Perc 8 18125 - Muhammad Faisal
Perc 8 18125 - Muhammad Faisal
PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
PERCOBAAN VIII
“PENETAPAN PERMEASI OBAT IN VITRO DENGAN
MENGGUNAKAN METODE DIFUSI FRANZ (DIFUSI OBAT)”
DISUSUN OLEH :
NIM : G7011812
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
A. Latar Belakang
Biofarmasi meneliti pengaruh formulasi Obat terhadap efek terapeutiknya.
Dengan kata lain, dalam bentuk sediaan mana, Obat harus dibuat agar
menghasilkan efek yang optimal. Ketersediaan hayati Obat dalam tubuh
untuk diresorpsi dan untuk melakukan efeknya juga dipelajari
(Pharmaceutical dan biological availability). Begitu pula kesetaraan
terapeutik dari sediaan yang mengandung zat aktif sama (therapeutic
equivalence). Ilmu ini mulai berkembang pada akhir tahun 1950-an dan erat
hubungannya dengan farmakokinetika (Tjay & Rahardja, 2015).
C. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui permeasi in vitro dengan berbagai formulasi transdermal
2. Mengetahui permeasi in vitro gel diklofenak menggunakan sel difusi franz
3. Mengetahui pengaruh variable formulasi terhadap permeasi obat
4. Mengetahui dan memprediksi fluks (kecepatan difusi dalam satuan luas) dan
koefisien permeasi
D. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini yaitu kita dapat memahami dan mengetahui
permeasi in vitro dengan berbagai formulasi transdermal, permeasi in vitro gel
diklofenak menggunakan sel difusi franz, pengaruh variable formulasi terhadap
permeasi obat dan memprediksi fluks (kecepatan difusi dalam satuan luas) dan
koefisien permeasi.
E. Prinsip Percobaan
F. Dasar Teori
Kulit merupakan target masuknya obat dari sediaan transdermal. Kulit
merupakan barrier penghalang yang terdiri dari berbagai lapisan. Lapisan
paling luar dari kulit, yaitu stratum korneum, terdiri dari keratin dan dikelilingi
oleh lapisan lipid interseluler sehingga sulit untuk ditembus. Agar zat aktif dari
sediaan transdermal dapat masuk ke dalam kulit dan mencapai target kerjanya
dengan maksimal, maka penetrasi zat aktif melalui kulit perlu ditingkatkan.
Salah satu cara meningkatkan penetrasi obat melalui kulit yang umum
digunakan adalah dengan menambahkan zat peningkat penetrasi pada sediaan
transdermal (Suwalie & Mita, 2017).
Sediaan obat melalui kulit memiliki kaitan yang erat dengan pelepasan zat
aktif, di mana penetrasi molekul obat akan dihambat oleh lapisan pada kulit.
Oleh karena itu perlu dilakukan uji pelepasan zat aktif yang dapat menembus
kulit. Pengujian pelepasan zat aktif secara in vitro sediaan semisolid
diantaranya dapat dilakukan dengan menggunakan metode assay, metode
membran, sel difusi Franz dan lempeng agar, yang dapat digunakan terutama
untuk membandingkan pelepasan obat dari sediaan semisolid pada basis yang
bervariasi. Teknik in vitro penting untuk mengaji penetrasi kulit, yang meliputi
penggunaan beberapa macam sel difusi kulit binatang atau manusia yang
terikat pada suatu tempat dan senyawa-senyawa yang lewat dari permukaan
epidermis ketempat cairan yang diukur (Gozali et al., 2015)
Menurut (Dewi et al., 2019) prinsip kerja sel difusi Franz yaitu meletakkan
membran semi permeabel diantara kompartemen donor dan reseptor, kemudian
senyawasenyawa yang masuk kedalam cairan reseptor diukur kadarnya
menggunakan instrumen analisis yang sesuai. Uji penetrasi secara in vitro
memiliki dua parameter utama yaitu jumlah kumulatif zat aktif yang
terpenetrasi dan laju penetrasi atau fluks. Tahapan perjalanan obat menembus
kulit meliputi:
1. Disolusi suatu obat dalam pembawanya,
2. Difusi obat terlarut dari pembawa ke permukaan kulit, dan
3. Penetrasi obat kedalam kulit.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan penetrasi obat kedalam
kulit meliputi konsentrasi obat, koefisien partisi, pH tempat absorpsi dan pKa
bahan obat, dan variasi biologis kulit
Salah satu obat yang sering digunakan dengan atau tanpa resep dokter adalah
obat anti-inflamasi non steroid (NSAID). Kalium diklofenak menyebabkan
iritasi salurang cerna melalui dua mekanisme patofisiologi. Mekanisme
pertama adalah dengan menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan
tubuh melalui penghambatan siklooksigenase 1 dan 2. Siklooksigenase-2 tidak
ada dalam keadaan normal, melainkan diinduksi pada keadaan inflamasi
sehingga enzim ini meningkat apabila ada proses inflamasi seperti artitis.
Siklooksigenase-1 merupakan enzim dengan fungsi sebagai perlindung mukosa
lambung. Akibat dari penghambatan pada siklooksigenase tersebut
menyebabkan efek samping pada saluran pencernaan (dyspepsia, mual,
gastritis). Mekanisme kedua dikarenakan kalium diklofenak merupakan asam
lemah, pada waktu pH lambung netral akan terdifusi ke epitel membran sel
mukosa.(Purnamasari et al., 2019).
G. Uraian Bahan
1. Aquadest (FI III, 1979; 96)
Nama Resmi : AQUADESTILLATA
Nama Lain : Air suling
Rm/Bm : H2O/18,02
Rumus Struktur :
(Pubchem.com)
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Rumus Struktur :
(Pubchem.com)
: Cairan tiidak berwarna, jernih, mudah,
Pemerian
menguap, dan mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dalam kloroform p
dan pada eter p.
Kegunaan : Sebagai pembasah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
H. Uraian Sampel
1. Na Diklofenak (FI IV 1995 Hal 1405)
Nama Resmi : DICLOFENAC SODIUM
Nama Lain : Natrii-diklofenak,
Rm/Bm : C14H10C12NNaO2 /318,13
Rumus Struktur :
(Pubchem.com)
: Serbuk hablur putih hingga hamper putih,
Pemerian
higroskopik
Kp = Jss/Cv
Dimana,
K = koefisien permebilitas(cm/jam)
Jss = fluks (mg/cm2/jam), slop dari garis linier plot jumlah obat yang
terdifusi per satuan luas versus waktu
A = luas membrane difusi(cm2)
K. 2. Bahan
- Geldiklofenak
- Kalium dihydrogenortosofosfat
- Membraneselofan
- Membrane kulitular
- Masker
K. 3. Sampel
- Natrium diklofenak
K. 4. Hewan uji
- Ular (M. reticulatus)
DAFTAR PUSTAKA
Azrifitria, A., Supandi, S., & Ritonga, M. (2017). Optimasi Uji Difusi Kombinasi
Testosteron Undekanoat (TU) dan Medroksi Progesteron Asetat (MPA)
dalam Sediaan Mikroemulsi. MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana), 1(2),
62–67. https://doi.org/10.24123/mpi.v1i2.187
Dewi, L. O., Priani, S. E., & Darusman, F. (2019). Pengaruh Berbagai Jenis
Peningkat Penetrasi Terhadap Difusi Perkutan Kafein dalam Sediaan Body
Serum. Prosiding Farmasi, 5(2), 146–153.
Fatmawaty Aisyah, Nisa, M., & Riski, R. (2019). Teknologi Sediaan Solida (1th
ed.). Deepublish.
Gozali, D., Waheda, F., Levita, J., & Khoirunisa, A. (2015). Enhancing the
Permeation of Ketoprofen Microemulsion. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Science and Technology, 2(2), 55–62.
https://doi.org/10.15416/ijpst.v2i2.7811
Purnamasari, N., Alatas, F., & Gozali, D. (2019). Formulasi Dan Evaluasi
Transdermal Patch Kalium Diklofenak. Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi,
7(1), 43. https://doi.org/10.26874/kjif.v7i1.209
Suwalie, E. R., & Mita, S. R. (2017). Terpen sebagai peningkat penetrasi pada
sediaan transdemal. Farmaka, 15(3), 102–110.
http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/13664
Tjay, T. H., & Rahardja, K. (2015). Obat-obat Penting (3th ed.). PT. Elex Media
Komputindo.