Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aulia Abdurrahman

NPM: 1806219381
No. Urut :

JAWABAN UAS MPPH REG B

1. Proses perumusan masalah penelitian dimulai dengan Identifikasi masalah. Penulis


harus mampu mengidentifikasi masalah-masalah yang ada disekitarnya untuk
kemudian ditelurusi secara umum mengenai keberadaaannya. Meskipun mungkin
hasilnya masih bersifat umum dan tidak terlalu mengerucut namun setidaknya penulis
sudah mulai tertarik dengan permsalahan ini.
Tahap berikutnya adalah Analisa masalah, disini penulis semakin banyak membaca
literatur maupun penelitian yang sebelumnya mungkin pernah diteliti orang lain, demi
menemukan suatu atau beberapa factor yang berkaitan dengan pokok permasalah
yang akan ditulis. Dengan melakukan hal tersebut penulis diharapkan mampu
menemukan variable yang berkaitan untuk kemudian diuji oleh penulis sendiri.
Tahapan selanjutnya setelah penulis menemukan variable yang berkaitan dengan
pokok permasalahan, ia harus memilih untuk fokus pada variable yang menurutnya
penting dan menarik untuk dipillih menjadi bahan penelitian. Berlanjut ke tahap akhir
adalah mencoba menghubungkan secara logis hubungan variable tersebut dengan
pokok permasalahan yang ada untuk kemudian menelitinya. Hubungan antara variable
dan pokok permasalah inilah yang kemudian dapat dikembangkan menjadi suatu
rumusan masalah penelitian.

2. A. Seorang peneliti harus selalu kritis dalam menggunakan data sekunder, seringkali
peneliti melakukan kesalah dengan menganggap bahwa data sekunder yang ia miliki
telah tuntas. Adapula berbagai macam bentuk data sekunder berdasarkan sifatnya,
khususnya yang bersifat opini perlu kehati-hatian lebih dalam penggunaannya karena
dapat mempengaruhi isi dari karya yang sedang ditulis oleh peneliti. Selain itu
peneliti juga seringkali tidak mengetahui dan kesulitan untuk melacak darimana
sumber data yang di olah oleh data sekunder tersebut.

B. Himpunan Peraturan Negara, kwartal I tahun 1975” merupakan data sekunder,


termasuk bahan acuan dan memuat bahan hukum primer? mengingat bahwa definisi
data sekunder menurut Sugiyono (2012:141) mendefinisikan data sekunder adalah
sebagai berikut: “Sumber Sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara
membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari
literatur, buku-buku, serta dokumen”. maka himpunan peraturan negara tersebut
adalah data sekunder karena himpunan tersebut adalah suatu bentuk dokumen.

Mengenai statusnya sebagai bahan hukum primer perlu dipertanyakan karena


definisi bahan sumber hukum primer yang dijelaskan didalam kelas adalah bahan-
bahan yang isinya mempunyai kekuatan mengikat kepada masyarakat, sedangkan
peraturan didalam himpunan tersebut sudah mungkin saja sudah tidak digunakan dan
tidak memiliki kekuatan mengikat didalam masyarakat. Mengenai bahan acuan, tentu
itu juga tergantung dari keberlakuan peraturan tersebut maupun pokok permasalahan
yang ingin diteliti oleh penulis. Namun apabila tulisan yang penulis ingin teliti
membutuhkan data sekunder tersebut tentu himpunan tersebut diperbolehkan untuk
menjadi bahan acuan.

3. Secara umum waktu pengumpulan data sekunder tergantung dari jenis penelitian yang
dilakukan, tidak sedikit penelitian yang murni hanya menggunakan data sekunder
sebagai bahan analisis nya seperti penelitian hukum normatif. Namun, untuk
penelitian yang bersifat yuridis-empiris yang menekankan pengumpulan data primer
seperti wawancara, data sekunder mungkin dilakukan setelah wawancara tersebut
dilakukan. Oleh karena itu, waktu pengumpulan data sekunder tidak bisa tentukan
secara pasti karena bergantung pada jenis penelitiannya.
Perihal apakah bisa melakukan penelitian tanpa menggunakan data sekunder, dalam
teorinya tentu saja bisa. Namun fungsi data sekunder selain untuk ilmu yang
dikandungnya terdapat juga kewibawaan atas peneliti/penulis sebelumnya yang
membuat penelitian yang sedang penulis lakukan saat ini memiliki kekuatan
pendukung. sehingga semakin membuat orang percaya dengan hasil dari penelitian
penulis.

4. Uraian metode penelitian didalam penulisan proposal penelitian

I. Jenis penelitian
Tulisan ini menggunakan metode deskriptis analitis yang menggunakan
pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang berbasis atau mengacu
kepada norma-norma hukum yang dituangkan dalam berbagai peraturan
perundang-undangan di Indonesia melalui bahan-bahan kepustakaan di bidang
hukum dan bidang lainnya.1

II. Jenis data


Kajian dalam penulisan ini dilakukan dengan meneliti bahan Pustaka yang
merupakan data sekunder yaitu peraturan perundang-undangan, dokumen serta
literatur yang memiliki keterkaitan, data sekunder yang digunakan terdiri dari
1. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang terdiri dari :
a. Kitab Undang-Undang hukum perdata
b. Sasa
2. Bahan hukum sekunder, semisal buku, majalah, makalah, dan artikel yang
berkaitan dengan judul penelitian
3. Bahan hukum tersier, yaitu pelengkap dari bahan hukum primer dan sekunder,
seperti kamus dan bibliograf.

III. Teknik Pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan didalam penelitian ini adalah
dengan melakukan studi pustaka, yaitu dengan menggunakan data sekunder dan
melakukan analisis terhadap literatur, tulisan, maupun peraturan perundang-
undangan.
1
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Suatu Pengantar, Cet. 11, Yogyakarta : Liberty, 2001, hal. 29
5. Siswa SLTA (Sekolah Lanjut Tingkat Atas) sering menjadi korban tawuran,
setidaknya dalam 2 bulan kebelakang seorang siswa SLTA di Depok meninggal
akibat tawuran. hukum di Indonesia mengenai hukuman bagi Anak dibawah umur
yang melakukan tindakan pidana pengeroyokan yang menyebabkan kematian, apabila
merujuk kepada KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) dan Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UUSPA) maka anak
dibawah umur tersebut dapat dikenakan Pasal 170 KUHP yang mengatur tentang
tindak pidana pengeroyokan yang menyebabkan kematian dan menuntutnya dengan
kurangan penjara selama 12 tahun. Meski demikian ,dengan adanya UUSPA yang
meringankan hukuman Anak di bawah umur. Apabila dibandingkan dengan pelaku
tindak pidana yang telah dewasa, Ia mendapatkan keringanan hukuman dengan cara
pemotongan lama waktu pidana yaitu ½ dari apa yang orang dewasa dapatkan.

Kata kunci : tawuran, kematian, anak dibawah umur, KUHP,

Anda mungkin juga menyukai