Anda di halaman 1dari 2

JUAL BELI DI MASA SEKARANG

Sudah diketahui bahwa jual beli terdiri dari kata “jual” dan “beli” yang memiliki arti saling
bertolak belakang. Kata jual menunjukan bahwa adanya perbuatan menjual sedangkan kata
beli adalah adanya perbuatan membeli. Secara etimologi fikih jual beli disebut dengan al-
ba‟i yang berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal
al-ba‟i dalam terminologi fikih terkadang dipakai untuk pengertian lawannya, yaitu lafal al-
syira yang berarti membeli. Dengan demikian, al-ba‟i mengandung arti menjual sekaligus
beli. Jual beli akan menjadi sah dan valid apabila ditunaikan rukun-rukunnya. Apabila ada
satu rukun yang tidak ditunaikan maka jual beli dianggap tidak sah. Menurut Ulama
Hanafiyah, rukun jual beli cukup satu saja yaitu ijab Kabul (shighat). Adapun Jumhur Ulama
menyatakan bahwa rukun jual beli paling tidak terdiri dari 4 hal, diantaranya: aqidain (2
orang yang berakad baik pembeli maupun penjual), objek jual beli, ijab kabul (shighat), dan
nilai tukar pengganti barang.

Seiring waktu berlalu, jaman terus berganti dan semakin maju. Perkembangan teknologi
tentunya mempermudah khususnya dalam bertransaksi jarak jauh, di mana orang dapat
berinteraksi dalam waktu singkat walaupun tanpa face to face. Jika pada jaman dahulu
kegiatan jual-beli banyak dilakukan di pasar atau pusat-pusat perbelanjaan, maka kini
tempat untuk berjualan telah merambah ke dunia maya.

Pada zaman sekarang masyarakat


dihebohkan dengan praktek jual beli online
yang dalam praktiknya merupakan aktivitas
jual beli berupa penawaran barang oleh
penjual dan permintaan barang dari pembeli
secara online dengan memanfaatkan
teknologi internet. Karena itu, bisa diketahui
karakteristik jual beli online yaitu terjadinya
transaksi antara dua belah pihak, adanya
pertukaran barang, jasa atau informasi dan
internet merupakan media utama dalam
proses atau mekanisme akad.

Tanpa kita sadari sesungguhnya jual beli online pada prinsipnya sama seperti jual beli
offline. Namun yang membedakanya adalah proses transaksi (akad) dan media utama dalam
proses tersebut. Dalam jual beli baik online maupun offline ada yang halal ada yang haram,
ada yang legal ada pula yang ilegal. Hukum asal mu'amalah adalah al-ibaahah (boleh)
selama tidak ada dalil yang melarangnya. Karena itu, hukum dasar jual beli online sama
seperti akad jual beli dan akad as-salam, yaitu diperbolehkan dalam Islam. Namun, bukan
berarti tidak ada rambu-rambu yang mengaturnya. Jual beli online diperbolehkan selama
tidak mengandung unsur-unsur yang dapat merusaknya seperti riba, kezaliman, penipuan,
kecurangan dan sejenisnya serta dalam pelaksanaannya memenuhi rukun-rukun dan syarat-
syarat jual beli. Jangan sampai karena ingin mendapat keuntungan semata lalu
menghalalkan segala macam cara. Transaksi bisnis lewat online jika sesuai dengan aturan-
aturan yang telah disebut di atas akan membawa kemajuan bagi masyarakat dan negara.

Anda mungkin juga menyukai