TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1. Struktur penyusun lempung (a) kaolite, (b) illite, dan (c) montmorillite
Sumber: Das (1995)
7
8
lempung ekspansif akan mengembangkan disertai dengan meningkatnya tekanan air pori
dan timbulnya tekanan pengembangan. Namun ketika kadar air berkurang sampai batas
susutnya akan terjadi penyusutan. Menurut Bowles (1986) tanah lempung diperkirakan
akan mempunyai perubahan volume yang besar (ekspansif) apabila indeks plastisitas
melebihi 20 (IP>20).
Departemen Pekerjaaan Umum (2005) Tanah ekspansif memiliki karakteristik yang
berbeda dengan jenis tanah pada umumnya, yaitu sebagai berikut :
a. Mineral lempung
Mineral lempung yang menyebabkan perubahan volume umumnya mengandung
montmorillonite atau vermiculite, sedangkan illite dan kaolinite dapat bersifat ekspansif
bila ukuran partikelnya sangat halus.
b. Kimia tanah
Meningkatnya konsentrasi kation dan bertambahnya tinggi valensi kation dapat
menghambat pengembangan tanah. Sebagai contoh kation Mg++ akan memberikan
pengembangan yang lebih kecil dibandingkan Na+ .
c. Plastisistas
Tanah dengan indeks plastisitas dan batas cair yang tinggi mempunyai potensi untuk
mengembang yang lebih besar.
d. Struktur tanah
Tanah lempung yang berflokulasi cenderung bersifat lebih ekspansif dibandingkan
dengan yang terdispersi.
e. Berat isi kering
Tanah yang mempunyai berat isi kering yang tinggi menunjukkan jarak antara partikel
yang kecil, hal ini berarti gaya tolak yang besar dan potensi pengembangan tinggi
Tanah ekspansif merupakan tanah yang memiliki kandungan monmorillite yang tinggi.
Montmorillite merupakan jenis lempung yang mempunyai potensial mengembang yang
tinggi karena mineral montmorilite memiliki kapasitas pertukaran ion yang tinggi
dibanding mineral yang lain. Mineral montmorilite merupakan mineral yang bermuatan
negatif besar, menyerap air yang banyak dengan mengisi rongga pori sehingga tanahnya
mengembang dan akibatnya kekuatan tanah akan menurun drastis.
Pasir dengan butiran halus Pasir bersih (hanya pasir) Kerikil dengan butiran halus Kerikil bersih (hanya kerikil)
Kerikil bergradasi-baik dan campuran
GC
pasir-lempung
berlempung
Lanau anorganik dengan plastisitas rendah
50% atau lebih lolos ayakan No.200
Tanah-tanah dengan kandungan organik Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah lain
PT
sangat tinggi dengan kandungan organik tinggi
Sumber: Das (1995)
Gambar 2.2. Rentang (range) dari batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) untuk
tanah dalam kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7.
Sumber: Das (1995)
Batas cair (Liquid Limit) didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas
antara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah
plastis. Batas cair ditentukan dari pengujian Casagrande (1948).
2. Batas Plastis (Plastic Limit)
Batas Plastis (Plastic Limit) didefinisikan sebagai kadar air pada
kedudukan antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air
dimana tanah dengan silinder sekitar 3 mm mulai retak-retak ketika
dipilin-pilin.
Derajat
Batas susut Atteberg (%) Susut linier (%)
mengembang
Istilah kapur juga mengandung tiga pengertian yaitu kalsium karbonat (CaCO 3) untuk
keperluan pertanian, kalsium hidroksida (Ca(OH)2) yang terhidrasi atau kapur mati (slack
lime), dan kalsium oksida (CaO) yang disebut kapur hidup (quick lime). Kapur dapat
digunakan untuk stabilisasi tanah dengan memasukkan kapur tersebut ke dalam kolom
stabilisasi, sehingga didapatkan reaksi kimia sebagai berikut:
terhidrasi
CaO + H2O Ca(OH)2 + Panas (2-3)
Dari reaksi kimia diatas dapat disimpulkan bahwa kapur akan mengikat kadar air tanah
yang berada didalam tanah, sehingga tanah lempung ekspansif akan mengalami
penyusutan yang dapat meningkatkan daya dukung tanah lempung tersebut.
20
2. Warsiti (2009) dengan judul “Meningkatkan CBR dan Memperkecil Swelling Tanah
Sub Grade dengan Metode Stabilisasi Tanah dan Kapur”. Kapur yang digunakan
21
dalam penelitian tersebut sebesar 0%, 5%, 8%, 10%, 12%. Hasil pengujian CBR
dengan metode standar terhadap tanah yang dicampur dengan kapur peningkatan CBR
yang cukup tinggi. Hasil pengujian CBR dalam kondisi unsoaked akan mengalami
perbaikan dari 11.88% menjadi 22,1 % pada persentase kapur 10%. Begitu pula hasil
CBR dalam kondisi soaked mengalami peningkatan yang cukup besar, yaitu dari 2,45
% menjadi 7,6 % pada persentase kapur 10 %. Selain itu hasil pengujian swelling
menghasilkan penurunan swelling yang cukup tinggi. Dari penelitian tersebut juga
disimpulkan bahwa yang paling baik untuk stabilisasi tanah lempung adalah dengan
penambahan kapur 10%.
(a) (b)
Gambar 2.7. Alat Deep Soil mix (DSM), (a) Deep dry mixing, (b) Wet dry mixing
Sumber: Bruce, dkk (2013)
Dalam metode pelaksanaan Deep soil mix (DSM) terdapat beberapa pola yang sering
diterapkan. Pola-pola tersebut diantaranya pola triangular pattern, pola square pola
pattern, pola panels, pola blocks, dan pola grid. Gambar pola deep soil mix dapat dilihat
pada Gambar 2.8 ( Kosche, 2004).
Dalam beberapa kasus di lapangan, variasi konfigurasi dan jarak antar kolom
dilakukan guna mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap peningkatan stabilitas
tanah. Variasi ini pernah dilakukan pada proyek Tomei Freeway di Jepang, seperti yang
terlihat pada Gambar 2.9.
24
Ada beberapa penelitian Deep Soil Mix (DSM) yang pernal dilakukan sebelumnya,
diantaranya:
1. Agus Setyo M. (2009) telah melakukan penelitian mengenai perkuatan kolom kapur
pada tanah lunak Bantul-Yogyakarta di laboratorium. Dalam penelitian Setyo M.
(2009) kolom kapur yang digunakan merupakan kolom tunggal dengan diameter 50
mm dengan kedalaman 200 mm dan diletakkan dalam kotak baja berukuran 1,2 m x
1,2 m dan tinggi 1 m. Hasil dari penelitian tersebut yaitu seiring dengan penambahan
kadar kapur, daya dukung tanah meningkat sebesar 0,23 kN tanpa menggunakan
kolom kapur menjadi 5,2 kN dengan kolom kapur. Penambahan kolom kapur
meningkatkan daya dukung tanah baik pada arah vertikal maupun arah radial hingga
mencapai 3 kali ukuran diameter dari pusat kolom kapur. Berikut ini adalah grafik
hasil pengujian pembebanan kolom kapur dan kurva tegangan-regangan tanah dapat:
2. Malekpoor (2014) melakukan penelitian tentang “ Behavior of compacted lime-soil
column”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kolom kapur menaikkan
kapasitas beban yang diterima dan mengurangi penurunan tanah pada rasio luas
tertentu.
3. Ichvan dkk (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh variasi jarak dan panjang
Deep Soil Mix dengan persentase bahan additive fly ash sebesar 15%. Dalam
penelitian Ichvan dkk. (2009) digunakan pola panels dengan diameter 3 cm. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa jarak dan panjang DSM memiliki pengaruh
terhadap daya dukung tanah Kabupaten Bojonegoro. Pada analisis variasi jarak dan
panjang, nilai daya dukung tertinggi terjadi pada jarak DSM 3 cm dan panjang DSM
15 cm sebesar 1060 kN/m2 dengan penurunan 4,5 cm.
25
qult
q a= (2-3)
SF
Berikut adalah cara menentukan kapasitas daya dukung tanah untuk beberapa jenis
pondasi menurut cara Terzaghi.
Tabel 2.6 Kapasitas daya dukung tanah berbagai jenis pondasi menurut cara Terzaghi
Jenis Pondasi Kapasitas Daya Dukung (Terzaghi)
Lajur/Menerus q ult =c . Nc+ q . Nq+ 0,5. γ . B . Nγ
Persegi q ult =1,3. c . Nc+q . Nq+0,4. γ . B . Nγ
Lingkaran q ult =1,3. c . Nc+q . Nq+0,3. γ . B . Nγ
Sumber: Zakaria (2006)
Keterangan:
qult = ultimate soil bearing capacity
c = kohesi tanah
q = γ x D (bobot satuan isi tanah x kedalaman)
B = dimensi lebar atau diameter pondasi
ф = sudut geser dalam
Nc, Nq, Nγ adalah faktor daya dukung tanah yang bergantung kepada ф
Faktor daya dukung tanah bergantung kepada sudut geser dalam. Nc, Nq dan Nɣ
merupakan konstanta Terzaghi dengan mencari nilai faktor dayadukung tanah berdasarkan
nilai sudut geser dalam yang didapat.
Tanah berbutir halus yaitu lanau (silt), lanau lempungan (clayey-silt) ataupun
lempung lanauan (silty-clay) berplastisitas tinggi, mempunyai konsistensi berubah-ubah
menurut kadar air yang dikandungnya (Bowles, 1986). Kohesi (c) menurun mengikuti
kenaikan kadar air tanah (w). Di samping itu sudut geser dalam (ф) juga menurun bila
kadar air tanah meningkat. Dengan demikian kekuatan tanah juga akan menurun. Daya
dukung tanah untuk pondasi dangkal bergantung dari kohesi dan sudut geser dalam. Nilai
kohesi dan sudut geser dalam tinggi pada massa tanah yang berkondisi kering atau kondisi
kadar air tanah tak berpengaruh pada fondasi. Pada musim hujan, peningkatan kadar air di
dalam tanah akan meningkatkan tekanan air pori yang arahnya berlawanan dengan
kekuatan ikatan antar butir . Di samping itu jarak antar butir relatif menjadi lebih berjauhan
sehingga baik kohesi maupun sudut geser dalam menurun.
Hubungan kuat geser dengan variasi kadar air dan persentase stabilisasi telah
dijelaskan Firdaus (2016) kadar air pada tanah lempung ekspansif dengan campuran 10%
kapur berpengaruh terhadap kuat geser tanah. Semakin kecil kadar air grafik tegangan-
27
regangan tanah akan semakin kaku dan kohesi (cu) semakin besar. Sedangankan semakin
besar rasio volume stabilisasi, nilai kohesi akan semakin besar apabila dibandingkan
dengan tanah kondisi asli dan remolded (tanpa perbaikan).
Daya dukung merupakan tegangan maksimum yang mampu ditahan oleh tanah.
Boussines membuat permodelan distribusi tegangan pada tanah, sesuai dengan panjang
tanah, menjadi garis-garis isobar. Menurut Boussinesq kenaikan tegangan (ΔP)
disebabkan beban garis (q) akan semakin kecil pada panjang tanah yang semakin dalam.
29
Gambar 2.12. Isobar tegangan untuk beban terbagi rata berbetuk bujur sangkar teori
Boussinesq