Anda di halaman 1dari 93

-1-

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA


NOMOR TAHUN 2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa telah ditetapkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan


Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2019
tentang Jabatan Fungsional Penghulu;
b. bahwa untuk tertib administrasi dalam pelaksanaannya,
dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penghulu;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan


Nikah, Talak dan Rujuk (Lembaran Negara Tahun 1946 Nomor
98, Tambahan Lembaran Negara Nomor 694);
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Berlakunya
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan
Nikah, Talak dan Rujuk di daerah luar Jawa dan Madura;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 128);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor
6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5494);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5135);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 121 Tambahan Lembaran
NegaraRepublik Indonesia Nomor 5258);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 63,Tambahan Lembaran
NegaraRepublik Indonesia Nomor 6037);
8. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2012
tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun
1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 235)
9. Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2007 tentang Tunjangan
Jabatan Fungsional Penghulu;
10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2019 tentang Jabatan
Fungsional Penghulu;
11. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Republik
Indonesia Nomor …. Tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Penghulu;
12. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor urusan Agama
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1252);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG PETUNJUK TEKNIS
PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah
profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
3. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi
fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang
berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.
4. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan,
dan pemberhentian PNS sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian PNS dan pembinaan manajemen PNS di
instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6. Jabatan fungsional penghulu adalah jabatan Pegawai Pencatat
Nikah yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab,
dan wewenang untuk melakukan pelayanan dan bimbingan
nikah atau rujuk, pengembangan kepenghuluan, bimbingan
masyarakat Islam serta pengembangan profesi.
7. Pejabat Fungsional Penghulu yang selanjutnya disebut
Penghulu adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak untuk melakukan kegiatan pelayanan dan
bimbingan nikah atau rujuk, pengembangan kepenghuluan,
dan bimbingan masyarakat Islam.
8. Pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk adalah kegiatan
atau upaya yang dilakukan oleh Penghulu meliputi
perencanaan kegiatan kepenghuluan, pemeriksaan
permohonan nikah atau rujuk, bimbingan calon pengantin, dan
Pelayanan akad nikah atau rujuk serta bimbingan perkawinan.
9. Kepenghuluan adalah kegiatan pelayanan dan bimbingan nikah
atau rujuk, pengembangan kepenghuluan, dan bimbingan
masyarakat Islam.
10. Pengembangan kepenghuluan adalah kegiatan atau upaya yang
dilakukan oleh Penghulu meliputi koordinasi dan sosialisasi
tentang perkawinan.
11. Bimbingan Masyarakat Islam adalah kegiatan atau upaya yang
dilakukan penghulu meliputi pembelajaran dan pembinaan
masyarakat Islam.
12. Kepala KUA adalah penghulu dengan tugas tambahan sebagai
Kepala KUA.
13. Tim Penilai Kinerja Jabatan Fungsional Penghulu yang
selanjutnya disebut Tim Penilai adalah tim yang dibentuk dan
ditetapkan oleh Pejabat yang Berwenang dan bertugas
mengevaluasi keselarasan hasil kerja dengan tugas yang
disusun dalam Sasaran Kerja Pegawai serta menilai kinerja dan
Angka Kredit Penghulu.
14. Sasaran Kerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah
rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS.
15. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan
dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus
dicapai oleh Penghulu dalam rangka pembinaan karier yang
bersangkutan.
16. Angka kredit kumulatif adalah akumulasi nilai angka kredit
minimal yang harus dicapai oleh Penghulu sebagai salah satu
syarat kenaikan pangkat dan/atau jabatan.
17. Tim Penilai Kinerja Jabatan Fungsional Penghulu yang
selanjutnya disebut Tim Penilai adalah Tim yang dibentuk dan
ditetapkan oleh Pejabat yang Berwenang yang bertugas
mengevaluasi keselarasan hasil kerja dengan tugas yang
disusun dalam SKP, dan membantu menilai kinerja Penghulu.
18. Karya Tulis/Karya Ilmiah adalah tulisan hasil pokok pikiran,
pengembangan, dan hasil kajian/penelitian yang disusun oleh
Penghulu baik perorangan atau kelompok di bidang
kepenghuluan dan hukum Islam.

BAB II
RUMPUN JABATAN DAN KEDUDUKAN

Bagian Kesatu
Rumpun Jabatan

Pasal 2
Jabatan Fungsional Penghulu termasuk dalam rumpun keagamaan.

Bagian Kedua
Kedudukan
Pasal 3
(1) Penghulu berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di
bidang kepenghuluan pada Kementerian Agama.
(2) Penghulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
jabatan karier PNS.

BAB III
TUGAS JABATAN, JENJANG JABATAN, JENJANG PANGKAT, DAN
GOLONGAN RUANG

Bagian Kesatu
Tugas Jabatan

Pasal 4
Jabatan Fungsional Penghulu yaitu melaksanakan kegiatan
pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk, pengembangan
kepenghuluan, dan bimbingan masyarakat Islam.

Bagian Kedua
Jenjang Jabatan, Jenjang Pangkat, dan Golongan Ruang

Pasal 5
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Penghulu dari jenjang terendah
sampai jenjang tertinggi, terdiri atas:
a. Penghulu Ahli Pertama;
b. Penghulu Ahli Muda;
c. Penghulu Ahli Madya; dan
d. Penghulu Ahli Utama.
(2) Pangkat dan golongan ruang Jabatan Fungsional penghulu,
terdiri atas:
a. Ahli Pertama:
1) Penata Muda, golongan ruang III/a; dan
2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Ahli Muda:
1) Penata, golongan ruang III/c; dan
2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Ahli Madya:
1) Pembina, golongan ruang IV/a;
2) Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan
3) Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
d. Ahli Utama:
1) Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d; dan
2) Pembina Utama, golongan ruang lV/e.

BAB IV
UNSUR, SUB UNSUR, BUTIR KEGIATAN DAN TEKNIS
PELAKSANAAN TUGAS

Bagian Kesatu
Unsur Kegiatan

Pasal 6
(1) Unsur kegiatan tugas Jabatan Fungsional Penghulu yang
dapat dinilai angka kreditnya, terdiri atas:
a. unsur utama; dan
b. unsur penunjang.
(2) Unsur utama sebagaimana dimaksud pada angka 1, terdiri atas:
a. pendidikan;
b. pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk;
c. Pengembangan kepenghuluan;
d. bimbingan masyarakat Islam; dan
e. pengembangan profesi.

Bagian Kedua
Sub Unsur Kegiatan

Pasal 7
(1) pendidikan, meliputi:
a. pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
b. pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional kepenghuluan
serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Pelatihan (STTPP); dan
c. pendidikan dan pelatihan (diklat) jabatan.
(2) pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk, meliputi:
a. perencanaan kegiatan kepenghuluan;
b. pemeriksaan permohonan nikah atau rujuk;
c. bimbingan calon pengantin;
d. pelayanan nikah atau rujuk; dan
e. bimbingan perkawinan.
(3) pengembangan kepenghuluan, meliputi:
a. koordinasi tentang perkawinan; dan
b. sosialisasi tentang perkawinan.
(4) bimbingan masyarakat Islam, adalah pembinaan masyarakat
Islam;
(5) pengembangan profesi, meliputi:
a. penyusunan karya tulis/karya ilmiah di bidang
kepenghuluan dan hukum Islam;
b. penerjemahan/penyaduran buku dan karya ilmiah di bidang
kepenghuluan dan hukum Islam; dan
c. penyusunan pedoman/petunjuk teknis kepenghuluan dan
hukum Islam.
(6) Unsur Penunjang, terdiri atas:
a. pengajar/pelatih di bidang kepenghuluan dan hukum Islam;
b. peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi di bidang
kepenghuluan dan hukum Islam;
c. keanggotaan dalam Tim Penilai angka kredit jabatan
fungsional penghulu;
d. melakukan kegiatan pengabdian masyarakat;
e. menjadi anggota delegasi misi keagamaan;
f. perolehan penghargaan/tanda jasa; dan
g. perolehan ijazah/gelar kesarjanaan.

Bagian Ketiga
Butir Kegiatan

Pasal 8
Butir kegiatan Jabatan Fungsional Penghulu sesuai dengan jenjang
jabatannya, sebagai berikut:
a. Penghulu Ahli Pertama, meliputi:
a. Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan;
b. Menyusun rencana kerja operational kegiatan kepenghuluan;
c. melakukan kegiatan pemeriksaan berkas permohonan
kehendak nikah atau rujuk;
d. melakukan kegiatan analisa terhadap kekurangan
persyaratan nikah atau rujuk;
e. melakukan kegiatan penolakan kehendak nikah atau rujuk;
f. melakukan kegiatan analisis tanggapan/pengaduan
masyarakat terhadap pengumuman/kasus nikah atau rujuk;
g. melakukan kegiatan konseling/penasehatan terhadap calon
pengantin;
h. melakukan kegiatan pembinaan terhadap calon pengantin;
i. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
terhadap WNI;
j. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk
dengan Bahasa Indonesia;
k. melakukan kegiatan pelayanan konsultasi nikah atau rujuk;
l. melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi nikah atau
rujuk;
m. melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan konsultasi
nikah atau rujuk;
n. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sectoral/vertical/dan lembaga keagamaan tentang nikah siri;
o. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sectoral/vertical/dan lembaga keagamaan tentang buku
nikah palsu;
p. melakukan kegiatan kepengurusan organisasi profesi
penghulu;
q. melakukan kegiatan sosialisasi perkawinan terhadap siswa
SMU/MA;
r. melakukan kegiatan sosialisasi perkawinan terhadap remaja
masjid;
s. melakukan kegiatan sosialisasi keluarga sakinah terhadap
majlis taklim;
t. melakukan kegiatan sosialisasi keluarga sakinah terhadap
desa binaan;
u. melakukan kegiatan pembentukan desa binaan keluarga
sakinah/kampung sakinah;
v. melakukan kegiatan pembelajaran hisab rukyat;
w. melakukan kegiatan observasi rukyat hilal;
x. melakukan kegiatan pembelajaran pengukuran arah kiblat;
y. melakukan kegiatan pengukuran arah kiblat bagi
mushalla/langgar/masjid/tempat pemakaman;
z. melakukan kegiatan pembelajaran manasik haji;
aa. melakukan kegiatan pembinaan manasik haji;
bb. melakukan kegiatan pembelajaran pengelolaan kemasjidan;
cc. melakukan kegiatan bimbingan teknis kemasjidan;
dd. melakukan kegiatan pembelajaran ZIS;
ee. melakukan kegiatan bimbingan teknis ZIS;
ff. melakukan kegiatan sosialisasi nazir wakaf dan wakif;
b. Penghulu Ahli Muda, meliputi:
a. Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan;
b. Menyusun rencana kerja operational kegiatan kepenghuluan;
c. melakukan kegiatan pemeriksaan berkas permohonan
kehendak nikah atau rujuk;
d. melakukan kegiatan analisa terhadap kekurangan
persyaratan nikah atau rujuk;
e. melakukan kegiatan penolakan kehendak nikah atau rujuk;
f. melakukan kegiatan analisis tanggapan/pengaduan
masyarakat terhadap pengumuman/kasus nikah atau rujuk;
g. melakukan kegiatan konseling/penasehatan terhadap calon
pengantin;
h. melakukan kegiatan pembinaan terhadap calon pengantin;
i. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
terhadap WNI;
j. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
terhadap pernikahan campuran;
k. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk
dengan Bahasa Indonesia;
l. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk
dengan Bahasa Arab;
m. melakukan kegiatan pelayanan konsultasi rumah tangga;
n. melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi rumah
tangga;
o. melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan konsultasi
rumah tangga;
p. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sectoral/vertical/dan lembaga keagamaan tentang nikah siri;
q. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sectoral/vertical/dan lembaga keagamaan tentang buku
nikah palsu;
r. melakukan kegiatan kepengurusan organisasi profesi
penghulu;
s. melakukan kegiatan sosialisasi perkawinan terhadap siswa
SMU/MA;
t. melakukan kegiatan sosialisasi perkawinan terhadap remaja
masjid;
u. melakukan kegiatan sosialisasi keluarga sakinah terhadap
desa binaan;
v. melakukan kegiatan sosialisasi keluarga sakinah terhadap
ormas keagamaan;
w. melakukan kegiatan pembentukan desa binaan keluarga
sakinah/kampung sakinah;
x. melakukan kegiatan pembelajaran hisab rukyat;
y. melakukan kegiatan observasi rukyat hilal;
z. melakukan kegiatan pembelajaran pengukuran arah kiblat;
aa. melakukan kegiatan pengukuran arah kiblat bagi
mushalla/langgar/masjid/tempat pemakaman;
bb. melakukan kegiatan pembelajaran manasik haji;
cc. melakukan kegiatan pembinaan manasik haji;
dd. melakukan kegiatan pembelajaran pengelolaan kemasjidan;
ee. melakukan kegiatan bimbingan teknis kemasjidan;
ff. melakukan kegiatan pembelajaran ZIS;
gg. melakukan kegiatan bimbingan teknis ZIS;
hh. melakukan kegiatan sosialisasi nazir wakaf dan wakif;
c. Penghulu Ahli Madya, meliputi:
a. Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan;
b. Menyusun rencana kerja operational kegiatan kepenghuluan;
c. melakukan kegiatan pemeriksaan berkas permohonan
kehendak nikah atau rujuk;
d. melakukan kegiatan analisa terhadap kekurangan
persyaratan nikah atau rujuk;
e. melakukan kegiatan penolakan kehendak nikah atau rujuk;
f. melakukan kegiatan analisis tanggapan/pengaduan
masyarakat terhadap pengumuman/kasus nikah atau rujuk;
g. melakukan kegiatan konseling/penasehatan terhadap calon
pengantin;
h. melakukan kegiatan pembinaan terhadap calon pengantin;
i. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
terhadap WNI;
j. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
terhadap pernikahan campuran;
k. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
terhadap pernikahan WNA;
l. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk
dengan Bahasa Indonesia;
m. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk
dengan Bahasa Arab;
n. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk
dengan Bahasa Inggris;
o. melakukan kegiatan pelayanan konsultasi kepenghuluan;
p. melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi
kepenghuluan;
q. melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan konsultasi
kepenghuluan;
r. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sektoral/vertikal/dan lembaga keagamaan tentang
pemalsuan data pernikahan;
s. melakukan kegiatan kepengurusan organisasi profesi
penghulu;
t. melakukan kegiatan sosialisasi perkawinan terhadap ormas
keagamaan;
u. melakukan kegiatan sosialisasi keluarga sakinah terhadap
ormas keagamaan;
v. melakukan kegiatan bimbingan teknis terhadap desa binaan
keluarga sakinah/kampung sakinah;
w. melakukan kegiatan pembelajaran hisab rukyat;
x. melakukan kegiatan observasi rukyat hilal;
y. melakukan kegiatan pembelajaran pengukuran arah kiblat;
z. melakukan kegiatan pengukuran arah kiblat bagi
mushalla/langgar/masjid/tempat pemakaman;
aa. melakukan kegiatan pembelajaran manasik haji;
bb. melakukan kegiatan pembinaan manasik haji;
cc. melakukan kegiatan sosialisasi kerukunan umat beragama
(KUB) pada kecamatan;
dd. melakukan kegiatan telaahan mengenai isu aktual
keagamaan tingkat kecamatan;
ee. melakukan kegiatan evaluasi atau penanganan mengenai isu
actual tingkat kecamatan;
ff. melakukan kegiatan penanganan konflik social keagamaan
pada tingkat kecamatan;
gg. melakukan kegiatan pembelajaran pengelolaan kemasjidan;
hh. melakukan kegiatan bimbingan teknis kemasjidan;
ii. melakukan kegiatan pembelajaran ZIS;
jj. melakukan kegiatan bimbingan teknis ZIS;
kk. melakukan kegiatan sosialisasi nazir wakaf dan wakif.
d. Penghulu ahli Utama, meliputi:
a. Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan;
b. Menyusun rencana kerja operational kegiatan kepenghuluan;
c. melakukan kegiatan pemeriksaan berkas permohonan
kehendak nikah atau rujuk;
d. melakukan kegiatan analisa terhadap kekurangan
persyaratan nikah atau rujuk;
e. melakukan kegiatan penolakan kehendak nikah atau rujuk;
f. melakukan kegiatan analisis tanggapan/pengaduan
masyarakat terhadap pengumuman/kasus nikah atau rujuk;
g. melakukan kegiatan konseling/penasehatan terhadap calon
pengantin;
h. melakukan kegiatan pembinaan terhadap calon pengantin;
i. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
terhadap WNI;
j. melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
terhadap pernikahan WNA;
k. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk
dengan Bahasa Indonesia;
l. melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau rujuk
dengan Bahasa Inggris;
m. melakukan kegiatan pelayanan konsultasi hukum Islam;
n. melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi hukum
Islam;
o. melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan konsultasi
hukum Islam;
p. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sektoral/vertical/dan lembaga keagamaan tentang kekerasan
dalam rumah tangga;
q. melakukan kegiatan koordinasi dengan intansi lintas
sektoral/vertical/dan lembaga keagamaan tentang
penyimpangan pelaksanaan pernikahan;
r. melakukan kegiatan kepengurusan organisasi profesi
penghulu;
s. melakukan kegiatan sosialisasi perkawinan terhadap ormas
keagamaan;
t. melakukan kegiatan sosialisasi keluarga sakinah terhadap
instansi pemerintah;
u. melakukan kegiatan sosialisasi keluarga sakinah terhadap
karyawan swasta;
v. melakukan kegiatan bimbingan teknis terhadap desa binaan
keluarga sakinah/kampung sakinah;
w. melakukan kegiatan evaluasi dan pengembangan desa
binaan keluarga sakinah/kampung sakinah;
x. melakukan kegiatan pembelajaran hisab rukyat;
y. melakukan kegiatan observasi rukyat hilal;
z. melakukan kegiatan pembelajaran pengukuran arah kiblat;
aa. melakukan kegiatan pengukuran arah kiblat bagi
mushalla/langgar/masjid/tempat pemakaman;
bb. melakukan kegiatan pembelajaran manasik haji;
cc. melakukan kegiatan pembinaan manasik haji;
dd. melakukan kegiatan sosialisasi kerukunan umat beragama
(KUB) pada kecamatan;
ee. melakukan kegiatan telaahan mengenai isu aktual
keagamaan tingkat kecamatan;
ff. melakukan kegiatan evaluasi atau penanganan mengenai isu
actual tingkat kecamatan;
gg. melakukan kegiatan penanganan konflik sosial keagamaan
pada tingkat kecamatan;
hh. melakukan kegiatan pembelajaran pengelolaan kemasjidan;
ii. melakukan kegiatan bimbingan teknis kemasjidan;
jj. melakukan kegiatan pembelajaran ZIS;
kk. melakukan kegiatan bimbingan teknis ZIS;
ll. melakukan kegiatan sosialisasi nazir wakaf dan wakif.

Bagian Kempat
Teknis Pelaksanaan Tugas

Pasal 9
(1) Unsur Utama
a. Pendidikan
1) Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
a) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan penghulu mengikuti pendidikan formal
dalam bidang studi yang sesuai dengan bidang tugas
(bidang Syariah/Hukum Islam), baik di dalam
maupun luar negeri.
b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Fotocopy surat izin/tugas belajar;
 Fotocopy ijazah yang dilegalisir oleh instansi yang
berwenang.
c) Kriteria pemberian angka kredit:
 Penghulu yang memperoleh gelar jenjang
pendidikan lebih tinggi setelah ia diangkat sebagai
Penghulu, angka kredit yang diberikan adalah
selisih antara angka kredit gelar/ijazah yang lebih
tinggi tersebut dengan angka kredit yang pernah
diberikan (ijazah sebelumnya), yaitu;
- Gelar/ijazah S2 diberikan angka kredit
sebesar 150 (untuk angka kredit S2) dikurangi
100 (untuk angka kredit S1) = 50.
- Gelar/ijazah S3 diberikan angka kredit
sebesar 200 (untuk angka kredit S3) dikurangi
150 (untuk angka kredit S2) = 50.
 Penghulu yang memperoleh gelar/ijazah yang
lebih tinggi tetap tidak sesuai dengan tugas
pokoknya, angka kredit yang diperoleh adalah
angka kredit dari unsur kegiatan penunjang,
yaitu : S1 sebesar 5; S2 sebesar 10; dan S3
sebesar 15.
 Penghulu yang memperoleh tambahan
gelar/ijazah kesarjanaan setingkat dengan
kesarjanaan yang pernah diperolehnya, dapat
memperoleh angka kredit sebesar 5 untuk S1, 10
untuk S2, dan 15 untuk S3, dengan syarat yang
bersangkutan memiliki: (a) ijin tugas belajar dari
instansinya; dan (b) ijazah yang telah
dilegalisir/disahkan oleh instansi yang berwenang
sesuai dengan peraturan/ketentuan yang berlaku.
2) Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang
kepenghuluan serta memperoleh surat tanda tamat
pendidikan dan pelatihan;
a) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan Penghulu mengikuti diklat fungsional atau
diklat teknis di bidang kepenghuluan yang
diselenggarakan Pusdiklat dan atau Direktorat
Jenderal dalam rangka memenuhi kompetensi
jabatan Penghulu.
b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Foto copy STTPP/sertifikat yang dikeluarkan oleh
penyelenggara diklat dan dilegalisir oleh atasan
langsung Penghulu yang bersangkutan
 Surat penugasan mengikuti diklat.
c) Kriteria pemberian angka kredit:
Penghulu yang telah mengikuti diklat di bidang
Kepenghuluan, dan memperoleh STTPP/sertifikat,
diberikan angka kredit yang besarnya tergantung
kepada jumlah jam pelajaran (1 jam pelajaran ± 45
menit), yaitu:
 Lebih 960 jam pelajaran memperoleh 15 angka
kredit
 841 - 960 jam pelajaran memperoleh 9 angka
kredit
 481 - 640 jam pelajaran memperoleh 6 angka
kredit
 161 - 480 jam pelajaran memperoleh 3 angka
kredit
 81 - 160 jam pelajaran memperoleh 2 angka
kredit
 30 - 80 jam pelajaran memperoleh 1 angka
kredit
3) Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan;
a) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan Penghulu mengikuti diklat prajabatan yang
bersifat umum sesuai dengan ketentuan
Keppres/Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan
prajabatan yang bersifat khusus sesuai ketentuan
yang ditetapkan Menteri Agama dan diselenggarakan
Pusdiklat bersama Ditjen Bimas Islam dalam rangka
memenuhi kompetensi jabatan.
b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
 Foto copy sertifikat yang dikeluarkan oleh
penyelenggara diklat dan dilegalisir oleh atasan
langsung Penghulu yang bersangkutan.
 Surat penugasan mengikuti diklat.
 Penghulu yang telah mengikuti diklat prajabatan
umum tingkat IV atau prajabatan khusus dan
memperoleh sertifikat, diberikan angka kredit 1.
b. Pelayanan dan Bimbingan Nikah atau Rujuk
1) perencanaan kegiatan kepenghuluan
a) Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan Penghulu menyusun rencana kerja
tahunan yang akan dilaksanakan setiap awal
tahun dalam bentuk rencana kerja perorangan
(RKP) Penghulu sesuai dengan tugas pokok dan
rincian tugas serta jenjang kepangkatan yang
dimiliki Penghulu yang bersangkutan dan rincian
tugas limpah yang harus dilaksanakan oleh
Penghulu yang bersangkutan karena tidak/belum
terisinya formasi Penghulu pada suatu jenjang
jabatan tertentu yang dilakukan oleh seorang
Penghulu atas dasar surat penugasan dari Kepala
KUA.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Instrumen RKP berlaku seragam sebagai
formulir lampiran II juknis ini.
- Naskah RKP disusun oleh masing-masing
Penghulu yang bersangkutan dengan
menggunakan instrumen yang telah disepakati
dan dibahas secara bersama dengan Penghulu
lainnya serta disetujui oleh atasan langsung
Penghulu yang bersangkutan/organisasi
profesi setiap jenjang.
 Kriteria pemberian angka kredit:
Untuk satu naskah RKP yang hanya dibuat sekali
dalam setahun diberi nilai:
- Penghulu Ahli Pertama : 0,120
- Penghulu Ahli Muda : 0,240
- Penghulu Ahli Madya : 0,360
- Penghulu Ahli Utama : 0,480
b) Menyusun rencana kerja operasional kepenghuluan
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan Penghulu menyusun rencana kerja
operasional yang merupakan penjabaran dalam
bentuk kerangka acuan (TOR) atau juklak/juknis
dari setiap kegiatan yang tertuang dalam RKP
yang dibuat oleh Penghulu yang bersangkutan.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Instrumen TOR disusun bersama oleh
Penghulu pada setiap jenjang organisasi di
bawah koordinasi Pokjahulu pada jenjang
yang bersangkutan.
- Naskah TOR/juklak/juknis yang disusun oleh
masing-masing Penghulu yang bersangkutan
dengan menggunakan instrumen yang telah
disepakati dan dibahas secara bersama
dengan Penghulu lainnya serta disetujui oleh
atasan langsung Penghulu yang
bersangkutan/Pokjahulu setiap jenjang.
 Kriteria pemberian angka kredit:
Untuk satu naskah TOR RKP/RKT diberi nilai:
- Penghulu Ahli Pertama : 0,100
- Penghulu Ahli Muda : 0,200
- Penghulu Ahli Madya : 0,300
- Penghulu Ahli Utama : 0,400
2) Pemeriksaan permohonan nikah atau rujuk;
a) Melakukan kegiatan pemeriksaan berkas permohonan
kehendak nikah atau rujuk.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah menerima, menverifikasi dan
menetapkan terpenuhinya persyaratan
permohonan kehendak nikah atau rujuk
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
hukum munakahat, untuk selanjutnya
dituangkan dalam berita acara pemeriksaan.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Berita acara pemeriksaan permohonan
kehendak nikah atau rujuk yang telah
ditandatangani oleh kedua calon pengantin,
wali, dan petugas pemeriksa.
- Setiap satu berita acara diberi angka kredit
(Penghulu Ahli Pertama: 0,020; Penghulu Ahli
Muda: 0,040 Penghulu Ahli Madya: 0,060; dan
Penghulu Ahli Utama: 0,080).
b) Melakukan kegiatan analisis terhadap kekurangan
persyaratan nikah atau rujuk.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah membuat dan menyampaikan
surat pemberitahuan dalam bentuk laporan
terhadap kedua calon mempelai dan atau wali
bahwa terdapat kekurangan persyaratan terhadap
permohonan pencatatan kehendak nikah atau
rujuk.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Surat pemberitahuan kekurangan persyaratan
permohonan kehendak nikah atau rujuk.
- Setiap satu surat diberi angka kredit
(Penghulu Ahli Pertama: 0,010; Penghulu Ahli
Muda: 0,020 Penghulu Ahli Madya: 0,030; dan
Penghulu Ahli Utama: 0,040).
c) Melakukan kegiatan penolakan kehendak nikah atau
rujuk.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah membuat dan menyampaikan
surat penolakan permohonan kehendak nikah
atau rujuk terhadap kedua calon mempelai dan
atau wali.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Surat penolakan permohonan kehendak nikah
atau rujuk.
- Setiap satu satu diberi angka kredit (Penghulu
Ahli Pertama: 0,020; Penghulu Ahli Muda:
0,030 Penghulu Ahli Madya: 0,050; dan
Penghulu Ahli Utama: 0,060).
d) Melakukan kegiatan analisis tanggapan/pengaduan
masyarakat terhadap pengumuman/kasus nikah atau
rujuk
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan pengolahan dan
penganalisaan terhadap keberatan tentang
pengumuman/kasus nikah atau rujuk dengan
memanggil/mengecek kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil analisis tanggapan/pengaduan
masyarakat terhadap pengumuman/kasus
nikah atau rujuk.
- Setiap satu laporan permasalahan diberi
angka kredit (Penghulu Ahli Pertama: 0,060;
Penghulu Ahli Muda: 0,110 Penghulu Ahli
Madya: 0,170; dan Penghulu Ahli Utama:
0,220).
3) Bimbingan Calon Pengantin.
a) Melakukan kegiatan konseling/penasehatan terhadap
calon pengantin.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan analisis terhadap
latar belakang dan kondisi keberagamaan calon
pengantin sebagai dasar kebutuhan penasehatan,
adapun format konseling disepakati oleh
organisasi profesi penghulu.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Naskah konseling/penasehatan terhadap calon
pengantin.
- Setiap satu naskah konseling/penasehatan
diberi angka kredit (Penghulu Ahli Pertama:
0,010; Penghulu Ahli Muda: 0,020 Penghulu
Ahli Madya: 0,030; dan Penghulu Ahli Utama:
0,040).
b) Melakukan kegiatan pembinaan terhadap calon
pengantin.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan
terhadap calon pengantin dalam forum
penasehatan minimal 2 jam pelajaran setiap
materi.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan dalam bentuk surat keterangan dari
penyelenggara pembinaan calon pengantin.
- Setiap satu laporan dalam bentuk surat
keterangan diberi angka kredit (Penghulu Ahli
Pertama: 0,020; Penghulu Ahli Muda: 0,040
Penghulu Ahli Madya: 0,060; dan Penghulu
Ahli Utama: 0,080).
4) Pelayanan nikah atau rujuk.
a) Melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
WNI.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah menghadiri dan mengawasi
proses layanan pencatatan nikah atau rujuk
warga negara Indonesia baik di kantor maupun di
luar kantor serta menetapkan legalitas akad nikah
atau rujuk.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Dokumen surat tugas yang ditandatangani
oleh Kepala KUA untuk menghadiri dan
mengawasi pencatatan nikah atau rujuk.
- Setiap satu peristiwa menghadiri dan
mengawasi pencatatan nikah atau rujuk diberi
angka kredit (Penghulu Ahli Pertama: 0,020;
Penghulu Ahli Muda: 0,030 Penghulu Ahli
Madya: 0,050; dan Penghulu Ahli Utama:
0,060).
b) Melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
terhadap pernikahan campuran.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah menghadiri dan mengawasi
proses layanan pencatatan nikah atau rujuk
pernikahan campuran baik di kantor maupun di
luar kantor serta menetapkan legalitas akad nikah
atau rujuk.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Dokumen surat tugas yang ditandatangani
oleh Kepala KUA untuk menghadir dan
mengawasi pencatatan nikah atau rujuk.
- Setiap satu peristiwa menghadiri nikah atau
rujuk diberi angka kredit (Penghulu Ahli
Muda: 0,030 dan Penghulu Ahli Madya:
0,050).
c) Melakukan kegiatan pelayanan akad nikah atau rujuk
terhadap pernikahan WNA.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah menghadiri dan atau
mengawasi proses layanan pencatatan nikah atau
rujuk pernikahan warga negara asing baik di
kantor maupun di luar kantor serta menetapkan
legalitas akad nikah atau rujuk.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Dokumen surat tugas yang ditandatangani
oleh Kepala KUA untuk menghadir dan atau
mengawasi pencatatan nikah atau rujuk.
- Setiap satu peristiwa menghadiri pencatatan
nikah atau rujuk diberi angka kredit
(Penghulu Ahli Madya: 0,050 dan Penghulu
Ahli Utama: 0,060).
d) Melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau
rujuk dengan Bahasa Daerah/Indonesia.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan penasehatan
terhadap pasangan suami istri pada acara resepsi
pernikahan atau rujuk dengan Bahasa
Daerah/Indonesia.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Naskah nasehat dan surat keterangan dari
pasangan suami/istri atau wali nikah atau
rujuk.
- Setiap satu naskah dan surat keterangan
diberi angka kredit (Penghulu Ahli Pertama:
0,010; Penghulu Ahli Muda: 0,020 Penghulu
Ahli Madya: 0,030; dan Penghulu Ahli Utama:
0,040).
e) Melakukan kegiatan khutbah/nasehat nikah atau
rujuk dengan Bahasa Arab/Inggris/Asing Lainnya.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan penasehatan
terhadap pasangan suami istri dengan Bahasa
Arab/Inggris/Asing Lainnya pada acara prosesi
pernikahan atau rujuk.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Naskah nasehat dan surat keterangan dari
pasangan suami/istri atau wali nikah atau
rujuk.
- Setiap satu naskah dan surat keterangan
diberi angka kredit (Penghulu Ahli Pertama:
0,010, Penghulu Ahli Muda: 0,020 dan
Penghulu Ahli Madya: 0,030, dan Penghulu
Ahli Utama: 0,040).
5) Bimbingan Perkawinan.
a) Melakukan kegiatan pelayanan konsultasi nikah atau
rujuk.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan layanan konsultasi
tentang nikah atau rujuk yang dimintakan oleh
masyarakat dengan membuat berita acara
konsultasi.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Naskah berita acara konsultasi nikah atau
rujuk.
- Setiap satu naskah berita acara diberi angka
kredit Penghulu Ahli Pertama: 0,020.
b) Melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi
nikah atau rujuk.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan analisis terkait
berita acara hasil layanan konsultasi tentang
nikah atau rujuk yang dimintakan oleh
masyarakat.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil analisis terhadap layanan
konsultasi nikah atau rujuk.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit
Penghulu Ahli Pertama: 0,020.
c) Melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan
konsultasi nikah atau rujuk.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan tindaklanjut
laporan analisis terkait layanan konsultasi
tentang nikah atau rujuk dengan melakukan
kunjungan ketempat kejadian.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil pemantauan terhadap layanan
konsultasi nikah atau rujuk.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit
Penghulu Ahli Pertama: 0,040.
d) Melakukan kegiatan pelayanan konsultasi rumah
tangga.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan layanan konsultasi
tentang kasus/krisis rumah tangga yang
dimintakan oleh masyarakat dengan membuat
berita acara konsultasi.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Naskah berita acara layanan konsultasi
tentang kasus/krisis rumah tangga.
- Setiap satu naskah berita acara diberi angka
kredit Penghulu Ahli Muda: 0,080.
e) Melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi
rumah tangga.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan analisis terkait
berita acara hasil layanan konsultasi tentang
kasus/krisis rumah tangga yang dimintakan oleh
masyarakat.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil analisis terhadap layanan
konsultasi tentang kasus/krisis rumah tangga.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit
Penghulu Ahli Muda: 0,030.
f) Melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan
konsultasi rumah tangga.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan tindaklanjut
laporan analisis terkait layanan konsultasi
tentang kasus/krisis rumah tangga dengan
melakukan kunjungan ketempat kejadian.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil pemantauan terhadap layanan
konsultasi tentang kasus/krisis rumah tangga.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit
Penghulu Ahli Muda: 0,080.
g) Melakukan kegiatan pelayanan konsultasi
kepenghuluan.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan layanan konsultasi
kepenghuluan (etika/moral penghulu, istbat
nikah, nikah masal, dan lain-lain) yang
dimintakan oleh masyarakat dengan membuat
berita acara konsultasi.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Naskah berita acara layanan konsultasi
kepenghuluan.
- Setiap satu naskah berita acara diberi angka
kredit Penghulu Ahli Madya: 0,060.
h) Melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi
kepenghuluan.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan analisis terkait
berita acara hasil layanan konsultasi
kepenghuluan (etika/moral penghulu, istbat
nikah, nikah masal, dan lain-lain) yang
dimintakan oleh masyarakat.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil analisis terhadap layanan
konsultasi kepenghuluan (etika/moral
penghulu, istbat nikah, nikah masal, dan lain-
lain).
- Setiap satu laporan diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,050.
i) Melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan
konsultasi kepenghuluan.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan tindaklanjut
laporan analisis terkait layanan konsultasi
kepenghuluan (etika/moral penghulu, istbat
nikah, nikah masal, dan lain-lain) dengan
melakukan kunjungan ketempat kejadian.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil pemantauan terhadap layanan
konsultasi kepenghuluan (etika/moral
penghulu, istbat nikah, nikah masal, dan lain-
lain).
- Setiap satu laporan diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,120.
j) Melakukan kegiatan pelayanan konsultasi hukum
Islam.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan layanan konsultasi
hukum Islam yang disampaikan masyarakat
dengan membuat berita acara konsultasi.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Naskah berita acara layanan konsultasi
kepenghuluan.
- Setiap satu naskah berita acara diberi angka
kredit Penghulu Ahli Madya: 0,160.
k) Melakukan kegiatan analisis layanan konsultasi
hukum Islam.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan analisis terkait
berita acara hasil layanan konsultasi hukum
Islam yang dimintakan oleh masyarakat.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil analisis terhadap layanan
konsultasi hukum Islam.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,080.
l) Melakukan kegiatan pemantauan hasil layanan
konsultasi hukum Islam.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan tindaklanjut
laporan analisis terkait layanan konsultasi hukum
Islam dengan melakukan kunjungan ketempat
kejadian.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil pemantauan terhadap layanan
konsultasi hukum Islam.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,160.

c. Pengembangan Kepenghuluan
1) Koordinasi tentang perkawinan
a) Melakukan kegiatan koordinasi dengan instansi lintas
sektoral/vertikal/dan lembaga keagamaan tentang
nikah siri.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan koordinasi dengan
instansi lintas sektoral/vertikal/dan lembaga
keagamaan tentang adanya pernikahan siri.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil koordinasi dengan instansi
lintas sektoral/vertikal dan/ lembaga
keagamaan.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit
Penghulu Ahli Pertama: 0,060; Penghulu Ahli
Muda: 0,120.
b) Melakukan kegiatan koordinasi dengan instansi lintas
sektoral/vertikal/dan lembaga keagamaan tentang
buku nikah palsu.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan koordinasi dengan
instansi lintas sektoral/vertikal/dan lembaga
keagamaan tentang adanya pemalsuan buku
nikah.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil koordinasi dengan instansi
lintas sektoral/vertikal dan/ lembaga
keagamaan.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit
Penghulu Ahli Pertama: 0,060; Penghulu Ahli
Muda: 0,120.
c) Melakukan kegiatan koordinasi dengan instansi lintas
sektoral/vertikal/dan lembaga keagamaan tentang
pemalsuan data pernikahan.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan koordinasi dengan
instansi lintas sektoral/vertikal/dan lembaga
keagamaan tentang adanya pemalsuan data
pernikahan.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil koordinasi dengan instansi
lintas sektoral/vertikal dan/ lembaga
keagamaan.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,180.
d) Melakukan kegiatan koordinasi dengan instansi lintas
sektoral/vertikal/dan lembaga keagamaan tentang
kekerasan dalam rumah tangga.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan koordinasi dengan
instansi lintas sektoral/vertikal/dan lembaga
keagamaan tentang adanya kekerasan dalam
rumah tangga.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil koordinasi dengan instansi
lintas sektoral/vertikal dan/ lembaga
keagamaan.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit
Penghulu Ahli Utama: 0,240.
e) Melakukan kegiatan koordinasi dengan instansi lintas
sektoral/vertikal/dan lembaga keagamaan tentang
pelaksanaan pernikahan yang tidak sesuai dengan
hukum pernikahan islam (munakahat).
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan koordinasi dengan
instansi lintas sektoral/vertikal/dan lembaga
keagamaan tentang adanya penyimpangan
pelaksanaan pernikahan.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil koordinasi dengan instansi
lintas sektoral/vertikal dan/ lembaga
keagamaan.
- Setiap satu laporan diberi angka kredit
Penghulu Ahli Utama: 0,240.
f) Melakukan kajian pengembangan kepenghuluan
nasional.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan kajian tentang
perkawinan dan pembinaan perkawinan yang
dapat dijadikan pedoman bagi penghulu dalam
melaksanakan tugas.
 Instrumen dan kreteria bukti fisik:
- Laporan hasil kajian pengembangan
kepenghuluan.
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka
kredit Penghulu Ahli Utama: 0,900.
2) Pembinaan tentang perkawinan
a) Mengkaji dan menyusun
program/strategi/perencanaan kegiatan pembinaan
perkawinan.
 Deskripsi kegiatan:
Kegiatan ini adalah melakukan kajian dan
penyusunan program/strategi/perencanaan
pembinaan perkawinan kepada
keluarga/masyarakat.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil kajian dan susunan
program/strategi/perencanaan.
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka
kredit Penghulu Ahli Madya: 0,140; Penghulu
Ahli Utama: 0,180.
b) Menginventarisasi dan menyusun bahan/materi
kegiatan pembinaan perkawinan.
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah Menginventarisasi dan
menyusun bahan/materi kegiatan pembinaan
perkawinan terhadap keluarga/masyarakat.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Jadwal bahan/materi pembinaan
- Setiap satu laporan jadwal diberi angka kredit
Penghulu Ahli Pertama: 0,050.
c) Melaksanakan kegiatan pembinaan perkawinan.
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah menjadi narasumber pada
kegiatan pembinaan perkawinan terhadap
keluarga/masyarakat yang diadakan oleh instansi
pemerintah/swasta/lembaga keagamaan.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan kegiatan dan materi menjadi
narasumber
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka
kredit (Penghulu Ahli Pertama: 0,050,
Penghulu Ahli Muda: 0,090 dan Penghulu Ahli
Madya: 0,140, dan Penghulu Ahli Utama:
0,180)
d) Menyusun kajian pengembangan kegiatan pembinaan
perkawinan.
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan kajian
pengembangan pembinaan perkawinan kepada
keluarga/masyarakat
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil kajian pengembangan
pembinaan perkawinan
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka
kredit Penghulu Ahli Madya: 0,140; Penghulu
Ahli Utama: 0,180
e) Mengkaji dan menyusun
program/strategi/perencanaan kegiatan pembinaan
keluarga sakinah.
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan kajian dan
penyusunan program/strategi/perencanaan
pembinaan keluarga sakinah kepada kelompok
masyarakat
 Instrumen dan kriteria bukti fisik:
- Laporan hasil kajian dan susunan
program/strategi/perencanaan.
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka
kredit Penghulu Ahli Madya: 0,140; Penghulu
Ahli Utama: 0,180
f) Menginventarisasi dan menyusun bahan/materi
kegiatan pembinaan keluarga sakinah.
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah Menginventarisasi dan
menyusun bahan/materi kegiatan pembinan
keluarga sakinah terhadap kelompok masyarakat
 Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Jadwal bahan/materi pembinaan
- Setiap satu laporan jadwal diberi angka kredit
Penghulu Ahli Pertama: 0,050.
g) Melaksanakan kegiatan pembinaan keluarga sakinah.
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah menjadi narasumber pada
kegiatan pembinaan keluarga sakinah terhadap
kelompok masyarakat yang diadakan oleh instansi
pemerintah/swasta/lembaga keagamaan.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan kegiatan dan materi menjadi
narasumber
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka
kredit (Penghulu Ahli Muda: 0,090 dan
Penghulu Ahli Madya: 0,140, dan Penghulu Ahli
Utama: 0,180)
h) Menyusun kajian pengembangan pembinaan keluarga
sakinah.
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan kajian
pengembangan pembinaan keluarga sakinah
terhadap kelompok masyarakat
 Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil kajian pengembangan keluarga
sakinah
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka
kredit Penghulu Ahli Madya: 0,140; Penghulu
Ahli Utama: 0,180
i) Mengkaji dan menyusun program/strategi
pembentukan desa binaan.
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan kajian dan
penyusunan program/strategi pembentukan desa
binaan di desa/kelurahan
 Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil kajian dan susunan
program/strategi.
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka
kredit Penghulu Ahli Madya: 0,270; Penghulu
Ahli Utama: 0,360
j) Melakukan kegiatan pembentukan desa binaan
keluarga sakinah/kampung sakinah.
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melaksanakan pembentukan
desa binaan keluarga sakinah/kampung sakinah
di desa/kelurahan
 Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil pembentukan desa binaan
keluarga sakinah/kampung sakinah
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka
kredit Penghulu Ahli Pertama: 0,090; Penghulu
Ahli Muda: 0,360
k) Melakukan kegiatan pembinaan/bimbingan teknis
terhadap desa binaan keluarga sakinah/kampung
sakinah.
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melaksanakan
pembinaan/bimbingan teknis terhadap desa
binaan keluarga sakinah/kampung sakinah di
desa/kelurahan.
 Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil pelaksanaan
pembinaan/bimbingan teknis
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka
kredit Penghulu Ahli Muda: 0,090; Penghulu
Ahli Madya: 0,140
l) Menyusun kajian pengembangan desa binaan
keluarga sakinah/kampung sakinah
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah menyusun kajian
pengembangan desa binaan keluarga/kampung
sakinah
 Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil kajian pengembangan
- Setiap satu laporan hasil kajian diberi angka
kredit Penghulu Ahli Madya: 0,140; Penghulu
Ahli Utama: 0,180

d. Bimbingan Masyarakat Islam


1) Pembinaan masyarakat Islam
a) Melakukan kegiatan observasi rukyat hilal
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan penglihatan posisi
hilal secara bersama
 Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil penglihatan hilal
- Setiap satu laporan hasil penglihatan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Pertama: 0,040;
Penghulu Ahli Muda: 0,080; Penghulu Ahli
Madya: 0,120; Penghulu Ahli Utama: 0,160
b) Melakukan kegiatan pengukuran arah kiblat bagi
mushalla/langgar/masjid/tempat pemakaman
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan layanan
permohonan, pengkajian, dan pengukuran arah
kiblat mushalla/langgar/masjid/tempat
pemakaman
 Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil layanan
- Setiap satu laporan hasil layanan diberi angka
kredit Penghulu Ahli Pertama: 0,040; Penghulu
Ahli Muda: 0,080; Penghulu Ahli Madya:
0,120; Penghulu Ahli Utama: 0,160
c) Melakukan kegiatan pembinaan manasik haji
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan kepada
jamaah haji pada acara manasik haji sebagai
narasumber minimal 2 jam pelajaran
 Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan pembinaan manasik haji
- Setiap satu laporan hasil layanan diberi angka
kredit Penghulu Ahli Pertama: 0,020; Penghulu
Ahli Muda: 0,040; Penghulu Ahli Madya:
0,060; Penghulu Ahli Utama: 0,080
d) Melakukan kegiatan bimbingan teknis kemasjidan,
pada:
 Masjid Desa/Kecamatan
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan
atau bimbingan kepada pengurus masjid
desa/kelurahan (masjid jami’) atau masjid
kecamatan (masjid besar kecamatan) tentang
idarah, imarah, dan ri’ayah
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil pembinaan
 Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Pertama:
0,050; dan Penghulu Ahli Muda 0,090:
 Masjid Kabupaten/Provinsi
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan
atau bimbingan kepada pengurus masjid
kabupaten/kota (masjid agung) tentang
idarah, imarah, dan ri’ayah
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil pembinaan
 Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Madya: 0,140;
 Masjid Provinsi/Nasional
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan
atau bimbingan kepada pengurus masjid
provinsi/nasional (masjid raya/negara)
tentang idarah, imarah, dan ri’ayah
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil pembinaan
 Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Utama: 0,180;
e) Melakukan bimbingan teknis ZIS
 Desa/Kecamatan
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan
dan bimbingan teknis pengelolaan ZIS kepada
unit pengumpul zakat
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil pembinaan
 Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Pertama:
0,050; Penghulu Ahli Muda: 0,090
 Kabupaten/Kota/Provinsi
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan
dan bimbingan teknis pengelolaan ZIS kepada
lembaga BAZNAS
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil pembinaan
 Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Madya: 0,140;
 Provinsi/BAZNAS/LAZNAS
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan
dan bimbingan teknis pengelolaan ZIS kepada
lembaga BAZNAS
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil pembinaan
 Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Utama: 0,180;
f) Melakukan kegiatan pembinaan nazir wakaf dan
wakif
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pembinaan dan
bimbingan kepada nazir dan wakif tentang
peraturan perundang-undangan tentang wakaf
 Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil pembinaan
- Setiap satu laporan hasil pembinaan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Pertama: 0,050;
Penghulu Ahli Muda: 0,090; Penghulu Ahli
Madya: 0,140; Penghulu Ahli Utama: 0,180
g) Menyusun telaahan/analisis/kajian terhadap issu
aktual keagamaan pada lingkup:
 Desa/Kecamatan
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan
telaahan/analisis/kajian terhadap paham
keagamaan dan konflik keagamaan
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil telaahan/analisis/kajian
 Setiap satu laporan hasil
telaahan/analisis/kajian diberi angka
kredit Penghulu Ahli Pertama: 0,050;
Penghulu Ahli Muda: 0,090
 Kabupaten/Kota/Provinsi
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan
telaahan/analisis/kajian terhadap paham
keagamaan dan konflik keagamaan
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil telaahan/analisis/kajian
 Setiap satu laporan hasil
telaahan/analisis/kajian diberi angka
kredit Penghulu Ahli Madya: 0,140;
 Provinsi/Nasional
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan
telaahan/analisis/kajian terhadap paham
keagamaan dan konflik keagamaan
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil telaahan/analisis/kajian
 Setiap satu laporan hasil
telaahan/analisis/kajian diberi angka
kredit Penghulu Ahli Utama: 0,180
h) Menyusun rekomendasi terhadap hasil kajian isu
aktual keagamaan
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah membuat rekomendasi hasil
telaahan/analisis/kajian terhadap paham
keagamaan dan konflik keagamaan
 Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan rekomendasi
- Setiap satu laporan rekomendasi
telaahan/analisis/kajian diberi angka kredit
Penghulu Ahli Madya: 0,160
i) Melakukan kegiatan pendampingan/penanganan
potensi konflik sosial-keagamaan dengan:
 Tingkat Resiko I
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pendampingan
dan bimbingan kepada masyarakat yang
terlibat konflik sosial-keagamaan di bidang
pelaksanaan ibadah
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil pendampingan
 Setiap satu laporan pendampingan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Pertama: 0,050
 Tingkat Resiko II
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pendampingan
dan bimbingan kepada masyarakat yang
terlibat konflik sosial-keagamaan di bidang
pemahaman keagamaan
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil pendampingan
 Setiap satu laporan pendampingan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Muda: 0,090
 Tingkat Resiko III
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pendampingan
dan bimbingan kepada masyarakat yang
terlibat konflik sosial-keagamaan di bidang
aliran keagamaan
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil pendampingan
 Setiap satu laporan pendampingan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Madya: 0,270
 Tingkat Resiko IV
- Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan pendampingan
dan bimbingan kepada masyarakat yang
terlibat konflik sosial-keagamaan di bidang
antar umat beragama
- Instrumen dan kriteria bukti fisik
 Laporan hasil pendampingan
 Setiap satu laporan pendampingan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Utama: 0,360
j) Menyusun program/strategi tindak lanjut terhadap
pendampingan/penanganan terhadap potensi/konflik
sosial keagamaan
 Deskripsi kegiatan
Kegiatan ini adalah melakukan penyusunan
program/strategi tindak lanjut terhadap
pendampingan/penanganan terhadap
potensi/konflik sosial keagamaan terhadap
pelaksanaan, pemahaman keagamaan, aliran
keagamaan dan antar umat beragama
 Instrumen dan kriteria bukti fisik
- Laporan hasil penyusunan program
- Setiap satu laporan hasil penyusunan diberi
angka kredit Penghulu Ahli Utama: 0,180

e. Pengembangan Profesi
1) Deskripsi umum
Pola umum pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi
Penghulu adalah kegiatan penyusunan karya ilmiah
dibidang kepenghuluan dan hukum Islam baik yang
berkaitan dengan materi/substansi maupun metode dan
teknis pelaksanaan/penerapannya di lapangan, yang
jenisnya dapat berupa:
a) Penyusunan karya tulis/karya ilmiah di bidang
kepenghuluan dan hukum Islam;
b) Penerjemahan/penyaduran buku dan karya ilmiah di
bidang kepenghuluan dan hukum Islam;
c) Penyusunan pedoman/petunjuk teknis kepenghuluan
dan hukum Islam.

Adapun bentuk karya ilmiah dapat berupa: buku atau


modul atau diktat atau makalah atau artikel yang
memenuhi syarat-syarat karya tulis ilmiah, yang
sedikitnya memenuhi 3 (tiga) kriteria sebagai berikut:
a) Isi kajiannya memuat kebenaran ilmu pengetahuan
(benar, sahih, aktual, dan relevan), dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah/logis dengan
dukungan fakta empirik yang dapat dikaitkan dengan
landasan teori ilmu pengetahuan tertentu dan
memiliki nilai guna dan dapat dipraktekkan dalam
kehidupanpembangunan masyarakat.
b) Langkah/proses penyusunan/penulisannya
dilakukan dengan mengunakan metode pengkajian
serta tata cara penulisan yang ilmiah dengan kriteria:
 Terdapat perumusan masalah yang didukung data
uraian latar belakang/permasalahan yang
didasarkan atas dasar data yang jelas.
 Terdapat rumusan hipotesis berdasarkan logika
deduksi dari landasan terori ilmu pengetahuan
yang telah ada sampai saat ini.
 Ada proses pengumpulan data/fakta empiris
(kancah) untuk menguji hipotesis yang diajukan
dengan menggunakan logika induktif.
 Ada analisis masalah yang berisi pertautan antara
landasan teori dan fakta empirik terhadap topik
masalah yang dikaji/ditulis.
 Ada penarikan kesimpulan yang logis atas dasar
analisis yang dibuat dan saran-saran untuk
penerapan/pengembangan lebih lanjut.
c) Kerangka isi/sistimatika karya tulis ilmiah, pada
umumnya terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yakni:
 Bab pendahuluan, terdiri atas latar belakang dan
perumusan masalah;
 Bab isi terdiri atas kajian teori dan analisis
masalah;
 Bab penutup, terdiri atas kesimpulan dan saran;
 Daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.

2) Deskripsi Khusus
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
teknis penyusunan beberapa bentuk karya tulis ilmiah
seperti yang telah dijelaskan pada deskripsi umum di
atas, berikut ini disajikan deskripsi khusus masing-
masing bentuk karya tulis ilmiah tersebut.
Kegiatan penyusunan karya ilmiah dalam bentuk
penyusunan buku atau modul atau diktat atau makalah
atau artikel atau karya terjemahan/saduran pada
prinsipnya sama, yaitu menggunakan pola umum
penulisan karya ilmiah sebagaimana diterangkan dalam
deskripsi umum penulisan karya ilmiah di atas.
Perbedaannya hanya akan dapat dilihat, minimal dari 3
(tiga) segi, yaitu: (a) Cakupan isi/materi; (b) Cara
penerbitan; (c) Cakupan peredaran, yang didapat
digambarkan sebagai berikut:
Cakupan dan teknis Cara penerbitan
Bentuk Jenis karya Cakupan Angka
No penulisan
karya ilmiah ilmiah peredaran kredit
isi/materi
1. Buku/Modul 1.Karyatulis Cakupan utuh Dicetak, 1. Beredar/di 12,5
ilmiah hasil terhadap suatu diterbitkan, sajikan
penelitian. bidang/sub bidang mendapat nomor secara
keilmuan tertentu. ISBN, dan diakui nasional.
Teknis penulisan oleh Balitbang & 2. Beredar/di 6,00
buku scr deskriptif Diklat sajikan
dalam bentuk Kementerian secara
babbab. Modul Agama. terbatas/in
disajikan dalam ternal/
pemenggalan materi tidak
untuk setiap pokok dipublikasi
bahasan. kan secara
luas.

2. Karyatulis Cakupan utuh Dicetak, 1. Beredar/di 8,00


ilmiah terhadap suatu diterbitkan, sajikan
berupa bidang/sub bidang mendapat nomor secara
tinjauan/ keilmuan tertentu. ISBN, dan diakui nasional.
ulasan Teknis penulisan oleh Direktorat 2. Beredar/di 7,50
ilmiah. buku scr deskriptif Bina KUA dan sajikan
dalam bentuk Keluarga Sakinah secara
babbab. Modul Kementerian terbatas/in
disajikan dalam Agama. ternal/
pemenggalan materi tidak
untuk setiap pokok dipublikasi
bahasan. kan secara
luas.

3. Karyatulis Dicetak, 1. Beredar/di 7,00


ilmiah hasil diterbitkan, sajikan
terjemahan mendapat nomor secara
/saduran. ISBN, dan diakui nasional.
oleh Balitbang & 2. Beredar/di 3,00
Diklat sajikan
Kementerian secara
Agama. terbatas/
internal/ti
dak
dipublikasi
kan secara
luas.

2. Diktat/ 1.Karyatulis Terjemahan/sadura 1. Ditulis dalam 1. Beredar/di 6,00


Makalah/ ilmiah hasil n kitab/buku majalah/surat sajikan
Paper/Artikel penelitian. bahasa asing ke kabar. secara
dalam bahasa 2. Disajikan dalam nasional.
Indonesia secara forum ilmiah.
utuh. 2. Beredar/di 4,00
sajikan
secara
terbatas/lo
kal.

2. Karyatulis Resensi buku/hasil 1. Artikel ditulis 1. Beredar/di 4,00


ilmiah penelitian yang dalam sajikan
berupa cakupan materinya majalah/surat secara
tinjauan/ padat. kabar. nasional.
ulasan
ilmiah. 2. Diktat/makalah 2. Beredar/di 3,50
/ Paper sajikan
disajikan secara
dalam forum terbatas/lo
ilmiah. kal.

3,00
3. Karyatulis
Tinjauan/ulasan Dicetak, 1. Beredar/di
ilmiah terhadap sajikan
ilmiah hasil diterbitkan, dan
suatu aspek secara
terjemahan diakui oleh
keilmuan yang nasional. 1,50
/ saduran. berkaitan dengan Balitbang &
2. Beredar/di
bidang Diklat
sajikan
kepenghuluan dan Kementerian
secara
hukum Islam. Agama. terbatas/in
ternal/
Terjemahan/sadura tidak
n kitab/buku dipublikasi
bahasa asing ke kan secara
dalam bahasa luas.
Indonesia secara
utuh.

3) Instrumen dan kriteria bukti fisik


a) Penulisan karya ilmiah dapat dilakukan secara
mandiri oleh seorang Penghulu dan dapat juga
dilakukan secara bersama dalam bentuk tim yang
terdiri dari beberapa orang Penghulu dengan
ketentuan pemberian angka kredit didasarkan pada
Pasal 13 Permenpan Nomor PER/62/M.PAN/6/
2005, yaitu untuk penulis utama memperoleh 60 %
dari nilai angka kredit yang ditetapkan dan untuk
semua penulis pembantu membagi rata nilai 40 %
dari angka kredit yang ditetapkan dengan ketentuan
jumlah penulis pembantu dibatasi sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) orang.
b) Bukti fisik adalah naskah asli/orsinil, dan khusus
untuk: (a) karya ilmiah dalam bentuk artikel yang
ditulis dalam majalah/surat kabar dengan
mengirimkan asli majalah/surat kabar tersebut; (b)
diktat/makalah/paper disahkan oleh penyelenggara
forum ilmiah tersebut beserta bukti surat
undangan/sertifikat/keterangan dari penyelenggara
forum ilmiah dimana karya tulis ilmiah tersebut
disajikan.
Contoh:
1) Sub Unsur menyusun karya tulis/karya ilmiah dibidang
kepenghuluan dan hukum Islam.
a) Membuat karya tulis/ilmiah/hasil penelitian,
pengkajian, survey dan atau survey di bidang
kepenghuluan dan hukum Islam yang dipublikasikan
Sumbono, S.Ag. (penulis utama) dan Sobri, S.Ag
(penulis pembantu), Penghulu pada KUA Kecamatan
Abepura Papua, membuat karya ilmiah dalam bentuk
buku berjudul tentang hasil penelitian tentang
“sistem perkawinan suku Dani di Papua” sudah
diterbitkan, dan telah disahkan oleh Balitbang Agama
Departemen Agama serta diedarkan secara nasional.
Sebagai penulis utama, Sumbono, S.Ag, mendapatkan
angka kredit sebesar 60% x 12,5 = 7,5; sedangkan
Sobri, S.Ag sebagai satu-satunya penulis pembantu
mendapatkan angka kredit sebesar 40% x 12,5 = 5,0.
Dr. Jandan (penulis utama) serta Drs. Yahya dan Drs.
Idris (masingmasing sebagai penulis pembantu),
Penghulu pada KUA Kecamatan Gambir, DKI Jakarta
membuat karya ilmiah berupa tinjauan/ulasan ilmiah
dalam bentuk buku berjudul “Pengembangan hukum
zakat di DKI Jakarta sudah diterbitkan, dan
diedarkan secara nasional. Dr. Jandan mendapat
angka kredit sebesar 60% x 12,5 = 7,5; sedangkan
Drs. Yahya dan Drs. Idris masing-masing sebagai
penulis pembantu mendapat angka kredit 0,5 x 40% x
12,5 = 2,5.
b) Membuat karya tulis/ilmiah/hasil
penelitian/pengkajian /survey/evaluasi di bidang
Kepenghuluan dan Hukum Islam yang tidak
dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di
perpustakaan:
Drs. H. Abdullah (penulis utama) dan Drs. Murdimin,
(penulis pembantu) membuat karya ilmiah dalam
bentuk buku mengenai masalah Perkawinan di DKI
Jakarta Raya dan dimuat dalam Majalah Perencanaan
Pembangunan. Sebagai penulis utama Drs. H.
Abdullah mendapatkan angka kredit sebesar 60% x 8
= 4,80. Sedangkan Drs. Murdimin sebagai penulis
pembantu mendapatkan angka kredit sebesar 40% x
8 = 3,20.
Sekelompok Penghulu, terdiri 5 orang, dari KUA
Kecamatan di Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa
Tengah melakukan penelitian mengenai Perkawinan
Pada Budaya Jawa. Hasil penelitian ini dimuat
sebagai artikel dalam majalah ilmiah yang diakui oleh
LIPI. Mengingat jumlah penulis lebih dari yang
disyaratkan, maka buku ini tidak dinilai. Meskipun
demikian buku ini dapat dinilai dengan kriteria lain
misalnya kegiatan dalam unsur Kepenghuluan.
c) Membuat karya tulis/ilmiah berupa tinjauan atau
ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di bidang
kepenghuluan dan Hukum Islam yang dipublikaskan.
Drs. Basuki (penulis utama) dan Drs. Akhmad, MSc
(penulis kedua) menulis tinjauan ilmiah mengenai
“Prospek Pencatatan Perkawinan Tahun 2006”,
diterbitkan dalam bentuk buku, dan dipublikasikan
secara nasional. Sebagai penulis utama, Drs. Basuki
mendapatkan angka kredit sebesar 60% x 8 = 4,8;
sedangkan Drs. Akhmad, MSc sebagai penulis
pembantu mendapatkan angka kredit sebesar 40% x
8 = 3,2.
Drs. H. Abdurrahman (penulis utama) dan M.
Anshori, S.Ag (penulis kedua) menulis tinjauan
singkat dalam bentuk artikel mengenai ”Perkawinan
Via Telpon” serta dimuat dalam Majalah Perencanaan
Pembangunan (diakui oleh LIPI). Sebagai penulis
utama, Drs. H. Abdurrahman mendapatkan angka
kredit sebesar 60% x 4 = 2,4; sedangkan M. Anshori,
S.Ag sebagai penulis pembantu mendapatkan angka
kredit sebesar 40% x 4 = 1,6.
d) Membuat karya tulis berupa tinjauan atau tulisan
ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang
kepenghuluan dan hukum Islam yang tidak
dipublikasikan.
Drs. Farid Ilyas, MSc (penulis utama) dan Ahmad
Baidowi, S.Ag, (penulis pembantu), Penghulu pada
KUA Kecamatan Baros Kota Sukabumi Jawa Barat,
menulis buku berjudul ”Metode Penyusunan Program
Pembangunan” Buku tersebut tidak diterbitkan,
namun digunakan sebagai salah satu bahan mata
kuliah (modul) dalam diklat Kepenghuluan di
Bandung. Sebagai penulis utama, Drs. Farid Ilyas,
M.Sc mendapatkan angka kredit sebesar 60% x 7,5 =
4,5 ; sedangkan Ahmad Baidowi, S.Ag, sebagai
penulis pembantu mendapatkan angka kredit sebesar
40 % x 7,5 = 3.
Drs. Firman, MSi (penulis utama) dan Sobirin, S.Ag
(penulis pembantu), Penghulu pada KUA Kecamatan
Sugih Waras, Bojonegoro Jawa Timur menulis
makalah mengenai ”Perkawinan Campuran”. Makalah
tersebut digunakan sebagai salah satu bahan mata
kuliah diklat Kepenghuluan di Provinsi Jawa Timur.
Sebagai penulis Utama Drs. Firman, MSi
mendapatkan angka kredit sebesar 60%, x 3,5 = 2,1;
sedangkan Sobirin, S.Ag sebagai penulis pembantu
mendapatkan angka kredit sebesar 40% x 3,5 = 1,4.
e) Membuat karya tulis ilmiah di bidang kepenghuluan
dan Hukum Islam yang disebarluaskan melalui media
masa
Drs. Abdul Halim, MSc (penulis utama) dan Drs. Adil,
MSc (penulis pembantu), Penghulu, menulis artikel
populer mengenai ”Konsep Hukum Perkawinan” dan
dimuat dalam harian umum Kompas. Sebagai penulis
utama Drs. Abdul Halim, MSc mendapat angka kredit
sebesar 60% x 2 = 1,2; sedangkan Dr. Adil, MSc
sebagai penulis pembantu mendapatkan nilai kredit
sebesar 40% x 2 = 0,8.
2) Penerjemahan/penyaduran buku dan karya ilmiah di
bidang kepenghuluan dan hukum Islam
a) Merjemahkan/penyaduran buku atau karya ilmiah di
bidang Kepenghuluan dan hukum Islam yang
dipublikasikan.
 Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional
Drs. Darmawan, MSc (penulis utama) dan Drs.
Masna, MSc (penulis pembantu), Penghulu pada
KUA Kecamatan Cibinong Provinsi Jawa Barat
menyadur buku “Hukum Islam” dalam dua
volume (I dan II). Untuk setiap volumenya, Drs.
Darmawan, MSc sebagai penulis utama
mendapatkan angka kredit sebesar 60% x 7 = 4,2;
sedangkan Drs. Masna, MSc sebagai penulis
pembantu mendapatkan angka kredit sebesar
40% x 7 = 2,8.
 Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi
yang bersangkutan
Drs. H. Abdul Gani, MH (penulis utama) dan Drs.
M. Anshori (penulis pembantu), Penghulu pada
KUA Kecamatan Cilegon, Banten menyadur
makalah mengenai aturan dan dimuat dalam
majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI. Sebagai
penulis utama, Drs. H. Abdul Gani, MH
mendapatkan angka kredit sebesar 60% x 3,5 =
2,1; sedangkan Drs. M. Anshori sebagai penulis
pembantu mendapatkan angka kredit sebesar
40% x 3,5 = 2,1.
b) Terjemahan/penyaduran di bidang
kepenghuluan dan hukum Islam yang tidak
dipublikasikan
 Dalam bentuk buku
Drs. Tambihul Abdi, MSi (penulis utama) dan
Ahmad Sanusi, S.Ag (penulis pembantu),
Penghulu KUA Kecamatan Pontianak Barat
Kalimatan Barat, menterjemahkan buku ”Filsafat
Hukum Islam”, tidak diterbitkan, tetapi digunakan
sebagai bahan kuliah pada salah satu universitas
swasta di Pontianak. Sebagai penulis utama, Drs.
Tambihul Abdi, M.Si mendapatkan angka kredit
sebesar 60% x 3 = 1,8; sedangkan Ahmad Sanusi,
S.Ag sebagai penulis pembantu mendapatkan
angka kredit sebesar 40% x 3 = 1,2.
 Dalam bentuk makalah
Abdul Ghafur, S.Ag dan Nur Wahid, S.Ag
menyadur makalah mengenai konsep ”Hukum
Perkawinan di Indonesia” dan memaparkannya
dalam seminar intern. Dalam hal ini, Abdul
Ghafur, S.Ag dan Nur Wahid, S.Ag masing-masing
mendapatkan angka kredit sebesar 60% x 1,5 =
0,9 dan 40% x 1,5 = 0,6.
3) Sub unsur penyusun pedoman/petunjuk teknis
kepenghuluan dan hukum Islam
a) Menyusun pedoman standar/ketentuan
pelaksanaan/ penyelenggaraan kepenghuluan dan
hukum Islam
Deskripsi Kegiatan:
Kegiatan Penghulu menyusun pedoman standar
penyelenggaraan kepenghuluan dan hukum Islam
dengan menggunakan format yang dibuat dan
disepakati bersama oleh Penghulu dalam satu
kabupaten/kota dan ditetapkan oleh Pokjahulu di
daerah yang bersangkutan yang diakui oleh oleh
Departemen Agama.
Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Naskah pedoman standar pedoman penyelenggaraan
kepenghuluan yang ditandatangani oleh Pokjahulu
yang bersangkutan diketahui oleh Pokjahulu.
Setiap satu naskah materi diberi angka kredit 5,00.
Contoh:
Kamardi S.Ag, Penghulu Muda pada KUA Kecamatan
Dusun Selatan, Kab. Barito Selatan, Kalimantan
Tengah menyusun pedoman standar penyelenggaraan
kepenghuluan dan hukum Islam. Dengan laporan
berisi hasil penyusunan pedoman Kamardi, S.Ag
mendapatkan angka kredit sebesar 5,00.

f. Unsur Penunjang
1) Sub unsur mengajar/melatih di bidang kepenghuluan
dan hukum Islam (angka kredit setiap 2 JPL 0,040.
Semua jenjang)
a) Deskripsi kegiatan
Kegiatan Penghulu mengajar/melatih yang berkaitan
dengan bidang kepenghuluan dan Hukum Islam.
b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Surat tugas atau surat keterangan mengajar dari
penyelenggara pendidikan/pelatihan yang
bersangkutan, dengan kriteria:
Setiap kali mengajar/melatih selama 2 jam pelajaran
@ 45 menit diberi angka kredit 0,040.
Contoh:
……………., Penghulu Madya, ditugaskan mengajar
mata pelatihan
”Hukum Munakahat” pada suatu diklat teknis
fungsional di Provinsi …………. sebanyak 4 jam
pelajaran. Dengan menunjukkan surat tugas
mengajar dan surat keterangan mengajar dari
penyelenggara diklat (Diklatprov. …………..),
…………………… mendapatkan angka kredit sebesar
(4/2) x 0,040 = 0,080.
2) Sub unsur peran serta seminar/lokakarya/konferensi di
bidang kepenghuluan dan hukum Islam.
a) Deskripsi kegiatan
Kegiatan Penghulu mengikuti sebagai peserta,
moderator/pembahas/ narasumber, dan pemrasaran
dalam seminar/lokakarya/konfrensi baik dalam
tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan
internasional yang membahas masalah yang
berkaitan dengan bidang tugas kepenghuluan dan
hukum Islam.
b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Fotocopi makalah sajian dan sertifikat/surat
keterangan dari penyelenggara seminar, dengan
kriteria:
Sebagai peserta mendapat angka kredit 1,00;
Sebagai moderator/pembahas/narasumber mendapat
angka kredit 2,00; Sebagai pemrasaran mendapat
angka kredit 3,00.
Contoh:
………… Penghulu Madya pada KUA Kecamatan
…………., Kab. ………… ……………. diundang sebagai
pemrasaran pada sebuah seminar nasional dengan
topik “Perubahan Paradigma Pelayanan
Kepenghuluan” di UIN Jakarta. Dengan menunjukkan
surat keterangan dari penyelenggara seminar,
………………. memperoleh angka kredit sebesar 3,00.
Pada kesempatan lain, …………… diundang sebagai
moderator pada seminar internasional dibidang tugas
kepenghuluan dan hukum Islam di Bandung. Dengan
menunjukkan surat keterangan dari Panitia seminar
tersebut, ………………. mendapatkan angka kredit
sebesar 2,00.
…………, pada tahun 2019 diundang oleh ASPI
sebagai peserta workshop di UIN Malang, Seminar di
IAIN, Bandung dan “Akuntabilitas Pelayanan Di
Bidang Pembinaan Keluarga” di UIN, Jakarta. Pada
tahun 2019, …………… menghadiri Seminar
”Pelayanan KUA Pada Masyarakat” di Jakarta. Apabila
……………. dapat menunjukkan sertifikat sebagai
peserta pada beberapa seminar dan workshop
tersebut, maka yang dapat diakui dan mendapatkan
angka kredit adalah sebesar 3 x 1,00 = 3,00, yaitu
angka kredit yang berasal dari 2 seminar pada 2019
dan 1 seminar pada 2020.
3) Sub unsur keanggotaan dalam organisasi profesi
Penghulu (angka kredit 1,0 untuk pengurus aktif dan
0,75 untuk anggota aktif per tahun, semua jenjang)
a) Deskripsi kegiatan:
Penghulu menjadi pengurus APRI pada organisasi
profesi tingkat pusat, tingkat provinsi, dan tingkat
kabupaten/kota sebagai pengurus inti dan anggota
pengurus bidang.
b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Surat Keputusan Pengurus Organisasi Profesi.
Penghulu yang menjadi pengurus inti diberikan angka
kredit sebesar 1,00 setiap tahunnya.
Penghulu yang menjadi anggota pengurus bidang
diberikan angka kredit sebesar 0,75 setiap tahunnya.
Contoh:
Pada periode tahun 2019 - 2022, …………… diangkat
menjadi Ketua APRI Kabupaten …….., maka pada
saat penilaian tahun 2023, ……………….. memperoleh
angka kredit sebesar 1.
Apabila ………….. hanya sebagai anggota pengurus
bidang maka ia memperoleh angka kredit 0,75.
4) Sub unsur keanggotaan dalam tim penilai angka kredit
jabatan fungsional Penghulu (angka kredit 0,5. setiap
satu tahun. Berlaku untuk semua jenjang)
a) Deskripsi kegiatan:
Penghulu yang menjadi anggota tim penilai angka
kredit dan aktif melakukan kegiatan penilaian,
maksimal dalam 2 (dua) periode penilaian yang
dibuktikan dengan surat keputusan pejabat,
Penghulu yang bersangkutan telah dapat memperoleh
angka kredit sebesar 0,5 untuk setiap tahun masa
keanggotaan.
b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Surat keputusan pejabat yang berwenang
menetapkan angka kredit tentang pembentukan dan
penetapan tim penilai angka kredit.
Contoh:
………….., Penghulu Muda, golongan ruang III/c di
Kanwil Departemen Agama Provinsi ……….., diangkat
menjadi Wakil Ketua merangkap anggota Tim Penilai
Propinsi dalam masa jabatan 2019 - 2022. Pada
tahun 2023, …………… mengajukan usulan kenaikan
pangkat menjadi Golongan Ruang III/d. Apabila
…………. memasukkan kegiatan keanggotaan Tim
Penilai sebagai salah kegiatan yang dinilai, maka yang
bersangkutan mendapatkan angka kredit sebesar 2
tahun x 0,5 = 1,0.
5) Sub unsur melakukan kegiatan pengabdian masyarakat
(angka kredit 1,0. setiap satu tahun. Berlaku untuk
semua jenjang)
a) Deskripsi kegiatan
Penghulu yang melakukan kegiatan pengabdian
masyarakat dalam bentuk sebagai perngurus inti dan
anggota pengurus bidang yang bersangkutan dapat
memperoleh angka kredit sebesar 1,0 untuk setiap
tahun masa pengabdian.
b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Surat Keputusan pengangkatan sebagai pengurus
dari kepala desa/lurah/tokoh/pemuka masyarakat.
Contoh:
Pada periode tahun 2019 - 2022, …………….,
Penghulu Pertama di KUA Kecamatan ………..
melakukan kegiatan menjadi pengurus masjid ar-
rahman pada masyarakat di lingkungan Kelurahan
………………….. Dengan menunjukkan surat
keputusan dari kepala desa/lurah/tokoh/pemuka
masyarakat, maka pada saat penilaian tahun 2023,
…………………… memperoleh angka kredit sebesar
1,0.
6) Sub unsur menjadi anggota delegasi misi keagamaan
(berlaku untuk semua jenjang)
a) Deskripsi kegiatan:
Kegiatan Penghulu menjadi tim delegasi dalam misi
keagamaan (misi seni budaya keagamaan, konferensi
keagamaan, MTQ, ibadah haji, studi
banding/muhibah keagamaan) berdasarkan surat
penugasan dari atasan langsung/pimpinan instansi
yang terkait.
b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Surat keputusan tim delegasi dan/atau surat
keterangan/penugasan. Atasan langsung/pimpinan
instansi yang terkait, dengan kriteria sebagai berikut:
Ketua delegasi:
(1) Tingkat internasional mendapat angka kredit
2,00.
(2) Tingkat nasional/provinsi mendapat angka
kredit 1,00.
Anggota delegasi:
(1) Tingkat internasional mendapat angka kredit 1,00.
(2) Tingkat nasional/provinsi mendapat angka kredit
0,50.
Contoh:
…………….., Penghulu pada KUA Kecamatan
……………, mendapatkan tugas dari Menteri
Agama untuk menjadi anggota tim delegasi dalam
rangka studi banding/muhibah keagamaan di
……………. …………………. Dengan menunjukkan
SK anggota tim tersebut dan surat penugasannya,
…………… mendapatkan angka kredit sebesar
2,00.
7) Sub unsur memperoleh penghargaan/tanda jasa di
bidang Satya Lencana Karya Satya (Berlaku untuk semua
jenjang)
a) Deskripsi kegiatan
Kegiatan Penghulu memperoleh tanda jasa Satya
Lencana Karya Satya, dan penghargaan lainnya (citra
pelayanan prima, Penghulu teladan, dan lain-lain).
b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Foto copy Surat keputusan/keterangan/tanda jasa
dari instansi yang berwenang, dan disahkan oleh
pejabat, dengan kriteria sebagai berikut:
Tanda jasa Satya Lencana Karya Satya 30 tahun atau
penghargaan lainnya tingkat nasional diberikan
angka kredit sebesar 3,00.
Tanda jasa Satya Lencana Karya Satya 20 tahun atau
penghargaan lainnya tingkat provinsi diberikan angka
kredit sebesar 2,00.
Tanda jasa Satya Lencana Karya Satya 10 tahun atau
penghargaan lainnya tingkat kabupaten/kota
diberikan angka kredit sebesar 1,00
Ketentuan perolehan angka kredit untuk Satya
Lencana Karya Satya mengikuti ketentuan ini,
sedangkan perolehan angka kredit untuk
penghargaan lainnya dinilai pada tingkat yang
terakhir saja.
Contoh:
……………, Penghulu Muda pada KUA Kecamatan
……………, Kab. ……………., ……………. telah
mengabdi menjadi PNS selama 21 tahun. Untuk
jasanya tersebut, ……………. mendapatkan angka
kredit sebesar 2,00.
8) Sub unsur perolehan gelar kesarjanaan lainnya (Berlaku
untuk semua jenjang)
a) Deskripsi kegiatan:
Penghulu mengikuti pendidikan selain di bidang
syariah/hukum Islam dan memperoleh gelar
kesarjanaan, dengan angka kredit yang dapat
diberikan untuk Doktor (S3) sebesar 15,00; Master
(S2) sebesar 10,00 dan Sarjana (S1) sebesar 5,00.
Ditjen Bimas Islam atas nama Menteri Agama
bekerjasama dengan Ditjen Pendidikan Islam
menetapkan jenis dan kualifikasi pendidikan tertentu
yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
Penghulu.
b) Instrumen dan kriteria bukti fisik:
Ijazah kesarjanaan yang telah dilegalisir instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Contoh:
…………., Penghulu di KUA Kecamatan ……………,
…………… …………………. mengikuti pendidikan S2
Magister Pendidikan (MPd) pada sebuah universitas.
Karena yang bersangkutan memperoleh gelar S2 yang
tidak sesuai dengan bidang tugas Penghulu, maka
yang bersangkutan hanya memperoleh angka kredit
sebesar 10,00.

Pasal 10
Dalam hal unit kerja tidak terdapat Penghulu yang sesuai dengan
jenjang jabatannya untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8, Penghulu yang berada satu tingkat di atas
atau satu tingkat di bawah jenjang jabatannya dapat melakukan
kegiatan tersebut berdasarkan penugasan secara tertulis dari
pimpinan unit kerja yang bersangkutan.
Pasal 11
Penilaian angka kredit atas hasil penugasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ditetapkan sebagai berikut:
a. Penghulu yang melaksanakan tugas Penghulu yang berada
satu tingkat di atas jenjang jabatannya, angka kredit yang
diperoleh ditetapkan paling besar 80% (delapan puluh persen)
dari angka kredit setiap butir kegiatan tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
b. Penghulu yang melaksanakan tugas Penghulu di bawah jenjang
jabatannya, angka kredit yang diperoleh ditetapkan paling
besar 100% (seratus persen) dari angka kredit dari setiap butir
kegiatan tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 12
Penghulu Ahli utama yang menduduki pangkat paling tinggi dari
jabatannya, setiap tahun sejak menduduki pangkatnya harus
mengumpulkan paling sedikit 20 (dua puluh) angka kredit dari
kegiatan pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk,
pengembangan kepenghuluan, bimbingan masyarakat Islam, dan
pengembangan profesi.

Pasal 13
(1) Penghulu yang secara bersama-sama membuat Karya
Tulis/Karya Ilmiah di bidang kepenghuluan dan hukum Islam,
diberikan angka kredit dengan ketentuan sebagai berikut:
a. apabila terdiri dari 2 (dua) orang penulis maka pembagian
angka kredit yaitu 60% (enam puluh persen) bagi penulis
utama dan 40% (empat puluh persen) bagi penulis
pembantu;
b. apabila terdiri dari 3 (tiga) orang penulis maka pembagian
angka kredit yaitu 50% (lima puluh persen) bagi penulis
utama dan masing-masing 25% (dua puluh lima persen)
bagi penulis pembantu; dan
c. apabila terdiri dari 4 (empat) orang penulis maka
pembagian angka kredit yaitu 40% (empat puluh persen)
bagi penulis utama dan masing-masing 20% (dua puluh
persen) bagi penulis pembantu.
(2) Jumlah penulis pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), paling banyak 3 (tiga) orang.

BAB V
SASARAN KERJA PEGAWAI, PENILAIAN KINERJA DAN KONVERSI
HASIL PENILAIAN KINERJA

Bagian Kesatu
Sasaran Kinerja Pegawai

Pasal 14
(1) Pada awal tahun, setiap jabatan fungsional Penghulu wajib
menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang akan dilaksanakan
dalam 1 (satu) tahun berjalan.
(2) SKP jabatan fungsional Penghulu disusun berdasarkan
penetapan kinerja unit kerja yang bersangkutan.
(3) SKP untuk masing-masing jenjang jabatan diambil dari butir
kegiatan sebagai turunan dari penetapan kinerja unit dengan
mendasarkan kepada tingkat kesulitan dan syarat kompetensi
untuk masing-masing jenjang jabatan.
(4) SKP yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada angka 1
harus disetujui dan ditetapkan oleh atasan langsung.
(5) SKP Penghulu ditandatangani oleh Kepala KUA dan Kepala
Kankemang
(6) SKP kepala KUA ditandatangani oleh Kepala Kankemanag dan
kepala kanwil

Bagian Kedua
Penilaian Kinerja dan Konversi Hasil Penilaian Kinerja

Pasal 15
(1) Untuk mendukung objektivitas dalam penilaian kinerja,
Penghulu mendokumentasikan hasil kerja yang diperoleh sesuai
dengan SKP yang ditetapkan setiap tahunnya.
(2) Untuk kelancaran penilaian dan penetapan Angka Kredit, setiap
Penghulu wajib mencatat, menginventarisasi seluruh kegiatan
yang dilakukan dan mengusulkan Daftar Usulan Penilaian dan
Penetapan Angka Kredit (DUPAK).
(3) DUPAK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat kegiatan
sesuai dengan SKP yang ditetapkan setiap tahunnya, dengan
dilampiri bukti fisik.
(4) Penilaian dan penetapan Angka Kredit dilakukan sebagai bahan
pertimbangan dalam penilaian kinerja Penghulu.

Pasal 16
(1) Angka kredit kumulatif untuk kenaikan pangkat dan jabatan
fungsional Penghulu ditetapkan berdasarkan hasil penilaian
kinerja jabatan fungsional Penghulu.
(2) Hasil penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada huruf a
dikonversi ke dalam angka kredit kumulatif sebagai berikut:
a) nilai kinerja sebesar 91 ke atas atau dengan sebutan sangat
baik mendapatkan angka kredit sebesar 150% dari angka
kredit yang harus dicapai setiap tahun;
b) nilai kinerja sebesar 76 - 90 atau dengan sebutan baik
mendapatkan angka kredit sebesar 125% dari angka kredit
yang harus dicapai setiap tahun;
c) nilai kinerja sebesar 61 - 75 atau dengan sebutan cukup
mendapatkan angka kredit sebesar 100% dari angka kredit
yang harus dicapai setiap tahun;
d) nilai kinerja sebesar 51 - 60 atau dengan sebutan kurang
mendapatkan angka kredit sebesar 75% dari angka kredit
yang harus dicapai setiap tahun;
e) Nilai kinerja sebesar 50 ke bawah atau dengan sebutan
buruk mendapatkan angka kredit sebesar 50% dari angka
kredit yang harus dicapai setiap tahun.
(3) Angka kredit kumulatif untuk kenaikan pangkat dan jabatan
fungsional Penghulu sebagaimana tersebut dalam Lampiran II
………. yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(4) Penilaian kinerja jabatan fungsional Penghulu dilakukan secara
objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan.
(5) Untuk mendukung objektivitas dalam penilaian kinerja,
jabatan fungsional Penghulu wajib mendokumentasikan hasil
kerja yang diperoleh sesuai dengan SKP yang ditetapkan setiap
tahunnya.

BAB VI
TARGET ANGKA KREDIT MINIMAL

Pasal 17
Angka kredit yang harus dicapai setiap tahun:
(1) Penghulu Ahli Pertama
a. Pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a, angka kredit
minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar 12,5; dan
b. Pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang lll angka
kredit minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar
I2,5..
(2) Penghulu Ahli Muda
a. Pangkat Penata, golongan ruang III/c, angka kredit minimal
yang harus dicapai setiap tahun sebesar 25; dan
b. Pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, angka
kredit minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar 25.
(3) Penghulu Ahli Madya
a. Pangkat Pembina, golongan ruang IV/a, angka kredit
minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar 37,5;
b. Pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b, angka
kredit minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar
37,5; dan
c. Pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c, angka
kredit minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar
37,5
(4) Penghulu Ahli Utama
a. Pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d,
angka kredit minimal yang harus dicapai setiap tahun
sebesar 50; dan
b. Pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e, angka kredit
minimal yang harus dicapai setiap tahun sebesar 50;

Pasal 18
(1) Jumlah angka kredit kumulatif paling rendah yang harus
dipenuhi untuk dapat diangkat dalam jabatan dan kenaikan
jabatan dan/atau pangkat Penghulu, untuk:
a. Penghulu dengan pendidikan Sarjana (S1) tercantum dalam
Lampiran II Peraturan Menteri Menteri PAN dan RB;
b. Penghulu dengan pendidikan Magister (S2) tercantum
dalam Lampiran II Peraturan Menteri Menteri PAN dan RB;
c. Penghulu dengan pendidikan Doktor (S3) tercantum dalam
Lampiran II Peraturan Menteri Menteri PAN dan RB.
(2) Jumlah angka kredit kumulatif paling rendah yang harus
dicapai Penghulu, yaitu:
a. paling rendah 80% (delapan puluh persen) angka kredit
berasal dari unsur utama; dan
b. paling tinggi 20% (dua puluh persen) angka kredit berasal
dari unsur penunjang.

Pasal 19
(1) Penghulu Ahli Muda yang akan naik jabatan setingkat lebih
tinggi menjadi Penghulu Ahli Madya, angka kredit yang
disyaratkan paling sedikit 6 (enam) poin berasal dari sub-unsur
pengembangan profesi.
(2) Penghulu Ahli Madya yang akan naik jabatan setingkat lebih
tinggi menjadi Penghulu Ahli Utama, angka kredit yang
disyaratkan paling sedikit 12 (dua belas) berasal dari sub-
unsur pengembangan profesi.

Pasal 20
(1) Penghulu yang memiliki Angka Kredit melebihi Angka Kredit
yang disyaratkan untuk kenaikan jabatan dan/atau pangkat
setingkat lebih tinggi, kelebihan Angka Kredit tersebut dapat
diperhitungkan untuk kenaikan jabatan dan/atau pangkat
berikutnya.
(2) Penghulu yang pada tahun pertama telah memenuhi atau
melebihi Angka Kredit yang disyaratkan untuk kenaikan
jabatan dan/atau pangkat dalam masa pangkat yang
didudukinya, pada tahun kedua dan seterusnya diwajibkan
mengumpulkan paling sedikit 20% (dua puluh persen) Angka
Kredit dari jumlah Angka Kredit yang disyaratkan untuk
kenaikan jabatan dan/atau pangkat setingkat lebih tinggi
yang berasal dari kegiatan tugas jabatan.

Pasal 21
(1) Penghulu yang telah memenuhi syarat untuk kenaikan
jenjang jabatan setingkat lebih tinggi tetapi belum tersedia
lowongan pada jenjang jabatan yang akan diduduki, setiap
tahun wajib mengumpulkan Angka Kredit, paling sedikit:
a. 10 (sepuluh) untuk Penghulu Ahli Pertama;
b. 20 (dua puluh) untuk Penghulu Ahli Muda; dan
c. 30 (tiga puluh) untuk Penghulu Ahli Madya.
(2) Penghulu Ahli Utama yang menduduki pangkat tertinggi dari
jabatannya, setiap tahun sejak menduduki pangkatnya wajib
mengumpulkan paling rendah 25 (dua puluh lima) Angka
Kredit dari kegiatan tugas jabatan dan pengembangan profesi.

BAB VII
HUKUMAN DISIPLIAN DAN SANKSI
Perlu tambahan penjelasan
Pasal 22
(1) Pejabat fungsional penghulu yang hanya mencapai 25% (dua
puluh lima persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen)
dijatuhi hukuman tingkat sedang sesuai peraturan perundang-
undangan.
(2) Pejabat fungsional Penghulu yang hanya mencapai kurang dari
25% (dua puluh lima persen) dijatuhi hukuman tingkat berat
sesuai peraturan perundang-undangan.

BAB VIII
PENGANGKATAN DALAM JABATAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 23
Pejabat yang Berwenang mengangkat dalam Jabatan Fungsional
Penghulu yaitu pejabat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 24
Pengangkatan PNS ke dalam Jabatan Fungsional Penghulu
dilakukan melalui pengangkatan:
a. Pengangkatan pertama;
b. perpindahan dari jabatan lain; dan
c. promosi.

Bagian Kedua
Pengangkatan Pertama

Pasal 25
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Penghulu
melalui pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 huruf a, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat
keterangan sehat dari dokter pemerintah;
d. berijazah paling rendah Sarjana (S1) fakultas Syariah;
e. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi yang telah disusun oleh Pejabat Pembina; dan
f. nilai prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam1
(satu) tahun terakhir.
(2) Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pengangkatan untuk mengisi lowongan kebutuhan
Jabatan Fungsional Penghulu dari Calon PNS.
(3) Calon PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah
diangkat sebagai PNS dan telah mengikuti dan lulus uji
kompetensi, paling lama 1 (satu) tahun harus diangkat dalam
Jabatan Fungsional Penghulu.
(4) Penghulu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), paling lama 3
(tiga) tahun harus mengikuti dan lulus pendidikan dan
pelatihan fungsional di bidang kepenghuluan, dan memperoleh
sertifikat penghulu.
(5) Penghulu yang belum mengikuti dan/atau tidak lulus
pendidikan dan pelatihan fungsional sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), diberhentikan dari jabatannya.

Bagian Ketiga
Perpindahan dari Jabatan Lain

Pasal 26
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Penghulu
melalui perpindahan dari jabatan lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf b, harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat
keterangan sehat dari dokter pemerintah;
d. berijazah paling rendah Sarjana (S1) di bidang agama
Islam;
e. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi sosial kultural sesuai standar
kompetensi yang telah disusun oleh Pejabat Pembina;
f. memiliki Sertifikat diklat calon penghulu;
g. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang
kepenghuluan paling singkat 2 (dua) tahun;
h. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 2
(dua) tahun terakhir;
i. berusia paling tinggi:
1) 53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Pertama dan
Penghulu Ahli Muda;
2) 55 (lima puluh lima) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Madya; dan
3) 60 (enam puluh) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Penghulu Ahli Utama untuk PNS
yang telah menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi.
(2) Pengangkatan Jabatan Fungsional Penghulu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkan kebutuhan
untuk jenjang jabatan fungsional yang akan diduduki.
(3) Pangkat yang ditetapkan bagi PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yaitu sama dengan yang dimilikinya dan jenjang
jabatan ditetapkan sesuai dengan jumlah angka kredit yang
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka
kredit.
(4) Jumlah angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dari unsur utama dan unsur penunjang.

Bagian Keempat
Pengangkatan Melalui Promosi

Pasal 27
Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Penghulu melalui promosi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c dilaksanakan atas
dasar:
1. pengembangan karir; dan
2. kebutuhan organisasi yang bersifat strategis.

Pasal 28
Kriteria pengangkatan melalui promosi dalam jabatan fungsional
ditetapkan berdasarkan:
1. termasuk dalam kelompok rencana suksesi;
2. menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi instansi dan
kepentingan nasional, dan diakui oleh Badan Litbang dan
Diklat terkait inovasinya; dan
3. memenuhi standar kompetensi jenjangan jabatan yang akan
diduduki.

Pasal 29
(1) Pengangkatan melalui promosi ke dalam jabatan fungsional
penghulu dilaksanakan dalam hal:
a. pengangkatan pada jabatan fungsional penghulu; atau
b. kenaikan jenjang jabatan satu tingkat lebih tinggi.
(2) Pengangkatan dalam jabatan fungsional penghulu melalui
promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berlaku
bagi PNS Kementerian Agama yang belum menduduki jabatan
fungsional;
(3) Pengangkatan dalam jabatan fungsional penghulu melalui
promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berlaku
bagi jabatan fungsional penghulu ahli muda ke jabatan
fungsional penghulu ahli madya dan jabatan fungsional
penghulu ahli madya ke jabatan fungsional penghulu ahli
utama;
(4) Pengangkatan dalam jabatan fungsional penghulu melalui
promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi sosial kultural sesuai standar
kompetensi yang telah disusun oleh Pejabat Pembina;
b. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir;
c. berusia paling tinggi 53 (lima puluh tiga) tahun;
d. memiliki rekam jejak yang baik dibuktikan dengan surat
keterangan dari atasan langsung;
e. tidak pernah melakukan pelanggaran kode etik dan profesi
PNS; dan
f. tidak pernah dikenakan hukuman disiplin tingkat rendah,
sedang, dan berat.
(5) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Penghulu melalui
promosi mempertimbangkan lowongan kebutuhan untuk
jenjang jabatan yang akan diduduki.
(6) Angka kredit untuk pengangkatan dalam Jabatan Fungsional
Penghulu melalui promosi dinilai dan ditetapkan dari tugas
jabatan

Pasal 30
(1) Dalam hal pengembangan karir dan kebutuhan organisasi yang
bersifat strategis, promosi Jabatan Fungsional Penghulu dapat
dilakukan dalam hal pengangkatan pada Jabatan Pimpinan
Tinggi, Jabatan Administrator, atau Jabatan Pengawas.
(2) Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
bagi:
a. Penghulu yang menduduki jabatan Ahli Madya yang
dipromosikan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi;
b. Penghulu yang menduduki jabatan Ahli Utama yang
dipromosikan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan
Jabatan Pimpinan Tinggi Utama;
c. Penghulu yang menduduki jabatan Ahli Muda yang
dipromosikan dalam Jabatan Administrator; atau
d. Penghulu yang menduduki jabatan Ahli Muda yang
dipromosikan dalam Jabatan pengawas.
(3) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Penghulu melalui
promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d dilakukan sesuai ketetuan Menteri
Agama;

BAB IX
KENAIKAN PANGKAT DAN KENAIKAN JABATAN
Bagian Kesatu
Kenaikan Pangkat

Pasal 31

(1) Persyaratan dan mekanisme kenaikan pangkat bagi Penghulu


dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan serta mempertimbangkan:
a. paling singkat 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir;
b. tidak ada keberatan secara tertulis dari pejabat yang
berwenang
c. setiap unsur penilaian prestasi kerja paling kurang bernilai
baik dalam 2 (dua) tahun terakhir
d. memenuhi Angka Kredit Kumulatif yang ditentukan untuk
kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi; dan
(2) Jumlah angka kredit kumulitif minimal yang harus dipenuhi
oleh setiap Penghulu untuk setiap kali kenaikan pangkat harus
berasal dari unsur utama sekurang-kurangnya 80 % dan unsur
penunjang sekurang-kurangnya 20 %
(3) Kenaikan pangkat PNS yang menduduki jabatan Penghulu Ahli
Madya, pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c
untuk menjadi Penghulu Ahli Utama, pangkat Pembina Utama
Madya, golongan ruang IV/d sampai dengan Penghulu Ahli
Utama, pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e,
ditetapkan dengan Keputusan Presiden setelah mendapat
pertimbangan teknis Kepala Badan Kepegawaian Negara.
(4) Kenaikan pangkat PNS yang menduduki jabatan Penghulu Ahli
Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b untuk
menjadi pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c
ditetapkan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara atas nama
Presiden setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala Badan
Kepegawaian Negara.
(5) Kenaikan pangkat PNS yang menduduki jabatanPenghuluAhli
Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a untuk
menjadi Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b sampai
dengan untuk menjadi Penghulu Ahli Madya, pangkat Pembina
Tingkat I, golongan ruang IV/b ditetapkan dengan Keputusan
Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan setelah
mendapat persetujuan teknis Kepala Badan Kepegawaian
Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara.
(6) Kenaikan pangkat bagi Penghulu dalam jenjang jabatan yang
lebih tinggi dapat dipertimbangkan jika kenaikan jabatannya
telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Penghulu yang memiliki Angka Kredit melebihi Angka Kredit
yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi,
kelebihan Angka Kredit tersebut dapat diperhitungkan untuk
kenaikan pangkat berikutnya.
(8) Penghulupada tahun pertama telah memenuhi atau melebihi
Angka Kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat
dalam masa pangkat yang diduduki, pada tahun berikutnya
diwajibkan mengumpulkan paling kurang 20% (dua puluh
persen) Angka Kredit dari jumlah Angka Kredit yang
dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi
yang berasal dari kegiatan Penghulu.
(9) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (5), ayat
(6) dan ayat (7), sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan pada
peraturan Badan ini.

Bagian Kedua
Kenaikan Jabatan

Pasal 32

(1) Persyaratan dan mekanisme kenaikan jabatan bagi Penghulu


dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan serta mempertimbangkan
a. Telah memenuhi angka kredit kumulatif yang ditentukan
untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi.
b. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan
terakhir
c. Tidak ada keberatan secara tertulis dari pejabat yang
berwenang.
d. Setiap unsur penilaian prestasi kerja paling kurang bernilai
baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan
e. Telah mengikuti dan lulus uji kompetensi.
f. Jumlah angka kredit kumulitif minimal yang harus
dipenuhi oleh setiap Penghulu untuk setiap kali kenaikan
jabatan harus berasal dari unsur utama sekurang-
kurangnya 80 % dan unsur penunjang sebanyak-
banyaknya 20 %.
(2) Kenaikan jabatan dari Penghulu Ahli Pertama sampai dengan
menjadi Penghulu Ahli Madya ditetapkan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian.
(3) Kenaikan jabatan dari Penghulu Ahli Muda menjadi Penghulu
Ahli Madya minimal pendidikan S2 (strata dua).
(4) Kenaikan jabatan dari Penghulu Ahli Madya menjadi Penghulu
Ahli Utama minimal pendidikan S3 (strata tiga).
(5) Kenaikan jabatan dari Penghulu Ahli Madya menjadi Penghulu
Ahli Utama ditetapkan oleh Presiden setelah mendapat
pertimbangan teknis Kepala Badan Kepegawaian Negara.
(6) Penghulu Ahli Muda yang akan naik jenjang jabatan setingkat
lebih tinggi menjadi Penghulu Ahli Madya wajib mengumpulkan
sebanyak 6 (enam) Angka Kredit yang berasal dari sub unsur
pengembangan profesi.
(7) Penghulu Ahli Madya yang akan naik jabatan menjadi
Penghulu Ahli Utama wajib mengumpulkan sebanyak 12 (dua
belas)Angka Kredit yang berasal dari sub unsur pengembangan
profesi.
(8) Angka Kredit dari sub unsur pengembangan profesi yang
dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan masing-masing
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) tidak bersifat
kumulatif dari perolehan Angka Kredit pada jenjang jabatan
sebelumnya.

Pasal 33
(1) Penghulu yang telah memenuhi syarat untuk kenaikan jenjang
jabatan setingkat lebih tinggi namun belum tersedia lowongan
jabatan, wajib memenuhi Angka Kredit 80% (delapan puluh
persen) dari target kinerja setiap tahun pada jenjang jabatan
yang diduduki, paling sedikit:
a. 10 (sepuluh) untuk Penghulu Ahli Pertama;
b. 20 (dua puluh) untuk Penghulu Ahli Muda; dan
c. 30 (tiga puluh) untuk Penghulu Ahli Madya.
(2) Penghulu Ahli Utama yang menduduki pangkat tertinggi dari
jabatannya, setiap tahun sejak menduduki pangkatnya wajib
mengumpulkan paling sedikit 25 (dua puluh lima) Angka Kredit
dari kegiatan tugas jabatan, dan pengembangan profesi.
(3) Penghulu pada tahun pertama telah memenuhi atau melebihi
Angka Kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan
dalam masa pangkat yang diduduki, pada tahun berikutnya
diwajibkan mengumpulkan paling kurang 20% (dua puluh
persen) Angka Kredit dari jumlah Angka Kredit yang
dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi
yang berasal dari kegiatan Penghulu.
(4) Penghulu yang memiliki Angka Kredit melebihi Angka Kredit
yang ditentukan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi,
kelebihan Angka Kredit tersebut dapat diperhitungkan untuk
kenaikan jabatan berikutnya.
(5) Penilaian angka kredit untuk kenaikan jabatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5), sesuai contoh
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan pada peraturan Menteri ini.
(6) Keputusan kenaikan jabatan dalam Jabatan Fungsional
Penghulu dibuat menurut contoh formulir sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XVI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(7) Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi bimbingan
masyarakat Islam Kementerian Agama untuk Angka Kredit bagi
Penghulu Ahli Madya dan Penghulu Ahli Utama; dan
(8) Pimpinan Kantor Wilayah Kementerian Agama Kabupaten/Kota
kepada Pimpinan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
untuk Angka Kredit bagi Penghulu Ahli Pertama dan Ahli Muda
di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama.

Pasal 34

(1) Kenaikan jabatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 dan


Pasal 23 dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan
kebutuhan jabatan
(2) Ketersediaan kebutuhan jabatan ditentukan oleh pejabat yang
berwenang berdasarkan Jumlah Nikah di masing masing
wilayah kerja Jumlah Penduduk Muslim dan Letak geografis

Pasal 35

Selain memenuhi syarat kinerja, Penghulu yang akan dinaikkan


jabatannya setingkat lebih tinggi harus mengikuti dan lulus uji
kompetensi

BAB X
PEJABAT YANG MENGUSULKAN ANGKA KREDIT DAN PEJABAT
YANG BERWENANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT DAN TIM
PENILAI

Bagian Kesatu
Pejabat yang Mengusulkan Angka Kredit

Pasal 36
Usul penetapan Angka Kredit Penghulu diajukan oleh:
a. Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah Kepada Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama
untuk angka kredit Penghulu Ahli Utama dan Penghulu Ahli
Madya di lingkungan Kementerian Agama.
b. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kepada
Direktur Jenderal Bimbingan masyarakat Islam Kementerian
Agama untuk angka kredit penghulu Madya di lingkungan
masing-masing.
c. Kepala Bidang Urusan Agama Islam Kepada Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi untuk angka kredit
penghulu ahli muda di lingkungan Kantor Wilayah
Kementerian Agama masing-masing.
d. Kepala Seksi membidangi Kepenghuluan kepada Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk angka kredit
Penghulu Ahli Pertama dan Penghulu Ahli Muda di lingkungan
masing-masing.

Bagian Kedua
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit

Pasal 37
(1) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, menetapkan
angka kredit bagi kenaikan Pangkat Jabatan Penghulu Ahli
Madya dengan pangkat, golongan/ruang Pembina (IV/a)
sampai dengan Pembina Utama Muda (IV/c) dan Penghulu Ahli
Utama pangkat, golongan/ruang Pembina Utama Madya (IV/d)
sampai dengan Pembina Utama (IV/e);
(2) Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi,
menetapkan angka kredit bagi kenaikan pangkat/jabatan
Penghulu Pertama dengan pangkat, golongan/ruang Penata
Muda (III/a) dan Penata Muda Tk. I (III/b) serta Penghulu Ahli
Muda dengan pangkat, golongan/ruang Penata (III/c) sampai
dengan Penata Tk. I (III/d);
a. Keputusan Pejabat yang berwenang pada ayat (1) dan ayat
(2) bersifat tetap dan tidak dapat diajukan keberatan.
b. Dalam menjalankan kewenangannya pejabat pada ayat (1)
dan ayat (2) dibantu oleh tim penilai sesuai dengan
tingkatannya masing-masing.
c. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit pada
ayat (1) dan ayat (2) harus mengirimkan specimen
tandatangan dan paraf kepada Sekretaris Jenderal
Kementerian Agama Up. Kepala Biro Kepegawaian dan
Dirjen Bimas Islam Up. Direktorat Bina KUA dan Keluarga
Sakinah, serta Badan Kepegawaian Negara Up. Deputi
Bidang Informasi Kepegawaian atau Kepala Regional Badan
Kepegawaian Negara dan pejabat lain yang terkait.
d. Apabila terjadi perubahan atau pergantian pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit, maka yang
bersangkutan secepatnya mengirimkan specimen
tandatangan dan paraf pejabat yang baru kepada pejabat
seperti tersebut pada ketentuan huruf c.

Bagian Ketiga
Tim Penilai

Pasal 38
Dalam menjalankan tugasnya, pejabat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal … dibantu oleh Tim Penilai, yaitu:
a. Tim Penilai Pusat bagi Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang
membidangi bimbingan masyarakat islam Kementerian Agama
untuk Angka Kredit bagi Penghulu Ahli Madya dan Penghulu
Ahli Utama; dan
b. Tim Penilai Kantor Wilayah bagi Pimpinan Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi untuk Angka Kredit bagi Penghulu
Ahli Pertama dan Ahli Muda di lingkungan Kantor Wilayah
Kementerian Agama.

Pasal 39
(1) Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal …, terdiri atas
pejabat yang berasal dari unsur teknis yang membidangi
kepenghuluan, unsur kepegawaian, dan Penghulu.
(2) Susunan keanggotaan Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terdiri atas:
a. seorang Ketua merangkap anggota;
b. seorang Sekretaris merangkap anggota; dan
c. paling sedikit 3 (tiga) orang anggota.
(3) Susunan keanggotaan Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus berjumlah ganjil.
(4) Ketua Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
paling rendah Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama atau Penghulu
Ahli Madya.
(5) Sekretaris Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, berasal dari unsur kepegawaian pada instansi masing-
masing.
(6) Anggota Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c, paling sedikit 2 (dua) orang Penghulu.
(7) Syarat untuk menjadi anggota Tim Penilai, yaitu:
a. menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan
jabatan/pangkat Penghulu yang dinilai;
b. memiliki keahlian serta kemampuan untuk menilai kinerja
Jabatan Fungsional Penghulu; dan
c. aktif melakukan penilaian.
(8) Apabila jumlah anggota Tim Penilai sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) tidak dapat dipenuhi dari Penghulu, anggota Tim
Penilai dapat diangkat dari PNS lain yang memiliki kompetensi
untuk menilai kinerja Penghulu.
(9) Pembentukan dan susunan Anggota Tim Penilai ditetapkan
oleh:
a. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi
bimbingan masyarakat islam Kementerian Agama bagi Tim
Penilai Pusat; dan
b. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi bagi Tim Penilai Kantor
Wilayah.

Pasal 40
(1) Tugas Tim Penilai Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a yaitu:
a. membantu Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi
kepegawaian dalam menetapkan Angka Kredit bagi
Penghulu Ahli Utama Instansi Pusat dan Instansi
Daerah;dan
b. melaksanakan tugaslain yang berhubungan dengan
penetapan Angka Kredit sebagaimana dimaksud
dalamhuruf a.
(2) Tugas Tim Penilai Kantor Wilayah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b yaitu:
a. membantu Pimpinan Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi untuk Angka Kredit bagi Penghulu Ahli Pertama
dan Ahli Muda di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian
Agama; dan
b. melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan
penetapan Angka Kredit sebagaimana dimaksud dalam
huruf a.
(3) Masa jabatan anggota Tim Penilai yaitu 3 (tiga) tahun dan
dapat diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya.
(4) Anggota yang telah menjabat 2 (dua) kali masa jabatan secara
berturut-turut sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat
diangkat kembali setelah melampaui tenggang waktu 1 (satu)
masa jabatan.
(5) Dalam hal terdapat anggota Tim Penilai yang pensiun atau
berhalangan 6 (enam) bulan atau lebih, maka Ketua Tim Penilai
dapat mengajukan usul penggantian anggota secara definitif
sesuai masa kerja yang tersisa.
(6) Dalam hal terdapat anggota Tim Penila yang ikut dinilai, Ketua
Tim Penilai dapat mengajukan usul pengganti anggota.
(7) Tim penilai dapat membentuk tim teknis apabila diperlukan
sesuai dengan ketentuan Instansi Pembina.

Pasal 41
Tim Teknis
(1) Anggota tim teknis terdiri atas para ahli, baik yang berstatus
sebagai PNS atau bukan berstatus PNS yang mempunyai
kemampuan teknis yang diperlukan.
(2) Tim Teknis menerima tugas dari dan bertanggung jawab
kepada Ketua Tim Penilai dalam hal pemberian saran dan
pendapat penilaian atas kegiatan yang bersifat khusus atau
kegiatan yang memerlukan keahlian tertentu.
(3) Pembentukan Tim Teknis hanya bersifat sementara apabila
terdapat kegiatan yang bersifat khusus atau kegiatan yang
memerlukan keahlian tertentu dan ditetapkan oleh Instansi
Pembina.

Pasal 42
Tim Verifikasi

(1) Untuk membantu kelancaran pelaksanan tugas penilai usul


PAK, pejabat yang berwenang menenetapkan angka kredit
dapat membentuk tim verifikasi.
(2) Tim Verifikasi terdiri dari para pejabat teknis dan PNS di
bidang penghuluan.
(3) Proses Usul PAK Penghulu disampaikan setelah menurut
perhitungan sementara dari Tim Verifikasi dan dinyatakan
layak untuk diberikan kepada dewan penilai.
(4) Dalam masa verifikasi DUPAK Penghulu, Tim Verifikasi dapat
melakukan Monitoring untuk mengkoordinasikan kepada
penghulu yang bersangkutan
(5) Tim Verifikasi dapat memberitahukan kepada pengusul untuk
memenuhi kekurangan dokumen yang disyaratkan sebelum
kegiatan penilaian dilaksanakan.
(6) Tim Verifikasi bertugas selama tiga tahun.

BAB XI
TATA CARA PENGUSULAN, PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA
KREDIT

Bagian Pertama
Tata Cara Pengusulan Angka Kredit

Pasal 43
(1) Usul penetapan angka kredit diajukan 2 kali dalam 1 tahun,
yaitu:
a. Untuk kenaikan pangkat periode April usul diajukan
selambat-lambatnya 1 Januari tahun berjalan.
b. Untuk kenaikan pangkat periode Oktober usul diajukan
selambat-lambatnya 1 Juli tahun yang bersangkutan.
(2) Berkas usulan penetapan angka kredit disiapkan oleh
Penghulu yang bersangkutan.
(3) Berkas usul disusun secara tertib diajukan kepada atasan
langsung (Pejabat Penilai DP3 Penghulu/Kepala KUA
Kecamatan) yang bersangkutan.
(4) Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota mengusul
penetapan angka kredit kepada:
a. Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi c.q Ketua Tim
Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Penghulu Ahli
Pertama dan Ahli Muda.
b. Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi, kemudian
mengusul kepada Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam c.q Ketua Tim Penilai Angka Kredit Jabatan
Fungsional Penghulu Ahli Madya dan Ahli Utama.
c. Berkas usul penetapan angka kredit Penghulu yang menjadi
kewenangan tim penilai.
d. Berkas usul penetapan angka kredit harus terdiri dari:
1) Surat pengantar seperti tersebut di atas.
2) Isian formulir sesuai ketentuan lampiran I-A, I-B I-C
dan I-D Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor …. Tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Penghulu sebagai berikut:
a) Formulir yang harus diisi sendiri oleh masing-
masing Penghulu; isian formulir terdiri dari seluruh
aspek yang diminta dalam formulir tersebut, lembar
terakhir telah ditandatangani Penghulu yang
bersangkutan dan pejabat yang mengusulkan yaitu
pejabat penilai SKP.
b) Isian formulir surat pernyataan melakukan kegiatan
dan prestasi kerja sesuai ketentuan lampiran II
sampai VI Peraturan Kepala BKN.
c) Setiap isian formulir seperti dimaksud pada huruf b)
dilampiri bukti fisik hasil kerja yang menggunakan
instrumen yang telah dibakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Belum pernah diperhitungkan dalam penetapan
angka kredit sebelumnya.
2) Salinan sah ijazah yang lebih tinggi serta belum
pernah diperhitungkan dalam penetapan angka
kredit. (bila ada)
3) Disusun secara berurutan sesuai dengan yang
tertulis dalam isian masing-masing formulir dan
disusun dalam map snelhekter atau dijilid.
d) Bukti fisik kegiatan Penghulu yang dapat dinilai dan
diberikan angka kredit adalah:
(1) Kegiatan Penghulu yang dilakukan setelah masa
penetapan angka kredit terakhir bagi Penghulu
yang bersangkutan.
(2) Bukti fisik yang menggunakan instrumen sesuai
dengan ketentuan yang telah dibakukan.
(3) Kegiatan yang berkaitan dengan tugas pokok dan
tugas limpah (yang dilakukan Penghulu yang
bersangkutan atas dasar surat tugas dari Kepala
KUA/Ketua APRI).
(4) Kegiatan yang tertulis dalam RKP dan RKO
pejabat fungsional Penghulu yang bersangkutan.
e) Sekretariat tim penilai pada masing-masing tingkat
(Pusat, dan Kanwil) melakukan pemeriksaan
kelengkapan berkas tersebut. Berkas yang belum
lengkap atau belum benar dikembalikan kepada
Penghulu yang bersangkutan melalui pejabat
pengusul untuk diperbaiki sebagaimana mestinya.
f) Dalam hal tim penilai pada suatu satuan organisasi
belum terbentuk maka satuan organisasi yang
bersangkutan dapat melimpahkan tugas kepada tim
penilai pada satuan organisasi setingkat lebih tinggi
di atasnya.
g) Dalam hal tim penilai tidak dapat melakukan
penilaian, Sekretariat tim penilai dapat mengatur
penyerahan berkas usul penetapan angka kredit
tersebut kepada tim teknis yang ditunjuk untuk
melakukan penelitian/penilaian.
h) Hasil penilaian berkas usul penetapan angka kredit
Penghulu dari tim penilai maupun tim teknis,
dikumpulkan kembali oleh sekretariat tim penilai.
i) Sekretariat tim penilai mempersiapkan formulir
penilaian sebagaimana tersebut dalam lampiran III
petunjuk teknis ini.
j) Bukti fisik yang telah dinilai diarsipkan secara
teratur oleh Sekretariat Tim Penilai dengan
menggunakan pola penataan berkas sistem
kearsipan untuk digunakan sebagai bahan kerja
bagi Penghulu lainnya yang memerlukan bahan
dalam rangka pelaksanaan tugas Penghulu yang
bersangkutan.

Bagian Kedua
Tata cara Penilaian Angka Kredit

Pasal 44
(1) Sekretariat tim penilai mempersiapkan berkas usul penetapan
angka kredit yang diterima dan formulir penilaian yang
diperlukan untuk diajukan kepada anggota tim penilai guna
melaksanakan penilaian.
(2) Ketua tim penilai membagi tugas kepada anggota tim penilai
dengan menggunakan pola pembagian beban kerja untuk
setiap anggota tim dengan dua alternatif sebagai berikut:
a. Pendekatan keutuhan artinya seorang penilai menilai
keseluruhan aspek DUPAK seorang Penghulu dengan pola
pembagian tugas yaitu keseimbangan banyaknya usul yang
diterima;
b. Pendekatan subtansi bidang materi yang dinilai; artinya
penilaian dilakukan secara spesialis berdasarkan aspek
substansi yang meliputi:
1) Aspek kegiatan pendidikan dan latihan.
2) Aspek kegiatan layanan dan bimbingan NR.
3) Aspek kegiatan pengembangan Penghulu, bimbingan
masyarakat Islam dan pengembangan profesi.
4) Aspek kegiatan penunjang.
(3) Setiap usul dinilai oleh 2 (dua) orang anggota, dengan
menggunakan formulir penilaian yang ditetapkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Setiap anggota tim penilai melakukan penilaian setiap
unsur kegiatan berdasarkan berkas/bukti fisik yang ada
dan berpedoman pada lampiran I dan II Juknis ini.
b. Setelah masing-masing anggota melaksanakan penilaian,
hasilnya disampaikan kepada ketua tim penilai melalui
sekretaris tim penilai.
c. Sekretaris tim penilai membuat rekapitulasi hasil penilaian
untuk disajikan dan menjadi bahan dalam rapat tim
penilai.
d. Apabila angka kredit yang diberikan oleh 2 (dua) orang
penilai tidak sama, maka pemberian angka kredit
dilaksanakan dalam sidang tim penilai dengan mengkaji
dan menelaah ulang bukti fisik kegiatan yang dinilai.
e. Pengambilan keputusan dalam sidang pleno tim penilai
dilakukan secara aklamasi atau melalui suara terbanyak.
f. Sekretaris tim penilai menuangkan angka kredit hasil
keputusan sidang pleno dalam formulir angka kredit seperti
contoh pada lampiran VII Peraturan Bersama.
g. Keputusan pemberian angka kredit oleh tim penilai
dilaksanakan atas dasar kesepakatan persidangan tim
penilai.
h. Keputusan pejabat penetap angka kredit dituangkan dalam
berita acara rapat tim penilai yang ditandatangani oleh
Ketua Tim Penilai dan seluruh anggota Tim Penilai.

Bagian Ketiga
Penetapan Angka Kredit

Pasal 45
(1) Sekretariat tim penilai menyiapkan rancangan penetapan
angka kredit (PAK) atas dasar berita acara keputusan rapat tim
penilai, dengan menggunakan formulir lampiran VII Peraturan.
(2) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit wajib
menelaah kembali kebenaran rancangan penetapan angka
kredit yang diberikan oleh Tim Penilai dengan cara
membandingkannya dengan DUPAK yang diajukan oleh
Penghulu yang bersangkutan.
(3) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dapat
mengubah angka kredit yang diberikan oleh Tim Penilai,
apabila setelah ditelaah terdapat kesalahan dalam memberikan
angka kredit yang ada dan coretan perubahan angka kredit
tersebut ditulis di samping nilai yang dicoret dan diparaf pada
kolom yang sesuai dalam Penetapan Angka Kredit (PAK) bagi
jabatan Penghulu yang bersangkutan.
(4) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit
menandatangani penetapan angka kredit dan menyerahkan
kepada Sekretaris Tim Penilai untuk segera dikirim kepada
yang berkepentingan.
(5) Tanggal penetapan angka kredit:
a. Periode penilaian Januari ditetapkan 31 Januari.
b. Periode penilaian Juli ditetapkan 31 Juli.
c. Apabila tanggal 31 Januari dan 31 Juli bertepatan dengan
hari libur, tanggal penetapan dilakukan 1 atau 2 hari
sebelumnya.
(6) Pengiriman keputusan penetapan angka kredit disampaikan
oleh pejabat yang berwenang/Sekretariat Tim Penilai yang
bersangkutan melalui pejabat pengusul dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Asli Penetapan Angka Kredit (PAK) berikut 1 (satu) kopi
disampaikan Penghulu yang bersangkutan untuk bahan
kelengkapan berkas pengusulan kenaikan pangkat/jabatan.
b. Tembusan PAK disampaikan kepada:
1) Kepala Badan Kepegawaian Negara atau Kepala Kantor
Regional Badan Kepegawaian Negara sesuai
kewenangannya (sedapat mungkin dikirim secara
kolektif per periode penilaian);
2) Pimpinan unit kerja Penghulu yang bersangkutan;
3) Sekretaris tim penilai yang bersangkutan;
4) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit;
5) Kepala Biro/Kepala Sub Kepegawaian instansi yang
bersangkutan.
(7) Apabila terdapat perbaikan kesalahan dalam penetapan angka
kredit maka perbaikan dilakukan melalui mekanisme sebagai
berikut:
a. Tim penilai atau pejabat yang menemukan kesalahan
memberitahukan kepada pejabat yang menetapkan angka
kredit.
b. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit meminta
kepada tim penilai untuk melakukan penilaian ulang
terhadap prestasi kerja Penghulu yang bersangkutan.
c. Apabila terbukti adanya kesalahan maka harus diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
d. Cara perbaikan kesalahan penetapan angka kredit:
1) Hasil penilaian ulang dituangkan dalam format
penetapan angka kredit yang baru disudut kiri atas
ditulis: ”Perbaikan tanggal ....... tentang ........... ”
2) Setelah perbaikan penetapan angka kredit tersebut
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, kemudian
disampaikan kepada Penghulu yang bersangkutan dan
pejabat yang terkait.

BAB XII
PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENGHULU

Pasal 46
(1) Untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme
Penghulu diikutsertakan pelatihan.
(2) Pelatihan yang diberikan bagi Penghulu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan
pelatihan dan/atau pertimbangan dari Tim Penilai.
(3) Pelatihan yang diberikan kepada Penghulu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dalam bentuk:
a. pelatihan fungsional;
b. pelatihan teknis; dan
c. pelatihan manajerial.
(4) Pelatihan yang diberikan kepada Penghulu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a dalam bentuk pelatihan bidang
kepenghuluan menurut jenjang jabatan.
(5) Pelatihan yang diberikan kepada Penghulu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b dalam bentuk:
a. Pelatihan konselor perkawinan
b. Pelatihan konselor keluarga sakinah
c. Pelatihan hisab rukyat
d. Pelatihan manajemen kemasjidan
e. Pelatihan bimbingan zakat dan wakaf
f. Pelatihan pembimbing manasik haji
g. Pelatihan bahasa asing
h. Pelatihan penyusunan karya tulis/karya ilmiah
i. Pelatihan penanganan potensi konflik sosial keagamaan
j. Pelatihan bimbingan moderasi beragama, dan
k. Pelatihan pemanfaaatan teknologi informasi
(6) Pelatihan yang diberikan kepada Penghulu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c meliputi; pelatihan
kepemimpinan, customer service exelence, dan pengembangan
kepribadian.

Pasal 47
(1) Selain pelatihan sebagaimana dimaksud pada Pasal ... ayat (3),
Penghulu dapat mengembangkan kompetensinya melalui
program pengembangan kompetensi lainnya.
(2) Program pengembangan kompetensi lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk:
a. short course;
b. seminar;
c. lokakarya (workshop); atau
d. konferensi.

BAB XIII
PENYELENGGARAAN UJI KOMPETENSI
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 48
Penyelenggaraan Uji Kompetensi untuk pengangkatan dalam
jabatan fungsional penghulu di lingkungan Kementerian Agama
dilaksanakan bagi :
a. Pengangkatan Pertama;
b. Perpindahan Jabatan; dan
c. Promosi
Bagian Kedua
Kompetensi teknis, manajerial dan sosial kultur

Pasal 49
Komptensi yang akan diuji berdasarkan peraturan perundang-
undangan meliputi:
a. Kompetensi teknis;
b. Kompetensi manajerial; dan
c. Kompetensi sosial kultural;

Pasal 50
(1) Kompetensi teknis sebagaimana dimaksud pasal 17 huruf a
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik
berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
(2) Kompetensi manajerial sebagaimana dimaksud pasal 17 huruf
b adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin
dan/atau mengelola unit organisasi;
(3) Kompetensi sosial kultural sebagaimana dimaksud pasal 17
huruf c adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan
pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam
hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi
oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja
sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.

Bagian Ketiga
Metode dan Materi Uji Kompetensi

Pasal 51
Metode uji kompetensi yang digunakan:
a. psikotes;
b. wawancara kompetensi; dan
c. simulasi;

Pasal 52
(1) Psikotes sebagaimana dimaksud pasal 19 huruf a adalah tes
dengan menggunakan berbagai alat tes psikologi yang sudah
terstandar untuk melihat kecenderungan potensi kecerdasan
serta preferensi Assessee yang dapat dijadikan salah satu
prediksi keberhasilan Pegawai dalam suatu pekerjaan
(2) Wawancara sebagaimana dimaksud pasal 19 huruf b penilaian
dengan menggunakan panduan wawancara terstruktur yang
disusun berdasarkan persyaratan kompetensi jabatan yang
akan diduduki.
(3) Simulasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c dan
paling sedikit berupa presentasi, analisis kasus dan atau
bermain peran.

Pasal 53
(1) Materi uji kompetensi disesuaikan dengan jenjang jabatan;
yaitu
a. Pengangkatan Pertama ( Level 1)
1) pemahaman baca tulis quran dan simulasi proses akad
nikah;
2) pemahaman hukum munakahat;
3) pemahaman peraturan tentang Pernikahan
b. Perpindahan dari jabatan lain ke jabatan penghulu (Level
2)
1) kemampuan baca tulis quran dan simulasi proses akad
nikah
2) kemampuan hukum munakahat;
3) kemampuan peraturan tentang pernikahan;
c. Naik jabatan dari penghulu muda ke penghulu madya
(level 3)
1) Wawasan peraturan tentang pernikahan;
2) Wawasan tentang hukum munakahat;
3) Memandu akad nikah berbahasa asing;
d. Naik jabatan dari penghulu madya ke penghulu utama
(level 4)
1) konsep bimbingan perkawinan
2) konsep pengembangan kepenghuluan
3) memahami metodologi istinbat hukum Islam
(2) Level .
Bagian Keempat
Pelaksana uji kompetensi

Pasal 54
(1) Uji kompetensi jabatan fungsional penghulu dilaksanakan oleh
dengan Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama
melalui Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah bagi:
a. pengangkatan melalui promosi; dan
b. kenaikan jabatan penghulu ahli madya menjadi ahli
utama;
(2) Uji kompetensi jabatan fungsional penghulu dilaksanakan oleh
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi berkoordinasi
dengan Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama
melalui Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah
a. pengangkatan pertama;
b. perpindahan jabatan; dan
c. kenaikan jabatan penghulu ahli Muda menjadi penghulu
ahli madya;

Pasal 55
(1) Psikotes dan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 huruf a dan huruf b, dilakukan oleh assessor internal
pemerintah atau bekerjasama dengan assessor independen
yang membidangi uji kompetensi sumber daya manusia
(2) Simulasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c,
dilakukan oleh Direktorat yang membidangi kepenghuluan
pada Direktorat Jenderal Bimas Islam dan atau Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi

Bagian Kelima
Penjaminan mutu uji kompetensi

Pasal 56
Penjaminan mutu pelaksanaan uji kompetensi dilakukan oleh Biro
Kepegawaian

Bagian Keenam
Pelaporan

Pasal 57
(1) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
menyampaikan laporan pelaksanaan Uji Kompetensi Jabatan
Fungsional Penghulu kepada Direktur Jenderal Bimas Islam
melalui Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah.
(2) Direktur Jenderal Bimas Islam menetapkan laporan
pelaksanaan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Penghulu;
(3) Tembusan penetapan laporan pelaksanaan Uji Kompetensi
Jabatan Fungsional Penghulu serta laporan individunya
disampaikan kepada Kepala Biro Kepegawaian cq Kepala
Bagian yang membidangi uji kompetensi untuk diinput ke
dalam database pemetaan kompetensi Kementerian Agama;
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah pelaksanaan
uji Kompetensi Jabatan Fungsional Penghulu.

BAB XIV
PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI
Bagian Pertama
Umum

Pasal 58
(1) Setiap PNS yang akan diangkat menjadi pejabat fungsional
Penghulu wajib dilantik dan diambil sumpah/janji menurut
agama Islam.
(2) Pelantikan dan pengangkatan sumpah/janji Jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap PNS
yang diangkat menjadi pejabat fungsional penghulu melalui
pengangkatan pertama, perpindahan dari Jabatan lain, dan
promosi;
(3) PNS yang akan dilantik dan diangkat sumpah/janji Jabatan
sebagaimana dimaksud pada angka 2 diundang secara tertulis
paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal pelantikan
dan pengambilan sumpah/janji Jabatan

Bagian kedua
Pelaksanaan

Pasal 59
(1) Pelantikan dan pengambilan sumpah/janji jabatan fungsional
dilakukan oleh:
a. Direktur Jenderal yang membidangi bimbingan masyarakat
Islam bagi penghulu Ahli Utama dan promosi;
b. Kepala Kanwil Kementerian Agama provinsi bagi Penghulu
Ahli Pertama, Penghulu Ahli Muda, dan perpindahan dari
jabatan.
(2) Pelantikan dan pengambilan sumpah/janji jabatan fungsional
dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
keputusan pengangkatannya ditetapkan.
(3) Sebelum pengambilan sumpah/janji Jabatan, pejabat yang
melantik dan mengambil sumpah ljanji Jabatan membacakan
naskah pelantikan.
(4) Sebelum dilakukan pengambilan sumpah/janji Jabatan, PPK
atau pejabat lain yang ditunjuk menanyakan kesediaan kepada
PNS yang mengangkat sumpah/janji yang berbunyi sebagai
berikut:
"Sebelum saya mengambil sumpah, saya akan bertanya kepada
saudara-saudara.
apakah saudara-saudara bersedia mengucapkan sumpah
menurut agama masing-masing ?
(5) Sumpah I janji Jabatan fungsional berbunyi sebagai berikut:
"Demi Allah, saya bersumpah:
bahwa saya, akan setia dan taat kepada Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta akan
menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan
seluruslurusnya, demi dharma bakti saya kepada bangsa dan
negara;
bahwa saya dalam menjalankan tugas Jabatan, akan
menjunjung etika Jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya, dan
dengan penuh rasa tanggung jawab;
bahwa saya, akan menjaga integritas, tidak menyalahgunakan
kewenangan, serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela;"
(6) PPK atau Pejabat lain yang ditunjuk untuk mengambil
sumpah/janji Jabatan mengucapkan setiap kata dalam kalimat
sumpah/janji Jabatan yang diikuti oieh PNS yang mengangkat
sumpah/janji Jabatan.
(7) Pengambilan sumpah/janji Jabatan dilakukan dalam suatu
upacara khidmat dan setiap orang yang hadir dalam upacara
tersebut harus berdiri.
(8) PNS yang mengangkat sumpah/janji Jabatan didampingi oleh
seorang rohaniwan dan 2 (dua) orang saksi.
(9) Saksi sebagaimana dimaksud pada angka 8 merupakan PNS
yang Jabatannya paling rendah sama dengan Jabatan PNS
yang mengangkat sumpah/janji Jabatan.
(10) Setiap pengambilan sumpah/janji Jabatan dituangkan dalam
berita acara yang ditandatangani oleh pejabat yang mengambil
sumpah/janji Jabatan, PNS yang mengangkat sumpah/janji
Jabatan, dan saksi.
(11) Berita acara sebagaimana dimaksud pada angka 1O dibuat
menurut contoh sebagaimana tercantum dalam
(12) Berita acara sebagaimana dimaksud pada angka 20 dibuat
rangkap 3 (tiga), dengan ketentuan:
a. satu rangkap untuk PNS yang mengangkat sumpah/janji
Jabatan;
b. I (satu) rangkap untuk instansi; dan
c. 1 (satu) rangkap untuk Badan Kepegawaian Negara.
(13) Susunan acara pelantikan dan pengambilan sumpah/janji
jabatan, paling kurang memuat:
a. menyanyikan danlatau mendengarkan Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya;
b. pembacaan Surat Keputusan Pengangkatan dalam Jabatan;
c. pembacaan naskah pelantikan;
d. pengambilan sumpah/janji jabatan; dan
e. penandatanganan berita acara pelantikan dan pengambilan
f. sumpah/janji jabatan.

BAB XV
PEMBERHENTIAN DARI JABATAN
Perlu penambahan penjelasan
Pasal 60
(1) Penghulu Ahli Pertama sampai dengan Penghulu Ahli Utama
diberhentikan dari jabatannya apabila:
a. mengundurkan diri dari Jabatan;
b. melakukan pelanggaran administrasi atau disiplin pegawai;
c. menjalani cuti di luar tanggungan negara;
d. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; atau
e. ditugaskan secara penuh pada Jabatan Pimpinan Tinggi,
Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas, dan Jabatan
Pelaksana;
(2) Penghulu yang diberhentikan karena alasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e,
dapat diangkat kembali sesuai dengan jenjang jabatan terakhir
apabila tersedia kebutuhan Jabatan Fungsional Penghulu.
(3) Pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional Penghulu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan dengan
menggunakan angka kredit terakhir yang dimiliki dan dapat
ditambah dengan angka kredit dari pengembangan profesi.

To be counteniu

BAB XVI
Kriteria Tipologi D1 dan D2 KUA Kecamatan

Pasal 61
(1) Kriteria KUA Kecamatan tipologi D1 yaitu; KUA yang berada
pada wilayah terdalam, terluar, dan di daerah perbatasan,
dan/atau jumlah peristiwa nikah kurang dari 5 peristiwa per
bulan
(2) Kriteria KUA Kecamatan tipilogi D2 yaitu; KUA berada pada
wilayah kepulauan atau daerah yang menggunakan angkutan
sungai danau dan perairan dalam melaksanakan tugasnya,

Pasal 62
(1) Penghulu yang bertugas di daerah tipologi D1 dan D2, dapat
diberi tambahan Angka Kredit 15 % (lima belas persen) dari
angka kredit penjenjangan untuk kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi.
(2) Pemberian tambahan Angka Kredit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan untuk satu kali kenaikan
pangkat/jenjang selama melaksanakan tugas.

Pasal 63
(1) Keputusan penetapan KUA tipologi D1 dan D2 oleh Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
(2) Penetapan tipologi D1 dan D2 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diusulkan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
(3) Dalam hal KUA Kecamatan tipologi D1 mengalami
perkembangan/kemajuan, tipologi D1 bisa berubah.
(4) Penetapan KUA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditembuskan ke Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam.

Catatan
1. Angka kredit tugas tambahan
2. Angka kredit pemenang KUA Teladan provinsi dan Kab/Kota.

BAB XVII
KEBUTUHAN PNS DALAM JABATAN FUNGSIONAL
PENGHULU

Pasal 64
(1) Penetapan kebutuhan PNS dalam Jabatan Fungsional Penghulu
dihitung berdasarkan beban kerja yang ditentukan dari
indikator antara lain:
a. jumlah peristiwa nikah;
b. beban tugas organisasi yang terkait dengan bidang layanan
dan bimbingan masyarakat Islam; dan
c. luas wilayah dan kondisi geografis terdalam, terluar, dan
kepulauan.
(2) Pedoman perhitungan kebutuhan Jabatan Fungsional Penghulu
diatur lebih lanjut oleh Keputusan Menteri Agama.

BAB XVIII
INSTANSI PEMBINA DAN TUGAS INSTANSI PEMBINA

Pasal 65
Instansi Pembina Jabatan Fungsional Penghulu yaitu Kementerian
Agama.

Pasal 66
(1) Instansi Pembina berperan sebagai pengelola Jabatan
Fungsional Penghulu yang bertanggung jawab untuk menjamin
terwujudnya standar kualitas dan profesionalitas jabatan.
(2) Instansi Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas antara lain:
a. menyusun pedoman formasi Jabatan Fungsional Penghulu;
b. menyusun standar kompetensi Jabatan Fungsional
Penghulu;
c. menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
Jabatan Fungsional Penghulu;
d. menyusun standar kualitas hasil kerja dan pedoman
penilaian kualitas hasil kerja Penghulu;
e. menyusun pedoman penulisan karya tulis/karya ilmiah
yang bersifat inovatif di bidang tugas Jabatan Fungsional
Penghulu;
f. menyelenggarakan uji kompetensi Jabatan Fungsional
Penghulu;
g. melakukan sosialisasi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk
teknis Jabatan Fungsional Penghulu;
h. mengembangkan sistem informasi Jabatan Fungsional
Penghulu;
i. memfasilitasi pelaksanaan tugas Jabatan Fungsional
Penghulu;
j. memfasilitasi pembentukan organisasi profesi Jabatan
Fungsional Penghulu;
k. memfasilitasi penyusunan dan penetapan kode etik profesi
dan kode perilaku Jabatan Fungsional Penghulu;
l. melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan Jabatan
Fungsional Penghulu; dan
m. melakukan koordinasi dengan instansi pengguna dalam
rangka pembinaan karier Penghulu.
(3) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f
dapat dilakukan oleh instansi pembina.
(4) Instansi Pembina dalam rangka melaksanakan tugas
pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyampaikan hasil pelaksanaan pembinaan Jabatan
Fungsional Penghulu secara berkala sesuai dengan
perkembangan pelaksanaan pembinaan kepada Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
dengan tembusan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan uji
kompetensi Jabatan Fungsional Penghulu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf f, diatur dengan Peraturan
Menteri Agama.

BAB XIX
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 67
Untuk kepentingan organisasi dan pengembangan karier, Penghulu
dapat dipindahkan ke dalam jabatan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dengan persetujuan
Pejabat Pembina Kepegawaian.

Pasal 68
(1) Penghulu yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala KUA
Kecamatan dapat diberi tambahan angka kredit 15 % (lima
belas persen) dari angka kredit penjenjangan untuk kenaikan
pangkat setingkat lebih tinggi;
(2) Penghulu yang bertugas di daerah tipologi D1 dan D2, dapat
diberi tambahan angka kredit 15 % (lima belas persen) dari
angka kredit penjenjangan untuk kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi;
(3) Pemberian tambahan angka kredit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diberikan setiap kali usul kenaikan
pangkat/jabatan; dan
(4) Kriteria dan penetapan daerah tipologi D1 dan D2 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) lebih lanjut ditetapkan oleh instansi
pembina jabatan fungsional penghulu.

Pasal 69
Kepala KUA Kecamatan yang mendapat penghargaan sebagai Kepala
KUA Kecamatan Teladan diberi angka kredit untuk kenaikan
pangkat/jabatan dengan ketetuan:
(1) 25 % (dua puluh lima persen) angka kredit yang dipersyaratkan
untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi dan diakui
sebagai tugas pokok dalam PAK, bagi Kepala KUA Kecamatan
Teladan I, II, dan III Tingkat Provinsi.
(2) 15 % (dua puluh lima persen) angka kredit yang dipersyaratkan
untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi dan diakui
sebagai tugas pokok dalam PAK, bagi Kepala KUA Kecamatan
Teladan I, II, dan III Tingkat Kabupaten/Kota;
(3) Angka kredit penghargaan sebagaimana dimaksud ayat 1 dan 2
diberikan satu kali dalam periode kenaikan.

Pasal 70
Bagi KUA Kecamatan yang jumlah peristiwa nikah atau rujuk
kurang dari 10 per bulan, dapat diberi tambahan angka kredit 15 %
(lima belas persen) dari angka kredit penjenjangan untuk kenaikan
pangkat setingkat lebih tinggi.

Pasal 71
Penghulu yang memperoleh prestasi di bidang bahsul kitab atau
karya tulis ilmiah diberi angka kredit untuk kenaikan
pangkat/jabatan dengan ketentuan:
(1) Pemenang I, II, dan III tingkat kabupaten/kota sebesar 5 (lima)
poin;
(2) Pemenang I, II, dan III tingkat provinsi sebasar 10 (sepuluh) poin;
(3) Pemenang I, II, dan III tingkat nasional sebasar 15 (lima belas)
poin

BAB XX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 72
Pembentukan Organisasi Profesi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (3) paling lama 5 (lima) tahun sejak Peraturan Menteri
ini diundangkan.

Pasal 73
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Jabatan Fungsional
Penghulu diatur dengan Peraturan Menteri Agama dan Peraturan
Kepala Badan Kepegawaian Negara sesuai dengan kewenangan
masing-masing.

Pasal 74
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR

Anda mungkin juga menyukai