Anda di halaman 1dari 10

B.

Pengambilan Keputusan Legal Etis

Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah, tetapi merupakan suatu tantangan bagi seorang
manajer. Dalam era global dan serba cepat ini, langkah untuk mengambil keputusan harus cepat
dan tepat pula.

Definisi pengambilan keputusan

1.      Suatu tindakan pemilihan, dimana pimpinan menetukan suatu kesimpulan tentang apa yang
harus dilakukan/ tidak dilakukan dalam suatu situasi tertentu.

2.      Merupakan pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi.

3.      Penyelesaian masalah,yaitu menghilangkan adanya ketidakseimbangan antara yang


seharusnya dengan yang terjadi.

Pengambilan keputusan adalah tugas terpenting dari semua tugas yang membentuk fungsi
kepemimpinan manajerial. Sebelum mengambil suatu keputusan, diperlukan informasi-informasi
pendukung, misalnya informasi mengenai:

 laporan anggaran
 laporan sensus pasien
 catatan medis
 catatan personil pegawai
 laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan
 waktu libur

pengambilan keputusan adalah proses kognitif yang tidak tergesa-gesa. Suatu rangkaian tahapan
yang dianalisis, diperlukan, dan dipadukan, hingga dihasilkanlah ketepatan serta ketelitian dalam
menyelesaikan masalah.

Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai adalah:

1. Keputusan strategis, keputusan yang dibuat oleh eksekutif tertinggi.


2. Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer tingkat menengah dalam
menyelesaikan masalah yang tidak biasa dan mengembangkan teknik inovatif untuk
perbaikan jalannya kelembagaan.
3. Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur peristiwa harian yang dibuat
sesuai dengan aturan kelembagaan, dan peraturan-peraturan lainnya.

Berdasarkan situasi  yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan , keputusan manajemen


dibagi menjadi dua macam:

1. Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam situasi menghadapi


masalah. Masalah yang biasa dan yang terstruktur memunculkan kebijakan dan
keseimbangan dan peraturan untuk membimbing pemecahan peristiwa yang sama.
Misalnya keputusan tentang cuti hamil.
2. Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang tidak terstruktur dan
bersifat baru, yang dibuat untuk menangani situasi tertentu. Misalnya keputusan yang
berkaitan dengan pasien.

Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen juga dapat dibedakan menjadi
dua model:

1. Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses sistematis dalam
pemilihan satu alternative dan beberapa alternatif; perlu waktu yang cukup untuk
mengenal dan menyukai pilihan yang ada.
2. Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis) berdasarkan pada pengamatan
dalam membuat keputusan yang memuaskan ataupun yang terbaik.

Aspek kelompok dalam pengambilan keputusan

Ada perbedaan antara keputusan bersama kelompok dan keputusan kelompok. Dalam
pengambilan keputusan bersama kelompok, kelompok sepenuhnya berpartisipasi dalam
mengambil keputusan, kecuali dalam menetapkan keputusan akhir. Sedangkan dalam
pengambilan keputusan kelompok, kelompok sepenuhnya ikut menentukan dalam pengambilan
keputusan akhir.

Tipe Pengambilan Keputusan

1. Pengambilan keputusan yang kurang tanggapan (metode yang kurang diperhatikan)


2. Pengambilan keputusan dengan cara otomatis
3. Pengambilan keputusan minoritas (yang lebih pandai yang unggul)
4. Pengambilan keputusan mayoritas (melalui pemungutan suara)
5. Pengambilan keputusan dengan consensus
6. Pengambilan keputusan dengan suara bulat

Trusty, Nova. 2012. Nursing Advocacy, Pengambilan Keputusan Legal Etis, dan Metode
Pemecahan Masalah. Tidak diterbitkan.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
SECARA LEGAL ETIK
Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan dari suatu
permasalahan yang disesuaikan dengan keabsahan suatu tata cara pengambilan keputusan baik
secara umum ataupun secara khusus.
TEORI DASAR PEMBUATAN KEPUTUSAN
1.      Teori Teleologi
2.      Teori Deontologi
TELEOLOGI
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang
dihasilkan.
Teleologi dibedakan menjadi :
1.      Rule Utilitarianisme
2.      Act Utilitarianisme
DEONTOLOGI
Deontologi berprinsip pada aksi atau tindakan, perhatian difokuskan pada tindakan
melakukan tanggung jawab moral yang dapat menjadi penentu apakah suatu tidakan benar atau
salah.
TAHAP – TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.      Mengidentifikasi masalah.
2.      Mengumpulkan data masalah.
3.      Mengidentifikasi semua pilihan/ alternative
4.      Memikirkan masalah etis secara berkesinambungan.
5.      Membuat keputusan
6.      Melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil evaluasi tindakan.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
1.      Factor agama dan adat istiadat
2.      Factor sosial
3.      Factor IPTEK
4.      Factor Legislasi dan eputusan yuridis
5.      Factor dana atau keuangan
6.      Factor pekerjaan atau posisi klien atau perawat
7.      Factor kode etik keperawatan
http://chayyoyoulii.blogspot.co.id/2010/10/pengambilan-keputusan-secara-legal-etik.html
Pengambilan Keputusan Legal Etis Keperawatan

 PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS

Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan dari suatu permasalahan yang
disesuaikan dengan keabsahan suatu tata cara pengambilan keputusan baik secara umum ataupun
secara khusus.

TEORI DASAR PEMBUATAN KEPUTUSAN

1.      Teori Teleologi

2.      Teori Deontologi

TELEOLOGI

            Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang
dihasilkan.

            Teleologi dibedakan menjadi :

1.      Rule Utilitarianisme

2.      Act Utilitarianisme

DEONTOLOGI

            Deontologi berprinsip pada aksi atau tindakan, perhatian difokuskan pada tindakan melakukan
tanggung jawab moral yang dapat menjadi penentu apakah suatu tidakan benar atau salah.

Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen yang
harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat , terutama yang terkait dengan permasalahan pada
tatanan klinik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan praktik keperawatan yang semakin
kompleks, adanya tuntutan efisiensi layanan kesehatan ditengah situasi yang selalu berubah, serta
perkembangan budaya yang ada menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi lebih berat.
Dampak dari pengambilan keputusan yang tepat akan dibayar dengan harga yang tinggi baik untuk
individu yang memutuskan maupun institusi individu tersebut bekerja.

Dalam Sumijatun(2009), dikatakan bahwa pembuatan keputusan selalu dihubungkan dengan


suatu masalah atau suatu kesulitan, dalam arti keputusan dan penerapannya diharapkan akan
menjawab persoalan atau menyelesaikan konflik. Pendapat Kepner dan George tentang pengambilan
keputusan adalah “A decision is always choice between various ways of getting a particular thing done
on end accomplished”.  Pengambilan keputusan adalah suatu rangkaian kegiatan memilih alternatif atau
kemungkinan.
Pengambilan keputusa dalam keperawatan diaplikasikan dengan cara membangun model dari
beberapa disiplin ilmu antara lain ekonomi, filosofi, politik, psikologi, sosiologi, budaya, kesehatan, dan
ilmu kperawatan itu sendiri.

Berpikir Kritis

Untuk dapat mengambil keputusan yang benar perawat harus dapat menerapkan pola berpikir
kritis. Marriner A-Tomey(1996) menyatakan bahwa berpikir kritis  merupakan elemen-elemen yang yang
berasal dari dimensi dasar yang memberikan logika umum untuk suatu alasan mengapa kegiatan
tersubut dilakukan. Elemen-elemen tersebut meliputi tujuan, pusat masalah atau pertanyaan yang
mengarah pada isu yang berkembang, sudut pandang atau kerangka referensi, dimensi empiris, dimensi
konsep, asumsi, implikasi dan konsekuensi yang ada, serta kesimpulan.

Analisis Kritis

Analisis kritis merupakan instrumen yang digunakan dalam berpikir kritis dengan
mengembangkan beberapa pertanyaan tentang isu yang ada dan validitasnya, karena pertanyaan-
pertanyaan tersebut dapat membantu dalam menganalisis tahap-tahap dalam pengambilan keputusan.

Pertanyaan dalam analisis kritis

1.      Apakah isu tersebut nyata?

2.      Asumsi apa yang paling utama?

3.      Apakah ada bukti nyata yang valid dan dapat dipercaya?

a.       Yang harus dicari


         Akurasi data
         Konsistensi
         Adanya hubungan/keterkaitan
         Efek dari kasus
         Masukkan dalam bingkai pertimbangan
         Identifikasi secara jelas tentang nilai dan perasaan
b.      Apa yang keluar/tampak
         Bias
         Apa yang menimbulkan munculnya emosi
         Tidak konsisten
         Kontradiksi
         klise
c.       Apakah ada konflik dengan sistem yang dianut?

Berpikir Logis Dan Kreatif


Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan bahwa berpikir logis dan kreatif mempunyai
keuntungan-keuntungan seperti memaksimalkan proses-proses pemecahan masalah secara kreatif,
membiarkan otak kanan bekerja pada situasi-situasi yang menantang, memahami peran paradigma
pribadi dalam proses-proses kreatif, mempelajari bagaimana curah-gagasan(brain Storming) dapat
memberikan pemecahan inovatif bagi berbagai masalah, dan menemukan keberhasilan dalam “berpikir
tentang hasil(outcome thinking)”.

Pemecahan Masalah

Marriner A-Tomey (1996), dalam Sumijatun (2009) menyatakan bahwa mekanisme berpikir dari
otak manusia telah dikonsepkan dalam dua sisi, sisi kanan adalah intuitif dan konseptualyang digunakan
untuk mendorong kreativitas berpikir; sedangkan sisi kiri adalah analisis dan rangkaian-rangkaian.

Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan bahwa pemecahan masalah dikenal adanya 7
istilah yang sering digunakan, yakni berpikir vertikal, lateral, kritis, analitis, strategis, berpikir tentang
hasil, dan juga berpikir kreatif.

Kedudukan Etika Dalam Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan etik merupakan salah satu proses dari pengambilan keputusan, yang
didalamnya terdapat ilmu, kedudukan, dan etika. Proses ini mencakup ara pemecahan masalah, situasi
dari permasalahan  dan/ dilema yang dapat dicapai. Jadi proses pengambilan keputusan merupakan hal
yang sama dan di temukan di berbagai situasi yang bermasalah, dengan demikian situasi sangat
bergantung dari norma yang diacu masyarakat seperti etika, interaksi sosial, dan situasional kontekstual.

Prinsip Etik sebagai Panduan Pengambilan Keputusan

Dalam Sumijatun (2009) dikatakan bahwa praktik keperawatan melibatkan interaksi yang
kompleks antara nilai individu, sosial dan politik, serta hubungannya dengan masyarakat tertentu.
Sebagai dampaknya perawat sering mengalami situasi yang berlawanan dengan hati nuraninya.
Meskipun demikian, perawat tetap akan menjaga kewajibannya sebagai pemberi pelayanan yang lebih
bersifat kemanusiaan. Dalam membuat keputusan, perawat akan berpegang teguh pada pola pikir
rasional serta tanggung jawab moral dengan menetapkan prinsip etik dan hukum yang berlaku.

Model Pengambilan Keputusan Etik

1.      Kozier, dkk(1997)

         Mengidentifikasi fakta dan situasi spesifik


         Menerapkan prinsip dan teori etika keperawatan
         Mengacu kepeda kode etik keperawatan
         Melihat dan mempertimbangkan kesesuaiannya untuk klien
         Mengacu pada nilai yang dianut
         Mempertimbangkan faktor lain seperti nilai, kultur, harapan, komitmen, penggunaan waktu, kurangnya
pengalaman, ketidaktahuan atau kecemasan terhadap hukum, dan adanya loyalitas terhadap publik.
2.      Potter dan Perry (2005)

         Menunjukkan maksud baik, mempunyai anggapan bahwa semua orang mempunyai maksud yang baik
untuk menjelaskan masalah yang ada.
         Mengidentifikasi semua orang penting, menganggap bahwa semua orang yang terlibat dalam proses
pengambilan keputusan merupakan orang penting dan perlu didengar pendapatnya.
         Mengumpulkan informasi yang relevan, informasi yang relevan meliputi data tentang pilihan klien,
sistem keluarga, diagnosis dan prognosis medis, pertimbangan sosial, dan dukungan lingkungan.
         Mengidentifikasi prinsip etik yang dianggap penting
         Mengusulkan tindakan alternatif
         Melakukan tindakan terpilih

Kode Etik Perawat Indonesia

Keputusan Munas VI PPNI di Bandung, Nomor: 09/MUNAS-VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik


Keperawatan Indonesia.

Yaitu:

         Perawat dan Klien


         Perawat dan Praktik
         Perawat dan Masyarakat
         Perawat dan Teman Sejawat
         Perawat dan Profesi

Prinsip-Prinsip Etik

Menurut Code for Nurses with Interpretive Statement (ANA, 1985), dalam Potter dan
Perry(1997) dan juga PPNI (2003) dalam Sumijatun (2009), prinsip-prinsip etik meliputi hal-hal sebagai
berikut.

1.      Respek

Perilaku perawat yang menghormati klien dan keluarganya.

2.      Otonomi

Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan membuat keputusan sendiri, meskipun
demikian masih terdapat berbagai keterbatasan.

3.      Beneficence (Kemurahan Hati)

4.      Non-malaficence

Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan kerugian atau cedera pada
kliennya.
5.      Veracity (Kejujuran)

6.      Konfidensialitas(Kerahasiaan)

7.      Fidelity (kesetiaan)

8.      Justice (Keadilan)

Tahap- Tahap Pengambilan Keputusan

1.      Mengidentifikasi masalah.

2.      Mengumpulkan data masalah.

3.      Mengidentifikasi semua pilihan/ alternative

4.      Memikirkan masalah etis secara berkesinambungan.

5.      Membuat keputusan

6.      Melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil evaluasi tindakan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis Dalam Praktik Keperawatan

1.      Factor agama dan adat istiadat

2.      Factor sosial

3.      Factor IPTEK

4.      Factor Legislasi dan eputusan yuridis

5.      Factor dana atau keuangan

6.      Factor pekerjaan atau posisi klien atau perawat

7.      Factor kode etik keperawatan

Daftar Pustaka

Sumijatun. 2011. Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

http://chayyoyoulii.blogspot.com/2010/10/pengambilan-keputusan-secara-legal-etik.html diunduh pada tanggal 09


Januari 2013 pukul 13.55
PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS
Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan dari suatu
permasalahan yang disesuaikan dengan keabsahan suatu tata cara pengambilan keputusan baik
secara umum ataupun secara khusus. Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah, tetapi
merupakan suatu tantangan bagi seorang manajer. Dalam era global dan serba cepat ini, langkah
untuk mengambil keputusan harus cepat dan tepat pula.
Pengambilan keputusan adalah tugas terpenting dari semua tugas yang membentuk fungsi
kepemimpinan manajerial. Sebelum mengambil suatu keputusan, diperlukan informasi-informasi
pendukung, misalnya informasi mengenai:

 laporan anggaran
 laporan sensus pasien
 catatan medis
 catatan personil pegawai
 laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan
 waktu libur

Tipe Pengambilan Keputusan

1. Pengambilan keputusan yang kurang tanggapan (metode yang kurang diperhatikan)


2. Pengambilan keputusan dengan cara otomatis
3. Pengambilan keputusan minoritas (yang lebih pandai yang unggul)
4. Pengambilan keputusan mayoritas (melalui pemungutan suara)
5. Pengambilan keputusan dengan consensus
6. Pengambilan keputusan dengan suara bulat

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan Etis

A. Tingkat Pendidikan

 Rhodes (1985) berependapat bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan perawat
akan membantu perawat untuk membuat suatu keputusan etis. Salah satu tujuan dan
program pendidikan tinggi bagi perawat adalah meningkatkan keahlian kognitif dan
kemampuan membuat keputusan. (Pardue,1987).

Penelitian oleh Hoffman, Donoghue dan Duffield (2004)  menunjukkan bahwa taraf
pendidikan dan pengalaman tidak terkait secara signifikan dengan pembuatan keputusan
etis dalam keperawatan klinis. Faktor yang bertanggung jawab terhadap variabilitas yang
besar dalam pembuatan keputusan etis  dalam keperawatan klinis adalah nilai peran.

B. Pengalaman
Perawat yang sedang menjalani studi tingkat sarjana menunjukkan bahwa pengalaman
yang lalu dalam menangani masalah-masalah etika atau dilema etik dalam asuhan
keperawatan dapat membantu proses pembuatan keputusan yang beretika. Oleh karena
itu, penggalian pengalaman lalu yang lain dari pengalaman keperawatan secara umum
memungkinkan pendekatan yang lebih relevan.

C. Faktor Agama Dan Adat Istiadat

Agama serta latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya.  Untuk memahami ini dibutuhkan proses. Semakin tua seseorang
akan semakin banyak pengalaman dan belajar, mereka akan lebih mengennal siapa
dirinya dan nilai yang dimilikinya.

D. Komisi Etik

Komisi Etik Keperawatan memberi forum bagi perawat untuk berbagi perhatian dan
mencari solusi pada saat mereka mengalami dilema etik yang tidak dijelaskan oleh dewan
etik kelembagaan. Komisi etik tidak hanya memberi pendidikan dan menawarkan nasehat
melainkan pula mendukung rekan-rekan perawat dalam mengatasi dilema etik yang
ditemukkan dalam praktik sehari-hari. Dengan adanya komisi etik, perawat mempunyai
kesempatan yang lebih besar untuk semakin terlibat secara formal dalam pengambilan
keputusan yang etis dalam organisasi perawat kesehatan.

E. Faktor Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta mampu
memperpanjang usia manusia dengan ditemukkannya berbagai mesin mekanik kesehatan,
cara prosedur baru, dan bahan/obat baru. Misalnya klien dengan gangguan ginjal yang
dapat diperpanjang usiannya berkat adanya mesin hemodialisis. Wanita yang mengalami
kesulitan hamil dapat dibantu dengan inseminasi. Kemajuan ini menimbulkan pertanyaan
yang berhubungan dengan etika.

F. Faktor Legislasi Dan Keputusan Yuridis

Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial
atau legislasi menyebabkan timbulnya suatu tindakan yang merupakan reaksi perubahan
tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menuntut hukum sehingga orang yang
bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan suatu konflik.

Anda mungkin juga menyukai