Anda di halaman 1dari 2

1.

Bagaimana kerjasama antara Kementerian Perindustrian dengan Kementerian Perdagangan


dalam mengurus tersedianya gula rafinasi sebagai bahan baku industri di Indonesia?

Sebagai latar belakang, dalam sejarah kementerian di Indonesia sejak diterbitkannya Keppres Nomor
187/10/2004 tanggal 20 Oktober 2004 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono maka terjadi
pemisahan didalam Kementerian Perdagangan dan Industri, sehingga terbagi dua menjadi
Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.

Mengenai bagaimana bentuk kerjasama antara Kementerian Perindustrian dengan Kementerian


Perdagangan dalam mengurus tersedianya gula rafinasi (refined sugar) sebagai bahan baku industri di
Indonesia, sebenarnya kedua kementerian sudah mengeluarkan peraturan kementeriannya masing-
masing perihal gula. Kementerian perdagangan sudah mengeluarkan Peraturan Menteri perdagangan
Nomor 14 Tahun 2020 tentang Ketentuan Impor Gula, sedangkan kementerian perindustrian sudah
mengeluarkan Peraturan Menteri perdagangan nomor 3 Tahun 2021 tentang Jaminan Ketersedian
Bahan Baku Industri Gula Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Gula Nasional. Maka dari itu untuk
mengetahui bentuk kerjasama kedua kementerian tersebut perlu dibahas lebih lanjut mengenai isi dari
peraturan yang diterbitkan kedua kementerian tersebut.

Diawali dengan Peraturan Menteri perdagangan nomor 3 Tahun 2021 tentang Jaminan Ketersedian
Bahan Baku Industri Gula Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Gula Nasional. Pertimbangan
pembentukan peraturan ini adalah bertujuan untuk menjamin ketersediaan gula kristal putih guna
kebutuhan konsumsi masyarakat dan gula rafinasi (refined sugar) untuk kebutuhan industri serta
perlunya penyediaan bahan baku yang cukup untuk memproduksi gula.

Khusus mengenai kerjasama antar kementerian perihal gula rafinasi ini terdapat didalam Pasal (3)
nomor (2) yang berisi: ”Dalam hal Bahan Baku untuk memproduksi Gula Kristal Rafinasi (Refined
Sugar) belum dapat diproduksi oleh Industri dalam negeri dan/atau belum mencukupi, pemenuhan
kebutuhan Bahan Baku dapat dilakukan melalui Impor Gula Kristal Mentah (Raw Sugar) dengan
Rekomendasi dari Direktur Jenderal”.

Serta Pasal (3) nomor (3) yang menjelaskan mengenai rekomendasi yang disebut dalam Pasal (3)
nomor (2), yaitu: “Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan mempertimbangkan
neraca komoditas gula yang ditetapkan melalui rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi perekonomian.

Kemudian membahas dari segi peraturan kementerian perdagangan Nomor 14 Tahun 2020 tentang
Ketentuan Impor Gula, bahwa pertimbangan dari pembentukan peraturan ini adalah untuk
memberikan kepastian berusaha, mempercepat pelayanan perizinan berusaha, dan mendukung
pelaksanaan impor gula, perlu melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan mengenai impor gula.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa peraturan ini memiliki tujuan utama sebagai alat untuk
mempermudah sistem impor gula di Indonesia.

Terhadap gula yang diimpor untuk pemenuhan bahan baku industri, khususnya mengenai peraturan
mengenai impor gula rafinasi terdapat didalam pasal (5) yaitu :

1) Jenis Gula sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 hanya dapat diimpor oleh:

a. Importir pemilik NIB yang berlaku sebagai API-P; dan

b. Importir pemilik NIB yang berlaku sebagai API-P yang mendapatkan fasilitas Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor (KITE) dari Kementerian Keuangan atau yang berada di Kawasan Berikat. (

2) Penentuan jumlah Gula Kristal Mentah (Raw Sugar) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a
yang diimpor oleh Importir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disepakati dalam rapat
koordinasi antarkementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terkait yang diselenggarakan oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perekonomian.

Selain itu, perihal impor gula untuk industri terdapat kewajiban untuk memiliki surat rekomendasi
sebagaiman yang diatur dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b yaitu: “Rekomendasi dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian atau pejabat yang ditunjuk, yang
memuat data dan/atau keterangan paling sedikit mengenai jenis, volume, pos tarif/HS, negara asal,
pelabuhan tujuan, dan masa berlaku Rekomendasi atau periode kebutuhan produksi.”

Dari peraturan-peraturan diatas sebenarnya dijelaskan tata cara mengimpor Gula untuk kebutuhan
industri, peraturan-peraturan kementerian ini memiliki sinergi sebagai suatu sistem yang saling
berkaitan untuk memberikan perizinan terhadap impor gula demi memenuhi ketersediaan gula rafinasi
sebagai bahan baku industri di Indonesia

Apabila diambil kesimpulannya, maka bentuk kerjasama yang terjadi antara Kemeterian Perdagangan
dan Kementerian Perindustrian adalah memberikan aturan atau tata cara bagi importir agar mendapat
izin mengimpor gula. Yaitu harus memiliki surat rekomendasi dari kementerian perindustrian yang
kemudian dibutuhkan persetujuan dari Kementrian Perdagangan untuk melakukan impor tersebut.

Anda mungkin juga menyukai