipublikasikan
secara luas.
3)
4) Instrumen dan kriteria bukti fisik
a) Penulisan karya ilmiah dapat dilakukan secara mandiri
oleh seorang Penghulu dan dapat juga dilakukan secara
bersama dalam bentuk tim yang terdiri dari beberapa
orang Penghulu dengan ketentuan pemberian angka
kredit didasarkan pada Pasal 26 Permenpan Nomor 9
Tahun 2019, yaitu untuk penulis utama memperoleh
60% dari nilai angka kredit yang ditetapkan dan untuk
semua penulis pembantu membagi rata nilai 40 % dari
angka kredit yang ditetapkan dengan ketentuan jumlah
penulis pembantu dibatasi sebanyak-banyaknya 3 (tiga)
orang.
b) Bukti fisik adalah naskah asli/orsinil, dan khusus untuk:
(a) karya ilmiah dalam bentuk artikel yang ditulis dalam
majalah/surat kabar dengan mengirimkan asli
majalah/surat kabar tersebut; (b) diktat/makalah/paper
disahkan oleh penyelenggara forum ilmiah tersebut
beserta bukti surat undangan/sertifikat/keterangan dari
penyelenggara forum ilmiah dimana karya tulis ilmiah
tersebut disajikan.

Contoh:
1) Sub Unsur menyusun karya tulis/karya ilmiah di bidang
kepenghuluan dan hukum Islam.
a) membuat karya tulis/ilmiah/hasil
penelitian/pengkajian/survey/evaluasi dalam bidang
Kepenghuluan dan Hukum Islam yang dipublikasikan.

Safrizal, S.Ag, M.Ag (penulis utama) dan Rakhmad


Su'ad Al'am S.HI (penulis pembantu), Penghulu pada
KUA Kecamatan Pulau Rakyat Kabuapten Asahan,
membuat karya ilmiah dalam bentuk buku berjudul
tentang hasil penelitian tentang “sistem perkawinan di
suku mandailing” sudah diterbitkan, dan telah
disahkan oleh Balitbang Agama Kementerian Agama
serta diedarkan secara nasional. Sebagai penulis
utama, Safrizal, S.Ag, M.Ag mendapatkan angka kredit
sebesar 60% x 12,5 = 7,5; sedangkan Rakhmad Su'ad
Al'am S.HI sebagai satu-satunya penulis pembantu
mendapatkan angka kredit sebesar 40% x 12,5 = 5,0.

Zainuddin, S.Ag (penulis utama) serta Nusirwan, S.Ag.


MH. dan Pahruroji, S.HI (masingmasing sebagai
penulis pembantu), Penghulu pada KUA Kecamatan
Cengkareng, DKI Jakarta membuat karya ilmiah
berupa tinjauan/ulasan ilmiah dalam bentuk buku
berjudul “Pengembangan hukum wakaf prduktif di DKI
Jakarta sudah diterbitkan, dan diedarkan secara
nasional.

Zainuddin, S.Ag mendapat angka kredit sebesar 60% x


12,5 = 7,5; sedangkan Pahruroji, S.HI dan Nusirwan,
S.Ag. MH. masing-masing sebagai penulis pembantu
mendapat angka kredit 0,5 x 40% x 12,5 = 2,5.

b) membuat karya tulis/ilmiah/hasil


penelitian/pengkajian/ survey/evaluasi di bidang
Kepenghuluan dan Hukum Islam yang tidak
dipublikasikan tetapi didokumentasikan di
perpustakaan.

Nadhrial, S.Ag (penulis utama) dan H. Andrizal, S.Ag,


(penulis pembantu) membuat karya ilmiah dalam
bentuk buku mengenai masalah Perkawinan di
Sumatera Barat dan dimuat dalam Majalah
Perencanaan Pembangunan. Sebagai penulis utama
Nadhrial, S.Ag mendapatkan angka kredit sebesar 60%
x 8 = 4,80. Sedangkan H. Andrizal, S.Ag, sebagai
penulis pembantu mendapatkan angka kredit sebesar
40% x 8 = 3,20.

Sekelompok Penghulu, terdiri 5 orang, dari KUA


Kecamatan di Kota Pekanbaru Provinsi Riau
melakukan penelitian mengenai Perkawinan pada
Budaya Melayu. Hasil penelitian ini dimuat sebagai
artikel dalam majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI.
Mengingat jumlah penulis lebih dari yang disyaratkan,
maka buku ini tidak dinilai.
c) membuat karya tulis/ilmiah berupa tinjauan atau
ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di Bidang
Kepenghuluan dan Hukum Islam yang dipublikaskan.

Muhammad Ridwan, S.Ag (penulis utama) dan Zainal


Nahra, S.Ag (penulis kedua) menulis tinjauan ilmiah
mengenai “Prospek Pencatatan Perkawinan Tahun
2021”, diterbitkan dalam bentuk buku, dan
dipublikasikan secara nasional. Sebagai penulis
utama, Muhammad Ridwan, S.Ag. mendapatkan
angka kredit sebesar 60% x 8 = 4,8; sedangkan Zainal
Nahra, S.Ag sebagai penulis pembantu mendapatkan
angka kredit sebesar 40% x 8 = 3,2.

Arofah, S.HI, M.H (penulis utama) dan Muhmmad


Sahid, S.Ag (penulis kedua) menulis tinjauan singkat
dalam bentuk artikel mengenai ”Perkawinan Via
Telekonfren” serta dimuat dalam Majalah Perencanaan
Pembangunan (diakui oleh LIPI). Sebagai penulis
utama, Arofah, S.HI, M.H mendapatkan angka kredit
sebesar 60% x 4 = 2,4; sedangkan Muhmmad Sahid,
S.Ag sebagai penulis pembantu mendapatkan angka
kredit sebesar 40% x 4 = 1,6.

d) karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil


gagasan sendiri dalam bidang kepenghuluan dalam
hukum Islam yang tidak dipublikasikan

Hendi Jekson, S.HI (penulis utama) dan Okto Jumadi,


S.HI, (penulis pembantu), Penghulu pada KUA
Kecamatan Kampung Melayu kabupaten Bengkulu
Provinsi Bengkulu menulis buku berjudul ”Metode
Penyusunan Program Moderasi Beragama” Buku
tersebut tidak diterbitkan, namun digunakan sebagai
salah satu bahan mata kuliah (modul) dalam diklat
Kepenghuluan di Bengkulu. Sebagai penulis utama,
Hendi Jekson, S.HI mendapatkan angka kredit sebesar
60% x 7,5 = 4,5 ; sedangkan Okto Jumadi, S.HI
sebagai penulis pembantu mendapatkan angka kredit
sebesar 40 % x 7,5 = 3.

Drs. H. Anwar, M.HI (penulis utama) dan H. Nanang


Suherman, S.Ag, M.Si. (penulis pembantu), Penghulu
pada KUA Kecamatan Banyuasin I, Banyuasin
Sumatera Selatan menulis makalah mengenai
”Perkawinan Campuran”. Makalah tersebut digunakan
sebagai salah satu bahan mata kuliah diklat
Kepenghuluan di Provinsi Sumatera Selatan. Sebagai
penulis Utama Drs. H. Anwar, M.HI mendapatkan
angka kredit sebesar 60%, x 3,5 = 2,1; sedangkan H.
Nanang Suherman, S.Ag, M.Si. sebagai penulis
pembantu mendapatkan angka kredit sebesar 40% x
3,5 = 1,4.

e) karya tulis ilmiah di bidang kepenghuluan dan Hukum


Islam yang disebarluaskan melalui media masa yang
merupakan satu kesatuan

Burhasan, S.Ag (penulis utama) dan Drs. Darlis


(penulis pembantu), Penghulu, menulis artikel populer
mengenai ”Bahaya Pernikahan di Bawah Umur” dan
dimuat dalam harian umum Kompas. Sebagai penulis
utama Burhasan, S.Ag mendapat angka kredit sebesar
60% x 2 = 1,2; sedangkan Drs. Darlis sebagai penulis
pembantu mendapatkan nilai kredit sebesar 40% x 2 =
0,8.

f) menyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan,


atau ulasan ilmiah dalam pertemuan ilmiah di bidang
Penghuluan dan hukum Islam

Drs. H. Komar Hoeruddin (penggagas utama) dan


Solihin, S.HI (penggagas pembantu), Penghulu pada
KUA Kecamatan Banjarsari Kabupaten Lebak Provinsi
Banten, mempunyai gagasan mengenai ”Kebijakan
Baru Hukum Perkawinan Islam”; kemudian
mengutarakannya dalam seminar yang melibatkan
beberapa instansi terkait. Sebagai penggagas utama,
Drs. H. Komar Hoeruddin mendapatkan angka kredit
60% x 2,5 = 1,5; sedangkan Solihin, S.HI
mendapatkan angka kredit sebesar 40% x 2,5 = 1,0.

2) Sub unsur penerjemahan/penyaduran buku dan karya


ilmiah lain di bidang kepenghuluan dan hukum Islam
(1) menerjemahkan/saduran buku atau karya ilmiah di
bidang kepenghuluan dan hukum Islam yang
dipublikasikan
(a) Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional
Muhammad Faiz Arrauhi, S.HI (penulis utama) dan
Mulky Sulaiman, S.HI (penulis pembantu),
Penghulu pada KUA Kecamatan Kepulauan Seribu
Selatan Provinsi DKI Jakarta menyadur buku
“Hukum Islam” dalam dua volumej (I dan II). Untuk
setiap volumenya, Muhammad Faiz Arrauhi, S.HI
sebagai penulis utama mendapatkan angka kredit
sebesar 60% x 7 = 4,2; sedangkan Mulky
Sulaiman, S.HI sebagai penulis pembantu
mendapatkan angka kredit sebesar 40% x 7 = 2,8.
(b) Dalam bentuk makalah/artikel dalam majalah
yang diakui oleh LIPI
UU Puadin, S.Ag. (penulis utama) dan Sirojuddin,
MH (penulis pembantu), Penghulu pada KUA
Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung Provinsi
JAwa Barat menyadur makalah mengenai aturan
dan dimuat dalam majalah ilmiah yang diakui oleh
LIPI. Sebagai penulis utama, UU Puadin, S.Ag.
mendapatkan angka kredit sebesar 60% x 3,5 =
2,1; sedangkan Sirojuddin, MH sebagai penulis
pembantu mendapatkan angka kredit sebesar 40%
x 3,5 = 2,1.
(2) menerjemahkan/penyaduran di bidang kepenghuluan
dan hukum Islam yang tidak dipublikasikan
(a) Dalam bentuk buku
Drs. Fadlil Munawir (penulis utama) dan
Musobihin, S.Ag. MH (penulis pembantu),
Penghulu KUA Kecamatan Banjarnegara
Kabupaten Banjarnegara, menterjemahkan buku
”Filsafat Hukum Islam”, tidak diterbitkan, tetapi
digunakan sebagai bahan kuliah pada salah satu
universitas swasta di Semarang. Sebagai penulis
utama, Drs. Fadlil Munawir mendapatkan angka
kredit sebesar 60% x 3 = 1,8; sedangkan
Musobihin, S.Ag. MH sebagai penulis pembantu
mendapatkan angka kredit sebesar 40% x 3 = 1,2.
(b) Dalam bentuk makalah
Mas’ud, S.Ag. M.HI dan Abdul Latif, S.Pd.I
menyadur makalah mengenai konsep ”Hukum
Perkawinan di Indonesia” dan memaparkannya
dalam seminar intern. Dalam hal ini, Mas’ud, S.Ag.
M.HI dan Abdul Latif, S.Pd.I masing-masing
mendapatkan angka kredit sebesar 60% x 1,5 = 0,9
dan 40% x 1,5 = 0,6.
(3) Sub unsur menyusun pedoman/petunjuk teknis
kepenghuluan dan hukum Islam
(1) menyusun pedoman standar/ketentuan
pelaksanaan /penyelenggaraan kepenghuluan dan
hukum Islam
(a) Deskripsi Kegiatan:
Kegiatan ini adalah kegiatan penghulu
menyusun pedoman standar penyelenggaraan
layanan pengembangan kepenghuluan dan
bimbingan masyarakat Islam untuk satu
kabupaten/kota, yang dibuat oleh penghulu
kemudian dibahas dalam forum APRI.
(b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Naskah pedoman standar pedoman
penyelenggaraan layanan pengembangan
kepenghuluan dan bimbingan masyarakat
Islam yang ditandatangani oleh yang
bersangkutan, APRI dan atasan langsung.
Setiap satu naskah materi diberi angka kredit
5,00.
Contoh:
Samanto S.Ag, Penghulu Muda pada KUA
Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, DI
Yogyakarta menyusun pedoman standar
penyelenggaraan layanan pengembangan
kepenghuluan dalam konsultasi nikah atau
rujuk, dengan hasil laporan yang berisikan
pedoman Samanto, S.Ag mendapatkan angka
kredit sebesar 5,00.
(2) menyusun pedoman umum petunjuk teknis
kepenghuluan dan hukum Islam
(a) Deskripsi Kegiatan:
Kegiatan Penghulu menyusun pedoman umum
penyelenggaraan layanan kepenghuluan dan
hukum Islam dalam membuat bentuk standar
operasional prosedur (SOP) layanan di bidang
pengembangan kepenghuluan dan bimbingan
masyarakat Islam yang dibahas dalam forum
APRI.
(b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Naskah SOP penyelenggaraan layanan
pengembangan kepenghuluan dan bimbingan
masyarakat Islam yang ditandatangani oleh
penghulu yang bersangkutan diketahui oleh
APRI dan atasan langsung.
Setiap satu naskah materi diberi angka kredit
3,00.

2. Unsur Penunjang
a) Sub unsur pengajar/pelatih di bidang kepenghuluan dan hukum
Islam
Mengajar atau melatih yang berkaitan dengan bidang
kepenghuluan dan hukum Islam.
1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan Penghulu mengajar/melatih pada berbagai forum
seminar, lokakarya, pendidikan dan pelatihan/bimbingan
dalam bidang kepenghuluan dan Hukum Islam yang
dilakukan oleh lembaga pemerintah atau LSM.
2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Surat tugas atau surat keterangan mengajar dari
penyelenggara pendidikan/pelatihan yang bersangkutan,
dengan kriteria:
Setiap kali mengajar/melatih selama 2 jam pelajaran @ 45
menit diberi angka kredit 0,040.
Contoh:
Imam Subakir, S.HI, Penghulu Muda, ditugaskan mengajar
mata pelatihan ”Hukum Munakahat” pada suatu diklat teknis
fungsional di Balai Diklat Jakarta sebanyak 4 jam pelajaran.
Dengan menunjukkan surat tugas mengajar dan surat
keterangan mengajar dari penyelenggara diklat (Balai Diklat
Jakarta), Imam Subakir, S.HI, mendapatkan angka kredit
sebesar (4/2) x 0,040 = 0,080.
b) Sub unsur peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi di
bidang kepenghuluan dan hukum Islam.
1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan Penghulu mengikuti sebagai peserta,
moderator/pembahas/narasumber, dan pemrasaran dalam
seminar/lokakarya/konfrensi baik dalam tingkat
kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan internasional yang
membahas masalah yang berkaitan dengan bidang tugas
kepenghuluan dan hukum Islam.
2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Fotokopi makalah sajian dan sertifikat/surat keterangan dari
penyelenggara seminar, dengan kriteria:
Sebagai peserta mendapat angka kredit 1,00;
Sebagai moderator/pembahas/narasumber mendapat angka
kredit 2,00;
Sebagai pemrasaran mendapat angka kredit 3,00.
Contoh:
Husni Mubarak, S.Th.I Penghulu Muda pada KUA Kecamatan
Batu Mandi Kabupaten Balangan Kalimantan Barat diundang
sebagai pemrasaran pada sebuah seminar nasional dengan
topik “Perubahan Paradigma Pelayanan Isbat Nikah” di UIN
Kalimantan Selatan. Dengan menunjukkan surat keterangan
dari penyelenggara seminar, Husni Mubarak, S.Th.I
memperoleh angka kredit sebesar 3,00.
Pada kesempatan lain, H. Saleh, S.Ag Penghulu Muda pada
KUA Kecamatan Jenamas Kabupaten Barito Selatan
Kalimantan Tengah diundang sebagai moderator pada
seminar internasional dibidang tugas kepenghuluan dan
hukum Islam di Bandung. Dengan menunjukkan surat
keterangan dari Panitia seminar tersebut, H. Saleh, S.Ag
mendapatkan angka kredit sebesar 2,00.
Sudirman, S.Ag. pada tahun 2019 diundang sebagai peserta
workshop di UIN Makasar, tentang “Akuntabilitas Pelayanan
Di Bidang Pembinaan Keluarga” di UIN Makasar. Pada tahun
2018, Sudirman, S.Ag. menghadiri Seminar ”Pelayanan KUA
Pada Masyarakat” di Jakarta. Apabila Sudirman, S.Ag. dapat
menunjukkan sertifikat sebagai peserta pada beberapa
seminar dan workshop tersebut, maka yang dapat diakui dan
mendapatkan angka kredit adalah sebesar 2 x 1,00 = 2,00,
yaitu angka kredit yang berasal dari 2 seminar pada 2019 dan
1 seminar pada 2018.
c) Sub unsur menjadi anggota dalam organisasi profesi Penghulu
(angka kredit 1,0 untuk pengurus aktif dan 0,75 untuk anggota
aktif per tahun, semua jenjang)
1) Deskripsi kegiatan:
Penghulu menjalankan tugas sebagai pengurus inti atau
anggota pengurus organisasi profesi dalam bidang pembinaan
dan pengembangan profesi kepenghuluan, antara lain APRI
(Asosiasi Penghulu Republik Indoensia) atau profesi hukum
Islam.
2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Keputusan Pengurus Organisasi Profesi.
Penghulu yang menjadi pengurus aktif diberikan angka kredit
sebesar 1,00 setiap tahunnya.
Penghulu yang menjadi anggota pengurus aktif diberikan
angka kredit sebesar 0,75 setiap tahunnya.
Contoh:
Pada periode tahun 2019-2024, Zulfian, S.HI diangkat
menjadi Ketua APRI Kabupaten Bau-bau, maka pada saat
penilaian tahun 2021, Zulfian, S.HI memperoleh angka kredit
sebesar 1.
Apabila Zulfian, S.HI hanya sebagai anggota aktif pengurus
APRI (minimal memenuhi kewajiban sebagai sekjen, anggota,
dan menghadiri secara aktif kegiatan yang diselenggarakan
oleh Pokjahulu minimal 25 %), maka ia memperoleh angka
kredit 0,75.
d) Sub unsur menjadi anggota dalam tim penilai angka kredit
jabatan fungsional Penghulu (angka kredit 0,5. setiap satu tahun,
berlaku untuk semua jenjang)
1) Deskripsi kegiatan:
Penghulu yang menjadi anggota tim penilai angka kredit dan
aktif melakukan kegiatan penilaian, minimal dalam 2 (dua)
periode penilaian yang dibuktikan dengan surat keterangan
kegiatan APRI, Penghulu yang bersangkutan telah dapat
memperoleh angka kredit sebesar 0,5 untuk setiap tahun
masa keanggotaan.
2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Keputusan pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit
tentang pembentukan dan penetapan tim penilai angka
kredit.
Surat keterangan/surat penyataan dari ketua tim penilai
yang bersangkutan.
Contoh:
Muhlis Isini, S.Ag, Penghulu Muda, golongan ruang III/c di
Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tengah,
diangkat menjadi Wakil Ketua merangkap anggota Tim Penilai
Propinsi dalam masa jabatan 2020 - 2025. Pada tahun 2021,
Muhlis Isini, S.Ag, mengajukan usulan kenaikan pangkat
menjadi Golongan Ruang III/d. Apabila Muhlis Isini, S.Ag,
memasukkan kegiatan keanggotaan Tim Penilai sebagai salah
kegiatan yang dinilai, maka yang bersangkutan mendapatkan
angka kredit sebesar 1 tahun x 0,5 = 0,5.
e) Sub unsur melakukan kegiatan pengabdian masyarakat (angka
kredit 1,0. setiap satu tahun, berlaku untuk semua jenjang)
1) Deskripsi kegiatan
Penghulu yang melakukan kegiatan pengabdian masyarakat
sebagai pengurus lembaga keagamaan yang bergerak di
bidang dakwah dapat memperoleh angka kredit sebesar 1,0
untuk setiap tahun masa pengabdian.
2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Surat Keputusan/Keterangan/Surat Pernyataan dari kepala
desa/lurah/tokoh/pemuka masyarakat.
Contoh:
Pada periode tahun 2018 s.d 2022, Husni, S.Ag, Penghulu
Pertama di KUA Kecamatan Belo Kabupaten Bima melakukan
kegiatan memberikan sosialisasi tentang pentingnya
pencatatan perkawinan pada masyarakat di lingkungan
Kecamatan Belo. Dengan menunjukkan surat keterangan dari
kepala desa/lurah/tokoh/pemuka masyarakat, maka pada
saat penilaian tahun 2021, Husni, S.Ag, memperoleh angka
kredit sebesar 2,0.
f) Sub unsur menjadi anggota delegasi dalam misi keagamaan
(berlaku untuk semua jenjang)
1) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan Penghulu menjadi tim delegasi dalam misi
keagamaan (misi seni budaya keagamaan, konferensi
keagamaan, MTQ, perjalanan Haji, studi banding/muhibah
keagamaan) berdasarkan surat penugasan dari atasan
langsung/pimpinan instansi yang terkait.
2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Keputusan tim delegasi dan/atau surat
keterangan/penugasan. Atasan langsung/pimpinan instansi
yang terkait, dengan kriteria sebagai berikut:
Ketua delegasi:
Tingkat internasional mendapat angka kredit 2,00.
Tingkat nasional/provinsi mendapat angka kredit 1,00.
Anggota delegasi:
Tingkat internasional mendapat angka kredit 1,00.
Tingkat nasional/provinsi mendapat angka kredit 0,50.
Contoh:
Chairul Wella S.Ag. Penghulu pada KUA Kecamatan
Nangapanda Kabuapten Ende, mendapatkan tugas dari
Menteri Agama untuk menjadi anggota tim delegasi dalam
rangka studi banding/muhibah keagamaan di Kuala Lumpur
Malaysia. Dengan menunjukkan SK anggota tim tersebut dan
surat penugasannya, Chairul Wella, S.Ag mendapatkan angka
kredit sebesar 2,00.
g) Sub unsur memperoleh penghargaan/tanda jasa di bidang Satya
Lencana Karya Satya (berlaku untuk semua jenjang)
1) Deskripsi kegiatan
Kegiatan Penghulu memperoleh tanda jasa Satya Lencana
Karya Satya, dan penghargaan lainnya (citra pelayanan
prima, Penghulu teladan, dan lain-lain).
2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Fotokopi keputusan/keterangan/tanda jasa dari instansi
yang berwenang, dan disahkan oleh Kepala KUA, dengan
kriteria sebagai berikut:
Tanda jasa Satya Lencana Karya Satya 30 tahun atau
penghargaan lainnya tingkat nasional diberikan angka kredit
sebesar 3,00.
Tanda jasa Satya Lencana Karya Satya 20 tahun atau
penghargaan lainnya tingkat provinsi diberikan angka kredit
sebesar 2,00.
Tanda jasa Satya Lencana Karya Satya 10 tahun atau
penghargaan lainnya tingkat kabupaten/kota diberikan
angka kredit sebesar 1,00
Ketentuan perolehan angka kredit untuk Satya Lencana
Karya Satya mengikuti ketentuan ini, sedangkan perolehan
angka kredit untuk penghargaan lainnya dinilai pada tingkat
yang terakhir saja.
Contoh:
H. ADNAN YELIPELE, SHI., MA.Hk Penghulu Muda pada KUA
Kecamatan Wamena Kota, Kabupaten Jayawijaya, Papua
telah mengabdi menjadi PNS selama 21 tahun. Untuk jasanya
tersebut, Drs. Johanes mendapatkan angka kredit sebesar
2,00.
h) Sub unsur memperoleh gelar kesarjanaan lainnya (berlaku untuk
semua jenjang)
1) Deskripsi kegiatan
Penghulu mengikuti pendidikan selain di bidang
syariah/hukum Islam dan memperoleh gelar kesarjanaan,
dengan angka kredit yang dapat diberikan untuk Doktor (S3)
sebesar 15,00; Master (S2) sebesar 10,00 dan Sarjana (S1)
sebesar 5,00.
Ditjen Bimas Islam atas nama Menteri Agama bekerja sama
dengan Ditjen Pendidikan Islam menetapkan jenis dan
kualifikasi pendidikan tertentu yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugas Penghulu.
2) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Ijazah kesarjanaan yang telah dilegalisir instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Contoh:
Umar Rumanama, S.HI Penghulu di KUA Kecamatan
Bomberay, Kabupaten Fak-Fak Papua Barat mengikuti
pendidikan S2 Magister Pendidikan (MPd) pada sebuah
universitas. Karena yang bersangkutan memperoleh gelar S2
yang tidak sesuai dengan bidang tugas Penghulu, maka yang
bersangkutan hanya memperoleh angka kredit sebesar 10,00.
BAB V
SASARAN KERJA PEGAWAI, PENILAIAN KINERJA
DAN KONVERSI HASIL PENILAIAN KINERJA, SERTA SANKSI

A. Sasaran Kinerja Pegawai


a. Pada awal tahun, setiap jabatan fungsional Penghulu wajib
menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang akan dilaksanakan
dalam 1 (satu) tahun berjalan.
b. SKP jabatan fungsional Penghulu disusun berdasarkan penetapan
kinerja unit kerja yang bersangkutan.
c. SKP untuk masing-masing jenjang jabatan diambil dari butir
kegiatan sebagai turunan dari penetapan kinerja unit dengan
mendasarkan kepada tingkat kesulitan dan syarat kompetensi
untuk masing-masing jenjang jabatan.
d. SKP yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada angka 1
harus disetujui dan ditetapkan oleh atasan langsung.
e. SKP Penghulu ditandatangani oleh Kepala KUA dan Kankemang
f. SKP kepala KUA ditandatangani oleh Kepala Kankemanag dan
kepala kanwil
B. Penilaian Kinerja dan Konversi Hasil Penilaian Kinerja (tanyaBKN)
1. Angka kredit kumulatif untuk kenaikan pangkat dan jabatan
fungsional Penghulu ditetapkan berdasarkan hasil penilaian
kinerja jabatan fungsional Penghulu.
2. Hasil penilaian kinerja dikonversi ke dalam angka kredit kumulatif
sebagai berikut:
a. nilai kinerja sebesar 91 ke atas atau dengan sebutan sangat
baik mendapatkan angka kredit sebesar 150% dari angka
kredit yang harus dicapai setiap tahun;
b. nilai kinerja sebesar 76 - 90 atau dengan sebutan baik
mendapatkan angka kredit sebesar 125% dari angka kredit
yang harus dicapai setiap tahun;
c. nilai kinerja sebesar 61 - 75 atau dengan sebutan cukup
mendapatkan angka kredit sebesar 100% dari angka kredit
yang harus dicapai setiap tahun;
d. nilai kinerja sebesar 51 - 60 atau dengan sebutan kurang
mendapatkan angka kredit sebesar 75% dari angka kredit
yang harus dicapai setiap tahun;
e. Nilai kinerja sebesar 50 ke bawah atau dengan sebutan buruk
mendapatkan angka kredit sebesar 50% dari angka kredit
yang harus dicapai setiap tahun.
3. Penilaian kinerja Jabatan Fungsional Penghulu dilakukan secara
objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan.
4. Untuk mendukung objektivitas dalam penilaian kinerja, jabatan
fungsional Penghulu wajib mendokumentasikan hasil kerja yang
diperoleh sesuai dengan SKP yang ditetapkan setiap tahunnya.
C. Target Angka Kredit Minimal Setiap Tahun
Angka kredit yang harus dicapai setiap tahun
1. Penghulu Ahli Pertama
a. pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a, angka kredit
minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar 12,5; dan
b. pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang lll angka
kredit minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar I2,5.
2. Penghulu Ahli Muda
a. pangkat Penata, golongan ruang III/c, angka kredit minimal
yang harus dicapai setiap tahun sebesar 25; dan
b. Pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, angka kredit
minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar 25.
3. Penghulu Ahli Madya
a. pangkat Pembina, golongan ruang IV/a, angka kredit minimal
yang harus dicapai setiap tahun sebesar 37,5;
b. pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b, angka
kredit minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar 37,5;
dan
c. pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c, angka
kredit minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar 37,5
4. Penghulu Ahli Utama
a. pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d, angka
kredit minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar 50;
dan
b. pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e, angka kredit
minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar 50.
D. Sanksi
1. Jabatan fungsional Penghulu akan mendapatkan sanksi disiplin,
apabila pencapaian sasaran kerja akhir tahun sebagai berikut:
a. Pejabat fungsional penghulu yang hanya mencapai 25% (dua
puluh lima persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen)
dijatuhi hukuman tingkat sedang sesuai peraturan
perundang-undangan.
b. Pejabat fungsional Penghulu yang hanya mencapai kurang
dari 25% (dua puluh lima persen) dijatuhi hukuman tingkat
berat sesuai peraturan perundang-undangan.
2. Jabatan fungsional Penghulu yang melakukan pelanggaran kode
etik dan kode perilaku dijatuhi sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Jabatan fungsional Penghulu yang melakukan pelanggaran
kedisiplinan dijatuhi hukuman sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Mohon tambahan

BAB VI
PENYELANGGARAAN UJI KOMPETENSI PENGHULU

Penyelenggaraan Uji Kompetensi untuk pengangkatan dalam Jabatan


Fungsional Penghulu dilaksanakan bagi:
a. Perpindahan Jabatan;
b. Promosi; dan
c. Naik Jabatan
A. Uji Kompetensi
Komptensi yang akan diuji berdasarkan peraturan perundang-
undangan meliputi:
a. Kompetensi teknis;
b. Kompetensi manajerial; dan
c. Kompetensi sosial kultural;
Kompetensi teknis merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang
spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan.
Kompetensi manajerial merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi.
Kompetensi sosial kultural merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait
dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam
hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika,
nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap
pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran,
fungsi dan Jabatan.
B. Metode dan Materi Uji Kompetensi Teknis
1. Metode uji kompetensi yang digunakan:
a. psikotes;
b. wawancara kompetensi; dan
c. simulasi;
Psikotes merupakan tes dengan menggunakan berbagai alat
tes psikologi yang sudah terstandar untuk melihat
kecenderungan potensi kecerdasan serta preferensi Assessee
yang dapat dijadikan salah satu prediksi keberhasilan
Pegawai dalam suatu pekerjaan
Penilaian wawancara kompetensi dengan menggunakan
panduan wawancara terstruktur yang disusun berdasarkan
persyaratan kompetensi jabatan yang akan diduduki.
Simulasi paling sedikit berupa presentasi, analisis kasus dan
atau bermain peran.
Simulasi dilakukan oleh Direktorat yang membidangi
kepenghuluan pada Direktorat Jenderal Bimas Islam dan
atau Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
2. Materi uji kompetensi teknis jabatan fungsional yang akan
diujikan yaitu:
a. Perpindahan dari jabatan lain ke Jabatan Fungsional
Penghulu;
(1) Kemampuan baca tulis quran dan simulasi proses akad
nikah;
(2) Kemampuan Hukum Munakahat;
(3) Kemampuan tentang peraturan pencatatan pernikahan
b. Promisi dalam Jabatan Fungsional Penghulu;
(1) Kemampuan baca tulis quran dan simulasi proses akad
nikah;
(2) Kemampuan Hukum Munakahat;
(3) Kemampuan tentang peraturan pencatatan pernikahan
c. Kenaikan jenjang jabatan dari Ahli Pertama ke Ahli Muda;
(1) Pemahaman baca tulis quran dan simulasi proses akad
nikah;
(2) Pemahaman hukum munakahat;
(3) Pemahaman tentang peraturan pencatatan pernikahan.
d. Kenaikan jenjang jabatan dari Ahli Muda ke Ahli Madya; dan
(1) Wawasan peraturan tentang pernikahan;
(2) Wawasan tentang hukum munakahat;
(3) Memandu akad nikah berbahasa asing.
e. Kenaikan jenjang jabatan dari Ahli Madya ke Ahli Utama;
(1) Konsep bimbingan perkawinan;
(2) Konsep pengembangan kepenghuluan;
(3) Memahami metodologi istimbat hukum Islam.

C. Pelaksana Uji Kompetensi


1. Uji kompetensi jabatan fungsioanal penghulu dilaksanakan oleh
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi berkoordinasi dengan
Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama melalui
Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah.
2. Wawancara dilakukan oleh asesor internal pemerintah atau bekerja
sama dengan asesor independen yang membidangi uji kompetensi sumber
daya manusia.
3. Pelaksana uji kompetensi promosi dan kenaikan jenjang jabatan ke
Ahli Utama dilakukan oleh Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah.
4. Pelaksana uji kompetensi perpindahan dari jabatan lain ke
Jabatan Fungsional Penghulu, kenaikan jabatan dari ahli pertama
ke Ahli Muda, dan kenaikan jabatan dari Ahli Muda ke Ahli Madya
dilakukan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
5. Sertifikat kelulusan diterbitkan oleh pejabat penyelenggara
6. Syarat untuk kenaikan jenjang jabatan sebagai berikut
a. Kenaikan jenjang jabatan Ahli Pertama ke Ahli Muda adalah:
(1) Memiliki angka kredit minimal 200 poin;
(2) Membuat makalah yang sudah diseminarkan dibidang
kepenghuluan minimal 1;
(3) Lulus uji kompetensi;
(4) Tersedianya formasi;
b. Kenaikan jenjang jabatan Ahli Muda ke Ahli Madya adalah:
(1) Pendidikan S2;
(2) Memiliki angka kredit minimal 400 poin;
(3) Membuat karya ilmiah memperoleh nilai paling sedikit 6
poin;
(4) Lulus uji kompetensi;
(5) Tersedianya formasi;
c. Kenaikan jenjang jabatan Ahli Madya ke Ahli Utama adalah:
(1) Pendidikan S3;
(2) Memiliki angka kredit minimal 850 poin;
(3) Membuat karya ilmiah memperoleh nilai paling sedikit
12 poin;
(4) Lulus uji kompetensi;
(5) Tersedianya formasi;
D. Penjaminan Mutu Uji Kompetensi
Penjaminan mutu pelaksanaan uji kompetensi dilakukan oleh Biro
Kepegawaian dan/atau bagian Kepegawaian Kanwil Kementerian
Agama Provinsi.

E. Pelaporan
1. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
menyampaikan laporan pelaksanaan Uji Kompetensi Jabatan
Fungsional Penghulu kepada Direktur Jenderal Bimas Islam
melalui Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah.
2. Direktur Jenderal Bimas Islam menetapkan laporan pelaksanaan
Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Penghulu;
3. Tembusan penetapan laporan pelaksanaan Uji Kompetensi
Jabatan Fungsional Penghulu serta laporan individunya
disampaikan kepada Kepala Biro Kepegawaian cq Kepala Bagian
yang membidangi uji kompetensi untuk diinput ke dalam database
pemetaan kompetensi Kementerian Agama;
4. Pelaporan disampaikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender
setelah pelaksanaan uji Kompetensi Jabatan Fungsional Penghulu.

BAB VII
PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENGHULU

Untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Penghulu


diikutsertakan pelatihan. Pelatihan yang diberikan bagi Penghulu
disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan pelatihan dan/atau
pertimbangan dari Tim Penilai.
Pelatihan yang diberikan kepada Penghulu dalam bentuk:
a. pelatihan fungsional;
b. pelatihan teknis; dan
c. pelatihan manajerial.
Pelatihan fungsional dilakukan dalam bentuk pelatihan bidang
kepenghuluan menurut jenjang jabatan.
Pelatihan teknis dilakukan dalam bentuk:
a. Pelatihan konselor perkawinan
b. Pelatihan konselor keluarga sakinah
c. Pelatihan hisab rukyat
d. Pelatihan manajemen kemasjidan
e. Pelatihan bimbingan zakat dan wakaf
f. Pelatihan pembimbing manasik haji
g. Pelatihan bahasa asing
h. Pelatihan penyusunan karya tulis/karya ilmiah
i. Pelatihan penanganan potensi konflik sosial keagamaan
j. Pelatihan bimbingan moderasi beragama, dan
k. Pelatihan pemanfaaatan teknologi informasi
Pelatihan manajerial meliputi; pelatihan kepemimpinan, customer service
exelence, dan pengembangan kepribadian.
Selain pelatihan sebagaimana dimaksud di atas, Penghulu dapat
mengembangkan kompetensinya melalui program pengembangan
kompetensi lainnya. Program pengembangan kompetensi lainnya
sebagaimana dimaksud berbentuk:
a. short course;
b. seminar;
c. lokakarya (workshop); atau
d. konferensi.

BAB VIII
PEJABAT YANG MENGUSULKAN ANGKA KREDIT DAN PEJABAT YANG
BERWENANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT

A. Pejabat yang Mengusulkan Angka Kredit


Usul penetapan Angka Kredit Penghulu diajukan oleh:
a. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang membidangi pembinaan
kantor urusan agama dan keluarga sakinah kepada Pejabat
Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi bimbingan masyarakat
Islam untuk Angka Kredit bagi Penghulu Ahli Madya dan Penghulu
Ahli Utama; dan
b. Pimpinan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota kepada
Pimpinan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi untuk
Angka Kredit bagi Penghulu Ahli Pertama dan Ahli Muda pada
Kantor Wilayah Kementerian Agama.

B. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit


Pejabat yang memiliki kewenangan menetapkan Angka Kredit, yaitu:
a. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi bimbingan
masyarakat Islam untuk Angka Kredit bagi Penghulu Ahli Madya
dan Penghulu Ahli Utama; dan
b. Pimpinan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota melalui
kepala bidang yang membidangi kepenghuluan kepada Pimpinan
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi untuk Angka Kredit
bagi Penghulu Ahli Pertama dan Ahli Muda pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama provinsi.
C. Tim Penilai
Dalam menjalankan tugasnya, pejabat huruf B dibantu oleh Tim
Penilai, yaitu:
a. Tim Penilai Pusat bagi Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang
membidangi bimbingan masyarakat Islam Kementerian Agama
untuk Angka Kredit bagi Penghulu Ahli Madya dan Penghulu Ahli
Utama; dan
b. Tim Penilai Kantor Wilayah bagi Pimpinan Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi untuk Angka Kredit bagi Penghulu
Ahli Pertama dan Ahli Muda di lingkungan Kantor Wilayah
Kementerian Agama.
Tim Penilai terdiri atas pejabat yang berasal dari unsur teknis
yang membidangi kepenghuluan, unsur kepegawaian, dan
Penghulu.
Susunan keanggotaan Tim Penilai terdiri atas:
a. seorang Ketua merangkap anggota;
b. seorang Sekretaris merangkap anggota; dan
c. paling sedikit 3 (tiga) orang anggota.
Susunan keanggotaan Tim Penilai harus berjumlah ganjil. Ketua
Tim Penilai paling rendah Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama atau
Penghulu Ahli Madya. Sekretaris Tim Penilai berasal dari unsur
kepegawaian pada instansi masing-masing.
Anggota Tim Penilai paling sedikit 2 (dua) orang Penghulu. Syarat
untuk menjadi anggota Tim Penilai, yaitu:
a. menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan
jabatan/pangkat Penghulu yang dinilai;
b. memiliki keahlian serta kemampuan untuk menilai kinerja
Jabatan Fungsional Penghulu; dan
c. aktif melakukan penilaian.
Apabila jumlah anggota Tim Penilai tidak dapat dipenuhi dari
Penghulu, anggota Tim Penilai dapat diangkat dari PNS lain yang
memiliki kompetensi untuk menilai kinerja Penghulu.
Pembentukan dan susunan Anggota Tim Penilai ditetapkan oleh:
a. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi bimbingan
masyarakat Islam Kementerian Agama bagi Tim Penilai Pusat;
dan
b. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi bagi Tim Penilai Kantor Wilayah.
Tugas tim penilai pusat sebagai berikut:
a. Membantu Pimpinan Tinggi Madya dalam menetapkan Angka
Kredit bagi Penghulu Ahli Madya dan Ahli Utama;
b. Melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan
penetapan Angka Kredit Penghulu Ahli Madya dan Ahli
Utama.
Tugas tim penilai Kantor Wilayah sebagai berikut:
a. Membantu pimpinan Kantor Wilayah Kementeria Agama
provinsi dalam menetapkan Angka Kredit bagi Penghulu Ahli
Pertama dan Ahli Muda;
b. Melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan
penetapan Angka Kredit Penghulu Ahli Pertama dan Ahli
Muda.
Masa jabatan tim penilai yaitu 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat
kembali 1 kali masa jabatan berikutnya.
Apabila diperlukan ketua tim penilai dapat mengangkat tim penilai
teknis bersifat sementara dari kalangan para ahli baik PNS
maupun non PNS yang bertugas melakukan penilaian karya
ilmiah.
D. Tim Teknis
1. Anggota tim teknis terdiri atas para ahli, baik yang berstatus
sebagai PNS atau bukan berstatus PNS yang mempunyai
kemampuan teknis yang diperlukan.
2. Tim Teknis menerima tugas dari dan bertanggung jawab kepada
Ketua Tim Penilai dalam hal pemberian saran dan pendapat
penilaian atas kegiatan yang bersifat khusus atau kegiatan yang
memerlukan keahlian tertentu.
3. Pembentukan Tim Teknis hanya bersifat sementara apabila
terdapat kegiatan yang bersifat khusus atau kegiatan yang
memerlukan keahlian tertentu dan ditetapkan oleh Instansi
Pembina.

E. Tim Verifikasi
1. Untuk membantu kelancaran pelaksanan tugas penilai usul PAK,
pejabat yang berwenang menenetapkan angka kredit dapat
membentuk tim verifikasi.
2. Tim Verifikasi terdiri dari para pejabat teknis dan PNS di bidang
penghuluan dan/atau kepegawaian.
3. Proses Usul PAK Penghulu disampaikan setelah menurut
perhitungan sementara dari Tim Verifikasi dan dinyatakan layak
untuk diberikan kepada dewan penilai.
4. Dalam masa verifikasi DUPAK Penghulu, Tim Verifikasi dapat
melakukan Monitoring untuk mengkoordinasikan kepada
penghulu yang bersangkutan
5. Tim Verifikasi dapat memberitahukan kepada pengusul untuk
memenuhi kekurangan dokumen yang disyaratkan sebelum
kegiatan penilaian dilaksanakan. Tim verifikasi bertugas selama
tiga tahun.

BAB IX
KENAIKAN PANGKAT DAN KENAIKAN JABATAN

A. Kenaikan Pangkat
1. Persyaratan dan mekanisme kenaikan pangkat bagi Penghulu
dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
serta mempertimbangkan:
a. paling singkat 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir;
b. tidak ada keberatan secara tertulis dari pejabat yang berwenang
c. setiap unsur penilaian prestasi kerja paling kurang bernilai baik
dalam 2 (dua) tahun terakhir
d. memenuhi Angka Kredit Kumulatif yang ditentukan untuk
kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi; dan
e. Jumlah angka kredit kumulitif minimal yang harus dipenuhi oleh
setiap Penghulu untuk setiap kali kenaikan pangkat harus
berasal dari unsur utama sekurang-kurangnya 80 % dan unsur
penunjang sekurang-kurangnya 20 %.
2. Kenaikan pangkat PNS yang menduduki jabatan Penghulu Ahli
Madya, pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c untuk
menjadi Penghulu Ahli Utama, pangkat Pembina Utama Madya,
golongan ruang IV/d sampai dengan Penghulu Ahli Utama, pangkat
Pembina Utama, golongan ruang IV/e, ditetapkan dengan Keputusan
Presiden setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala Badan
Kepegawaian Negara.
3. Kenaikan pangkat PNS yang menduduki jabatan Penghulu Ahli
Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b untuk
menjadi pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c
ditetapkan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara atas nama
Presiden setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala Badan
Kepegawaian Negara.
4. Kenaikan pangkat PNS yang menduduki jabatan Penghulu Ahli
Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a untuk menjadi
Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b sampai dengan untuk
menjadi PenghuluAhli Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan
ruang IV/b ditetapkan dengan Keputusan Pejabat Pembina
Kepegawaian yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan
teknis Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional
Badan Kepegawaian Negara.
5. Kenaikan pangkat bagi Penghulu dalam jenjang jabatan yang lebih
tinggi dapat dipertimbangkan jika kenaikan jabatannya telah
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. Penghulu yang memiliki Angka Kredit melebihi Angka Kredit yang
ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, kelebihan
Angka Kredit tersebut dapat diperhitungkan untuk kenaikan
pangkat berikutnya.
7. Penghulu pada tahun pertama telah memenuhi atau melebihi Angka
Kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat dalam masa
pangkat yang diduduki, pada tahun berikutnya diwajibkan
mengumpulkan paling kurang 20% (dua puluh persen) Angka Kredit
dari jumlah Angka Kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan
pangkat setingkat lebih tinggi yang berasal dari kegiatan Penghulu.

B. Kenaikan Jabatan
1. Persyaratan dan mekanisme kenaikan jabatan bagi Penghulu
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
serta mempertimbangkan:
a. Telah memenuhi angka kredit kumulatif yang ditentukan untuk
kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi.
b. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir
c. Tidak ada keberatan secara tertulis dari pejabat yang berwenang.
d. Setiap unsur penilaian prestasi kerja paling kurang bernilai baik
dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan
e. Telah mengikuti dan lulus uji kompetensi.
f. Jumlah angka kredit kumulitif minimal yang harus dipenuhi oleh
setiap Penghulu untuk setiap kali kenaikan jabatan harus
berasal dari unsur utama sekurang-kurangnya 80 % dan unsur
penunjang sekurang-kurangnya 20 %.
2. Kenaikan jabatan dari Penghulu Ahli Pertama sampai dengan
menjadi Penghulu Ahli Madya ditetapkan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian.
3. Kenaikan jabatan dari Penghulu Ahli Madya menjadi Penghulu Ahli
Utama ditetapkan oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan
teknis Kepala Badan Kepegawaian Negara.
4. Penghulu Ahli Muda yang akan naik jenjang jabatan setingkat lebih
tinggi menjadi Penghulu Ahli Madya wajib mengumpulkan sebanyak
6 (enam) Angka Kredit yang berasal dari sub unsur pengembangan
profesi.
5. Penghulu Ahli Madya yang akan naik jabatan menjadi Penghulu Ahli
Utama wajib mengumpulkan sebanyak 12 (dua belas)Angka Kredit
yang berasal dari sub unsur pengembangan profesi.
6. Angka Kredit dari sub unsur pengembangan profesi yang
dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan masing-masing sebagaimana
dimaksud pada ayat(4) dan ayat (5) tidak bersifat kumulatif dari
perolehan Angka Kredit pada jenjang jabatan sebelumnya.
7. Penghulu yang telah memenuhi syarat untuk kenaikan jenjang
jabatan setingkat lebih tinggi namun belum tersedia lowongan
jabatan, wajib memenuhi Angka Kredit 80% (delapan puluh persen)
dari target kinerja setiap tahun pada jenjang jabatan yang diduduki,
paling sedikit:
a. 10 (sepuluh) untuk Penghulu Ahli Pertama;
b. 20 (dua puluh) untuk Penghulu Ahli Muda; dan
c. 30 (tiga puluh) untuk Penghulu Ahli Madya.
8. Penghulu Ahli Utama yang menduduki pangkat tertinggi dari
jabatannya, setiap tahun sejak menduduki pangkatnya wajib
mengumpulkan paling sedikit 25 (dua puluh lima) Angka Kredit dari
kegiatan tugas jabatan, dan pengembangan profesi.
9. Penghulu pada tahun pertama telah memenuhi atau melebihi Angka
Kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan dalam masa
pangkat yang diduduki, pada tahun berikutnya diwajibkan
mengumpulkan paling kurang 20% (dua puluh persen) Angka Kredit
dari jumlah Angka Kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan
jabatan setingkat lebih tinggi yang berasal dari kegiatan Penghulu.
10. Penghulu yang memiliki Angka Kredit melebihi Angka Kredit yang
ditentukan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi, kelebihan
Angka Kredit tersebut dapat diperhitungkan untuk kenaikan jabatan
berikutnya.
BAB X
TATA CARA PENGUSULAN, PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT

A. Tata Cara Pengusulan Angka Kredit


Pengajuan usul penetapan angka kredit jabatan fungsional Penghulu
dilakukan melalui proses sebagai berikut:
1. Usul penetapan angka kredit Penghulu diajukan 2 (dua) kali
dalam 1 tahun, yaitu:
a. Untuk kenaikan pangkat periode April usul diajukan
selambat-lambatnya akhir tahun sebelumnya.
b. Untuk kenaikan pangkat periode Oktober usul diajukan
selambat-lambatnya 30 Juni tahun yang bersangkutan.
2. Berkas usul penetapan angka kredit disiapkan oleh Penghulu yang
bersangkutan berupa surat pernyataan, DUPAK, bukti fisik, dan
persyaratan administratif untuk kemudian diinput dalam aplikasi
usul PAK dan/atau dikirim hard copi.
3. Berkas usul penetapan angka kredit yang diinput pada aplikasi,
wajib mengirimkan hard copi berupa persyaratan administratif,
surat pernyataan dan DUPAK.
4. Berkas usul disusun secara tertib diajukan kepada atasan
langsung (Pejabat Penilai DP3 Penghulu/Kepala KUA Kecamatan)
yang bersangkutan.
5. Pejabat penilai SKP Penghulu yang bersangkutan memeriksa isian
formulir dan kelengkapan serta kebenaran berkas dan data usul
penetapan angka kredit tersebut kemudian membuat surat
pengantar usul kepada pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Berkas usul penetapan angkat kredit Penghulu yang menjadi
kewenangan tim penilai pada Kanwil Kemenag Provinsi surat
pengantar usul ditandatangani oleh Kepala Kemenag
Kab/Kota yang bersangkutan. Ditujukan kepada Kepala
Kanwil Kemenag provinsi yang bersangkutan Up. Ketua Tim
Penilai Angka Kredit Jabatan Penghulu serta bukti fisik.
b. Berkas usul penetapan angka kredit Penghulu yang menjadi
kewenangan tim penilai yang lebih tinggi (Pusat) surat
pengantar usul ditandatangani oleh Kepala Kanwil Kemenag
provinsi dan yang bersangkutan, atas dasar usul dari Kepala
Kemenag Kab/Kota yang bersangkutan kemudian dikirim
kepada Sekjen Kementerian Agama, kemudian Sekjen
Kementerian Agama menyampaikan ke Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Up. Ketua Tim Penilai Angka
Kredit Jabatan Penghulu serta bukti fisik.
c. Berkas usul penetapan angka kredit harus terdiri dari:
1) Surat pengantar seperti tersebut di atas.
2) Isian formulir sesuai ketentuan lampiran V s.d XI
Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 6 Tahun
2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Jabatan
Fungsional Penghulu sebagai berikut:
a) Formulir lampiran V harus diinput/diisi sendiri oleh
masing-masing Penghulu, isian formulir terdiri dari
seluruh aspek yang diminta dalam formulir
tersebut, lembar terakhir telah ditandatangani
Penghulu yang bersangkutan dan pejabat yang
mengusulkan yaitu pejabat penilai DP3.
b) Isian formulir surat pernyataan melakukan kegiatan
dan prestasi kerja sesuai ketentuan lampiran VI
sampai XI Peraturan BKN.
c) Setiap isian formulir seperti dimaksud pada huruf b)
dilampiri bukti fisik hasil kerja yang diinput pada
aplikasi menggunakan instrumen yang telah
dibakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Belum pernah diperhitungkan dalam
penetapan angka kredit sebelumnya.
(2) Salinan sah ijazah yang lebih tinggi serta belum
pernah diperhitungkan dalam penetapan angka
kredit. (bila ada)
(3) Disusun secara berurutan sesuai dengan yang
tertulis dalam isian masing-masing formulir.
d) Bukti fisik kegiatan Penghulu yang dapat dinilai dan
diberikan angka kredit adalah:
(1) Kegiatan Penghulu yang dilakukan setelah
masa penetapan angka kredit terakhir bagi
Penghulu yang bersangkutan.
(2) Bukti fisik yang menggunakan instrumen
sesuai dengan ketentuan yang telah dibakukan
dan disahkan.
(3) Kegiatan yang berkaitan dengan tugas pokok
dan tugas limpah (yang dilakukan Penghulu
yang bersangkutan atas dasar surat tugas dari
atasan).
(4) Kegiatan yang tertulis dalam RKT dan RKO
pejabat fungsional Penghulu yang
bersangkutan.
e) Sekretariat tim penilai pada masing-masing tingkat
(Pusat dan Kanwil) melakukan pemeriksaan
kelengkapan berkas tersebut. Berkas yang belum
lengkap atau belum benar dikembalikan kepada
Penghulu yang bersangkutan melalui pejabat
pengusul untuk diperbaiki sebagaimana mestinya.
f) Dalam hal tim penilai pada suatu satuan organisasi
belum terbentuk maka satuan organisasi yang
bersangkutan dapat melimpahkan tugas kepada tim
penilai pada satuan organisasi setingkat lebih tinggi
di atasnya.
g) Dalam hal tim penilai tidak dapat melakukan
penilaian, Sekretariat tim penilai dapat mengatur
penyerahan berkas usul penetapan angka kredit
tersebut kepada tim teknis yang ditunjuk untuk
melakukan penelitian/penilaian.
h) Hasil penilaian berkas usul penetapan angka kredit
Penghulu dari tim penilai maupun tim teknis,
dikumpulkan kembali oleh sekretariat tim penilai.
i) Sekretariat tim penilai mempersiapkan formulir
penilaian.
j) Bukti fisik yang telah dinilai diarsipkan secara
teratur oleh Sekretariat Tim Penilai dengan
menggunakan pola penataan berkas sistem
kearsipan untuk digunakan sebagai bahan kerja
bagi Penghulu lainnya yang memerlukan bahan
dalam rangka pelaksanaan tugas Penghulu yang
bersangkutan.
B. Tata cara Penilaian Angka Kredit
Tata cara penilaian angka kredit Jabatan Fungsional Penghulu
dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
1. Sekretariat tim penilai mempersiapkan file/berkas usul penetapan
angka kredit yang diterima dan formulir penilaian yang diperlukan
untuk diajukan kepada anggota tim penilai guna melaksanakan
penilaian sebagaimana mestinya.
2. Ketua tim penilai membagi tugas kepada anggota tim penilai
dengan menggunakan pola pembagian beban kerja untuk setiap
anggota tim dengan dua alternatif sebagai berikut:
a. Pendekatan keutuhan artinya seorang penilai menilai
keseluruhan aspek DUPAK seorang Penghulu dengan pola
pembagian tugas yaitu keseimbangan banyaknya usul yang
diterima;
b. Pendekatan subtansi bidang materi yang dinilai; artinya
penilaian dilakukan secara spesialis berdasarkan aspek
substansi yang meliputi:
1) Aspek kegiatan pendidikan dan latihan.
2) Aspek kegiatan pelayanan dan bimbingan NR.
3) Aspek kegiatan pengembangan Penghulu, bimbingan
masyarakat Islam, dan pengembangan profesi.
4) Aspek kegiatan penunjang.
3. Setiap usul dinilai oleh 2 (dua) orang anggota, dengan
menggunakan formulir penilaian yang ditetapkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Setiap anggota tim penilai melakukan penilaian setiap unsur
kegiatan berdasarkan file/berkas bukti fisik yang ada dan
berpedoman pada lampiran I dan II Juknis ini.
b. Setelah masing-masing anggota melaksanakan penilaian,
hasilnya disampaikan kepada ketua tim penilai melalui
sekretaris tim penilai.
c. Sekretaris tim penilai membuat rekapitulasi hasil penilaian
untuk disajikan dan menjadi bahan dalam rapat tim penilai.
d. Apabila angka kredit yang diberikan oleh 2 (dua) orang penilai
tidak sama, maka pemberian angka kredit dilaksanakan
dalam sidang tim penilai dengan mengkaji dan menelaah
ulang bukti fisik kegiatan yang dinilai.
e. Pengambilan keputusan dalam sidang pleno tim penilai
dilakukan secara aklamasi atau melalui suara terbanyak.
f. Sekretaris tim penilai menuangkan angka kredit hasil
keputusan sidang pleno dalam formulir angka kredit seperti
contoh pada lampiran XIII Peraturan BKN.
g. Keputusan pemberian angka kredit oleh tim penilai
dilaksanakan atas dasar kesepakatan persidangan tim
penilai.
h. Keputusan pejabat penetap angka kredit dituangkan dalam
berita acara rapat tim penilai yang ditandatangani oleh Ketua
Tim Penilai dan seluruh anggota Tim Penilai.
4. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit.
a. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit adalah :
1. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,
menetapkan angka kredit bagi kenaikan pangkat jabatan
Penghulu Madya dengan pangkat, golongan/ruang
Pembina (IV/a) sampai dengan Pembina Utama Muda
(IV/c), dan Penghulu Utama dengan pangkat,
golongan/ruang Pembina Utama Madya (IV/d) sampai
dengan Pembina Utama dengan pangkat,
golongan/ruang (IV/e);
2. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi,
menetapkan angka kredit bagi kenaikan
pangkat/jabatan Penghulu Pertama dengan pangkat,
golongan/ruang Penata Muda (III/a) dan Penata Muda
Tk. I (III/b) serta Penghulu Muda dengan pangkat,
golongan/ruang Penata (III/c) sampai dengan Penata Tk.
I (III/d);
b. Keputusan Pejabat yang berwenang pada angka 1) di atas
tentang penetapan angka kredit bersifat tetap dan tidak dapat
diajukan keberatan.
c. Dalam menjalankan kewenangannya pejabat yang dimaksud
dalam angka 1) di atas dibantu oleh tim penilai jabatan
fungsional Penghulu sesuai dengan tingkatannya masing-
masing.
d. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit seperti
tersebut dalam huruf a di atas harus mengirimkan specimen
tandatangan dan paraf kepada Sekretaris Jenderal
Kementerian Agama Up. Kepala Biro Kepegawaian dan Dirjen
Bimas Islam Up. Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah,
serta Badan Kepegawaian Negara Up. Deputi Bidang
Informasi Kepegawaian atau Kepala Regional Badan
Kepegawaian Negara dan pejabat lain yang terkait.
e. Apabila terjadi perubahan atau pergantian pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit, maka yang
bersangkutan secepatnya mengirimkan specimen
tandatangan dan paraf pejabat yang baru kepada pejabat
seperti tersebut pada ketentuan huruf d.

C. Penetapan Angka Kredit (PAK)


Setelah proses penilaian angka kredit dilakukan oleh Tim Penilai;
dilakukan penetapan angka kredit melalui proses sebagai berikut:
1. Sekretariat tim penilai menyiapkan rancangan penetapan angka
kredit (PAK) atas dasar berita acara keputusan rapat tim penilai,
dengan menggunakan formulir lampiran XIII Peraturan BKN.
2. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit wajib menelaah
kembali kebenaran rancangan penetapan angka kredit yang
diberikan oleh Tim Penilai dengan cara membandingkannya
dengan DUPAK yang diajukan oleh Penghulu yang bersangkutan.
3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dapat
mengubah angka kredit yang diberikan oleh Tim Penilai, apabila
setelah ditelaah terdapat kesalahan dalam memberikan angka
kredit yang ada dan coretan perubahan angka kredit tersebut
ditulis di samping nilai yang dicoret dan diparaf pada kolom yang
sesuai dalam Penetapan Angka Kredit (PAK) bagi jabatan Penghulu
yang bersangkutan.
4. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit
menandatangani penetapan angka kredit dan menyerahkan
kepada Sekretaris Tim Penilai untuk segera dikirim kepada yang
berkepentingan.
5. Tanggal penetapan angka kredit:
a. Periode penilaian Januari ditetapkan 31 Januari.
b. Periode penilaian Juli ditetapkan 31 Juli.
c. Apabila tanggal 31 Januari dan 31 Juli bertepatan dengan
hari libur, tanggal penetapan dilakukan 1 atau 2 hari
sebelumnya.
6. Pengiriman keputusan penetapan angka kredit disampaikan oleh
pejabat yang berwenang/Sekretariat Tim Penilai yang
bersangkutan melalui pejabat pengusul dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Asli Penetapan Angka Kredit (PAK) berikut 1 (satu) kopi
disampaikan Penghulu yang bersangkutan untuk bahan
kelengkapan berkas pengusulan kenaikan pangkat/jabatan.
b. Tembusan PAK disampaikan kepada:
1) Kepala Badan Kepegawaian Negara atau Kepala Kantor
Regional Badan Kepegawaian Negara sesuai
kewenangannya (sedapat mungkin dikirim secara kolektif
per periode penilaian);
2) Pimpinan unit kerja Penghulu yang bersangkutan;
3) Sekretaris tim penilai yang bersangkutan;
4) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit;
5) Kepala Biro/Kepala Sub Kepegawaian instansi yang
bersangkutan.
6) Apabila terdapat perbaikan kesalahan dalam penetapan
angka kredit maka perbaikan dilakukan melalui
mekanisme sebagai berikut:
a) Tim penilai atau pejabat yang menemukan
kesalahan memberitahukan kepada pejabat yang
menetapkan angka kredit.
b) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit
meminta kepada tim penilai untuk melakukan
penilaian ulang terhadap prestasi kerja Penghulu
yang bersangkutan.
c) Apabila terbukti adanya kesalahan maka harus
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
d) Cara perbaikan kesalahan penetapan angka kredit:
(1) Hasil penilaian ulang dituangkan dalam format
penetapan angka kredit yang baru disudut kiri
atas ditulis: ”Perbaikan tanggal .......
tentang ........... ”
(2) Setelah perbaikan penetapan angka kredit
tersebut ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang, kemudian disampaikan kepada
Penghulu yang bersangkutan dan pejabat yang
terkait.

BAB XI
PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI

1. PNS yang akan diangkat menjadi pejabat fungsional Penghulu wajib


dilantik dan diambil sumpah/janji menurut agama Islam.
2. Pelantikan dan pengambilan sumpah ditujukan kepada:
a. Pengangkatan pertama dalam Jabatan Fungsional Penghulu
b. Perpindahan ke dalam Jabatan Fungsional Penghulu;
c. Promosi ke dalam Jabatan Fungsional Penghulu;
d. Kenaikan Jenjang Jabatan Fungsional Penghulu;
3. Pelantikan dan pengambilan sumpah/janji Jabatan Fungsional
Penghulu dilakukan paling lambat 30 hari kerja sejak keputusan
pengnagkatannya ditetapkan.
4. Pelantikan dan pengambilan sumpah/janji Jabatan Fungsional
Penghulu dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi atau pejabat yang ditunjuk;
5. Tata pelaksanaan pelantikan dalam Jabatan Fungsional Penghulu
sebagai berikut;
a. PNS yang dilantik diundang secara tertulis paling lambat 1 hari
sebelum pelantikan;
b. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi atau pejabat
yang ditunjuk menanyakan kesedian kepada PNS yang mengambil
sumpah/janji yang berbunyi:
“sebelum saya mengambil sumpah, saya akan bertanya kepada
saudara-saudara.
Apakah saudara-saudara bersedia mengucapkan sumpah menurut
agama Islam.
c. Sumpah/janji Jabatan Fungsional Penghulu sebagai berikut:
“demi Allah saya bersumpah:
Bahwa saya akan setia dan taat kepada Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta akan menjalankan
segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya,
demi dharma bakti saya kepada bangsa dan Negara;
Bahwa saya dalam menjalankan tugas jabatan, akan menjunjung
etika jabatan, berkeja dengan sebaik-baiknya, dan dengan penuh
rasa tanggung jawab;
Bahwa saya, akan menjaga integritas, tidak menyalahgunakan
kewenangan, serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela.”
6. Pengambilan sumpah/janji jabatan didampingi oleh seorang rohaniwan
dan 2 orang saksi.
7. Pengambilan supah/janji jabatan dituangkan dalam berita acara yang
ditandatangani oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
atau pejabat yang ditunjuk, Jabatan Fungsional Penghulu yang dilantik
dan saksi.

BAB XII
PEMBERHENTIAN, PENGANGKATAN KEMBALI DAN MUTASI

A. Pemberhentian

1. Penghulu diberntikan dari jabatannya, apabila:


a. Mengundurkan diri dari jabatan;
b. Diberhentikan sementara sebagai PNS;
c. Menjalani cuti di luar tanggungan Negara;
d. Menjalani tugas belajar lebih dari 6 bulan;
e. Ditugaskan secara penuh di luar Jabatan Fungsional
Penghulu; atau
f. Tidak memenuhi persyaratan jabatan.
2. Pemberhentian dikarena alasan sebagaimana disebut huruf a dan
huruf f, tidak dapat diangkat kembali;

B. Pengangkatan Kembali
1. Penghulu yang diberhentikan karena alas an sebagaimana disebut
huruf A angka 1 huruf b, c, d, dan e, dapat diangkat kembali
dengan mempertimbangkan ketersedian formasi Jabatan
Fungsional Penghulu
2. Pengangkatan kembali tidak perlu dilakukan uji kompetensi;
3. Pengangkatan kembali menggunakan angka kredit terakhir yang
dimiliki dan dapat ditambah dengan angka kredit dari
pengembangan profesi
C. Mutasi
1. Perpindahan Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Pertama dan Ahli
Muda dalam 1 kabupaten/kota dilakukan oleh Kepala Kantor
Kementerian Agama kabupaten/kota atas pertimbangan kepala
seksi yang membidangi kepenghuluan;
2. Perpindahan Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Pertama dan Ahli
Muda antar kabupaten/kota dilakukan oleh Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Agama provinsi atas pertimbangan kepala
bidang yang membidangi kepenghuluan;
3. Perpindahan Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Madya dalam 1
provinsi dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi atas pertimbangan kepala bidang yang
membidangi kepenghuluan;
4. Perpindahan Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Madya antar
provinsi dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama
atas pertimbangan Direktur yang membidangi Kepenghuluan;
5. Perpindahan Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Utama dilakukan
oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama atas pertimbangan
Direktur yang membidangi Kepenghuluan.

BAB XIII
PENETAPAN DAERAH TIPOLOGI D1 DAN TIPOLOGI D2

A. Kriteria KUA Kecamatan tipologi D1 yaitu; KUA yang berada pada


wilayah terdalam, terluar, dan di daerah perbatasan, dan/atau jumlah
peristiwa nikah kurang dari 5 peristiwa per bulan
B. Kriteria KUA Kecamatan tipilogi D2 yaitu; KUA berada pada wilayah
kepulauan atau daerah yang menggunakan angkutan sungai danau
dan perairan dalam melaksanakan tugasnya,
C. Penetapan suatu Kecamatan tipologi D1 dan tipologi D2 ditetapkan
oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama provinsi atas usul
Kepala Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota

BAB XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Penghulu yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala KUA


kecamatan dapat diberi angka kredit tambahan 15% dari angka kredit
penjenjangan untuk satu kali kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi
dengan ketentuan:
a. Angka kredit diberikan untuk 1 kali dari 2 periode masa jabatan;
b. Angka kredit diberikan pada periode kedua masa jabatan Kepala
KUA kecamatan;
c. Bukti fisik melaksanakan tugas tambahan sebagai Kepala KUA
kecamatan berupa Surat Keputusan pengangkatan dari pejabat
yang berwenang dan berita acara pelantikan;
d. Perhitungan angka kreditnya adalah unsur utama lampiran II
Peraturan Menteri PAN dan RB selain pendidikan dikali 15 %.
2. Penghulu yang melaksanakan tugas pada tipologi D1 dan D2 dapat
diberikan angka kredit tambahan 15% dari angka kredit penjenjangan
untuk satu kali kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi dengan
ketentuan:
a. Masa dinas penghulu di KUA kecamatan tipologi D1 dan D2
antara 5 s.d 8 tahun;
b. Angka kredit diberikan untuk 1 kali masa dinas 8 tahun;
c. Angka kredit diberikan pada masa dinas 5 tahun keatas;
d. Bukti fisik melaksanakan tugas di tipologi D1 dan tipologi D2
berupa surat keputusan pejabat yang berwenang;
e. Perhitungan angka kreditnya adalah unsur utama lampiran II
Peraturan Menteri PAN dan RB selain pendidikan dikali 15 %.
3. Penghulu yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala KUA
kecamatan memperoleh predikat sebagai KUA teladan I, II, dan III
tingkat provinsi memperoleh angka kredit tambahan 25% dari angka
kredit penjenjangan untuk satu kali kenaikan pangkat setingkat lebih
tinggi dengan ketentuan:
a. Angka kredit hanya diberikan satu kali kenaikan pangkat;
b. Angka kredit sebagai KUA teladan I, II, dan III tingkat provinsi,
pada saat bersamaan tidak dapat diberikan angka kredit tugas
tambahan sebagai Kepala KUA kecamatan;
c. Bukti fisik sebagai KUA teladan I, II, dan III tingkat provinsi
berupa surat keputusan penetapan sebagai KUA teladan dari
pejabat yang berwenang dan/atau sertifikat.
d. Perhitungan angka kreditnya adalah unsur utama lampiran II
Peraturan Menteri PAN dan RB selain pendidikan dikali 25 %.
Penghulu yang bertugas di KUA kecamatan teladan I, II, dan III tingkat
provinsi memperoleh angka kredit tambahan 25% dari angka kredit
penjenjangan untuk satu kali kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi
dengan ketentuan:
a. Masa tugas penghulu dimaksud paling sedikit 2 tahun sebelum
penetapan KUA teladan I, II, dan III;
b. Jika pada KUA dimaksud terdapat lebih 1 orang penghulu maka
masing-masing penghulu memperoleh angka kredit yang sama.
c. Penghulu yang memperoleh angka kredit KUA teladan I, II, dan III
tingkat provinsi, pada saat bersamaan tidak dapat diberikan
angka kredit sebagai penghulu yang bertugas pada KUA
kecamatan tipologi D1 dan D2;
d. Bukti fisik sebagai KUA teladan I, II, dan III tingkat provinsi
berupa surat keputusan penetapan sebagai KUA teladan dari
pejabat yang berwenang dan/atau sertifikat, serta surat
keputusan penempatan penghulu di KUA kecamatan dimaksud.
e. Perhitungan angka kreditnya adalah unsur utama lampiran II
Peraturan Menteri PAN dan RB selain pendidikan dikali 25 %.
4. Penghulu yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala KUA
kecamatan memperoleh predikat sebagai KUA teladan I, II, dan III
tingkat kabupaten/kota memperoleh angka kredit tambahan 15% dari
angka kredit penjenjangan untuk satu kali kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi dengan ketentuan:
a. Angka kredit hanya diberikan satu kali kenaikan pangkat atau
jabatan;
b. Angka kredit sebagai KUA teladan I, II, dan III tingkat
kabupaten/kota, pada saat bersamaan tidak dapat diberikan
angka kredit tugas tambahan sebagai Kepala KUA kecamatan;
c. Bukti fisik sebagai KUA teladan I, II, dan III tingkat
kabupaten/kota berupa surat keputusan penetapan sebagai KUA
teladan dari pejabat yang berwenang dan/atau sertifikat;
d. Perhitungan angka kreditnya adalah unsur utama lampiran II
Peraturan Menteri PAN dan RB selain pendidikan dikali 15 %.
Penghulu yang bertugas di KUA kecamatan teladan I, II, dan III tingkat
provinsi memperoleh angka kredit tambahan 15% dari angka kredit
penjenjangan untuk satu kali kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi
dengan ketentuan:
a. Masa tugas penghulu dimaksud paling sedikit 2 tahun sebelum
penetapan KUA teladan I, II, dan III;
b. Jika pada KUA dimaksud terdapat lebih 1 orang penghulu maka
masing-masing penghulu memperoleh angka kredit yang sama
c. Penghulu yang memperoleh angka kredit KUA teladan I, II, dan III
tingkat kabupaten/kota, pada saat bersamaan tidak dapat
diberikan angka kredit sebagai penghulu yang bertugas pada KUA
kecamatan tipologi D1 dan D2;
d. Bukti fisik sebagai KUA teladan I, II, dan III tingkat
kabuapten/kota berupa surat keputusan penetapan sebagai KUA
teladan dari pejabat yang berwenang dan/atau sertifikat, serta
surat keputusan penempatan penghulu di KUA kecamatan
dimaksud;
e. Perhitungan angka kreditnya adalah unsur utama lampiran II
Peraturan Menteri PAN dan RB selain pendidikan dikali 15 %.

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP

1. Ketentuan lebih lanjut mengenai hal yang belum diatur ditetapkan


dengan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.
2. Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, semua Peraturan Pelaksanan
dari Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :
PER:/62/M.PAN/6/2005 Tahun 2005 tentang Jabatan Fungsional
Penghulu dan Angka Kreditnya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
3. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatan dalam Berita Negara Republik
Indonesia

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

YAQUT CHOLIL QOUMAS

Anda mungkin juga menyukai