Oleh
201903121
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Keluarga dangan Asam Urat (Gout
Artritis). Sebagai Syarat Pemenuhan Tugas Stase Komunitas (Keluarga) Pendidikan Profesi
Ners Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto
Yang dibuat oleh:
Nama : Mukhlis Saiful Arif
NIM : 201903121
Prodi : Profesi Ners
Telah disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
( )
( ) ( )
Mengetahiu:
Kepala Desa
( )
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP KELUARGA
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya (Achjar, 2010).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau
suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Padila, 2012).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional, serta peran masing-masing yang merupakan bagian
penting dari keluarga (Friedman, 2014).
B. Karakteristik Keluarga
Menurut (Salvari, 2013), karakteristik keluarga sebagai berikut :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing memiliki peran sosial.
4. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis dan sosial.
C. Tipe Keluarga
Menurut (Padila, 2012), terdapat 2 macam tipe keluarga sebagai berikut:
1. Keluarga Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti)
Merupakan keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The extended family (keluarga besar)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungam darah (kakek-nenek, paman-bibi).
c. The dyad family
Merupakan keluarga yang terdiri dari suami, istri (tanpa anak) yang hidup
dalam satu rumah.
d. Keluarga usia lanjut
Merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak
memisahkan diri.
e. The clildless family
Merupakan keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengear karir /
pendidikan yang terjadi pada wanita.
f. The single –parent family (keluarga duda atau janda)
Merupakan keluarga yang terdiri dari satu oramg tua (ayah-dan ibu) dengan
anak.
2. Keluarga Non Tradisional
a. Keluarga communy
Merupkan keluarga yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian darah, hidup
dalam satu rumah.
b. Orang tua (ayah-ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup dalam satu
rumah.
c. Homoseksual dan lesbian
Merupakan dua individu sejenis yang hidup bersama dalam satu rumah dan
berprilaku layaknya suami istri.
D. Struktur Keluarga
Menurut (Salvari, 2013), struktur keluarga sebagai berikut :
1. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga saudara suami.
4. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa anak saudara yang menajdi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami istri.
E. Fungsi Keluarga
Menurut (Achjar, 2010), fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyanyangi dan peduli terhadap anggota keluarganya yang
sakit akan mempercepat proses kesembuhan karena danya partisipasi dari anggota
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
2. Fungsi Sosialisasi
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada batasan dalam
bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi kesembuhan
penderita aslakan penderita tetap mempertahankan kondisinya. Sosialisasi sangat
diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi nuntuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga juga tempat mengembangkan fungsi secara universal, diantaranya sex yang
sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting.
4. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan
makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah) dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
5. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan
Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di
bidang kesehatan.
F. Ciri-ciri Keluarga
1. Terorganisir
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi meraka juga mempunyai keterbatasan
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi masing-masing (Salvari, 2013).
G. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan menurut
Friedman dalam (Achjar, 2010):
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatiandan tanggung jawab
keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk menccari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga dengan mempertimbangkan setiap diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka
segerahlah melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau
bahkan bisa teratasi jika keluarga mempunyai keterbatasan agar meminta bantuan orang
lain di lingkungan sekitar keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu
dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan di
rumah apabila keluarga mempunyai kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatana untuk memperoleh tindakan lanjutan
agar masalah yang lebih parah tidak terjadi (Suprajitno, 2012).
4. Memodifikasi lingkungan keluargs seperti pentingnya. Hygine sanitasi bagi keluarga
upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan
yang di lakukan keluarga kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan
dalam dan luar rumah yang berdampak pada kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap
petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan
yang ada, keuntungan keluarga terhadapa penggunaan fasilitas, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
dipersepsikan keluarga (Achjar, 2010).
2. Matrikal
Yaitu yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
3. Equalitarial
Yaitu yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu (Salvari,
2013).
b. Norma
Adalah pola prilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga.
c. Budaya
Adalah kumpulan dari perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan
dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
J. Tahap keluarga
Berikut diuraikan ke 8 siklus kehidupan keluarga dan tugas perkembangan menurut
(Friedman, 2014).
1. Tahap keluarga pemula (Baggining Family)
Keluarga baru atau pasangan yang belum memiliki anak. Tugas perkembangannya
sebagai berikut :
a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
b. Menghubungkan jaringan persaudraan secara harmonis.
c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagi orang tua).
d. Menetapkan tujuan bersama.
e. Persiapan menjadi orang tua.
f. Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua).
2. Tahap keluarga sedang mengasuh anak (Child Bearing)
Keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30 bulan, tugas
perkembangannya sebagi berikut :
a. Membentuk keluarga muda sebagi sebuah unit yang mantab integrasi dalam
keluarga.
b. Memperluas persahabatan keluarga dengan menambah peran orang tua, kakek dan
nenek.
c. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
d. Konseling KB.
e. Menata ruang untuk anak.
f. Menyiapkan dana untuk clid bearing.
g. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah
Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan- 6 tahun. Tugas perkembangannya
adalah :
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi dan
keamanan.
b. Mensosialisasikan anak.
c. Pembagian tanggung jawab.
d. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
Keluarga dengan anak pertama berusia 6-13 tahun. Tugas perkembangannya adalah :
a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
b. Mmenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
d. Menyediakan aktivitas anak.
5. Tahap keluarga dengan anak remaja
Keluarga dengan anak peratama berusia 13-20 tahun. Tugas perkembangannya
adalah :
a. Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab ketika menjadi
dewasa dan semakin mandiri.
b. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.
c. Mempersiapkan perubahan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan kembang antara
keluarga.
6. Tahap keluarga dengan anak dewasa
Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah:
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga yang baru dari
perkawinan anak-anaknya.
b. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami/istri.
c. Membantu anak untuk mandiri sebagi keluarga baru di masyarakat.
d. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh anak-anaknya.
7. Tahap keluarga usia pertengahan (Middle Age Family) tugas perkembangan keluarga :
a. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan.
b. Persiapan masa tua.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan tua (lansia) dan
anak-anak.
8. Tahap keluarga lanjut usia tugas perkembangan keluarga :
a. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
b. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
c. Melakukan Live Riview masa lalu.
9. Konsep keluarga sejahterah:
a. Keluarga yang mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri.
b. Keluarga yang mampu menjalankan tugas perkembangan dengan baik.
c. Keluarga yang mampu memiliki mekanisme koping yang lain.
d. Keluarga yang mampu memenuhi fungsi keluarga dengan baik.
10. Keluarga prasejaterah:
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal yaitu:
a. Kebutuhan pengajaran agama.
b. Pangan, sandang, papan.
c. Kesehatan atau belum dapat memenuhi satu atau lebih indikator keluarga sejahterah
tahap 1.
1. Keluarga sejahtera tahap II
Keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal tetapi belum
dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis yaitu :
a. Kebutuhan pendidikan
b. KB
c. Interaksi dalam keluarga
d. Interaksi dengan lingkungan tempat tinggal
e. Transportasi.
2. Keluarga sejahtera tahap II
Keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah
memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
3. Keluarga sejahtera tahap III
Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan
sosial psikologisnya dan kebutuhan pengembangan tetapi belum dapat
memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur
(dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk sosial
kemasyarakatan juga berperan aktif dengan menjadi pengurus lembaga
kemasyarakatan.
2. Klasifikasi
Klasifikasi menurut (UI, 2001) adalah:
a. Gout Primer
Gout primer adalah gout yang disebabkan faktor genetik dan lingkungan.
b. Gout Sekunder
Gout yang timbul karena adanya komplikasi dengan penyakit lain (hipertensi dan
aterosklerosi).
3. Anatomi Fisiologi
Menurut (Lukman, Ningsih, 2009), sendi merupakan suatu engsel yang membuat
anggota tubuh dapat bergerak dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas
tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat
digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.
Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi
menjadi tiga tipe, yaitu:
1. Sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan
dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan
sindemosis.
2. Sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh
ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan
simpisis, dan
3. Sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakkan,
memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul
sendi membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat
sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna
kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam hialuronidase
bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus
sinovial. Cairan sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Jenis sendi sinovial :
1. Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis.
2. Selaris: fleksi dan ekstensi, abd & add, biaxila.
3. Globoid: fleksi dan ekstensi, abd & add: rotasi sinkond multi axial.
4. Trochoid: rotasi, mono aksis.
5. Elipsoid: fleksi, ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi axis. Secara fisiologis
sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak terjadi tekanan yang
mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil. Sejalan dengan gerakan
ke depan, cairan bergeser mendahului beban ketika tekanan berkurang cairan
kembali ke belakang (Prince, 1999).
Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdiri atas sel
kondrosit, dan matriks. Matrriks tulang rawan terdiri atas sabut-sabut protein yang
terbenam di dalam bahan dasar amorf. Berdasarkan atas komposisi matriksnya ada 3
macam tulang rawan, yaitu :
1. Tulang rawan hialin, yang terdapat terutama pada dinding saluran pernafasan dan
ujung-ujung persendian.
2. Tulang rawan elastis misalnya pada epiglotis, aurikulam dan tuba auditiva, dan
3. Tulang rawan fibrosa yang terdapat pada anulus fibrosus, diskus intervertebralis,
simfisis pubis dan insersio tendo-tulang. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang
menanggung beban pada sendi sinovial. Rawan sendi tersusun oleh kolagen tipe II dan
proteoglikan yang sangat hidrofilik sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu
menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban yang kuat. Perubahan susunan
kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau penambahan
usia (Muttaqin, 2008).
Anatomi-Fisiologi Sendi
Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang bersendi
diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi
sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi
membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk “meminyaki” sendi. Bagian
luar kapsul diperkuat oleh ligamen berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-
kuat di tempatnya dan membatasi gerakan yang dapat dilakukan.
Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi
ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan
sendi menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar
rawan berfungsi baik, maka diperlukan matriks rawan yang baik pula.
Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu :
1. Proteoglikan: yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80% air,
hal inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan rawan sendi
elastis.
2. Kolagen: komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan terhadap
tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan sendi yang
tebal kolagennya akan tahan terhadap tarikan.
Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti
enzim.
4. Etiologi
Menurut (Mansjoer, 2001). Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit / penimbunankristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi
pada penyakitdengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam
pembentukanpurin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti:
1. Faktor keturunan
Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme
yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
2. Jenis kelamin dan umur
Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam urat yaitu
umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia menopouse (50-60 tahun).
3. Berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout berkembang
karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau kerusakan, yang menyebabkan
kelebihan produksi asam urat.
4. Konsumsi alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena alkohol
mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
5. Diet
Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk gout.
Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan, rempelo dll.
6. Obat-Obatan Tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk mengembangkan
hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat jenis diuretik, salisilat, niasin,
siklosporin, levodova.
Nyeri
Hambatan mobilitas fisik Kurang pengetahuan
(Mansjoer, 2001).
8. Komplikasi
Menurut (Prince, 1999), terdapat beberapa komplikasi dari gout artritis:
a. Erosi, deformitas dan ketidak mampuan aktivitas kerena inflamasi kronis dan tofi
yang menyebabkan degenerasi sendi.
b. Hipertensi dan albuminuria.
c. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.
d. Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung atau pada paru,
mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu. Glukoma dapat
terjadi ketika nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan okuler terbentuk pada
mata.
e. Vasulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosist dan infark.
f. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi dan stres
keluarga dapat bergabung eksaserbasi penyakit.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraturium.
b. LED , CRP analisis cairan sendi asam urat darah dan urine 24 jam ureum, kreatinin..
Peningkatan kadar asam urat serum (hyperuricemia), Peningkatan asam urat pada urine
24 jam, Cairan sinovial sendi menunjukkan adanya kristal urat monosodium,
Peningkatan kecepatan waktu pengendapan.
c. Pemeriksaan X-Ray.
d. Pada pemeriksaan x-ray, menampakkan perkembangan jaringan lunak.
10. Penatalaksanaan
Menurut (Suparyanto, 2012) ada beberapa penatalaksanaan penyakit gout artritis:
1. Non farmakologi
a. Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg purin/hari.
b. Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB n BB.
c. Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi) disarankan tidak kurang
dari 100 g/hari.
d. Rendah protein yang bersumber hewani.
e. Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.
f. Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5 ltr atau
sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air putih masak, teh, sirop atau kopi.
g. Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga. Alkohol dapat
meningkatkan asam laktat plasma yang akan menghambat pengeluaran asam urat.
2. Farmakologi
a. Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri dan inflamasi
(colchicine, indometasin, fenilbutazon, kortikostropin).
b. Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu : Golongan urikosurik
(probenesid, sulfinpirazon, azapropazon, benzbromaron) dan Inhibitor xantin
(alopurinol ).
11. Pencegahan
Ada beberapa pencegahan yang dapat di lakukan menurut (Naga, 2012) adalah:
a. Pembatasan purin: Hindari makanan yang mengandung purin: Jeroan (hati, jantung,
lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan, Bayam, Udang,
Daun melinjo.
b. Kalori sesuai kebutuhan: Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam
urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap
memperhatihan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa
meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan mengurangi
pengeluaran asam urat melalui urine.
c. Tinggi karbohidrat: Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat
baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat kerena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalai urine.
d. Rendah protein: Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam
jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru, dan limpa.
e. Rendah lemak: Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan
yang digoreng, bersantan, serta margarinc dan mentega sebaiknya dihindari.
f. Tinggi cairan: Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar
yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka,
melon, blewah, nanas, belimbingmanis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut,
buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit
mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian,
karena keduanya mempunyai lemak yang tinggi.
g. Tanpa alkohaol: Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka
yang mengkonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengkonsumsi alkohol. Hal ini adalah kerena alkohol kan meningkatkan asam laktat
plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. PENGKAJIAN
Menurut (Bailon S.G, 2008) pengkajian dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Data umum
a) Nama KK, Alamat dan telepon
b) Komposisi keluarga (dilengkapi genogram 3 generasi)
c) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah
yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut.
d) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
e) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
f) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi ditentukan oleh pendapatan baik kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya.Selain itu status ekonomi keluarga
ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga.
g) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan
menonton TV dan mendengar radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga tertinggi saat ini dicapai oleh keluarga,
misalnya anggota keluarga terdiri dari lansia, remaja, balita, maka tahap
perkembangan keluarga saat ini adalah lansia (bila lansia ikut dengan
keluarga) tetapi bila tidak maka tahapannya adalah keluarga dengan remaja.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala.
e) Fungsi ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan,
sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam
upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
- Stressor jangka pendek yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu ± 6 bulan.
- Stressor jangka panjang yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Hal yang eprlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.
c) Strategi koping
Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut (Salvari, 2013) Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual
individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah
keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan
untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.
Dalam diagnosa keperawatan meliputi sebagai berikut :
a. Problem atau masalah
Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga aatau anggota keluarga.
b. Etiologi
Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima
tugas keluarga yaitu
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis
keperawatan keluarga adalah :
1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi).
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
3) Dan ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau
tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas, system
pendukung, lingkungan fisik dan psikologis).
c. Symtoms
Sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh perawatan dari keluarga
secara langsung atau tidak langsung.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu:
a. Diagnosis actual adalah masalah keperwatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b. Diagnosis resiko / resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi,
tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi dengan cepat
apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
c. Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga
telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang
kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
C. INTERVENSI/ PERENCANAAN
Menurut (Nursalam, 2012) perencanaan meliputi pengembangan strategi desain
untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi maslah-masalah yang diidentifikasikan
pada diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Kualitas rencana keperawatan
dapat menjamin sukses dan keberhasilan rencana keperawatan, yaitu :
a. Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan didasarkan kepada
analisa yang menyeluruh tentang masalah.
b. Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang
diharapkan.
c. Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan.
d. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam:
1) Menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga.
2) Menentukan prioritas masalah.
3) Memilih tindakan yang tepat.
4) Pelaksanaan tindakan.
5) Penilaian hasil tindakan.
e. Dibuat secara tertulis.
Menurut (Setyowati & Murwani, 2010). Rencana keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi dari
masalah keperawatan yang sering muncul.
Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah :
a. Menentukan sasaran atau goal
Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai
melalui segala upaya, dimana masalah (Problem) digunakan untuk merumuskan
tujuan akhir (TUM)
b. Menentukan tujuan atau objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci
tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan,
dimana penyebab (Etiologi) digunakan untuk merumuskan tujuan (TUK).
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada sifat
masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah.
d. Menentukan kriteria dan standart criteria
Kriteria merupakan tanda atau indicator yang digunakan untuk mengukur
pencapaian tujuan, sedanhgkan standart menunjukkan tingkat performance yang
diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan
keperawatan telah tercapai.
Standart mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu
kepada 3 hal, yaitu :
1) Pengetahuan (Kognitif)
Intervensi ini ditujukan untuk memberikan informasi, gagasan, motivasi, dan
saran kepada keluarga sebagai target asuhan keperawatan keluarga.
2) Sikap (Afektif)
Intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam berespon
emosional, sehingga dalam keluarga terdapat sikap terhadap masalah yang
dihadapi
3) Tindakan (Psikomotor)
Intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga dalam perubahan
perilaku yang merugikan keperilaku yang menguntungkan.
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah :
1. Tujuann hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang
sesuai dengan kondisi klien.
2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur.
3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga dan mengarah kepada kemandirian klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat diminimalisasi.
D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana
perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk
mendapatkan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan
keluarga didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun.
Menurut (Setyowati & Murwani, 2010) tindakan keperawatan keluarga mencakup
hal-hal berikut, yaitu :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan
harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara
mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan konsekuensi setiap
tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan
cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di
rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan yang menjadi
sehat dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan
melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungklin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengendalikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga dan membantu
keluarga menggunakan fasilitas tersebut.
Menurut (Setyowati & Murwani, 2010) hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat
melakukan tindakan keperawatan keluarga antara lain :
a. Partisipasi keluarga, mengikutsertakan anggota keluarga dalam sesi-sesi konseling,
suportif, dan pendidikan kesehatan.
b. Penyuluhan, upaya-upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau terciptanya
suatu kondisi bagi perorangan, kelompok atau masyarakat untuk menerapkan cara-
cara hidup sehat.
c. Konseling, yaitu pembimbingan dalam proses memberikan dukungan bagi anggota
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
d. Kontrak, persetujuan kerja antara kedua belah pihak yaitu kesepakatan antara
keluarga dan perawat dalam kesepakan dalam asuhan keperawatan.
e. Managment kasus yaitu strategi dan proses pengambilan keputusan melalui langkah
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (rujukan, koordinasi dan advokasi)
f. Kolaburasi, kerjasama perawat bersama tim kesehatan yang lain dan merencanakan
perawatan yang berpusat pada keluarga.
g. Konsultasi, merupakan kegiatan untuk memberikan pendidikan kesehatan.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan
sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
“kealfaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan
tindakan (Nursalam, 2012).
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila hasil
dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru.
Metode evaluasi keperawatan, yaitu :
Ahmad Sani Supriyanto, dan M. M. (2010). Metodologi Riset Manajemen Sumber daya
Manusia. Malang: UIN Maliki Press.
Alodokter. (2015). Penyakit Asam Urat.
Friedman. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik. Jakarta: ECG.
Lukman, Ningsih, N. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persendian. Salemba Medika.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran (Edisi ke 3). Jakarta: Media Aeusculapius.
Naga, S. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta: Diva Prss.
Nursalam. (2012). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta:
Medika Salemba.
Prince, S. A. (1999). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Cet.1. (4th ed.).
Jakarta: EGC.
Setyowati, S., & Murwani, A. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Aplikasi
Kasus. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.