Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang menjalar dengan kecepatan


hingga 900 km/ jam terutama diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut
(Adiyoso, 2018). Akibat Gempa Bumi yang diikuti dengaan dislokasi/ perpindahan
batuan yang sangat besar di bawah laut mempunyaai potensi yang mengakibatkan
tsunami.

Masalah kesehatan yang terjadi pada bencana tsunami seperti penyakit infeksi
saluran pernapasan akut, diare, gangguan kulit, ditambah kualitas air bersih yang tidak
memadai udara di pengungsian yang tidak tertata, sangat mungkin menyebabkan
permasalahan kesehatan jangka panjang bagi korban setelah bencana (Isman et al., 2012).
Pusponegoro (1990) dan Skeet (1988 dalam Isman et al., 2012) masalah kesehatan akibat
bencana alam salah satunya adalah Peningkatan Angka Kesakitan (Morbiditas) Tingginya
angka kesakitan saat terjadinya bencana dibagi dalam dua kategori yaitu sebagai berikut.

Kondisi lingkungan fisik terutama struktur rumah yang tidak dilengkapi dengan
kasa pada jendela dan lubang ventilasi memperbesar peluang terjadinya kontak antara
manusia dengan nyamuk, demikian juga kondisi lingkungan biologi juga memberikan
peluang bagi terjadinya penularan penyakit yang ditularkan oleh vektor. Untuk
mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan masyarakat di lokasi bencana
tsunami perlu dilaksanakan pendidikan kesehatan masyarakat, pembagian kelambu bagi
penduduk beresiko tinggi terhadap penularan malaria dan upaya pengendalian vektor
(Sugianto dkk., 2009 dalam Isman et al., 2012).

Manajemen bencana yaitu suatu proses siklus dimana akhir dari suatu fase adalah
awal dari fase yang lain, meskipun satu fase dalam siklus tidak diharuskan untuk selesai
untuk fase berikutnya. Manajemen bencana dapat dilakukan seperti pengambilan
keputusan yang tepat pada setiap tahap atau fase untuk menghasilkan kesiapsiagaan yang
lebih besar, peringatan awal yang lebih baik, berkurangnya kerentanan, dan pencegahan
bencana dimasa depan (Nikam dkk, 2018 dalam Dr. Khambali, 2017).
Pra bencana merupakan fase dimana sebelum terjadi bencana, bencana yaitu pada
saat terjadinya bencana, dan fase pasca bencana adalah fase setelah terjadinya
bencana.Setiap fase ini saling berkaitan dan terdiri dari beberapa hal kegiatan seperti fase
pra bencana melakukan kegiatan pencegahan mitigasi dan kesiapan pada fase bencana
terjadi dilakukan tanggap darurat (response), kemudian fase pasca bencana dilakukan
rehabilitasi dan rekontruksi (Harmono, 2016).

Mitigasi Bencana ( Mitigation) Mitigasi bencana yaitu serangkaian upaya untuk


mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007) atau upaya yang
dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Tanggap
Darurat ( Response) Tanggap darurat merupakan upaya yang dilakukan segera pada saat
kejadian bencana untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa
penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi, dan pengungsian. Hal terpenting dari
manajemen bencana yaitu adanya suatu langkah konkret dalam mengendalikan bencana
sehingga korban yang tidak kita harapkan dapat terselamatkan dengan cepat dan tepat dan
upaya untuk pemulihan pascabencana dapat dilakukan secepatnya.

Gunung ini memiliki punggung yang menghadap ke timur laut dan bagian barat
daya memiliki kawah yang menghadap langsung ke arah laut. Deplus et al., (1995)
mengatakan sampai saat ini bahaya lain yang muncul dari Gunung Anak Krakatau adalah
tsunami yang dipicu oleh flank collapse, hal ini disebabkan Gunung Anak Krakatau
memiliki dinding kaldera yang cukup curam hasil dari letusan pada 1883.

Hasil dari simulasi tersebut didapatkan gelombang tsunami akan mencapai kota-
kota yang terletak di Pantai Barat Jawa 35-45 menit setelah terjadi flank collapse dengan
amplitudo gelombang maksimum 1,5 m di Merak dan Panimbang hingga 3,4 m di
Labuhan kemudian Bandar Lampung dengan estimasi sampai gelombang 1 jam memiliki
amplitudo maksimum 0,3 m. Peristiwa flank collapse kemungkinan besar akan
menyebabkan kerusakan yang signifikan di sekitar Selat Sunda karena jumlah penduduk
yang tinggi dan pembangunan infrastruktur yang berpusat di Pulau Jawa hingga pesisir
pulau.
Kronologis Kejadian Bencana Berdasarkan hasil konferensi pers yang dilakukan
oleh Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono menyampaikan
bahwa kejadian tsunami yang terjadi Sabtu, 22 Desember 2018 di Selat Sunda pada
malam hari disebabkan oleh aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau. Ukuran
peningkatan aktivitas berdasar pada data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
yang menunjukkan erupsi Gunung Anak Krakatau menghasilkan kolom abu yang
memiliki ketinggian sekitar 400 m di atas puncak gunung dan 738 di atas permukaan laut
dengan intensitas abu berwarna hitam tebal dan condong bergerak ke arah utara. Tetapi,
dikarenakan Sistem Peringatan Dini Tsunami yang dimiliki oleh BMKG hanya dapat
mendeteksi tsunami yang disebabkan karena pergeseran lempengan bumi (gempa
tektonik) saja sehingga sistem prosesing otomatis gempa kepunyaan BMKG tersebut
tidak mampu memproses sinyal getaran secara otomatis yang menyebabkan tidak adanya
tanda WARNING tsunami terlebih dahulu.

Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 21.30 WIB Petugas Pusat Gempabumi dan
Tsunami BMKG yang sedang berjaga mendapat laporan yang menyatakan bahwa adanya
kepanikan masyarakat di wilayah Banten dan Lampung yang disebabkan karena
gelombang air laut yang pasang memiliki ketinggian yang tidak normal. Hasil dari
pengecekkan tersebut didapatkan hasil adanya perubahan permukaan air laut yang
signifikan di sejumlah wilayah seperti, Pantai Jambu dengan ketinggian permukaan air
laut adalah 0,9 m. Sedangkan, di Pelabuhan Ciwandan, Banten ketinggian permukaan air
laut mencapai 0,35 m. g. Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 21.35 WIB Permukaan air
laut mencapai ketinggian 0,36 m di Kota Lampung. BMKG segera mengeluarkan rilis
pers yang memuat fakta terjadinya gelombang tsunami di Selat Sunda yang diakibatkan
karena aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau. Minggu, 23 Desember 2018 pukul
14.40 WIB BMKG merilis pernyataan yang menyatakan bahwa getaran yang dicatat oleh
alat pendeteksi gempa berpusat di Gunung Anak Krakatau.

Dampak kesehatan yang langsung dirasakan pasca bencana tsunami pada daerah
terdampak berupa ancaman terhadap penyakit menular dan gangguan kejiwaan yang
menimbulkan traumsa psikis yang memanjang. Temuan penyakit utama menyerang
pengungsian diakibatkan karena kondisi Mandi Cuci Kakus (MCK) yang kurang
memadai dan kebersihan lingkungan pengungsian yang ramai dan kurang diperhatikan
membuat pengungsi khususnya pengungsi orang tua dan anak-anak yang merupakan
kelompok masyarakat rentan terhadap penyakit. Berdasarkan laporan sementara tim
Rapid Health Assessement (RHA) bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
Kemenkes yang terdiri dari Subdit Surveilans, PHEOC Indonesia, FETP Indonesia, KKP
Banten, Dinkes Banten, dan Dinkes Jawa Barat pada 25 Desember 2018 diketahui
penyakit yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah diare akut.

Adapun upaya pasca bencana yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah terdiri dari
upaya pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan terkait dengan pencegahan
kejadian luar biasa penyakit menular potensial wabah yang meliputi pengendalian
penyakit, surveilans epidemiologi, imunisasi, perbaikan pada kualitas air dan sanitasi, dan
promosi kesehatan dan upaya pelayanan kesehatan terkait dengan perbaikan gizi,
kesehatan reproduksi, pelayanan medis, pemulihan kesehatan jiwa sesuai kebutuhan yang
dilakukan di tempat penampungan pengungsi atau lokasi sekitarnya. Pemerintah Daerah
Pandeglang melakukan relokasi 3 Puskesmas yaitu, Puskesmas Carita, Puskesmas
Panimbang, dan Puskesmas Sumur.

Waktu Kejadian • 21 Des 2018 Pukul 07.00 BMKG memberikan peringatan dini
gelombang tinggi • 21 Des 2018 Pukul 13:51 Erupsi gunung anak Krakatau • 22 Des 2018
Pukul 20.56 Terjadi erupsi gunung anak Krakatau (sumber: Kepala Badan Geologi KESDM) •
22 Des 2018 Pukul 21.03 Getaran terekam sensor seismograph BMKG di Cigeulis
Pandeglang • 22 Des 2018 Pukul 21.30 – 22.00 Petugas pusat gempabumi dan tsunami BMKG
melakukan cheking marigram Tide Gauge Badan Informasi Geospaslal (BIG).

Nama Desa/dusun, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi • Kabupaten:


Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran • Provinsi : Banten
dan Lampung berada di Selat Sunda 2.
• Topografi wilayah Provinsi Banten merupakan dataran rendah yang berkisar antara 0 –
200 m dpl yang terletak di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Pandeglang, dan
sebagian besar Kabupaten Serang.

• Daerah Lebak Tengah dan sebagian kecil Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian
berkisar 201 – 2.000 m dpl dan daerah Lebak Timur memiliki ketinggian 501 – 2.000 m dpl yang
terdapat di Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun

• Daerah ini berada di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, di sebelah timur
dengan Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan provinsi Sumatra Selatan, dan di sebelah
selatan berbatasan dengan Selat Sunda.

Korban meninggal, rawat inap, rawat jalan, pengungsi, hilang Di Kabupaten Serang, BNPB
(24/12) a. Meninggal dunia: 12 orang b. Luka-luka : 30 orang c. Hilang : 28
orang Di Kabupaten Pandeglang a. Meninggal dunia: 207 orang b. Luka-luka : 755
orang c. Hilang : 7 orang d. Mengungsi : 11.453 Di Kabupaten Lampung
Selatan a. Meninggal dunia: 60 orang b. Luka-luka : 230 orang c. Hilang
: 22 orang Di Kabupaten Tanggamus a. Meninggal dunia: 1 orang Di Kabupaten Pesawaran
b. Meninggal dunia : 1 orang c. Luka-luka : 1 orang d. Mengungsi : 231 orang
2.

Di Kabupaten Pandeglang • 611 rumah rusak • 69 hotel dan vila rusak • 60 warung
makan dan toko rusak Di Kabupaten Lampung Selatan • 30 rumah rusak berat Di Kabupaten
Tanggamus • rumah rusak besar Di Kabupaten Pesawaran • 134 rumah rusak 2.
Nama lokasi pengungsian • Posko sepanjang jalan raya Anyer-Cinangka •
Masjid, Sekolah, Perkantoran, Terminal di Pandeglang • Kabupaten Pandeglang
Puskesmas Sumur, Puskesmas Ciguelis, Puskesmas Cibaliung, Puskesmas Panimbang,
Puskesmas Labuan, Puskesmas Carita, Puskesmas Jiput, Puskesmas Menes, dan Puskesmas
Mandalawangi.

Upaya medis • Operasi dan perawatan korban tingkat lanjut ditangani di lima rumah sakit
dan rumah sakit umum di Banten, yang meliputi RS Drajat, RSUD Banten, RSU Pandeglang, RS
Berkah, RS Sari Asih, RSUD Serang.

Aspek Medis • Tenaga medis yang dibutuhkan meliputi dokter bedah tulang (ortopedi),
bedah saraf, obstetri dan ginekologi, dan pediatrik (anak) • Persediaan obat-obatan dan
ambulans untuk membawa korban korban ke rumah sakit rujukan 2.

Mengamankan pernapasan C. Evakuasi Korban luka segera ditangani dan dievakuasi ke


puskesmas dan rumah sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut 3.4.3 Penanganan lanjutan
(RS Rujukan) Korban tsunami Anyer dibawa dan dievakuasi ke Puskesmas atau Rumah Sakit
terdekat untuk segera segera ditangani.

Selain itu, beberapa rumah sakit rujukan yang sudah disiapkan untuk korban tsunami Anyer
diantaranya RS Serang dan Pandeglang, serta RS Krakatau Medika.

Dinkes Provinsi Banten juga telah mendirikan lima posko pelayanan kesehatan yang di bagi
dibeberapa tempat yaitu di Pantai Carita, Pantai Panimbang, Kecamatan Sumur, Kabupaten
Pandeglang dan di Puskesmas Panimbang yang diperkuat tim dokter internship serta Public
Safety Center (PSC) 119 Banten.
Penanganan korban tsunami di RS Puri Cinere terorganisir dengan baik, dimana sistem
penanganan rujukan massal korban bencana dari luar dilakukan dengan mobilisasi dokter serta
perawat yang tidak berdinas didatangkan ke Rumah Sakit untuk terus bersiaga menerima pasien
rujukan 3.4.4 Manajemen Pengungsi (Air, Dapur Umum, Trauma Healing, Kelompok Rentan
dll) Permasalahan kesehatan mulai mendera sebagian pengungsi korban tsunami Selat Sunda.

Namun bila tidak ada identitas, korban akan diserahkan pada kepolisian untuk proses selanjutnya
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK)
mengoordinasikan kepada Kementerian Kesehatan untuk memenuhi segala kebutuhan korban
bencana, salah satunya adalah kontainer pendingin jenazah untuk korban meninggal akibat
bencana tsunami di Banten.

Anda mungkin juga menyukai