Anda di halaman 1dari 5

PENATALAKSANAAN AWAL JANTUNG 

BERDASARKAN PARADIGMA SEHAT. 


Oleh : Dr.Santoso Karo-karo MPH,SpJP 

[paradigma sehat]    [mendeteksi secara dini]    [infrad miokard akut] 


[pendekatan tatalaksana IMA]   [peranan dokter keluarga]

       Penyakit Jantung dan pembuluh darah saat ini menduduki urutan pertama penyebab kematian di
Indonesia. Dari seluruh kematian hampir 25% disebabkan oleh gangguan kelainan jantung dan
pembuluh darah. 

       "Keadaan ini terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan semula karena 30 tahun yang lalu
penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan baru akan menjadi masalah utama pada tahun
2000 ke atas. Kenapa ini berlangsung lebih cepat karena adanya perubahan gaya hidup yang berkait
dengan perbaikan sosial ekonomi masyarakat kita" ujar Dr. Santoso Karo-karo MPH, SpJP dalam
acara simposium "Penatalaksanaan Awal Serangan Jantung dan Otak" yang diselenggarakan oleh
Yayasan Peduli jantung dan Stroke" belum lama ini di Jakarta. 

       Menurut Santoso, penyakit jantung dan pembuluh darah dan penyakit degeneratif lainnya akan
semakin banyak menggangu kualitas hidup dan membutuhkan biaya sangat besar. 

       "Oleh karena itu, kita perlu mawas diri dan sejak dini melakukan upaya terutama dengan
menghindari gaya hidup dan kebiasaan yang bisa menimbulkan penyakit-penyakit," Ujar Santoso. 

       Santoso menyebutkan , secara garis besar penyakit jantung dan pembuluh darah adalah :
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit jantung iskemik, hipertensi atau darah tinggi, penyakit
jantung bawaan, penyakit otot dan selaput jantung, gangguan irama jantung dan penyakit pembuluh
darah perifer. 

       Menurut Santoso, yang paling penting adalah penyakit Jantung Koroner (PJK) karena ini yang
paling banyak terdapat pada usia produktif dan merupakan penyebab kematian utama pada usia 45
tahun keatas. Penyakit darah tinggi (Hipertensi ) terdapat pada 14% penduduk indonesia (MONICA),
sedangkan penyakit jantung bawaan terdapat pada 6-8 dari 1000 kelahiran. 

PARADIGMA SEHAT kembali keatas

       Santoso mengatakan, upaya kuratif termasuk pembedahan dan intervensi non bedah demikian
juga upaya sekunder pada umunya memerlukan biaya yang mahal, maka untuyk pencegahan di
masyarakat sebaiknya di lakukan pencegahan primer bahkan sedapat mungkin dilakukan pencegahan
primodial. 

       Dengan demikian, kata santoso yang menjadi sasaran adalah orang yang masih sehat dan
mengingat bahwa dimulainya awal proses ateros-klerosis adalah sejak usia muda, sasaran ini harus
ditujukan terutama pada penduduk usia muda. 

       Pengalaman di negara-negara maju termasuk Australia ini kematian akibat penyakit
kardioveskular dapat diturunkan sampai 30% dan sampai saat ini masih cenderung menurun. Upaya
yang mempunyai peran utama adalah pengendalian lipid dan tekanan darah melalui edukasi tentang
gaya hidup sehat, konsumsi gizi seimbang serta memelihara berat badan ideal; hidup aktif
berolahraga serta tidak merokok. Upaya kuratif yang mahal seperti perawatan intensif, tidak besar
peranannya terhadap penurunan moralitas dalam populasi. 
       Upaya dalam rangka paradigma sehat kardioveskular dapat digambarkan sebagai berikut, lihat
tabel : 

Upaya yang diperlukan Orang sehat tanpa Sudah ada faktor resiko
Faktor Resiko tetapi belum sakit
 
1. Merokok Tidak merokok Berhenti merokok
menganjurkan Orang lain seterusnya
agar tidak merokok

 
2. Konsumsi Makanan Makanan sehat Gizi Bila ada dislipidemia 
seimbang memeriksa melakukan diet. Dan kalau
kadar kolesterol dan gula perlu dengan obat untuk
darah mencapai sasaran kadar-
kadar kolesterol yang
dianjurkan  

Memeriksa kadar lipid


secara teratur

Bila ada diabetes


melakukan diet dan olah
raga yang dianjurkan
memeriksa kadar gula
darah dan fungsi ginjal
secara teratur.
 
3. Tekanan Darah Memeriksa tekanan darah Bila ada hipertensi,
sebelum usia kerja dan memeriksa tekanan darah
sebelum usia 40 tahun teratur dan menjalani
pengobatan

 
4. Berat Badan Memelihara berat badan Memelihara berat badan
ideal ideal

 
5. Aktifitas fisik dan Hidup sehari-hari yang Hidup sehari-hari yang aktif
    Olah raga aktif, jalan setiap hari dan olah raga teratur
( daily walk) sesuai anjuran.

 
6. Relaksasi Hindari hidup stres dan Hindari hidup stres dan
selalu ada kegiatan selalu ada kegiatan
relaksasi dan tidur yang relaksasi dan tidur yang
cukup cukup

       Upaya ini dicakup dalam slogan Panca upaya jantung kesehatan jantung yang dicanangkan oleh
Yayasan Jantung Indonesia sejak tahun ini , yaitu "SEHAT" yang merupakan singkatan dari Seimbang
gizi, Enyahkan rokok, Hindari Stress, Atasi tekanan darah tinggi, Teratur berolah raga 

MENDETEKSI PJKA SECARA DINI  kembali keatas


       "Apabila kita ingin mendeteksi penyakit jantung koroner (PJK) pada stadium yang sangat dini
sekali (artinya belum ada penyempitan ) sampai saat ini belum ada petanda Marker yang bisa bener-
bener menunjukan bahwa seseorang sudah menderita stadium awal sekali dari PJK . Kateterisasi
jantung, yaitu memasukan pipa lentur kedalam jantung untuk memotret pembuluh darah itu, hanya
dapat menunjukan bila sudah ada penyempitan, jadi ini bukan deteksi dini. 

        Pemeriksaaan ini biayanya mahal dan mempunyai resiko kematian meskipun kecil" Ujar
santoso. Pemeriksaan uji latih jantung (treadmill Test) Mampu mendeteksi pada 80% orang yang
sudah mempunyai penyempitan pembuluh koroner bermakna, meskipun orang tersebut tidak
mempunyai keluhan atau gejala sakit dada dalam keadaan biasa. "Jadi tes ini sebenarnya juga bukan
deteksi dini, namun penting apabila kita mencurigai adanya PJK terutama pada usia 40 tahun keatas
dan orang-orang yang mempunyai faktor resiko. Biaya pemeriksaan relatif murah." Tuturnya lagi. 

       Pemeriksaan skening ultrafast bisa menunjukan adanya plak pengapuran sebesar 2 mm di
pembuluh darah, namun lagi-lagi ini bukan petanda yang dini sekali. Pemeriksaan ini juyga relatif
mahal meskipun bahayanya praktis tidak ada. 

        Oleh karena itu, kata Santoso, sebenarnya yang penting adalah mendeteksi ada tidaknya faktor
resiko pada seseorang jauh sebelum terjadi kelainan di pembuluh darah. Faktor resiko yang dengan
mudah dan relatif sangat murah di periksa adalah : riwayat keluarga yang menderita penyakit
jantung atau stroke, tekanan darah tinggi , merokok, berat badan berlebih (gemuk), kelebihan
kolesterol (dislipidemia), kencing manis (diabetes militus). 

       Orang yang mempunyai orang tua kandung atau saudara kandung yang meniggal tiba-tiba, atau
mengalami serangan jantung atau stroke pada usia muda dibawah 60 tahun hanrus lebih tanggap. Ia
harus mengusahakan agar jangan ada faktor-faktor resiko lain pada dirinya. ia harus sejak dini
mengusahakan gaya hidup sehat (tidak merokok, rajin olah raga, makan-makanan sehat-seimbang dll
). 

       Tekanan darah tinggi dapat di deteksi dengan memeriksakan tekanan darah, pertama kali pada
usia remaja, kemudian sebelum memasuki lapangan kerja , dan kalau normal, sekurang-kurannya di
ulangi pada usia 40 tahun. 

       Berat badan dapat di periksa sejak dini, dan bila ada kegemukan (kelebihan berat badan )
segera mengusahakan menurunkannya dengan diet dan olah raga. 

       Kadar kolesterol perlu diperiksa pada masa kanak-kanak dan usia remaja , apabila di dalam
riwayat keluarga ada faktor keturunan yang kuat , misalnya kakek sakit jantung atau stroke, ayah
atau ibu juga menderita sakit jantung atau stroke. 

       Kadar gula darah, juga pada prinsipnya harus di deteksi pada usia dini apabila ada riwayat
kencing manis yang kuat di dalam keluarga kandung. 

       Faktor resiko lain, seperti kadar fibrinogen, homosistein, kadar ipa, tidak begitu penting di
periksa sejak dini, dan sampai saat ini belum diterima luas. 

INFRAD MIOKARD AKUT  kembali keatas

       Sementara itu Dr. Jetty Sedyawan SpJP bagian kardiologi FKUI melaporkan, prevalensi penyakit
kardioveskular di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Survei Kesehatan Rumah tangga
Departemen Kesehatan RI tahun 1992 menunjukan, bahwa penyakit tersebut telah menempati
urutan pertama dalam penyebab kematian. Di negara Amerika Serikat , karena upaya masyarakat,
pelayanan kesehatan dan pemerintah dalam penanggulangan penyakit kardioveskular, kejadian
penyakit tersebut menurun, namun masih tetap merupakan penyebab uatma kematian. Dilaporkan
bahwa setiap tahun terdapat 1,5 juta pasien terkena serangan jantung atau dalam terminologis medis
di sebut Infrak Miokard Akut ( IMA ) dan terjadi kematian sejumlah 500 ribu pasien pertahun.
Ternaytaa 50% dari kematian tersebut terjadi pada jam pertama IMA dan pada umumnya kematian
tersebut terjadi di luar rumah sakit, disebabkan fibrikasi ventrikel. 

       Kenyataan tersebut, Jetty menunjukan bahwa peran pra rumah sakit merupakan elemen yang
strategis dalam menentukan tingkat survival. Peran masyarakat, dokter keluarga, sistem pelayanan
gawat darurat dan peran rumah sakit yaitu Instansi Gawat darurat (IGD) di pusat layan kesehatan
sangat menentukan dalam keberhasilan penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit
kardioveskular. Pasien, keluarga, masyarakat dan dikter keluarga diharapkan peduli perlunya
penatalaksanaan IMA dengan cepat dan benar. Keterlambatan meminta pertolongan dan kurangnya
kemampuan dokter yang pertama menangani pasien , bukan saja menjadikan pasien masuk dalam
resiko tinggi untuk kematian akibat fibrilasi ventrikel, tetapi juga akan meurunkan efektifitas
pemberian terapi trombolitik untuk menyelamatkan moikard dan mencegah meluasnya daerah infrak. 

PENDEKATAN TATALAKSANA IMA  kembali keatas

       Di negara berkembang hampir semua dokter mempunyai akses dengan instalasi perawatan
intensif untuk pasien mereka yang mendapat serangan jantung atau IMA. Tatalaksana pra rumah
sakit merupakan elemen yang sangat menentukan tingkat survival. Kematian umunya terjadi pada
jam-jam pertama serangan IMA, terbanyak karena aritmia yaitu fibrilasi ventrikel. Ketrampilan
mendiagnosis IMA, kemampuan bantuan hidup dasar dan lanjutan (BHD dan BHL ) dan transportasi
cepat ke rumah sakit merupakan persyaratan profesionalisme yang mutlak yang harus dimiliki oleh
petugas pelayanan kesehatan masyarakat. Penyebab utama dari terlambatnya pasien IMA dari awal
terjadinya sakit dada sampai mendapat pengobatran, adalah : pasien tidak mengetahui gejala dan
tanda-tanda serangan jantung; pasien dan keluarga tidak mengetahui bagaimana dan kemana
meminta bantuan; evaluasi pra rumah sakit, pengobatan dan transportasi yang tidak baik; dan
terlampau lama dalam menegakkan diagnosis dan dimulainya pengobatan di rumah sakit. 

       Petugas kesehatan harus lebih waspada pada kelompok pasien dengan resiko tinggi IMA, seperti
pasien-pasien dengan hipertensi, hiperlipidemia, merokok, diabetes dan pasien dengan riwayat AP.
Pasien dan keluarga diberi bekal pengetahuan tentang serangan jantung dan ketrampilan
menggunakan nitrogliserin SL bila terkena AP, yang dapat di ulang setiap 5 menit sampai 3 kali. Bila
setelah 15 menit gejala belum hilang, pasien harus segera di bawa ke pusat layan kesehatan yang
mampu merekam dan interpretasi EKG, melaksanakan "Advance Cardiac life Support (ACLS), monitor
EKG, dan pemberian reperfusi dengan trombolitik ataupun angioplasti bila ada indikasi. 

       "Primary Care Plysicians" termasuk dokter keluarga harus berperan banyak dalam strategi
tatalaksana awal. Pelayanan ambulan gawat darurat yang dilengkapi peralatan standar ACLS, petugas
mampu BHD dan BHL, sehingga mereka mampu memberikan pengobatan di perjalanan menuju
rumah sakit, bila di perlukan. 

       Karena tingginya kejadian fibrikasi ventrikel dan aritmia letal lainnya pada jam-jam pertama
serangan IMA, maka monitor EKG harus segera dipasang dan disiapkan defibrilasi. Ingat penggunaan
triad untuk memudahkan mengingat tindakan pada penatalaksanaan awal yaitu : Airway-breathing-
Circulatiopn (ABC) dan oksigen-IV-Monitor (OIM), untuk tatalaksana IMA perlu memahami obat-
obatan dan tindakan bila terjadi komplikasi IMA sesuai ACLS. 

       Penatalaksanaan awal IMA terdiri dari tatalaksana pra rumah sakit dan tatalaksana di rumah
sakit. Algoritme IMA menyajikan rekomendasi penatalaksanan awal pasien-pasien dengan sakit dada
dan kemungkinan IMA. Terdapat 4 komponen yang harus melaksanakan koordinasi untuk mencapai
hasil yang terbaik dari penatalaksanan yaitu : Masyarakat, sistem Gawat darurat dan unit perawatan
koroner. 
 

PERAN DOKTER KELUARGA  kembali keatas

       Untuk menambahkan pembicaraan dari Jetty Sedyawan mengenai peran dokter keluarga, dalam
kesempatan ini Dirjen Bin KesMas Prof.DR.Dr.Azrul Azwar, MPH mengatakan , jika diperhatikan
karakteristik pelayanan kedokteran keluarga, serta dikaitkan merupakan suatu keadaan gawat darurat
medis tersebut, maka segeralah terlihat bahwa secara umum ada 4 peranan yang dapat dimainkan
oleh dokter keluarga pada penatalaksanan penyakit serangan jantung serta penyakit serangan otak.
Keempat peranan tersebut adalah : Pertama, melakukan tindakan promotif dan preventif,
karakteristik utama dokterkeluarag adalah lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif ,
sesuai dengan karakteristik ini jelaskah peranan pertama dokter keluarga dalam penatalaksanan
penyakit serangan jantung serta penyakit serangan otak adalah melakukan pelbagi tindakan promotif
dan preventif yang sesuai. 

       Kedua. Menyelengarakan pertolongan pertama yang segera dan tepat. Karena dokter keluarga
adalah dokter yang amat dekat dengan pasiennya, yang dapat di hubungi oleh pasien dengan
mudah, maka segeralah mudah dipahami. Peranan ke-2 dokter keluarga pada penatalaksanan
penyakit serangan jantung serta penyakit serangan otak adalah memberikan pertolongan pertama
secara segera dan tepat. Untuk dapat dilaksanakannya peranan ini, banyak hal yang perlu dilakukan.
Termasuk yang terpenting adal;ah meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan dokter keluaraga
tentang: penyakit serangan jantung serta penyakit serangan otak. 

       Ke-tiga, merujuk pasien kesarana pelayanan kesehatan yang sesuai. Selanjutnya, apabila
pertolongan pertama ini telah dapat dilakukan dengan baik, maka peranan ketiga yang dapat
dilaksanakan oleh dokter keluarga pada penatalaksanan penyakit serangan otak adalah merujuk
pasien kesarana pelayanan kesehatan yang tepat. Untuk dapat dilaksanakannya peranan ini, dokter
keluarga harus mengetahui pelbagi sarana kesehatan yang berada diwilayah kerjanya, serta apabila
mungkin dapat menjalin hubungan kerja yang baik, sehingga akan memudahkan pelansanaan
pelayanan kesehatan rujukan yang diperlukan oleh pasien. 

       Ke-empat, membantu pelayanan lanjutan yang diperlukan oleh pasien. Peranan ke-4 dari dokter
keluarga dalam pelaksanan penyakit serangan jantung serta penyakit serangan otak adalah
membantu pelanan lanjutan, utamanya dalam memberikan informasi yang lengkap tentang pasien.
Keberhasilan penatalaksanaan penyakit serangan jantung serta penyakit serang otak adalah
membantu pelayanan lanjutan , utamanya dalam memberikan informasi yang lengkap tentang
pasien. Penatalaksanaan penyakit serangan jantung serta penyakir serangan otak sangat di tentukan
antara lain oleh pengetahuantentang kebiasaan-kebiasaan pasien, obat-obat yang sering digunakan,
serta tentang kesehatan pasien secara umum, yang memang dimiliki secara lengkap oleh setiap
dokter keluarga. 

Source : 

BIDI Berita Ikatan Dokter Indonesia

Anda mungkin juga menyukai