Anda di halaman 1dari 10

− Nama : Nova Amalia Rachmadanti

− Nim : 1948201019
− Prodi : S1 Farmasi
− Semester : III / Tiga (3)
− Mata kuliah : AIK
− Dosen pengampu : Pa Samiaji, Lc

Tugas !

1. Sebutkan contoh syirik dalam rububiyyah Allah !


Jawab :
 Menyekutukan Allah
 Percaya takhayul
 Memberi sesajen
 Menyembah berhala
 Meyakini bahwa usaha dan pekerjaan yang mendatangkan rezeki
 Meyakini bahwa kita yang memelihara hewan peliharaan kita, dan
mereka tidak akan bertahan tanpa kita
 Meyakini ada benda-benda tertentu yang dapat mendatangkan
keselamatan

2. Sebutkan contoh syirik dalam uluhiyyahnya Allah !


Jawab :
a. Berdoa kepada selain Allah Ta’ala
b. Menyembelih untuk dipersembahkan kepada selain Allah Ta’ala
c. Bernazar untuk selain Allah Ta’ala
d. Syirik dalam Cinta kepada selain Allah Ta’ala
e. Takut kepada selain Allah Ta’ala
f. Berarap kepada selain Allah Ta’ala
g. Tawakkal kepada selain Allah Ta’ala
h. Taat kepada selain Allah dalam perkara maksiat kepada-Nya
3. Sebutkan contoh syirik dalam asma dan sifatnya Allah !
Jawab :
 Menyamakan sifat-sifat dzatiyah Allah menyerupai dengan sifat
makhluknya (seperti allah punya wajah, tangan, kaki, yang melihat,
yang mendengar, dll)
 Memberikan sifat-sifat yang khusus bagi Allah untuk makhluk
 Mengaku-ngaku melihat yang ghaib dan melihat segala sesuatu yang
tak kasat mata.
 Percaya dengan dukun.
 Mempercayai masa depan yang di katakan makhluk (seperti zodiak,
ramalan, dll).

4. Apakah menyembelih lalat untuk selain Allah termasuk syirik akbar ( keluar
dari Islam) ?
Jawab :
Menyembelih apapun yang tujuannya untuk di persembahkan
kepada selain allah maka itu termasuk syirik akbar seperti pada hadist
berikut :
Thariq bin Syihab radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ َم? َّر‬:‫ َو َك ْيفَ َذلِكَ يَ??ا َر ُس?وْ َل هللاِ؟ قَ??ا َل‬:‫ قَالُوْ ا‬،‫ب‬ ٍ ‫َد َخ َل ْال َجنَّةَ َر ُج ٌل فِ ْي ُذبَا‬
ٍ ‫ َو َد َخ َل النَّا َر َر ُج ٌل فِ ْي ُذبَا‬,‫ب‬
‫ْس‬ َ ‫ لَي‬:‫ قَ?ا َل‬، ْ‫ قَ? ِّرب‬:‫ فَقَ?الُوْ ا ألَ َح? ِد ِه َما‬،‫ِّب لَ?هُ َش? ْيئًا‬
َ ‫صنَ ٌم الَ يَجُوْ ُزهُ أَ َح? ٌد َحتَّى يُقَ?ر‬
َ ‫َر ُجالَ ِن َعلَى قَوْ ٍم لَهُ ْم‬
َ ‫ فَقَ?ر‬،‫ قَ ِّربْ َولَوْ ُذبَابًا‬:ُ‫ قَالُوْ ا لَه‬، ُ‫ِع ْن ِديْ َش ْي ٌء أُقَرِّب‬
:‫ َوقَ??الُوْ ا لِآلخَ? ِر‬،‫َّب ُذبَابً??ا فَخَلُّوْ ا َس?بِ ْيلَهُ فَ? َدخَ َل النَّا َر‬
ِ‫ب ِأل َح ٍد َش ْيئًا ُدوْ نَ هللا‬َ ‫ت ألُقَ ِّر‬
ُ ‫ َما ُك ْن‬:‫ال‬ َ َ‫ فَق‬، ْ‫ قَرِّب‬U، َ‫ض َربُوْ ا ُعنُقَهُ فَ َد َخ َل ْال َجنَّة‬َ َ‫ف‬
Artinya :
“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat, dan ada lagi yang
masuk neraka karena seekor lalat pula, para sahabat bertanya: “bagaimana
itu bisa terjadi ya Rasulullah? Rasul menjawab: “ada dua orang berjalan
melewati sekelompok orang yang memiliki berhala, yang mana tidak
boleh seorangpun melewatinya kecuali dengan mempersembahkan
sembelihan binatang untuknya terlebih dahulu, maka mereka berkata
kepada salah satu di antara kedua orang tadi: “persembahkanlah sesuatu
untuknya! ia menjawab: “saya tidak mempunyai apapun yang akan saya
persembahkan untuknya”,  mereka berkata lagi: persembahkan untuknya
walaupun seekor lalat! maka iapun mempersembahkan untuknya seekor
lalat, maka mereka lepaskan ia untuk meneruskan perjalanannya, dan
iapun masuk ke dalam neraka karenanya, kemudian mereka berkata lagi
kepada seseorang yang lain: persembahkalah untuknya sesuatu! ia
menjawab: “Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apapun
untuk siapapun selain Allah”, maka merekapun memenggal lehernya, dan
iapun masuk ke dalam surga.” (HR. Ahmad).

5. Jika seseorang diancam dibunuh, untuk mengatakan perkataan yang dapat


mengeluarkan seseorang dari agama Islam, apakah dia keluar dari Islam
meskipun hatinya masih dalam keyakinan Islam?
Jawab :
Pemaksaan untuk mengucapkan kekufuran itu ada 2 :
1. Pemaksaan pertama disebut ikrahan tamman, yaitu pemaksaan
sempurna, artinya benar-benar menghadapi bahaya besar. Seperti
dipaksa dengan dibunuh, dipotong, dipukul yang dapat
membahayakan jiwa atau anggota badan, baik dengan sedikit atau
banyak pukulan.
2. Pemaksaan kedua disebut ikrahan naqishan, yaitu pemaksaan yang
tidak sempurna, artinya tidak benar-benar mengancam jiwa. Seperti
dipenjara, dirantai, atau pukulan yang tidak sampai membahayakan
jiwa atau anggota badan.

Para ulama menyatakan bahwa yang disebut pemaksaan yang boleh


melakukan perbuatan kekufuran atau mengucapkan kata kufur adalah
pemaksaan pertama, yaitu pemaksaan sempurna (ikrahan tamman).
Namun syarat disebut ikrahan tamman adalah:

 Ancaman yang diberikan benar-benar berdampak bahaya pada jiwa


atau anggota badan.
 Yang memaksa benar-benar mampu diwujudkan ancamannya.
 Yang dipaksa benar-benar tidak mampu untuk menolak ancaman
pada dirinya, baik dengan melarikan diri atau meminta pertolongan
pada yang lain.
 Yang dipaksa punya sangkaan kuat bahwa ancaman tersebut benar-
benar bisa diwujudkan oleh yang memaksa.

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman :

ْ ?ِ‫?ان َولَ ِكن َّمن َش? َر َح ب‬ ْ ‫?رهَ َوقَ ْلبُ?هُ ُم‬ ُ


َ ‫?ال ُك ْف ِر‬
‫ص? ْدرًا‬ ِ ?‫ط َمئِ ٌّن بِا ِإلي َم‬ ِ ?‫َّمن َكفَ َر بِاهَّلل ِ ِمن بَ ْع ِد إي َمانِ ِه إِالَّ َم ْن أ ْك‬
ِ ‫ضبٌ ِّمنَ هَّللا ِ َولَهُ ْم َع َذابٌ ع‬
‫َظي ٌم‬ َ ‫فَ َعلَ ْي ِه ْم َغ‬

Artinya :

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia


mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal
hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang
yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah
menimpanya dan baginya azab yang besar.” (QS. An-Nahl: 106)

6. Apakah wajib belajar bahasa Arab ? Alasannya ?


Jawab :
Bagi seorang Muslim, belajar bahasa Arab sebuah keharusan.
Mengapa? Salah satu alasannya, sebab kitab suci Alquran dan Sunnah
yang menjadi pedoman hidup, menggunakan bahasa Arab.
Imam Syafi’i berkata, "Manusia tidak menjadi bodoh dan selalu
berselisih paham kecuali lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab, dan
lebih mengutamakan konsep Aristoteles." (Siyaru A’lamin Nubala: 10/74)
‘Umar radhiyallahu ‘anhu juga pernah berkata,

‫ وتعلموا الفرائض فإنها من دينكم‬،‫تعلموا العربية فإنها من دينكم‬

“Pelajarilah bahasa Arab karena ia bagian dari agama kalian. Pelajarilah


hukum waris, ia juga bagian dari agama kalian.”
Mempelajari bahasa Arab -kata Ibnu Taimiyah- bertujuan agar
faqih dalam ucapan. Sedangkan menurut beliau, mempelajari sunnah Nabi
bertujuan supaya faqih dalam amalan. Sedangkan dalam diin itu terdiri
dari ucapan dan amalan. Beberapa alasan kenapa harus menguasai bahasa
Arab, seperti pada perkataan Ibnu Taimiyah rahimahullah :

1. Bahasa arab adalah syiar Islam dan syiar umat Islam. Dan kita tahu
bahwa bahasa merupakan sebaik-baiknya syiar.
2. Sebagian fuqaha melarang berdoa dalam shalat dan juga berdzikir
dengan bahasa non-Arab.
3. Membiasakan diri dengan bahasa Arab akan berpengaruh amat kuat
pada cara berpikir (logika), akhlak, dan agama.
4. Membiasakan diri dengan bahasa Arab akan membuat kita serupa
dengan sahabat, dan tabi’in. Sehingga kita bisa meniru cara berpikir,
cara beragama dan akhlak mulia mereka.
5. Mempelajari bahasa Arab adalah bagian dari agama.
6. Untuk memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan baik wajib
dengan mempelajari bahasa Arab. Walaupun ada yang sifatnya fardhu
‘ain dan fardhu kifayah.
7. Belajar bahasa Arab akan membuat seseorang semakin baik (semakin
faqih) dalam ucapan. (Disarikan dari Iqtidha’ Ash-Shirath Al-
Mustaqim, 1: 519-528)

7. Apa yang menyebabkan firaun untuk tidak beriman kepada Tuhannya Nabi
Musa dan Harun dan mengikuti ajarannya, padahal hati kecilnya dia
beriman kepada Allah?
Jawab :
Alquran menceritakan Firaun sebagai penguasa yang melampaui
batas dan sangat sombong. Dia sukar sekali untuk menyadari, setiap
kekuasaan adalah titipan dari Allah SWT. Sang Maha Pencipta menitipkan
dan mencabut kekuasaan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya.
“Katakanlah, ‘Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau
berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu’” (QS Ali Imran: 26).
Untuk menyadarkan Firaun, Allah mengutus Nabi Musa dan
saudaranya, Nabi Harun. Keduanya diperintahkan untuk mengingatkan
pemimpin itu agar sadar diri. Perintah-Nya bukan untuk semisal
memerangi atau membunuh Firaun. Para nabi itu hanya disuruh-Nya untuk
mendakwahi pemimpin Mesir itu.
“Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah
melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-
kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut” (QS Taha:
43-44).
Firaun adalah representasi yang sempurna dari rezim yang lalim.
Kejahatannya terhadap rakyat amat sangat keras. Untuk menyebut satu
contoh, dia membunuh semua bayi laki-laki di wilayahnya hanya karena
informasi ahli ramal, kelak akan ada laki-laki yang menjungkalkannya dari
tampuk kekuasaan.
Firaun tidak mau menunggu lama. Dalam bahasa sekarang, dia
tidak memberi tenggang hingga suatu generasi memunculkan kalangan
aktivis yang berani menyuarakan protes. Firaun tak segan-segan
membasmi mereka seluruhnya bahkan ketika masih berusia bayi.
Bagaimanapun, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Justru bayi
laki-laki yang kelak menjadi lawannya diasuh di istananya sendiri. Bayi
itu ialah Nabi Musa, yang kemudian diutus oleh Allah SWT untuk
mendakwahi Firaun.
Firaun tidak mau menerima akan ajaran yang di bawa nabi Musa
dan nabi Harun walaupun sebenarnya hati kecilnya menyadari atas
kekuasaan Allah yang Maha Kuasa tetapi dia tetap menolak menerimanya
karena dia tetap ingin menjadi penguasa dan mengaggap dirinya tuhan.

8. Apa yg dimaksud dengan istilah riddah,fasiq,kafir ?


Jawab :
1. Riddah
Riddah adalah keluarnya perkataan 'kafir' dari lisan, yang
sebelumnya beriman, sebab Riddah adalah rujuk (berpaling) dari
keimanan. As-Syarbini dari mazhab Syafi'i berkata, "Riddah adalah
putus dari Islam dengan niat atau perbuatan, baik mengatakan
tentangnya dalam rangka menghina, membangkang atau
meyakini." Dan al-Bahuti dari mazhab Hanbali berkata, "Murtad secara
syariat adalah orang yang kafir setelah keislamannya.
2. Fasiq
Fasiq adalah orang mukmin atau orang muslim yang melanggar
ajaran Allah (Islam) atau dengan kata lain yang diyakini akan adanya
Allah, kepercayaan akan kebenaran Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW tetapi dalam tindak perbuatannya mereka
mengingkari terhadap Allah dan hukumNya, selalu mengikuti
kerusakan dan kemaksiatan.
3. Kafir
Kafir (berasal dari bahasa Arab ‫ كافر‬kāfir; plural ‫ كفّار‬kuffār) secara
harfiah berarti orang yang menyembunyikan atau mengingkari
kebenaran. Dalam terminologi kultural kata ini digunakan dalam agama
Islam untuk merujuk kepada non muslim atau kepada muslim yang
mengingkari nikmat Allah (sebagai lawan dari kata syakir, yang berarti
orang yang bersyukur).

9. Sebutkan 7 syarat ‫? ال إله إال هللا‬


Jawab :
7 syarat laa illaha illaallah yaitu :
1. Al-Ilmu (Mengilmui maknanya) yang meniadakan kejahilan
(ketidaktahuan) dalam menafikan dan menetapkan. Kebalikannya
adalah Al Jahl (kebodohan).
2. Al-Yaqin (Yakin) yang meniadakan keragu-raguan. Kebalikannya
adalah Asy Syak dan Ar Rayb (keraguan).
3. Al-Qabulu (Menerima) yang meniadakan sikap menentang.
Kebalikannya adalah Ar Raddu (menolak)
4. Al-Inqiyad (Patuh) yang meniadakan sikap meninggalkan.
Kebalikannya adalah At Tarku (tidak taat).
5. Ash-Ashidqu (Jujur) yang meniadakan dusta. Kebalikannya adalah Al
Kadzabu (mendustakan).
6. Al-Ikhlas (Ikhlas) yang meniadakan syirik dan riya'. Kebalikannya
adalah Asy Syirku (syirik) dan Ar Riya’ (riya).
7. Al-Mahabbah (Cinta) yang meniadakan benci. Kebalikannya
adalah Al Karhu (membenci).

10. Apa bedanya Muslim dengan Mu'min? Dan sebutkan dalilnya !


Jawab :
Ada sebuah perkataan yang masyhur dikalangan para ulama tentang
mukmin dan muslim yaitu :

‫إذا اجتمع افترق وإذا افترق اجتمع‬

“Ketika (dua istilah itu) berkumpul maka artinya berbeda, dan ketika
tidak berkumpul maka artinya sama”.

− Maksudnya ketika disebutkan “Fulan Mukmin” artinya dia juga


seseorang yang muslim.
− Atau ketika disebutkan “Fulan Muslim” artinya dia juga seseorang
yang beriman.

Yang artinya tidak ada perbedaan antara keduanya, baik mukmin


maupun muslim, seseorang yang mukmin maka dia muslim dan seseorang
yang muslim maka dia juga seseorang yang mukmin.

Namun ketika dua istilah itu digabung dalam satu kalimat, maka
maknanya berbeda. Ketika kata Islam bersanding dengan iman maka
maknanya adalah sesuatu yang mengarah kepada amal dhahir seperti
shalat, zakat puasa, haji dan sebagainya.
Dan ketika orang yang mengerjakan amal-amal dhohir ini disertai
keyakinan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (Imanun Qolbi) maka dia
adalah mukmin, dan bagi yang mengerjakan amalan-amalan tersebut
hanya sebatas dhahirah saja tidak disertai keimanan maka dia sama seperti
kondisi orang-orang munafik yang hanya menampakkan amalan dhahir
padahal hatinya sangat benci kepada islam.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫ت اأْل َ ْع َرابُ آ َمنَّا قُلْ لَ ْم تُ ْؤ ِمنُوا َولَ ِك ْن قُولُوا أَ ْسلَ ْمنَا َولَ َّما يَ ْد ُخ ِل اإْل ِ ي َمانُ فِي قُلُوبِ ُك ْم‬
ِ َ‫قَال‬

Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah


(kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah
tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu.” [Q.S. Al
Hujurat : 14]

Ayat ini menunjukkan bahwasanya Islam adalah perkataan dengan


lisan dan amal melalui perbuatan, sedangkan iman adalah penyerahan diri
terhadap hal-hal yang batin/ i’tiqod (keyakinan) dan hati meyakininya
dengan sebenar-benarnya keyakinan.

Akan tetapi terkadang juga dapat bermakna berbeda, tidak semua


muslim adalah mukmin sebagimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala dalam kisah nabi luth alaihis salam :

. َ‫ت ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬


ٍ ‫فَأ َ ْخ َرجْ نَا َم ْن َكانَ فِيهَا ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ * فَ َما َو َج ْدنَا فِيهَا َغ ْي َر بَ ْي‬

“Maka Kami tidak mendapati di dalamnya (negeri itu), kecuali sebuah


rumah dari orang-orang Muslim (Luth).” [Q.S. Ad Dzariyat : 35-36]

11. Konsekwensi Syahadat ‫? ال إله إال هللا‬


Jawab :
Konsekuensi yang dikandung oleh orang yang telah
mengucapkan kalimat tauhid adalah hanya menyembah Allah SWT
serta mematuhi syariat-Nya, mengimani dan meyakini bahwa syariat-
Nya adalah benar. Seseorang yang telah mengikrarkan kalimat tauhid
maka ia harus mengikhlaskan dan berkomitmen bahwa ibadahnya
hanya kepada Allah SWT dan meninggalkan segala bentuk
peribadahan kepada selain Dia.
12. Konsekwensi Syahadat ‫? محمدا رسول هللا‬
Jawab :
Konsekuensi yang dikandung dalam syahadat rasul adalah mentaati
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada segala perintahnya,
menjauhi segala larangan-larangannya, membenarkan apa yang ia
kabarkan dan tidak beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali
dengan apa yang ia syariatkan.
Juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tugasnya adalah
menyampaikan perkataan yang mengutusnya. Allah Ta’ala berfirman:

ُ‫غ ْال ُمبِين‬


ُ ‫ُول إِاَّل ْالبَاَل‬
ِ ‫َو َما َعلَى ال َّرس‬

“Dan tidak ada kewajiban kepada Rasul kecuali menyampaikan dengan


terang.” (QS. An-Nur[24]: 54)
Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menyampaikan
semua apa yang Allah perintahkan untuk disampaikan. Beliau tidak
meninggalkan satu kebaikan kecuali beliau memberi petunjuk kepada
umatnya untuk melakukannya. Dan tidak ada satu keburukan pun kecuali
beliau telah memperingatkan umatnya akan bahaya keburukan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai