2. Apa tindakan awal yang tepat untuk dilakukan untuk menstabilkan pasien
ini?
Tindakan awal yang tepat untuk dilakukan untuk menstabilkan pasien ini
adalah
○ melakukan diagnosis
■ Demam umumnya tidak ada. Bila ada, maka sakit perut akan
timbul lebih dahulu. Jika dijumpai demam pada kasus
apendisitis, pikirkan kemungkinan terjadinya perforasi
apendisitis.
■ Awalnya berupa nyeri periumbilikal, namun temuan klinis yang
paling penting adalah rasa nyeri yang terus-menerus pada
kuadran bagian bawah sebelah kanan.
■ Dapat disalahartikan infeksi saluran kemih, batu ginjal, masalah
ovarium, adenitis mesenterik, ileitis. Bedakan dengan DBD.
■ Leukositosis.
○ Menerapkan Tatalaksana
■ Puasakan
■ Beri cairan melalui intravena
■ Kolaborasi:
● Ganti cairan yang hilang dengan memberikan garam
normal sebanyak 10–20 ml/kgBB cairan bolus, ulangi
sesuai kebutuhan, ikuti dengan kebutuhan cairan rumatan
150% kebutuhan normal
● Beri antibiotik segera setelah diagnosis ditentukan:
ampisilin (25–50 mg/ kgBB/dosis IV/IM empat kali
sehari), gentamisin (7.5 mg/kgBB/dosis IV/IM sekali
sehari) dan metronidazol (7.5 mg/kgBB/dosis tiga kali
sehari).
■ RUJUK SEGERA kepada dokter bedah. Apendektomi harus
dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah perforasi dan
terbentuknya abses.
Patofisiologi
Untuk membatasi proses radang ini tubuh juga melakukan upaya pertahanan
dengan menutup apendiks vermiformis dengan omentum, usus halus, atau adneksa
sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah
infiltrat apendiks. Pada anak-anak dengan omentum yang lebih pendek, apendiks
vermiformis yang lebih panjang, dan dinding apendiks vermiformis yang lebih
tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, dapat memudahkan terjadinya
apendisitis perforasi. Sedangkan pada orang tua, apendisitis perforasi mudah
terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah. Apendiks vermiformis yang
pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi membentuk jaringan parut
yang melengket dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan
keluhan berulang di perut kanan bawah. Sehingga suatu saat, organ ini dapat
mengalami peradangan akut lagi dan dinyatakan mengalami eksaserbasi akut.
Pathway Appendicitis
Infeksi akibat bakteri, virus, jamur, feses yang membatu, pola hidup, benda asing.
Apendiksitis
Inflamasi
Edema(Berisi Pus)
Infeksi
Apendik
Bakteri flora Obs. usus
usus (bawah kanan rongga
abdomen)
Abses
Konstipasi sekunder
Rangsang syaraf
reseptor
Jumlah
lekosit
Hiperthermy
Tanda/Gejala Khas
Selain itu, terdapat gejala lainnya yang dapat mengindikasikan perforasi yaitu:
Keringat dingin
Demam
Mual
Muntah
Syok
Perforasi yang menyebabkan peritonitis atau radang selaput rongga perut dapat
menyebabkan gejala lainnya, seperti:
Kelelahan berat
Demam
Jarang buang air kecil
Sesak napas
Detak jantung yang cepat
Pusing dan linglung
1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai dengan demam derajat rendah,
mual, dan seringkali muntah
2. Pada titik Mc Burney terdapat nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit
kaku dari bagian bawah otot rektus kanan
3. Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatkan sejumlah nueri
tekan, spasme otot, dan konstipasi serta diare
5. Jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar; terjadi
distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk
Komplikasi
1. Laboratorium
Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak dengan
appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis berkisar antara
12.000- 18.000/mm3. Peningkatan persentase jumlah neutrofil (shift to the left)
dengan jumlah normal leukosit menunjang diagnosis klinis appendicitis. Jumlah
leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien dengan appendicitis1.
2. Pemeriksaan urinalisis
3. Ultrasonografi
4. CT-Scan
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik.
Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita
Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan
elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan
yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi).
Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan
abses dan perforasi. Pada abses appendiks
dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
3. Pencegahan Tersier
1. Tindakan medis
a. Observasi terhadap diagnosa
b. Intubasi
c. Antibiotik
Pemberian antibiotik preoperatif dianjurkan pada reaksi sistematik
dengan toksitas yang berat dan demam yang tinggi .
2. Terapi bedah
Pada apendisitis tanpa komplikasi, apendiktomi dilakukan segera setelah
terkontrol ketidakseimbangan cairan dalam tubuh dan gangguan sistematik
lainnya. Biasanya hanya diperlukan sedikit persiapan. Pembedahan yang
direncanakan secara dini baik mempunyai praksi mortalitas 1 % secara
primer angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tampaknya disebabkan
oleh komplikasi ganggren dan perforasi yang terjadi akibat yang tertunda.
3. Terapi pasca operasi
Perlu dilakukan obstruksi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan didalam, syok hipertermia, atau gangguan pernapasan angket
sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung
dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik
bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila
tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum,
puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan
minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya diberikan makan saring, dan hari berikutnya diberikan
makanan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak
ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan
duduk diluar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien
diperbolehkan pulang.
Terapi Definitive
Penatalaksanaan definitif appendicitis adalah dengan apendektomi. Rujuk
pasien ke rumah sakit dengan fasilitas ruang operasi untuk melakukan
apendektomi. Walau demikian, pada appendicitis akut dengan kondisi
khusus seperti tidak ada akses untuk operasi atau apendektomi berisiko
tinggi bagi pasien, pemberian terapi nonbedah berupa antibiotik dapat
menjadi pilihan.