Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PEMBANGUNAN PERTANIAN

PENYUSUN :

IKHSAN HIDAYAT SURATMAN (H0719088)

PENGANTAR ILMU PERTANIAN


Prof. Dr. Ir. Bambang Pujismanto
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2019
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan komponen utama yang menopang kehidupan
pedesaan di Indonesia. Namun demikian peranan sektor pertanian secara
keseluruhan tidak berkembang sehingga belum berhasil meningkatkan posisi
petani pada tingkat sejahtera seperti yang diharapkan. Dalam hal ini Mosher
menekankan pentingnya "satisfaction" (kepuasan). Karena itu, "sejahtera" itu
bukan sekedar kesejahteraan secara fisik, tapi juga yang lain-lain.
Petani dan keluarga petani serta generasi penerus petani perlu diletakkan
sebagai unsur sentral yang memperoleh manfaat terbesar dari pembangunan
pertanian. Kualitas petani dan keluarga perlu memperoleh prioritas agar mampu
melakukan penyesuaian terhadap perubahan kondisi lingkungan yang
melingkupinya dan secara tidak langsung mempengaruhi pembangunan pertanian.
Tanpa perbaikan kualitas petani dan keluarganya, berbagai peluang yang muncul
dari proses pembangunan tidak akan mampu diraih

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan pembangunan pertanian saat ini?
2. Faktor apa yang yang mempengaruhi pembangunan pertanian saat
ini?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keadaan Pembangunan Pertanian Indonesia Saat Ini

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam


struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang
tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan
bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang
menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang
tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada
kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak
menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung
padanya.

Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum


dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan
petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di
Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada
beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia
mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar
dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya
pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang
menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan
masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian
Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar
dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang
memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.

Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan,


yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta
pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai
saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal
yang terbatas, (c) penggunaan teknologi yang masih sederhana, (d) sangat
dipengaruhi oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha
dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian
(pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat
rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai
oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan
petani. Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan yang
menghambat pembangunan pertanian di Indonesia seperti pembaruan agraria
(konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak
terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan
pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang tidak
meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi
Petani, menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya
penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan
pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat
Indonesia.

Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya dihadapkan


untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun juga dihadapkan pula pada
tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik di Indonesia yang
mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan
pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk
mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia.
Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut untuk
menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga
mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat.
Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua apabila
menginginkan pertanian kita dapat menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembangunan Pertanian..
Syarat-Syarat  Pembangunan  Pertanian Suatu pembangunan pertanian
memerlukan beberapa syarat dan prakondisi yang berbeda-beda untuk setiap
negara ataupun daerah-daerah yang berbeda-beda. AT. Mosher (1983)
mengajukan factor utama dan faktor pelancar di dalam pembangunan pertanian.
Terdapat lima factor utama yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya
pembangunan pertanian. Kalau satu saja factor-faktor tersebut tidak ada, maka
terhentilah pembangunan pertanian. Ada 5 faktor utama yaitu :
a) Adanya pasar untuk hasil usahatani
b) Teknologi yang senantiasa berkembang
c) Tersedianya sarana produksi dan peralatan secara local
d) Adanya perangsang produksi bagi petani
e) Pengangkutan /transportasi
Untuk lebih jelasnya, factor-faktior utama yang diperlukan dalam
pembangunan pertanian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Adanya Pasar untuk Hasil Usahatani
Ada 3 hal yang diperlukan dalam pasar  yaitu :
1. Adanya  konsumen  yang  mau  membeli  hasil, atau adanya suatu
permintaan terhadap hasil tersebut.
2. Adanya  seseorang atau lembaga yang menyalurkan/membawa hasil dari
tempat petani  (usahatani)  ke  tempat  konsumen.    Dengan     perkataan
lain   adanya   suatu system pemasaran atau sistem tataniaga.
3. Kepercayaan petani terhadap kelancaran dan keberlanjutan sistem
pemasaran.
Lembaga pemasaran mempunyai banyak fungsi tataniaga seperti,
pembelian, angkutan, pengolahan, sortasi, grading, penggudangan, paking dan
penjualan.  Apabila fungsi-fungsi tataniaga berjalan efisien, maka biaya tataniaga
menjadi rendah, sehingga harga jual dapat cukup rendah. Peranan pemerintah
dalam pengembangan lembaga-lembaga pemasaran adalah penting, seperti
pembuatan peraturan, pemberian fasilitas-fasilitas, pengadaan informasi dan
pelatihan tenaga-tenaga pemasaran. Petani mempercayai lembaga pemasaran
apabila terdapat hal-hal berikut :
a. Biaya fungsi pemasaran cukup rendah
b. Balas jasa (profit) lembaga pemasaran dianggap cukup wajar, seimbang
dan adil dengan harga yang diterima petani. 
c. Derajat fluktuasi harga cukup wajar dan dapat diramalkan. 
d. Ukuran-ukuran timbangan yang jujur
e. Sistem pembayaran yang baik
f. Jaminan kepastian pembelian oleh lembaga-lembaga pemasaran.
2. Teknologi yang Senantiasa Berkembang
Teknologi adalah metode atau cara-cara budidaya pertanian dan input-
input yang digunakan seperti : bibit/benih, pupuk, pestisida, pakan ternak, alat-alat
dan mesin pertanian.  Termasuk juga dalam teknologi pertanian metode-metode
kombinasi usaha, seperti kombinasi tanaman dan ternak atau kombinasi tanaman-
ternak-ikan, agar pemanfaatan lahan dan tenaga kerja sebaik mungkin (optimal).
Setelah suatu teknologi digunakan akan ditemukan kemudian faktor-faktor
pembatas, untuk mengatasi faktor-faktor pembatas ini dibutuhkan kemudian
teknologi baru. Dengan demikian teknologi harus terus menerus dikembangkan
untuk mengatasi faktor pembatas yang muncul.
3. Tersedianya Sarana Produksi dan Peralatan Secara Lokal
Meskipun teknologi yang sesuai  sudah ada dan hasil teknologi berupa
input produksi atau bahan-bahan produksi telah diproduksi/dihasilkan tetapi bila
petani belum dapat membelinya di lokasi usahataninya, maka petani belum
menggunakan input-input atau bahan baru tersebut.  Itulah sebabnya bahwa input-
input yang diimport dan input yang diproduksi di dalam negara tetapi belum
lancar distribusinya atau pemasarannya, maka petani belum menggunakan input-
input yang kurang bagus, hanya karena tersedia secara lokal pada waktu
dibutuhkan, seperti : bibit/benih yang diproduksi secara lokal. Input-input bahan-
bahan produksi dibeli petani apabila memenuhi syarat-syarat:
a) Secara teknis dapat digunakan dengan efektif.
b) Mutunya dapat dipercaya.
c) Harganya terjangkau petani.
d) Harus tersedia secara lokal pada waktu dibutuhkan.
e) Paking atau ukuran yang dijual sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
petani.
4. Adanya Perangsang Produksi bagi Petani
Meskipun petani bisa menaikkan produksinya, tetapi kemauan/kesediaan
petani untuk menaikkan produksi tergantung pada manfaat yang akan diterimanya
dari kenaikan produksi itu.  Tujuan petani dalam memproduksi hasil pertanian
adalah memenuhi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kemudian kebutuhan-
kebutuhan lain seperti : pendidikan, kesehatan, angkutan dan kegiatan
sosial. Peningkatan pendapatan bersih atau laba usahatani merupakan perangsang
bagi peningkatan produksi.  Hal ini tercapai apabila :
a) Adanya hubungan  harga yang menguntungkan
b) Ada sistem pembagian hasil atau system sewa yang wajar
c) Ada tersedia barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan petani.
d) Harga barang-barang dan jasa-jasa yang ingin dibeli petani juga dianggap
wajar/seimbang.
5. Pengangkutan /Transportasi
Sebagai akibat dari sifat pertanian yang harus tersebar luas diseluruh muka
bumi, maka diperlukan pengangkutan yang sangat banyak untuk mengangkut
input-input pertanian dari pasar ke usahatani dan mengangkut hasil-hasil pertanian
dari usahatani ke pasar lokal dan seterusnya dari pasar lokal ke tempat konsumen,
baik di dalam negeri atau di luar negeri.
Biaya pengangkutan sangat penting bagi petani dan menentukan biaya
produksi dan nilai penerimaannya. Besarnya biaya angkutan ditentukan berbagai
faktor yaitu :

a. Jenis komoditi yang diangkut dan perlakuan yang diperlukan


b. Jenis alat angkutan, berapa ton satu kali angkut
c. Jarak tempuh dari angkutan
d. Berapa kali barang di bongkar dan dimuat
e. Keadaan prasarana jalan
Disamping faktor utama tadi ada 5 (lima) factor pelancar yaitu :
a) Pendidikan pembangunan pertanian,
b) Kredit produksi.
c) Kegiatan bersama (gotong royong) para petani.
d) Perbaikan dan perluasan lahan pertanian.
e) Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanian.
Untuk lebih jelasnya, faktor-faktior pelancar yang diperlukan dalam
pembangunan pertanian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Pendidikan Pembangunan Pertanian


Pendidikan pembangunan pertanian yaitu pendidikan yang cocok untuk
masyarakat yang ingin maju. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani
secara terus menerus adalah syarat mutlak pembangunan pertanian.
Mengenai program pendidikan pembangunan untuk petani, A.T. Mosher
menyatakan harus memenuhi 8 syarat :
a) Harus diberikan di tempat petani sendiri, di usahatani mereka dan di desa
mereka.
b) Harus bersifat khas yang sesuai dengan perhatian dan kebutuhan petani
sekarang, antara lain bagaimana menaikkan produksi dan produktivitas,
menaikkan selisih penerimaan dan biaya produksi.
c) Harus memperhatikan bahwa petani adalah orang dewasa, harus
menggunakan metode-metode khusus.
d) Harus disesuaikan  dengan waktu-waktu petani tidak terlalu sibuk
sehingga tidak mengganggu pekerjaan mereka.
e) Hal-hal yang diajarkan adalah terutama cara-cara dan metode-metode baru
dan metode yang telah diperbaiki/diubah.
f) Harus disertai dan pemberian kesempatan kepada petani untuk segera
mencoba metoda-metoda baru yang diajarkan.
g) Cara-cara baru atau yang diperbaiki harus sehat secara teknis.
h) Para petani perlu didorong untuk melakukan percobaan.
Pendidikan pembangunan berdasarkan prinsip-prinsip di atas disebut
“Pendidikan Penyuluhan”.  Metode mengajar meliputi diskusi selama kunjungan 
ke usahatani dan demonstrasi-demonstrasi lapangan dan penggunaan alat,
pertemuan kelompok, kunjungan ke usahatani lain.
2. Kredit  Produksi
Untuk memanfaatkan semua peluang-peluang yang terbuka dalam
usahatani/ usaha pertanian maka diperlukan lebih banyak modal.  Modal dapat
digunakan untuk modal kerja atau untuk investasi dalam bibit ternak dan bibit
tanaman dan pemeliharaan tanaman keras (TBM). Maka untuk memenuhi
kekurangan modal petani, perlu diberikan kredit produksi kepada petani.
Sumber-sumber kredit produksi yang dapat diperoleh petani ada 
bermacam-macam :
1.    Kredit dalam bentuk bahan-bahan produksi dan input-input produksi.
2.    Kredit terpimpin (supervised credit)
3.    Kredit perbankan tanpa supervisi.
4.    Kredit dari Koperasi Kredit (credit union).
5.    Kredit Ventura
6.    Kredit Perseorangan swasta
7.    Kredit dari Perusahaan Inti
Pemberi kredit dalam pemberian kredit selalu mempertimbangkan juga
berbagai masalah dan resiko dalam pemberian kredit. Sedangkan untuk
mengurangi kegagalan penggunaan kredit juga sering dilakukan kerjasama dengan
pihak ketiga yang dapat bertindak sebagai supervisor, konsultan atau mitra dalam
manajemen dan pemasaran hasil.
3. Kegiatan  Bersama  Para  Petani  (Group Action)
Kegiatan usahatani sebagian dilaksanakan oleh masing-masing petani
secara individu, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam
pelaksanaannya. Dipihak lain kegiatan-kegiatan pemerintah sangat mempengaruhi
hasil dari usahatani.  Antara kedua kegiatan ini ada kebutuhan petani, untuk
melaksanakan kegiatan bersama antara sesama petani.  Kebutuhan ini didasarkan
atas sifat-sifat pertanian, seperti ketergantungan pada iklim, pentingnya
keamanan, perlunya mengatasi bencana alam dan untuk menghadapi pasar.
Kebutuhan-kebutuhan kerjasama dapat dilaksanakan dalam bentuk gotong royong
atau organisasi petani seperti koperasi dan Persatuan Petani Sejenis.  Gotong
royong banyak di dasarkan atas budaya tradisional dimana kewajiban dan cara-
cara pelaksanaannya tidak begitu formil.
Karena pentingnya kegiatan bersama petani, maka pemerintah mendorong
dan membina kegiatan dan organisasi kegiatan bersama petani.
4. Perbaikan  dan  Perluasan  Tanah/Lahan  Pertanian
Lahan-lahan pertanian yang telah diusahakan perlu ditingkatkan
produktivitasnya untuk memperoleh pertumbuhan pertanian dan meningkatkan
pendapatan petani.  Oleh sebab itu berbagai upaya perlu dilakukan untuk
memperbaiki mutu lahan-lahan pertanian.  Beberapa upaya yang dapat dilakukan
adalah :
a) Membangun irigasi seperti di lahan sawah dan membangun system irigasi
untuk tanaman-tanaman hortikultura sayuran dan bunga-bungaan
b) Membangun   saluran   drainase  
c) Membangun  teras-teras  di  daerah  berbukit-bukit
d) Membangun  benteng-benteng untuk mencegah tanah longsor.
e) Membantu   benteng benteng   pencegahan/penahan   banjir dan sungai 
yang meluap.
Dalam perluasan lahan pertanian perlu sekali dipertimbangkan biaya
investasi dan kelayakannya, karena biaya investasinya umumnya besar.  Dalam
hal ini lokasi, waktu melaksanakan proyek dan apa komoditi yang akan
diusahakan menjadi faktor-faktor penentu kelayakan. Akibat pengembangan
teknologi seperti bioteknologi, hydroponik dan aeroponik, banyak lahan-lahan
atau ruang yang tadinya tidak layak menjadi layak digunakan untuk lahan
pertanian.
5. Perencanaan Nasional Untuk Pembangunan Pertanian
Tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban pemerintah dalam pembangunan
pertanian harus direncanakan dengan baik.  Untuk itu harus dilakukan
perencanaan nasional untuk mendapat masukan dan menjadi acuan dalam
perencanaan daerah (perencanaan tingkat Propinsi dan Kabupaten).
Dalam perencanaan diputuskan apa-apa yang harus dilakukan pemerintah
untuk membangun dan mempercepat pembangunan pertanian. Untuk melakukan
perencanaan nasional, maka perlukan badan yang kompeten melakukan
perencanaan yaitu Badan Perencaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Badan
perencaan memperoleh masukan dari departemen-departemen (kementerian) dan
dari badan perencanaan daerah propinsi dan kabupaten.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpuan

Indonesia pada awalnya menganut sistem pertanian tradisional, namun seiring


perkembangan zaman dan masuknya Indonesia di dalam perdagangan global,
maka diubahlah sistem pertanian tradisional tersebut menjadi sitem pertanian
modern. Pertanian modern memiliki tujuan agar terciptanya pembangunan
ekonomi terutama pada sektor pertanian dimana sektor pertanian merupakan
tonggak dari berbagai macam sektor. Maka dari itu, perlu adanya peran lembaga
sosial yang dapat menunjang sektor pertanian menjadi sistem  pertanian modern
dengan acuan sistem agribisnis, yang bertujuan membangun ekonomi nasional
dan meningkatkan daya saing secara global yang dilihat dari beberapa aspek
meliputi mutu (quality), jumlah (quantity), kontinuitas (continuity), ketepatan
waktu (delivery on time) dan harga ( price) baik di pasar dalam negeri (domestic)
maupun di pasar internasional (export).

B. SARAN
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting di negara ini.
Indonesia harus bisa bersaing dalam perdagangan global yang tentunya ditunjang
dengan lembaga kemasyarakatan yang kuat tanpa terjadi masalah-masalah di
dalamnya agar tujuan sistem pertanian modern yang mengacu pada sistem
agribisnis tercapai, yaitu pembangunan ekonomi nasional dan dapat bersaing
secara global.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37985888/MAKALAH_KELEMBAGAAN_PERTAN
IAN

https://danielfery18.wordpress.com/agribisnis/teknologi-terkini-
pertanian/pertanian/kondisi-pertanian-di-indonesia-saat-ini-berdasarkan-
pandangan-mahasiswa-pertanian-indonesia/

https://danielfery18.wordpress.com/agribisnis/teknologi-terkini-
pertanian/pertanian/kondisi-pertanian-di-indonesia-saat-ini-berdasarkan-
pandangan-mahasiswa-pertanian-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai