Anda di halaman 1dari 11

ANALISA MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN JIWA

KELOMPOK 1:

SARTIKA MAMELAS (1901007)

FILISTEA ANASTASYA DAVID (1901029)

WINDI ANGGRIANI DAHIA (1901006)

ANGGELIA VAN GOBEL (1901012)

INDRI R. TULA (1901028)

SINTA YUNITA (1901018)

WILFRIDS W. BELAWA (2001094)

PROGRAM STUDI NERS

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH MANADO

2021
Tale 1

Seorang anak laki-laki yang pernah disiksa oleh orang tuanya sewaktu masa kecil,
ia dipukul dan dianiaya karena merupakan anak yang malas belajar, dan lebih suka
keluar rumah bermain. Akibat sering dipukuli, anak ini kemudian memendam
konflik yang terjadi antara ia dan ibunya sampai ia dewasa. Ibunya tidak
memberikan cukup kasih sayang.

Saat ini, laki-laki tersebut sudah dewasa dan manjalin hubungan dengan seorang
wanita. Namun, ia ragu untuk menikahi wanita tersebut, dan tidak mencintai dengan
sepenuh hati ia cemas jika semua wanita akan berperilaku sama seperti ibunya,
sampai-sampai terbawa dalam mimpinya ia menganiaya pacarnya tersebut.

Tale 2

Dua orang remaja wanita Nn.C dan Nn.V bersahabat sejak kecil. Mereka berdua
tak pernah terpisahkan, sampai menginjak bangku SMA. Nn.C selalu bercerita
tentang pengalaman dan perasaanya pada Nn.V, begitupun sebaliknya. Namun tiba-
tiba Nn.C marah terhadap Nn.V karena ada teman mereka yang mengfitnah Nn.V
menceritakan rahasia Nn.C kepada banyak orang .Sejak itu Nn.C tidak mau lagi
berkomunikasi dengan Nn.V. Nn.C kemudian menjadi lebih sering berdiam diri,
jarang bergaul dan menutup diri dari interaksi dengan orang lain.

Tanpa di sangka, mereka berdua bertemu di Universitas dan jurusan yang sama.
Nn.C merasa malu dan takut jika akan sekelas dengan Nn.V, karena hubungan yang
buruk sebelumnya.

Tale 3

Seorang mahasiswa yang sering dating terlambat, dengan alasan selalu bangun
terlambat. Kebiasaan tersebut membuat dia sering dianggap tidak hadir oleh dosen
dan akhirnya tidak bisa ikut ujian akhir semester. Hal tersebut membuat dia merasa
cemas dan sudah sama sekali tidak mau mengikuti perkuliahan.
Kemudian mahasiswa tersebut kontrak bawah semester bersama Angkatan
dibawahnya . Namun perilakunya tidak berubah .Akhirnya mahasiswa tersebut
terancam di drop out.

Tale 4

3 bulan yang lalu Tn.K mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami trauma di
kepala bagian depan. Sejak saat itu Tn.K menjadi lebih seering marah, susah tidur,
bercerita sendiri, dan tidak mau berinteraksi di luar rumah. Sebagian besar
waktunya dihabiskan di kamar.

Ketika ibunya menyuruh Tn.K keluar kamar dan mandi, Tn.K menjadi marah dan
berteriak dan hampir memukul ibunya. Tn.K selalu mengulang perkataan yang
sama yaitu “lebih baik saya mati”.

Tale 5

Tn. J (36 tahun) mengalami gangguan jiwa sejak setahun yang lalu. Keluarga
membawa Tn.J untuk berobat ke RSJ karena perilaku Tn.J yang mengurung diri di
kamar, tidak mau makan, tidak mau mandi, dan marah-marah Ketika dipaksa keluar
kamar. Setelah dilakukan pegkajian, ditemukan bahwa sejak 2 tahun yang lalu, Tn.J
di PHK dari pekerjaannya. Pacar Tn.J juga membatalkan rencana pernikahan
karena merasa sudah tidak cocok. Tn.J pernah mengalami keterlambatan dalam
Pendidikan di bangku kuliah. Saat ditanyakan oleh perawat bagaimana perasaanya,
Tn.J mengatakan bahwa dia merasa gagal, orang yang tidak berguna.
TALE MODEL KONSEPTUAL JUSTIFIKASI

1 Model psychoanalytic Psikoanalisa meyakini bahwa


(Sigmund Freud, penyimpangan perilaku pada usia dewasa
Eric Erickson berhubungan dengan perkembangan pada
masa anak ( Kohnstamn & Palland, 1984
: 66 ).

Oleh sebab dan akibat perlakuan/didikan


yang tidak baik orang tua di masa lalu
membuat anak laki-laki yang meranjak
dewasa tersebut mengalami trauma dan
cemas bahwa wanita tersebut akan
berperilaku sama seperti ibunya sehingga
dia sulit untuk menyesuaikan diri dengan
masa sekarang, dan bisa saja terjadi
penyimpangan.
2 Model Komunikasi Setiap perilaku, baik verbal maupun non
(Bernea Watzlawick) verbal adalah bentuk komunikasi. Ketidak
mampuan komunikasi mengakibatkan
kecemasan dan frustasi. (Eric Berne.)

Ketidakefektifan komunikasi antara Nn.C


dan Nn.V, dimana Nn.C yang tidak
bertanya kepada Nn.V benar atau tidak hal
yang diberitakan, tapi Nn.C terlalu
mempercayai perkataan orang lain dari
pada temannya sendiri dan terjadilah
kecemasan dan frustasi berupa rasa takut
dan malu akibat dari ketidakmampuan
komunikasi di masa lalu sehingga terjadi
hubungan yang buruk.

3 Model Sosial Caplan percaya bahwa situasi sosial dan


(Caplan dan Szasz) menjadi faktor predisposisi klien
mengalami gangguan mental, seperti
kejadian kemiskinan, masalah keluarga
dan pendidikan yang rendah. Karena
kondisi ini akhirnya individu mengalami
ketidakmampuan mengkoping stres,
ditambah lagi dukungan dari lingkungan
sangat sedikit. Individu mengembangkan
koping yang patologis. Krisis juga bisa
menyebabkan klien mengalami perubahan
perilaku. Koping yang selama ini dipakai
dan dukungan dari lingkungan tidak dapat
dipakai lagi sehingga klien mengalami
penyimpangan perilaku.

Pada kasus tersebut ketidak mampuan


untuk mengkoping sters seperti timbulnya
rasa cemas yang membuat pendidikan dan
tidak ada peninggkatan atau perbaikan diri
dan berakibat pada pendidikan yang
rendah.
4 Model Medikal Model konseptual medical ini singkatnya
(Meyera Kraeolin) terjadi karena ada gangguan system saraf.
Cedera kepala (trauma kepala) adalah
masalah pada struktur kepala
akibat mengalami benturan yang
berpotensi menimbulkan gangguan pada
fungsi saraf otak seperti ketidak mampuan
berpikir secara positif dan selalu
mengingat kejadian-kajadian yang kurang
baik yang terjadi, dan juga dapat
menyebabkan masalah berupa luka
ringan, memar di kulit kepala, bengkak,
perdarahan, patah tulang tengkorak, atau
geger otak.
5 Model Eksitensial Ganguan prilaku atau ganguan jiwa
(Ellis dan Rogers) terjadi bila individu gagal menemukan jati
dirinya dan tujuan hidupnya. Individu
tidak memiliki kebanggan akan dirinya.
Membenci diri sendiri dan mengalami
ganguan dalam body image – nya.

Akibat dari kejadian-kejadian yang terjadi


Tn.J mengalami gangguan jiwa karena
ketidak mampuan menerima pribadinya
sendiri, problematika yang terjadi
membuat dirinya membenci dirinya
sendiri dengan mengatakan bahwa dirinya
tidak berguna dan merasa gagal.
TALE JENIS JUSTIFIKASI
PENCEGAHAN
1 Primer Gangguan jiwa yang sering ditemukan di
pencegahan primer antara lain adalah cemas,
trauma dan depresi, baik sebagai diagnosis sendiri
maupun komorbid dengan diagnosis fisik (Word
Health Report 2001)
Pencegahan primer melibatkan tindakan yang
diambil sebelum terjadinya masalah kesehatan
dan mencakup askep promosi kesehatan dan
perlindungan. Pencegahan primer berfokus pada
peningkatan kesehatan secara keseluruhan dari
individu, keluarga, dan kelompok masyarakat.
Dari kasus 1 anak laki-laki tersebut dapat di
simpulkan mengalami trauma akibat masa lalu
dan cemas hal tersebut akan terulang (tidak ada
penyesuaian). Trauma itu sendiri adalah
pengalaman buruk yang dapat menempatkan
seseorang pada resiko salah satunya adalah
gangguan jiwa.
Pencegahan primer secara singkatnya adalah
orang yang dikatakan sehat tetapi beresiko
mengalami ganggua jiwa, oleh karena itu promosi
kesehatan jiwa secara primer di peruntukan untuk
pencegahan dan perlindungan dari gangguan jiwa.
Ketika trauma tidak dapat dikendalikan atau di
atasi oleh dirinya yang dibantu oleh perawat
ataupun orang-orang tertentu, maka dampak
terburuknya adalah mengalami gangguan jiwa dan
bisa jika gangguan jiwa yang terjadi akan
berakibat seperti bunuh diri karena tidak bisa
melupakan atau menyesuaikan diri dari masa lalu
ataupun membunuh pasangannya akibat dendam
terhadap perlakuan ibunya di masa kecil, akibat
argumentasi yang menganggap bahwa semua
wanita bisa saja sama seperti ibunya.
2 Primer Pencegahan primer juga dapat melibatkan
mengurangi atau menghilangkan faktor risiko
sebagai cara untuk mencegah penyakit.
Pencegahan primer secara singkatnya adalah
orang yang dikatakan sehat tetapi beresiko
mengalami ganggua jiwa, oleh karena itu promosi
kesehatan jiwa secara primer di peruntukan untuk
pencegahan dan perlindungan dari gangguan jiwa.
Dari kasus tersebut jika komunikasi tidak berjalan
akan berakibat misskomunikasi dan bisa
berdampak lebih buruk tapi jika di komunikasi
terlebih dahulu atau memperbaiki hubungan yang
buruk akibat komunikasi yang salah tidak akan
merugikan pihak-pihak terkait. Nn.C jika ia tidak
bisa mengkoping rasa takut dan malu akibat
ketidakefektifannya berkomunikasi akan
membuat dirinya tenggalam dalam emosi yang
sama rasa takut dan malu (bersalah karna tidak
mempercayai temannya sendiri) dan ketika hal
tersebut terjadi maka akan berdampak menjadi
gangguan jiwa.

3 Sekunder Pencegahan sekunder termasuk skrining dan


diagnosis dini, serta pengobatan untuk masalah
kesehatan yang ada.
Dari kasus tersebut faktor mengapa terjadi
kesenjangan perilaku atau ketidaksesuaian karena
factor keterlambatan ke sekolah dan cemas karena
hal tersebut sering berulang sehingga berdampak
kepada pedidikannya, dari sini perawat bisa
melakukan skrining atau mengkaji terlebih dahulu
latar belakang/alasan mengapa dan kenapa ia
terlambat mungkin ada factor internal seperti
membantu orangtua yang mendorong ia selalu
terlambat. Jika sudah mengetahui alasannya bisa
di lakukan intervensi lanjut atau Tindakan berikut
seperti apa untuk memperbaiki kesenjangan yang
terjadi mahasiswa tersebut.
4 Tersier Pencegahan tersier adalah kegiatan yang
bertujuan mengembalikan klien ke tingkat fungsi
tertinggi dan mencegah kerusakan lebih lanjut
dalam kesehatan.
Dengan munculnya perkataan “lebih saya mati”
klien sedang tidak baik-baik saja dan memerlukan
perhatian dan juga perawatan akan trauma kepala
yang di alami dari pihak-pihak khusus mengenai
kondisnya. Ketika bertindak cepat maka dapat
membantu melakukan perbaikan ke yang lebih
baik, tapi jika tidak disegerakan akan berbahaya
bagi klien bahkan orang-orang terdekatnya.

5 Tersier Peningkatan fungsi dan sosialisasi serta


pencegahan kekambuhan, mengurangi
kecacatan/ketidakmampuan akibat gangguan
jiwa.
Dari kasus tersebut Tn.J megalami sters yang
berakibat mengidap gangguan jiwa sehingga
sudah tidak mau makan, mandi sampai
menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi.
Untuk pencegahan ini salah satunya adalah selain
dari dapa dukungan sosial topangan medis seperti
obat-obattan dapat membantu klien dalam
peningkatan kualitas kesehatannya jika hal
tersebut tidak teratasi maka akan menimbulkan
penyakit lain karena tidak mau makan dan mandi,
dan juga dapat membahayakan orang-orang
terdekat ketika ia marah. Obat yang diberikan
kepada klien dapat membantu dalam mengurangi
sters. Orang dengan gangguan jiwa tidak boleh
asal menyetop konsumsi obatnya karena dapat
menimbulkan efek samping.

Daftar referensi

Farida kusumawati & Yudi Hartono.(2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba
Medical. Jakarta

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan Jiwa. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai