Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah, tetapi merupakan suatu tantangan bagi seorang
manajer. Dalam era global dan serba cepat ini, langkah untuk mengambil keputusan harus cepat
dan tepat pula.
1. Suatu tindakan pemilihan, dimana pimpinan menetukan suatu kesimpulan tentang apa yang
harus dilakukan/ tidak dilakukan dalam suatu situasi tertentu.
2. Merupakan pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi.
Pengambilan keputusan adalah tugas terpenting dari semua tugas yang membentuk fungsi
kepemimpinan manajerial. Sebelum mengambil suatu keputusan, diperlukan informasi-informasi
pendukung, misalnya informasi mengenai:
laporan anggaran
laporan sensus pasien
catatan medis
catatan personil pegawai
laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan
waktu libur
pengambilan keputusan adalah proses kognitif yang tidak tergesa-gesa. Suatu rangkaian tahapan
yang dianalisis, diperlukan, dan dipadukan, hingga dihasilkanlah ketepatan serta ketelitian dalam
menyelesaikan masalah.
Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen juga dapat dibedakan menjadi
dua model:
1. Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses sistematis dalam
pemilihan satu alternative dan beberapa alternatif; perlu waktu yang cukup untuk
mengenal dan menyukai pilihan yang ada.
2. Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis) berdasarkan pada pengamatan
dalam membuat keputusan yang memuaskan ataupun yang terbaik.
Ada perbedaan antara keputusan bersama kelompok dan keputusan kelompok. Dalam
pengambilan keputusan bersama kelompok, kelompok sepenuhnya berpartisipasi dalam
mengambil keputusan, kecuali dalam menetapkan keputusan akhir. Sedangkan dalam
pengambilan keputusan kelompok, kelompok sepenuhnya ikut menentukan dalam pengambilan
keputusan akhir.
Trusty, Nova. 2012. Nursing Advocacy, Pengambilan Keputusan Legal Etis, dan Metode
Pemecahan Masalah. Tidak diterbitkan.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
SECARA LEGAL ETIK
Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan dari suatu
permasalahan yang disesuaikan dengan keabsahan suatu tata cara pengambilan keputusan baik
secara umum ataupun secara khusus.
TEORI DASAR PEMBUATAN KEPUTUSAN
1. Teori Teleologi
2. Teori Deontologi
TELEOLOGI
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang
dihasilkan.
Teleologi dibedakan menjadi :
1. Rule Utilitarianisme
2. Act Utilitarianisme
DEONTOLOGI
Deontologi berprinsip pada aksi atau tindakan, perhatian difokuskan pada tindakan
melakukan tanggung jawab moral yang dapat menjadi penentu apakah suatu tidakan benar atau
salah.
TAHAP – TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Mengidentifikasi masalah.
2. Mengumpulkan data masalah.
3. Mengidentifikasi semua pilihan/ alternative
4. Memikirkan masalah etis secara berkesinambungan.
5. Membuat keputusan
6. Melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil evaluasi tindakan.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
1. Factor agama dan adat istiadat
2. Factor sosial
3. Factor IPTEK
4. Factor Legislasi dan eputusan yuridis
5. Factor dana atau keuangan
6. Factor pekerjaan atau posisi klien atau perawat
7. Factor kode etik keperawatan
http://chayyoyoulii.blogspot.co.id/2010/10/pengambilan-keputusan-secara-legal-etik.html
Pengambilan Keputusan Legal Etis Keperawatan
Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan dari suatu permasalahan yang
disesuaikan dengan keabsahan suatu tata cara pengambilan keputusan baik secara umum ataupun
secara khusus.
1. Teori Teleologi
2. Teori Deontologi
TELEOLOGI
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang
dihasilkan.
1. Rule Utilitarianisme
2. Act Utilitarianisme
DEONTOLOGI
Deontologi berprinsip pada aksi atau tindakan, perhatian difokuskan pada tindakan melakukan
tanggung jawab moral yang dapat menjadi penentu apakah suatu tidakan benar atau salah.
Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen yang
harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat , terutama yang terkait dengan permasalahan pada
tatanan klinik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan praktik keperawatan yang semakin
kompleks, adanya tuntutan efisiensi layanan kesehatan ditengah situasi yang selalu berubah, serta
perkembangan budaya yang ada menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi lebih berat.
Dampak dari pengambilan keputusan yang tepat akan dibayar dengan harga yang tinggi baik untuk
individu yang memutuskan maupun institusi individu tersebut bekerja.
Berpikir Kritis
Untuk dapat mengambil keputusan yang benar perawat harus dapat menerapkan pola berpikir
kritis. Marriner A-Tomey(1996) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan elemen-elemen yang yang
berasal dari dimensi dasar yang memberikan logika umum untuk suatu alasan mengapa kegiatan
tersubut dilakukan. Elemen-elemen tersebut meliputi tujuan, pusat masalah atau pertanyaan yang
mengarah pada isu yang berkembang, sudut pandang atau kerangka referensi, dimensi empiris, dimensi
konsep, asumsi, implikasi dan konsekuensi yang ada, serta kesimpulan.
Analisis Kritis
Analisis kritis merupakan instrumen yang digunakan dalam berpikir kritis dengan
mengembangkan beberapa pertanyaan tentang isu yang ada dan validitasnya, karena pertanyaan-
pertanyaan tersebut dapat membantu dalam menganalisis tahap-tahap dalam pengambilan keputusan.
3. Apakah ada bukti nyata yang valid dan dapat dipercaya?
Pemecahan Masalah
Marriner A-Tomey (1996), dalam Sumijatun (2009) menyatakan bahwa mekanisme berpikir dari
otak manusia telah dikonsepkan dalam dua sisi, sisi kanan adalah intuitif dan konseptualyang digunakan
untuk mendorong kreativitas berpikir; sedangkan sisi kiri adalah analisis dan rangkaian-rangkaian.
Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan bahwa pemecahan masalah dikenal adanya 7
istilah yang sering digunakan, yakni berpikir vertikal, lateral, kritis, analitis, strategis, berpikir tentang
hasil, dan juga berpikir kreatif.
Pengambilan keputusan etik merupakan salah satu proses dari pengambilan keputusan, yang
didalamnya terdapat ilmu, kedudukan, dan etika. Proses ini mencakup ara pemecahan masalah, situasi
dari permasalahan dan/ dilema yang dapat dicapai. Jadi proses pengambilan keputusan merupakan hal
yang sama dan di temukan di berbagai situasi yang bermasalah, dengan demikian situasi sangat
bergantung dari norma yang diacu masyarakat seperti etika, interaksi sosial, dan situasional kontekstual.
Dalam Sumijatun (2009) dikatakan bahwa praktik keperawatan melibatkan interaksi yang
kompleks antara nilai individu, sosial dan politik, serta hubungannya dengan masyarakat tertentu.
Sebagai dampaknya perawat sering mengalami situasi yang berlawanan dengan hati nuraninya.
Meskipun demikian, perawat tetap akan menjaga kewajibannya sebagai pemberi pelayanan yang lebih
bersifat kemanusiaan. Dalam membuat keputusan, perawat akan berpegang teguh pada pola pikir
rasional serta tanggung jawab moral dengan menetapkan prinsip etik dan hukum yang berlaku.
Menunjukkan maksud baik, mempunyai anggapan bahwa semua orang mempunyai maksud yang baik
untuk menjelaskan masalah yang ada.
Mengidentifikasi semua orang penting, menganggap bahwa semua orang yang terlibat dalam proses
pengambilan keputusan merupakan orang penting dan perlu didengar pendapatnya.
Mengumpulkan informasi yang relevan, informasi yang relevan meliputi data tentang pilihan klien,
sistem keluarga, diagnosis dan prognosis medis, pertimbangan sosial, dan dukungan lingkungan.
Mengidentifikasi prinsip etik yang dianggap penting
Mengusulkan tindakan alternatif
Melakukan tindakan terpilih
Yaitu:
Prinsip-Prinsip Etik
Menurut Code for Nurses with Interpretive Statement (ANA, 1985), dalam Potter dan
Perry(1997) dan juga PPNI (2003) dalam Sumijatun (2009), prinsip-prinsip etik meliputi hal-hal sebagai
berikut.
1. Respek
2. Otonomi
Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan membuat keputusan sendiri, meskipun
demikian masih terdapat berbagai keterbatasan.
4. Non-malaficence
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan kerugian atau cedera pada
kliennya.
5. Veracity (Kejujuran)
6. Konfidensialitas(Kerahasiaan)
1. Mengidentifikasi masalah.
5. Membuat keputusan
2. Factor sosial
3. Factor IPTEK
Daftar Pustaka
Sumijatun. 2011. Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
laporan anggaran
laporan sensus pasien
catatan medis
catatan personil pegawai
laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan
waktu libur
A. Tingkat Pendidikan
Rhodes (1985) berependapat bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan perawat
akan membantu perawat untuk membuat suatu keputusan etis. Salah satu tujuan dan
program pendidikan tinggi bagi perawat adalah meningkatkan keahlian kognitif dan
kemampuan membuat keputusan. (Pardue,1987).
Penelitian oleh Hoffman, Donoghue dan Duffield (2004) menunjukkan bahwa taraf
pendidikan dan pengalaman tidak terkait secara signifikan dengan pembuatan keputusan
etis dalam keperawatan klinis. Faktor yang bertanggung jawab terhadap variabilitas yang
besar dalam pembuatan keputusan etis dalam keperawatan klinis adalah nilai peran.
B. Pengalaman
Perawat yang sedang menjalani studi tingkat sarjana menunjukkan bahwa pengalaman
yang lalu dalam menangani masalah-masalah etika atau dilema etik dalam asuhan
keperawatan dapat membantu proses pembuatan keputusan yang beretika. Oleh karena
itu, penggalian pengalaman lalu yang lain dari pengalaman keperawatan secara umum
memungkinkan pendekatan yang lebih relevan.
Agama serta latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya. Untuk memahami ini dibutuhkan proses. Semakin tua seseorang
akan semakin banyak pengalaman dan belajar, mereka akan lebih mengennal siapa
dirinya dan nilai yang dimilikinya.
D. Komisi Etik
Komisi Etik Keperawatan memberi forum bagi perawat untuk berbagi perhatian dan
mencari solusi pada saat mereka mengalami dilema etik yang tidak dijelaskan oleh dewan
etik kelembagaan. Komisi etik tidak hanya memberi pendidikan dan menawarkan nasehat
melainkan pula mendukung rekan-rekan perawat dalam mengatasi dilema etik yang
ditemukkan dalam praktik sehari-hari. Dengan adanya komisi etik, perawat mempunyai
kesempatan yang lebih besar untuk semakin terlibat secara formal dalam pengambilan
keputusan yang etis dalam organisasi perawat kesehatan.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta mampu
memperpanjang usia manusia dengan ditemukkannya berbagai mesin mekanik kesehatan,
cara prosedur baru, dan bahan/obat baru. Misalnya klien dengan gangguan ginjal yang
dapat diperpanjang usiannya berkat adanya mesin hemodialisis. Wanita yang mengalami
kesulitan hamil dapat dibantu dengan inseminasi. Kemajuan ini menimbulkan pertanyaan
yang berhubungan dengan etika.
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial
atau legislasi menyebabkan timbulnya suatu tindakan yang merupakan reaksi perubahan
tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menuntut hukum sehingga orang yang
bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan suatu konflik.