− Nim : 1948201019
− Prodi : S1 Farmasi
− Semester : III / Tiga (3)
− Mata kuliah : AIK
− Dosen pengampu : Pa Samiaji, Lc
Tugas !
4. Apakah menyembelih lalat untuk selain Allah termasuk syirik akbar ( keluar
dari Islam) ?
Jawab :
Menyembelih apapun yang tujuannya untuk di persembahkan
kepada selain allah maka itu termasuk syirik akbar seperti pada hadist
berikut :
Thariq bin Syihab radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َم? َّر: َو َك ْيفَ َذلِكَ يَ??ا َر ُس?وْ َل هللاِ؟ قَ??ا َل: قَالُوْ ا،ب ٍ َد َخ َل ْال َجنَّةَ َر ُج ٌل فِ ْي ُذبَا
ٍ َو َد َخ َل النَّا َر َر ُج ٌل فِ ْي ُذبَا,ب
ْس َ لَي: قَ?ا َل، ْ قَ? ِّرب: فَقَ?الُوْ ا ألَ َح? ِد ِه َما،ِّب لَ?هُ َش? ْيئًا
َ صنَ ٌم الَ يَجُوْ ُزهُ أَ َح? ٌد َحتَّى يُقَ?ر
َ َر ُجالَ ِن َعلَى قَوْ ٍم لَهُ ْم
َ فَقَ?ر، قَ ِّربْ َولَوْ ُذبَابًا:ُ قَالُوْ ا لَه، ُِع ْن ِديْ َش ْي ٌء أُقَرِّب
: َوقَ??الُوْ ا لِآلخَ? ِر،َّب ُذبَابً??ا فَخَلُّوْ ا َس?بِ ْيلَهُ فَ? َدخَ َل النَّا َر
ِب ِأل َح ٍد َش ْيئًا ُدوْ نَ هللاَ ت ألُقَ ِّر
ُ َما ُك ْن:ال َ َ فَق، ْ قَرِّبU، َض َربُوْ ا ُعنُقَهُ فَ َد َخ َل ْال َجنَّةَ َف
Artinya :
“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat, dan ada lagi yang
masuk neraka karena seekor lalat pula, para sahabat bertanya: “bagaimana
itu bisa terjadi ya Rasulullah? Rasul menjawab: “ada dua orang berjalan
melewati sekelompok orang yang memiliki berhala, yang mana tidak
boleh seorangpun melewatinya kecuali dengan mempersembahkan
sembelihan binatang untuknya terlebih dahulu, maka mereka berkata
kepada salah satu di antara kedua orang tadi: “persembahkanlah sesuatu
untuknya! ia menjawab: “saya tidak mempunyai apapun yang akan saya
persembahkan untuknya”, mereka berkata lagi: persembahkan untuknya
walaupun seekor lalat! maka iapun mempersembahkan untuknya seekor
lalat, maka mereka lepaskan ia untuk meneruskan perjalanannya, dan
iapun masuk ke dalam neraka karenanya, kemudian mereka berkata lagi
kepada seseorang yang lain: persembahkalah untuknya sesuatu! ia
menjawab: “Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apapun
untuk siapapun selain Allah”, maka merekapun memenggal lehernya, dan
iapun masuk ke dalam surga.” (HR. Ahmad).
Artinya :
1. Bahasa arab adalah syiar Islam dan syiar umat Islam. Dan kita tahu
bahwa bahasa merupakan sebaik-baiknya syiar.
2. Sebagian fuqaha melarang berdoa dalam shalat dan juga berdzikir
dengan bahasa non-Arab.
3. Membiasakan diri dengan bahasa Arab akan berpengaruh amat kuat
pada cara berpikir (logika), akhlak, dan agama.
4. Membiasakan diri dengan bahasa Arab akan membuat kita serupa
dengan sahabat, dan tabi’in. Sehingga kita bisa meniru cara berpikir,
cara beragama dan akhlak mulia mereka.
5. Mempelajari bahasa Arab adalah bagian dari agama.
6. Untuk memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan baik wajib
dengan mempelajari bahasa Arab. Walaupun ada yang sifatnya fardhu
‘ain dan fardhu kifayah.
7. Belajar bahasa Arab akan membuat seseorang semakin baik (semakin
faqih) dalam ucapan. (Disarikan dari Iqtidha’ Ash-Shirath Al-
Mustaqim, 1: 519-528)
7. Apa yang menyebabkan firaun untuk tidak beriman kepada Tuhannya Nabi
Musa dan Harun dan mengikuti ajarannya, padahal hati kecilnya dia
beriman kepada Allah?
Jawab :
Alquran menceritakan Firaun sebagai penguasa yang melampaui
batas dan sangat sombong. Dia sukar sekali untuk menyadari, setiap
kekuasaan adalah titipan dari Allah SWT. Sang Maha Pencipta menitipkan
dan mencabut kekuasaan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya.
“Katakanlah, ‘Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau
berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu’” (QS Ali Imran: 26).
Untuk menyadarkan Firaun, Allah mengutus Nabi Musa dan
saudaranya, Nabi Harun. Keduanya diperintahkan untuk mengingatkan
pemimpin itu agar sadar diri. Perintah-Nya bukan untuk semisal
memerangi atau membunuh Firaun. Para nabi itu hanya disuruh-Nya untuk
mendakwahi pemimpin Mesir itu.
“Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah
melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-
kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut” (QS Taha:
43-44).
Firaun adalah representasi yang sempurna dari rezim yang lalim.
Kejahatannya terhadap rakyat amat sangat keras. Untuk menyebut satu
contoh, dia membunuh semua bayi laki-laki di wilayahnya hanya karena
informasi ahli ramal, kelak akan ada laki-laki yang menjungkalkannya dari
tampuk kekuasaan.
Firaun tidak mau menunggu lama. Dalam bahasa sekarang, dia
tidak memberi tenggang hingga suatu generasi memunculkan kalangan
aktivis yang berani menyuarakan protes. Firaun tak segan-segan
membasmi mereka seluruhnya bahkan ketika masih berusia bayi.
Bagaimanapun, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Justru bayi
laki-laki yang kelak menjadi lawannya diasuh di istananya sendiri. Bayi
itu ialah Nabi Musa, yang kemudian diutus oleh Allah SWT untuk
mendakwahi Firaun.
Firaun tidak mau menerima akan ajaran yang di bawa nabi Musa
dan nabi Harun walaupun sebenarnya hati kecilnya menyadari atas
kekuasaan Allah yang Maha Kuasa tetapi dia tetap menolak menerimanya
karena dia tetap ingin menjadi penguasa dan mengaggap dirinya tuhan.
“Ketika (dua istilah itu) berkumpul maka artinya berbeda, dan ketika
tidak berkumpul maka artinya sama”.
Namun ketika dua istilah itu digabung dalam satu kalimat, maka
maknanya berbeda. Ketika kata Islam bersanding dengan iman maka
maknanya adalah sesuatu yang mengarah kepada amal dhahir seperti
shalat, zakat puasa, haji dan sebagainya.
Dan ketika orang yang mengerjakan amal-amal dhohir ini disertai
keyakinan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (Imanun Qolbi) maka dia
adalah mukmin, dan bagi yang mengerjakan amalan-amalan tersebut
hanya sebatas dhahirah saja tidak disertai keimanan maka dia sama seperti
kondisi orang-orang munafik yang hanya menampakkan amalan dhahir
padahal hatinya sangat benci kepada islam.
ت اأْل َ ْع َرابُ آ َمنَّا قُلْ لَ ْم تُ ْؤ ِمنُوا َولَ ِك ْن قُولُوا أَ ْسلَ ْمنَا َولَ َّما يَ ْد ُخ ِل اإْل ِ ي َمانُ فِي قُلُوبِ ُك ْم
ِ َقَال