Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRAKTIKUM IBADAH
IBADAH ZAKAT
Dosen Pengampu : Arif Hamzah , MA

Kelompok 6 :

1. Delia Febri Yanti (1962201056)


2. Fina Mafaza (1962201059)
3. Dwi Sifah Rostini (1962201069)

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN
KARAWACI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zakat adalah ibadah maaliyyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi yang
sangat penting, strategis dan menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran Islam
maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah
pokok, zakat termasuk salah satu rukun islam yang ketiga, sebagaimana
diungkapkan dalam berbagai hadits nabi Muhammad SAW., sehingga
keberadaaannya dianggap sebagai ma’luum minad-diin bidh-dharuurah atau
diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari
keimanan seseorang. Di dalam Al-Qur’an terdapat dua puluh tujuh ayat yang
mengajarkan kewajiban shalat dengan kewajiban zakat dalam berbagai
bentuk kata.
Dalam Al-Qur’an terdapat pula berbagai ayat yang memuji orang-
orang yang secara sungguh-sungguh menunaikannya, dan sebaliknya
memberikan ancaman bagi orang yang sengaja meninggalkannya. Karena
itu, khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq bertekad memerangi orang orang yang
shalat, tetapi tidak mau mengeluarkan zakat. Ketegasan sikap ini
menunjukkan bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah suatu
kedurhakaan dan jika hal ini dibiarkan, maka akan memunculkan
kedurhakaan dan kemaksiatan lain.
Zakat merupakan kewajiban yang tercantum dalam Al Qur’an. Artinya
jika kita mengerjakannya, kita dapat pahala. Jika tidak, akan mendapat dosa.

َ‫وَاَقِ ۡي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َو ۡار َكع ُۡوا َم َع ال ٰ ّر ِك ِع ۡين‬

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta


orang-orang yang ruku'.”(al-Baqarah : 43)
‫هّٰللا‬
ِ ِ‫َو َم ۤا اُ ِمر ُۡۤوا اِاَّل لِيَ ۡعبُدُواـ َ ُم ۡخل‬
‫ص ۡينَ لَـهُ الد ِّۡينَ ۙ ُحنَفَٓا َء َويُقِ ۡي ُموا الص َّٰلوةَ َوي ُۡؤتُوا‬
‫ك ِد ۡينُ ۡالقَيِّ َم ِة‬
َ ِ‫ال َّز ٰكو ‌ةَ َو ٰذل‬

Artinya: “ Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan


ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar
melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus (benar). ” (Al-Bayyinah : 5)
1.2 Rumusan Masalah
1. Dalil – dalil naqli tentang Zakat
2. Pengertian Zakat, Infaq, Shadaqah
3. Syarat Wajib Zakat Dan Mustahiq Zakat
4. Jenis Harta Yang Wajib Dizakatkan, Nishab, Dan Kadarnya
5. Visi Dan Dimensi Spiritual Zakat
6. Makna Sosial Zakat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dalil – Dalil Naqli Tentang Zakat


Di dalam Al-quran banyak sekali ayat yang menyebutkan tentang
wajibnya keutmaan dan wajibnya zakat. Seperti berikut ini :
َّ ‫فَإِ ْن تَابُوا َوأَقَا ُموا ال‬
ِ ‫صاَل ةَ َوآتَ ُواـ ال َّز َكاةَ فَإِ ْخ َوانُ ُك ْـم فِي الدِّي ِن ۗ َونُفَصِّ ُل اآْل يَا‬
‫ت لِقَوْ ٍم يَ ْعلَ ُمون‬

Yang artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan


zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui“ (QS. At-Taubah :
11)

َ ُ ‫س َكنٌ لَ ُه ْم ۗ َوهَّللا‬
‫س ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ َ َّ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ْم ۖ إِن‬
َ َ‫صاَل تَك‬ َ ‫ُخ ْذ ِمنْ أَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَ ِّه ُر ُه ْم َوتُ َز ِّكي ِه ْم ِب َها َو‬

Yang artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat


itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka“. (QS. At-Taubah :103)

ِ ‫َو َما آتَ ْيتُ ْم ِمنْ ِربًا لِيَ ْربُ َو فِي أَ ْم َوا ِل النَّا‬
ِ ‫س فَاَل يَ ْربُو ِع ْن َد هَّللا ِ ۖ َو َما آتَ ْيتُ ْم ِمنْ َز َكا ٍة تُ ِريدُونَ َو ْجهَ هَّللا‬
َ‫ض ِعفُون‬ ْ ‫فَأُو ٰلَئِ َك ُه ُم ا ْل ُم‬

Yang artinya: “ Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi
Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)“. (QS. Ar-Rum :39)

Sedangkan hadis yang menerangkan tentang zakat adalah:


‫ين‬ َ ‫ َوطُ ْع َمةً لِ ْل َم‬،‫ث‬
ِ ‫سا ِك‬ َّ ‫َز َكاةَ ا ْلفِ ْط ِر طُ ْه َرةً لِل‬
ِ َ‫صائِ ِم ِمنَ اللَّ ْغ ِو َوال َّرف‬

Zakat Fitri merupakan pembersih bagi yang berpuasa dari hal-hal yang
tidak bermanfaat dan kata-kata keji (yang dikerjakan waktu puasa), dan
bantuan makanan untuk para fakir miskin”.(HR. Abu Daud).

2.2 Pengertian Zakat, Infaq, dan Shadaqah

2.2.1 Zakat

Zakat merupakan saah satu rukun islam yang keberadaannya


menjadi salah n kewajiban social bagi agniya’ (hartawan) serta
kekayaannya yang memenuhi batas minimal (nisbah ) dan rentang
waktu satu tahun (haul).
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar dari
zaka yang berarti suci, bersih, tumbuh, dan terpuji. Adapun dari segi
istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah di serahkan kepada orang-orang yang berhak menerimannya
dengan persyaratan tertentu.
Menurut etimologi yang dimaksud dengan zakat adalah
sejumlsh harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang
diwajibkan Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang-
orang yang berhak menerimanya. Selain itu menurut istilah fiqih
zakat adalah shodaqoh yang sifatnya wajib, berdasarkan ketentuan
nishab dan haul dan diberikan kepada mereka yang berhak
menerimanya, yakni 8 ashnaf.
Zakat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Zakat Fitrah
dan Zakat Maal (harta atau kekayaan),
a. Zakat Fitrah merupakan zakat jiwa (zakat al-nafs), yaitu
kewajiban berzakat bagi seriap individu baik untuk orang yang
sudah dewasa maupun belum dewasa, dan dibarengi dengan
ibadah puasa ramadhan.
b. Zakat Maal, seperti diuraikan terdahulu bahwa zakat sepadan
dengan kata shodaqoh dan infaq, ketiga istilah tersebut
merupakan kata yang mengindikasikan adanya ibadah maliyah
yaitu ibadah yang berkaitan dengan harta.

2.2.2 Infaq
Infaq secara bahasa berasal dari kata anfaqa yang berarti
mengeluarkan sesuatu untuk kepentingan sesuatu. Sementara
menurut istilah syari'at, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari
harta atau pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan
yang diperintahkan agama Islam. Jika zakat ada nisabnya, maka
infaq dan shodaqoh terbebas dari nisab. Infaq bisa dilakukan oleh
siapapun baik yang berpenghasilan rendah maupun sempit.
Selain itu, kata infaq berarti mendermakan harta yang diberikan
Allah SWT, menafkahkan sesuatu pada orang lain semata-mata
mengharap ridha Allah SWT. Dengan demikian, infaq merupakan
bentuk pentas harrufan harta sesuai dengan tuntunan syariat. Selain
itu infaq juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dikeluarkan
diluar sebagai tambahan dari zakat, yang sifatnya sukarela yang
diambilkan dari harta atau kekayaan seseorang untuk kemaslahatan
umum atau membantu yang lemah.
Infaq dapat diartika mendermakan atau memberikan rizki
(karunia allah) atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain
berdasarkan rasa ikhlas dan karena allah semata.atau dapat diartikan
pengeluaran derma setiap kali seorang muslim menerima rezki
(karunia) dari Allah sejumlah yang dikehendaki dan direlakannya.
Adapun perbedaan infaq dengan zakat dapat dilihat dari waktu
pengeluarannya, dalam zakat ada nisabnya sedangkan infaq tidak
ada, baik dia berpenghasilan tinggi maupun rendah. Zakat
diperuntukkan untuk delapan ashnaf, sedangkan infaq dapat
diberikan kepada siapapun juga, misalnya untuk keluarga, anak
yatim, dan lain-lain. Infaq tidak ditentukan jenisnya, jumlah dan
kadarnya, serta waktu penyerahannya.

2.2.3 Shadaqah
Istilah sedekah berasal dari bahasa arab shadaqa. Di dalam Al
Munjid kata shadaqah diartikan yang niattnya mendapatkan pahala
dari allah, bukan sebagai pengohrmatan. Secara umum dapat
diartikan bahwa, sedekah adalah pemberian dari seorang muslim
secara suksrela tanpa dibatasi waktu dan jumlah ( haul dan nisbah)
sebagai kebaikan dengan mengharap ridho allah.
Selain itu shadaqoh juga berarti mendermkan sesuatu kepada
orang lain. Shadaqoh berasal dari kata shadaqah yangberarti
benar,maksudnya shadaqah merupakan wujud dari ketaqwaan
sesorang, bahwa orang yang bersedaqah adalah orag yang
membenarkan pengakuan sebagai orang yang bertaqwa melalyi amal
perbuatan positif kepada sesamannya baik berupa amal atau yang
lainnya.
Antara infaq atau shadaqoh terdapat perbedaan makna yang
terletak pada bendanya. Kalau infaq berkaitan dengan amal yang
material, sedangkan shadaqoh berkitan dengan amal baik yang
wujudnya material maupun non-material , serpeti dalam bentuk
pemberian benda, uang, tenaga atau jasa, menahan diri tidak berbuat
kejahatan, mengucap takbir, tahmid bahkan yang paling sederhana
adalah tersenyum kepada orang lain dengan ikhlas.
Yang dimaksud dengan shadaqah (sedekah), pada prinsipnya
sama dengan infaq, hanya saya ia memiliki pengerian yang lebih
luas. Shadaqah (sedekah) dapat berupa bacaan tahmid, takbir, tahlil,
istigfar, maupun bacaan-bacaan kalimah thayyibah lainnya.
Demikian juga shadaqah dapat berupa pemberian benda atau uang,
bantuan tenaga atau jasa, serta menahan diri untuk tidak berbuat
kejahatan.Adapun infaq, tidaklah demikian. Hal lain yang
membedaakan keduannya adalah bahwa infah dikelurkan pada saat
sesorang menerima rezeki, sedangkan shadaah lebih luas dan lebih
umm lagi. Tidak ditentukan jenisnya, jumlahnya, waktu penyerahan,
serta peruntukkannya.
2.3 Syarat Wajib Zakat Dan Mustahiq Zakat
2.3.1 Syarat Wajib Pajak
Setiap individu yang ingin membayar zakat harus di ambil kira
syarat-syarat wajib zakat yang perlu difahami dan dipenuhi sebelum
membuat taksiran.
a. Islam
Walaupun salah satu penerima zakat adalah muallaf, namun
orang yang mengeluarkan zakat hanya dikenakan kepada
orang-orang Islam saja.
b. Merdeka
Syarat ini tetap dikekalkan sebagai salah satu syarat wajib zakat
karena seseorang yang wajib zakat adalah orang yang telah
merdeka (mencukupi) dan sudah memenuhi syarat
mengeluarkan zakat.
c. Sempurna Milik
Harta yang hendak dizakat hendaklah dimiliki dan dikawal
sepenuhnya oleh orang Islam yang merdeka. Bagi harta yang
berkongsi antara orang Islam dengan orang bukan Islam, hanya
bahagian orang Islam sahaja yang diambil kira di dalam
pengiraan zakat.
d. Merupakan Hasil Usaha yang Baik
Para Fuqaha’ merangkumi semua pendapatan dan penggajian
sebagai “Mal Mustafad” iaitu perolehan baru yang termasuk
dalam taksiran sumber harta yang dikenakan zakat.
e. Cukup Nisab
Nisab adalah paras minimum yang menentukan sesuatu harta
itu wajib dikeluarkan atau tidak. Nisab menggunakan nilai
emas harga semasa iaitu 20 misqal emas bersamaan 85 gram
emas atau 196 gram perak.
f. Cukup Haul
Bermaksud genap setahun yaitu selama 354 hari mengikut
tahun Hijrah atau 365 hari mengikut tahun Masihi. Dalam zakat
pendapatan, jangka masa setahun merupakan jangkamasa
mempersatukan hasil-hasil pendapatan untuk pengiraan zakat
pendapatan.

2.3.2 Zakat bagi Mustahiq


Bagi si penerima (mustahiq), zakat memiliki arti yang penting.
Karena dengan zakat, dia menjadi terbebas dari kesulitan-kesulitan
ekonomi yang sering kali menjerat langkah dan geraknya. Dengan
zakat, akan muncul rasa persaudaraan yang semakin kuat dari
mereka yang menerima. Sebab, mereka merasa “diakui” sebagai
bagian dari “keluarga besar” kaum muslimin yang tidak luput dari
mata kepedulian kaum muslimin lain, yang Allah beri karunia berupa
harta.
Dengan demikian, tidak akan muncul sifat dengki dan benci
yang mungkin saja muncul jika orang yang kaya menjelma menjadi
sosok apatis dan tidak peduli kepada orang-orang yang secara
ekonomis tidak beruntung. Ini adalah praktik langsung dari apa yang
Rasulullah Saw. sabdakan,
“bahwa seorang muslim adalah saudara bagi muslim
lainnya.” (HR. Bukhari-Muslim).
Itulah beberapa penjelasan tentang zakat, peran zakat, hikmah
zakat beserta syarat-syarat wajib zakatnya. Semoga bermanfaat dan
dapat berguna bagi kita tuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

2.4 Jenis Harta Yang Wajib Dizakatkan, Nishab, Dan Kadarnya


Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah emas dan perak,
tanaman, buah-buahan, binatang ternak, dan harta karun.
2.4.1 Zakat Emas dan Perak
a. Nishab Dan Ukuran Yang Wajib Dikeluarkan
Nisab emas sebanyak 20 dinar, sedangkan perak 200 dirham,
zakat keduanya sebanyak seperempatpuluh, sebagaimana yang
diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

َ ‫إِ َذا َكانَتْ لَ َك ِمائَتَا ِد ْره ٍَم َو َحا َل َعلَ ْي َها ا ْل َح ْو ُل فَفِ ْي َها َخ ْم‬
َ ‫سةُ َد َرا ِه َم َولَ ْي‬
َ‫س َعلَ ْيك‬
ْ ‫ فَإِ َذا َكانَتْ لَ َك ِع‬,‫ش ُر ْونَ ِد ْينَا ًرا‬
َ‫ش ُر ْون‬ ْ ‫ َحتَّى يَ ُك ْونَ لَ َك ِع‬-‫ب‬ َّ ‫يَ ْعنَى فِي‬- ‫ش ٌئ‬
ِ ‫الذ َه‬ َ
ْ ِ‫ِد ْينَا ٍر َو َحا َل َعلَ ْي َها ا ْل َح ْو ُل فَفِ ْي َها ن‬
‫صفُ ِد ْينَا ٍر‬

“Apabila engkau memiliki 200 dirham dan telah lewat satu


tahun, maka zakatnya sebanyak 5 dirham. Tidak wajib atasmu
zakat (emas) kecuali engkau memiliki 20 dinar, jika engkau
memiliki 20 dinar dan telah lewat satu tahun, maka zakatnya
setengah dinar.”

2.4.2 Zakat Perhiasan


Zakat perhiasan wajib hukumnya, berdasarkan keumuman ayat
dan hadits yang menunjukkan kewajiban zakat, dan tidak ada dalil
bagi mereka yang mengecualikannya dari keumuman ayat dan
hadits-hadits tersebut. Di samping itu juga ada beberapa dalil-dalil
khusus yang menunjukkan akan kewajiban zakat perhiasan, di
antaranya: Diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma,
dia berkata, “Aku mengenakan perhiasan dari perak, lalu aku
bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai
Rasulullah, apakah ini termasuk harta simpanan?” Beliau menjawab:

َ ‫َما بَلَ َغ أَنْ تُ َؤد‬


َ ‫ِّي َز َكاتَهُ فَ ُز ِّك َي فَلَ ْي‬
‫س بِ َك ْن ٍز‬

“Harta yang sudah sampai batas untuk dikeluarkan zakatnya,


lalu dikeluarkan zakatnya, maka bukan lagi termasuk harta
simpanan.”

2.4.3 Zakat Tanaman dan Buah-Buahan


Allah Ta’ala berfirman:

ُ‫ت َوالنَّ ْخ َل َوال َّز ْر َع ُم ْختَلِفًا أُ ُكلُه‬


ٍ ‫ت َو َغ ْي َر َم ْع ُروشَا‬
ٍ ‫ت َّم ْع ُروشَا‬ ٍ ‫َو ُه َو الَّ ِذي أَنشَأ َ َجنَّا‬
‫الر َّمانَ ُمتَشَابِ ًها َو َغ ْي َر ُمتَشَابِ ٍه ۚ ُكلُوا ِمن ثَ َم ِر ِه إِ َذا أَ ْث َم َر َوآتُوا َحقَّهُ يَ ْو َم‬
ُّ ‫َوال َّز ْيتُونَ َو‬
ْ ‫س ِرفُوا ۚ إِنَّهُ اَل يُ ِح ُّب ا ْل ُم‬
َ‫س ِرفِين‬ ْ ُ‫صا ِد ِه ۖ َواَل ت‬
َ ‫َح‬
“Dan Dia-lah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan
yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk
dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya
(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah dan tunaikanlah
haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan
janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” [Al-An’aam: 141].

a. Jenis-Jenis Tanaman Dan Buah-Buahan Yang Wajib


Dikeluarkan Zakatnya:
Tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali dari empat jenis
tanaman yang disebutkan dalam hadits berikut ini. Dari Abi
Burdah, dari Abu Musa dan Mu’adz Radhiyallahu anhuma,
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengutus mereka berdua ke Yaman untuk mengajarkan
penduduk Yaman ilmu agama, dan beliau memerintahkan
mereka berdua agar jangan mengambil zakat kecuali dari empat
jenis tanaman, yaitu hinthah (gandum), sya’ir (gandum), kurma
dan anggur kering.”
 Nishabnya:
Syarat wajibnya zakat tanaman dan buah-buahan adalah
jika telah sampai nishabnya, sebagaimana yang diterangkan
dalam hadits berikut. Dari Abu Sa’id al-Khudri
Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ َولَ ْي‬,ٌ‫ص َدقَة‬


‫س‬ ٍ ‫س أَ َو‬
َ ‫اق‬ ِ ‫س فِ ْي َما د ُْونَ َخ ْم‬ َ ‫س َذ ْو ٍد ِمنَ ْا ِإلبِ ِل‬
َ ‫ َولَ ْي‬,ٌ‫ص َدقَة‬ ِ ‫س فيِ َما دُونَ َخ ْم‬ َ ‫لَ ْي‬
ٌ‫ص َدقَة‬
َ ‫ق‬ ٍ ‫س‬ ُ ‫س ِة أَ ْو‬
َ ‫فِ ْي َما دُونَ َخ ْم‬.
“Tidak ada zakat pada unta yang jumlahnya kurang dari 5
ekor, juga pada perak yang kurang dari 5 awaq, dan tidak
pula pada kurma yang kurang dari 5 ausuq .”
 Ukuran Yang Wajib Dikeluarkan:
Diriwayatkan dari Jabir, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, beliau bersabda:

‫صفُ ا ْل ُعشُو ِر‬


ْ ِ‫سانِيَّ ِة ن‬ ُ ‫ َوفِ ْي َما‬,‫ت ْاألَ ْن َها ُر َوا ْل َغ ْي ُم ا ْل ُعش ُْو ُر‬
َّ ‫سقِ َي بِال‬ ِ َ ‫سق‬
َ ‫فِ ْي َما‬
“Pada (perkebunan) yang disirami dari sungai dan hujan
ada kewajiban zakat sepersepuluh, dan yang disirami
dengan alat seperduapuluh.”
Juga diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

ُ ‫صفُ ا ْل ُع‬
‫ش ِر‬ ْ ‫ح ِن‬ ْ ُ‫سقِ َي بِالن‬
ِ ‫ض‬ ْ ‫س َما ُء َوا ْل ُعيُ ْونُ أَ ْو َكانَ َعثَ ِريًا ا ْل ُع‬
ُ ‫ َوفِ ْي َما‬,‫ش ُر‬ ِ َ ‫سق‬
َّ ‫ت ال‬ َ ‫ف ِي َما‬
“Tanaman yang disiram dengan air hujan atau dengan
sumber air atau dengan pengisapan air dari tanah, zakatnya
sepersepuluh, dan tanaman yang disiram dengan tenaga
manusia, zakatnya seperduapuluh.”

2.4.4 Zakat Hewan Ternak


a. Zakat Unta
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, diriwayatkan
bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫س َذ ْو ٍد ِمنَ ْا ِإلبِ ِل‬


ٌ‫ص َدقَة‬ َ ‫لَ ْي‬.
ِ ‫س فيِ َما د ُْونَ َخ ْم‬
“Tidak ada zakat pada unta yang jumlahnya kurang dari 5
ekor.”

 Jumlah Zakat Yang Wajib Dikeluarkan:


Dari Anas Radhiyallahu anhu, bahwasanya Abu Bakar
Radhiyallahu anhu menulis surat untuknya yaitu ketika dia
diutus ke al-Bahrain, di antara isinya: “Bismillaahir
Rahmaanir Rahiim (dengan menyebut Nama Allah Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang). Ini adalah
kewajiban zakat yang diwajibkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas kaum muslimin dan ini
pula yang diperintahkan Allah atas Rasul-Nya, maka
barangsiapa dari kaum muslimin yang diminta untuk
mengeluarkannya dengan cara yang benar, maka hendaklah
mereka mengeluarkannya. Dan barangsiapa yang diminta
lebih dari apa yang telah diwajibkan, maka janganlah dia
menyerahkannya, yaitu setiap 24 ekor unta ke bawah wajib
mengeluarkan kambing, yaitu setiap kelipatan lima ekor
unta zakatnya seekor kambing. Jika mencapai 25 hingga 35
ekor unta, zakatnya berupa bintu makhad (seekor anak unta
betina yang umurnya telah menginjak tahun kedua). Jika
mencapai 36 hingga 45 ekor unta, zakatnya berupa bintu
labun (seekor anak unta betina yang umurnya telah
menginjak tahun ketiga). Jika mencapai 46 hingga 60 ekor
unta, zakatnya berupa hiqqah tharuqatul jamal (seekor anak
unta betina yang umurnya telah masuk tahun keempat dan
bisa dikawini unta jantan). Jika mencapai 61 hingga 75 ekor
unta, zakatnya berupa jaza’ah (seekor unta betina yang
umurnya telah masuk tahun kelima). Jika mencapai 76
hingga 90 ekor unta, maka zakatnya dua ekor bintu labun.
Jika mencapai 91 hingga 120 ekor unta, zakatnya dua ekor
hiqqah tharuqatul jamal. Jika telah melebihi 120 ekor unta,
maka setiap 40 ekor unta, zakatnya seekor anak unta betina
yang umurnya masuk tahun ketiga. Dan setiap 50 ekor,
zakatnya seekor unta betina yang umurnya masuk tahun
keempat. Dan bagi mereka yang tidak memiliki unta
kecuali empat ekor, maka tidak wajib atasnya zakat kecuali
jika pemiliknya menghendakinya, jika telah mencapai 5
ekor unta, maka wajib mengeluarkan zakat berupa seekor
kambing.”

 Barangsiapa Yang Wajib Mengeluarkan Zakat Berupa


Hewan Dengan Umur Tertentu Tetapi Dia Tidak
Memilikinya
Dari Anas Radhiyallahu anhu bahwasanya Abu Bakar
Radhiyallahu anhu telah menulis surat untuknya yang berisi
kewajiban zakat yang telah diwajibkan Allah dan Rasul-
Nya, di antara isi surat tersebut, “Barangsiapa yang jumlah
untanya telah wajib mengeluarkan seekor unta betina yang
umurnya telah memasuki tahun kelima (jaza’ah), padahal
dia tidak memilikinya dan ia memiliki unta betina yang
umurnya memasuki tahun keempat (hiqqah), maka ia boleh
mengeluarkannya ditambah dua ekor kambing jika
memungkinkan atau 20 dirham. Barangsiapa yang wajib
mengeluarkan seekor anak unta betina yang umurnya
masuk tahun keempat, padahal ia tidak memilikinya dan ia
memiliki unta betina yang umurnya masuk tahun kelima,
maka ia boleh mengeluarkannya ditambah 20 dirham atau
dua ekor kambing. Barangsiapa yang wajib mengeluarkan
seekor anak unta betina yang umurnya masuk tahun
keempat, padahal ia tidak memilikinya dan ia memiliki unta
betina yang umurnya masuk tahun ketiga (bintu labun),
maka ia boleh mengeluarkannya ditambah dua ekor
kambing atau 20 dirham. Barangsiapa yang wajib
mengeluarkan seekor anak unta betina yang umurnya
masuk tahun ketiga, padahal ia tidak memilikinya dan ia
memiliki unta betina yang umurnya masuk tahun keempat,
maka ia boleh mengeluarkannya ditambah 20 dirham atau
dua ekor kambing. Barangsiapa yang wajib mengeluarkan
seekor anak unta betina yang umurnya masuk tahun ketiga,
padahal ia tidak memilikinya dan ia memiliki unta betina
yang umurnya masuk tahun kedua (bintu makhad), maka ia
boleh mengeluarkannya ditambah 20 dirham atau dua ekor
kambing.
b. Zakat Sapi
 Nishab Dan Ukuran (Jumlah) Yang Wajib Dikeluarkan
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu, ia
berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
mengutusku ke Yaman dan beliau memerintahkanku agar
mengambil zakat dari setiap 40 ekor sapi, seekor sapi betina
berumur dua tahun lebih (musinnah), dan dari setiap 30
ekor sapi, seekor anak sapi berumur setahun lebih (tabi’)
yang jantan atau yang betina.”

c. Zakat Kambing
 Nishab Dan Jumlah Yang Wajib Dikeluarkan Dari
Anas bahwasanya Abu Bakar telah menulis surat untuknya
yang berisi kewajiban zakat yang telah diwajibkan Allah
dan Rasul-Nya, di antara isinya, “Zakat kambing yang
dilepas mencari makan sendiri, jika telah mencapai jumlah
40 hingga 120 ekor, zakatnya seekor kambing. Jika lebih
dari 120 hingga 200 ekor, zakatnya dua ekor kambing. Jika
lebih dari 200 hingga 300 ekor, zakatnya tiga ekor
kambing. Jika lebih dari 300 ekor kambing, maka setiap
100 ekor zakatnya satu ekor kambing. Apabila jumlah
kambing yang dilepas mencari makan sendiri tersebut
kurang dari 40 ekor, maka tidak wajib atasnya zakat kecuali
jika pemiliknya menginginkan hal tersebut.”

2.4.5 Zakat Harta Karun (Rikaz)


Ar-Rikaz adalah harta yang terpendam sejak zaman Jahiliyyah
yang kemudian dikeluarkan tanpa membutuhkan biaya dan tenaga
yang banyak. Diwajibkan untuk segera mengeluarkan zakatnya tanpa
ada syarat harus sampai nishab dan haul. Hal ini berdasarkan
keumuman sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ُ ‫الر َكا ِز ا ْل ُخ ُم‬


‫س‬ ِّ ‫َو فِي‬

“Zakat rikaz adalah seperlima.”

2.5 Visi Dan Dimensi Spiritual Zakat


2.5.1 Dimensi Spiritual Personal
Zakat merupakan perwujudan keimanan kepada Allah SWT
sekaligus sebagai instrumen untuk purifikasi dan penyucian jiwa dari
segala penyakit ruhani, seperti bakhil dan tidak peduli sesama (QS
9 : 103). Zakat pun akan menumbuhkembangkan etika bekerja dan
berusaha yang benar, yang berorientasi pada pemenuhan rezeki yang
halal.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa Allah SWT tidak akan
menerima zakat, infak dan sedekah dari harta yang didapatkan
dengan jalan tipu daya (HR Muslim). Sehingga, mendorong orang
untuk berzakat sesungguhnya sama dengan mendorong
berkembangnya gerakan anti korupsi, karena orang akan termotivasi
untuk hanya mencari harta yang halal. Produktivitas individual pun
akan meningkat, karena zakat mendorong seseorang untuk memiliki
etos kerja yang tinggi.
Selanjutnya, keengganan membayar zakat dapat dikategorikan
sebagai bentuk kemusyrikan pada Allah SWT (QS 41 : 6-7).
Padahal, jika dosa syirik ini terbawa mati, tidak akan diampuni oleh
Allah SWT. Selain itu, merajalelanya syirik juga berdampak pada
ketidakberkahan dan kesemrawutan pengelolaan kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara.

2.5.2 Dimensi Sosial


Dimana zakat berorientasi pada upaya untuk menciptakan
harmonisasi kondisi sosial masyarakat. Solidaritas dan persaudaraan
akan tumbuh dengan baik (QS 9 : 71). Akan muncul perasaan saling
mencintai dan senasib sepenanggungan (al-hadits). Keamanan dan
ketenteraman sosial akan tercipta di tengah-tengah masyarakat,
sehingga mereduksi potensi konflik.
2.5.3 Dimensi Ekonomi
Yang tercermin pada dua konsep utama, yaitu pertumbuhan ekonomi
berkeadilan (QS 30 : 39) dan mekanisme sharing dalam
perekonomian (QS 51 : 19). Tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan kaum dhuafa. Pada jangka pendek,
kebutuhan primer mustahik dapat terpenuhi, sementara pada jangka
panjang, daya tahan ekonomi mereka akan meningkat, sekaligus
menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Bahkan di banyak kasus, tidak
sedikit mustahik yang mampu memberdayakan dan membebaskan
dirinya dari kubangan kemiskinan.

2.6 Makna Sosial Zakat


Kesenjangan antar manusia dalam rizki, anugerah dan perolehan
pekerjaan adalah sesuatu yang terjadi datang kemudian tidak semenjak lahir.
Allah SWT berfirman, “Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas
sebagian yang lain dalam hal rezeki…” (an-Nahl: 71). Artinya, bahwa Allah
SWT memberikan kelebihan pada sebagian orang atas sebagian yang lain
dalam rezeki.
Allah mewajibkan orang kaya untuk memberikan pada orang fakir hak
kewajiban yang sudah ditetapkan, tidak enggan memberikan tidak pula
mengharap dibalas. “Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang
miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta.” (adz-
Dzaariyaat: 19). Kefardhuan zakat adalah sarana paling utama untuk
mengatasi kesenjangan ini, merealisasikan solidaritas atau jaminan sosial
dalam Islam. Hikmah zakat yang bisa kita pelajari yaitu :
 Menjaga dan membentengi harta dari penglihatan orang, jangkauan
tangan-tangan pendosa dan pelaku kejahatan. Rasulullah SAW
bersabda, “Bentengilah harta kalian dengan zakat, obatilah orang-
orang yang sakit dari kalian dengan shadaqah, siapkanlah doa untuk
bala bencana”. (HR. ath-Thabrani).
 Menolong orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan.
Zakat bisa membimbing tangan mereka untuk memulai pekerjaan dan
kegiatan jika mereka mampu dalam hal ini. Zakat juga bisa menolong
mereka untuk menuju situasi kehidupan yang mulia jika mereka lemah.
Zakat melindungi dari penyakit fakir, melindungi negara dari
ketidakmampuan dan kelemahan. Kelompok masyarakat bertanggung
jawab akan jaminan terhadap orang-orang fakir dan kebutuhan mereka.
 Menyucikan diri dari penyakit kikir dan bakhil, membiasakan orang
mukmin untuk memberi dan dermawan, supaya tidak hanya memberi
sebatas pada zakat.
DAFTAR PUSTAKA

https://almanhaj.or.id/953-harta-yang-wajib-dikeluarkan-zakatnya.html
https://zakat.or.id/syarat-syarat-wajib-zakat/
https://lazgis.com/ini-pengertian-zakat-infaq-dan-shodaqoh/
https://www.tamzis.id/page/21-zakat-infaq-sedekah-dan-wakaf
https://tafsirq.com/30-ar-rum/ayat-39
https://kalam.sindonews.com/ayat/5/98/al-bayyinah-ayat-5

Anda mungkin juga menyukai