Anda di halaman 1dari 2

Tuntutan Maksimal Pidana Penjara Terhadap Pelajar yang

Mengikuti Tawuran dan Menyebabkan Kematian

Di Indonesia, dunia Pendidikan tidak jarang mendapati berita duka akibat


meninggalnya seseorang atau lebih siswa didik SLTA (Sekolah Lanjut Tingkat Atas) di
dalam tawuran pelajar. Berdasarkan berika dalam internet, Setidaknya dalam kurun waktu 2
bulan kebelakang terdapat satu orang siswa SMK di kota Depok yang meniggal akibat
terkena bacokan saat mengikuti tawuran. Tawuran sendiri biasanya merupakan perkelahian
antar kelompok yang disebabkan oleh banyak alasan. Mulai dari bentuk ekspresi diri,
perseteruan anggota, ataupun bahkan hanya akibat sepele seperti adu senggol di jalanan.
Lalu bagaimana hukum di Indonesia yang mengatur bilamana seseorang murid
meninggal akibat terkena dampak dari tawuran ini? Pertama, perlu diingat bahwa tawuran
pelajar biasanya dilakukan oleh anak- anak dibawah umur. Pengertian anak dibawah umur
secara lex generalis, berdasarkan KUHP pasal 45 adalah :
“Dalam hal penuntutan pidana terhadap orang yang belum dewasa karena
melakukan suatu perbuatan sebelum umur enam belas tahun…”
Maka berdasarkan KUHP yang dianggap sebagai anak dibawah umur adalah subjek
hukum yang belum berusia genap 16 tahun saat tindak pidana dilakukan, namun secara lex
specialis jika menggunakan pasal 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak yang menyatakan bahwa :
“Anak yang Berkonflik dengan Hukum adalah anak yang telah berumur 12 (dua
belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga
melakukan tindak pidana”
Artinya yang dimaksud dengan anak dibawah umur berdasarkan UU tersebut adalah-
adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan
belas) tahun. Sedangkan hukuman pidana bagi anak dibawah umur berdasarakan Pasal 81
Ayat (2) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
menyebutkan:

“Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada Anak paling lama 1/2 (satu perdua)
dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.”
Sampai disini dapat diambil kesimpulan bahwa apabila seorang anak melakukan tindak
pidana ketika ia telah berumur 12 tahun, tetapi belum berumur 18 maka hukuman pidana
yang dapat dijatuhkan adalah ½ dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.
Berlanjut ke Tindakan hukum yang anak tersebut lakukan, mengingat bahwa suatu tawuran
pasti dilakukan bersama-sama dengan pelaku lain. Tindakan ini disebut dengan
pengeroyokan dan diatur dengan Pasal 170 KUHP yang menyatakan bahwa:
1. Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama
menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2. Yang bersalah diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan
sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan
mengakibatkan luka-luka;
2. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan
mengakibatkan luka berat;
3. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan
mengakibatkan maut.

Maka apabila seseorang yang telah berumur 12 tahun, tetapi belum berumur 18
kemudian melakukan tindak pidana pengeroyokan seperti yang disebutkan dalam pasal 170
ayat (1) KUHP, kemudian ia menyebabkan korban meninggal dunia maka tuntutan maksimal
pidana penjara baginya adalah 12 tahun dikurangi setengah (hukuman bagi pelaku tindak
pidana dewasa yang dikurangi akibat pelaku merupakan anak dibawah umur), maka pidana
penjara maksimal yang dapat dituntutkan kepadanya adalah 6 tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai