Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

Analisa persamaan dan perbedaan ketentuan umum UU PTUN dengan HIR dan
peraturan hukum acara perdata serta perbandingan antara Undang-undang
No. 30 Tahun 2014 dan UU PTUN

Disusun oleh :

Mochamad Rizky Soe`oed : 1706048141


Arief Rahman Hakim          : 1806219305
Aulia Abdurrahman            : 1806219381
Ibrahim Imaduddin             : 1806219816

1.      Mengenai ketentuan Umum

Dalam Undang-undang No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan  dijelaskan bahwa Ketentuan umum diletakkan dalam bab
satu. Jika dalam Peraturan Perundang-undangan tidak dilakukan pengelompokan
bab, ketentuan umum diletakkan dalam pasal atau beberapa pasal awal. Pada
dasarnya Ketentuan umum memuat :

a.       Batasan pengertian atau definisi;

b.      Singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan pengertian atau
definisi; dan/atau

c.       Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa pasal
berikutnya antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan tujuan
tanpa dirumuskan tersendiri dalam pasal atau bab.

Berdasarkan UU nomor 12 tahun 2011 tersebut, maka dibawah ini adalah bagian
ketentuan umum dari UU PTUN, HIR, serta Perma terkait hukum acara perdata

a. UU Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-


Undang  Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1.      Pengadilan adalah pengadilan tata usaha negara dan pengadilan tinggi tata
usaha negara di lingkungan peradilan tata usaha negara.

2.      Hakim adalah hakim pada pengadilan tata usaha negara dan hakim pada
pengadilan tinggi tata usaha negara.

3.      Mahkamah Agung adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman


sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
4.      Komisi Yudisial adalah lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

5.      Pengadilan Khusus adalah pengadilan yang mempunyai kewenangan untuk

memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tertentu yang hanya dapat dibentuk

dalam salah satu lingkungan badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah

Agung yang diatur dalam undang-undang.

6.      Hakim ad hoc adalah hakim yang bersifat sementara yang memiliki keahlian dan

pengalaman di bidang tertentu untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu

perkara yang pengangkatannya diatur dalam undang-undang.

7.      Tata Usaha Negara adalah administrasi negara yang melaksanakan fungsi

untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah.

8.      Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

9.      Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum
tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku,
yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.

10.  Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata
usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat
tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

11.  Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap badan atau pejabat
tata usaha negara dan diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan.

12.  Tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan
keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan
kepadanya yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata.

 
b. HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement) :

Pasal 1

Melakukan tugas kepolisian pada bangsa Indonesia dan pada bangsa Asing,
menurut perbedaan yang diadakan dalam reglemen ini, diwajibkan pada pegawai,
penjabat-penjabat dan orang-orang yang teristimewa yang disebut di bawah ini,
masing-masing sekian keluasan daerah, untuk mana ia diangkat:

1.      Kepala-kepala desa dan kepala-kepala kampung serta sekalian penjabat polisi
bawahan yang lain, bagaimanapun namanya, termasuk juga penjabat-penjabat polisi
yang diangkat untuk tanah partikelir;

2.      Kepala-kepala distrik;

3.      Bupati-bupati dan patih;

4.      Residen-residen;

5.      Semua pegawai, penjabat dan orang-orang lain, dalam perkara yang diserahkan
kepadanya supaya dijaganya, menurut aturan undang-undang yang istimewa;

6.      Pegawai-pegawai polisi yang tidak dapat gaji masing-masing mengenai


kekuasaan yang diberikan padanya dalam surat angkatannya yang diangkat
sedemikian dengan mengingat aturan-aturan yang akan,ditetapkan dengan
peraturan pemerintah.

c. Perma Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Perma Nomor 2


tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana

Pasal 1

1.      Penyelesaian gugatan sederhana adalah tata cara pemeriksaan di


persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai gugatan materiil
paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) yang diselesaikan
dengan tata cara dan pembuktiannya sederhana

2.      Keberatan adalah upaya hukum terhadap putusan hakim dalam


gugatan sederhana sebagaimana diatur dalam peraturan ini.

3.      Hakim adalah hakim tunggal

4.      Hari adalah hari kerja

 
2. Perbedaan dan persamaan

a. Perbedaan
Berdasarkan penjelasan diatas terdapat beberapa perbedaan antara UU no
51 tahun 2009 pasal 1,Perma Nomor 4 Tahun 2019 pasal 1 dan HIR pasal 1
yaitu yang pertama UU no 51 tahun 2009 pasal 1 dan Perma Nomor 4 Tahun
2019 pasal 1 memuat tentang ketentuan umum UU yang berisi batasan
pengertian atau definisi, sedangkan dalam HIR pasal 1 memuat ketentuan
umum tentang  Hal-hal yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau
beberapa pasal berikutnya. perbedaan kedua yakni dalam UU no 51 tahun
2009 pasal 1,Perma Nomor 4 Tahun 2019 pasal 1 berisi mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan lingkungan peradilan, sedangka dalam HIR pasal 1
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kepolisian.

b. Persamaan

Baik UU no 51 tahun 2009 pasal 1,Perma Nomor 4 Tahun 2019 pasal 1 dan
HIR pasal 1 merupakan ketentuan umum UU no 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. persamaan lainnya yakni
antara UU no 51 tahun 2009 pasal 1 dan Perma Nomor 4 Tahun 2019 pasal 1
dimana kedua pasal tersebut berisi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
lingkungan peradilan dan berisi mengenai pengertian atau definisi.

3. Komentar Penulis

ketentuan umum pada dasarnya merupakan bagian dari batang tubuh undang-
undang yang memuat pengertia atau definisi, singkatan atau akronim atau hal-hal
yang berkaitan dengan pasal-pasal selanjutnya. Dalam ketentuan umum juga
memuat mengenai rumusan akademik mengenai pengertian istilah, dan frasa. 

Undang-undang No.30 Tahun 2014 bila dikaitkan dengan Undang-undang


PTUN, asas dan karakteristik HAPTUN

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014  (UU Administrasi Pemerintahan)


dirancang dengan tujuan menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Pejabat pemerintahan dalam menyelenggarakan pemerintahan harus mengacu
pada UU Administrasi Pemerintahan. Hal ini merupakan wujud dari negara hukum.
Dalam negara hukum, pejabat pemerintahan dalam menjalankan tindakan maupun
membuat keputusan harus berdasarkan UU Administrasi Pemerintahan.

Dengan berlakunya UU No. 30 Tahun 2014, kewenangan PTUN mengalami


perluasan. Berdasarkan UU PTUN, kewenangan  PTUN terbatas menangani
sengketa yang obyeknya KTUN yang tertulis. KTUN sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986 jo Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun 2009
adalah sebagai berikut :

KTUN adalah suatu penetapan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN
yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Berdasarkan ketentuan tersebut, ditunjukkan bahwa kewenangan PTUN


dibatasi pada KTUN yang tertulis dan bersifat individual, dengan demikian KTUN
yang berlaku umum (tidak individual) dan Setelah berlakunya UU No. 30 Tahun
2014, kewenangan PTUN mengalami perluasan. Pernyataan ini disimpulkan dari
pendapat Enrico Simanjuntak yang menyatakan, “Dalam UU Administrasi
Pemerintahan diatur perluasan kewenangan Peradilan Administrasi”. Hal ini
diperkuat lagi dengan pendapat Yodi Martono Wahyunadi yang mengatakan bahwa
“Adanya perubahan konsep hukum yang diatur dalam UU Peratun, memperluas
kompetensi PTUN”. Perluasan kewenangan tersebut adalah sebagai berikut:

· Kewenangan yang obyek sengketanya adalah KTUN yang mempunyai


     
kriteria sebagai berikut sebagaimana diatur dalam Pasal 87 UU Administrasi
Pemerintahan. Berdasarkan ketentuan tersebut, selain memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan sengketa yang obyeknya KTUN yang tertulis,
PTUN juga berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan tindakan
nyata yang dilakukan oleh pejabat TUN. Selain itu juga diberikan
kewenangan memeriksa, memutus, dan menyelesaikan keputusaan yang
berlaku bagi masyarakat.

·       Kewenangan memeriksa, memutus dan menyelesaikan gugatan tentang ada


tidaknya unsur penyalahgunaan wewenang.

·      Kewenangan memeriksa, memutus, dan menyelesaikan permohonan


penerimaan keputusan fiktif positif.

Dengan demikian kompetensi peradilan tata usaha negara sehubungan dengan


pemberlakuan UU nomor 30/2014 adalah memeriksa, mengadili dan memutus:

-  Perbuatan badan atau pejabat pemerintah dalam mengeluarkan keputusan


       
administrasi pemerintahan / K.TUN

-  Tindakan pejabat pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya dalam


       
melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan konkret / faktual

Tindakan pejabat pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya berkenaan


dengan perbuatan penguasa yang melanggar hukum menurut pasal 1365 BW tidak
lagi menjadi kompetensi absolut peradilan umum tetapi telah menjadi kompetensi
Peradilan Tata Usaha Negara (Pasal 85 UU Nomor 30/2014).

UU Nomor 30/2014 memperluas Subyek penggugat/pemohon meliputi warga


masyarakat, lebih luas cakupannya atas pemaknaan orang dan badan hukum
perdata yang selama ini hanya terkait perannya sebagai pihak yang mengajukan
gugatan. UU nomor 30/2014 juga memperluas subyek tergugat/termohon, meliputi
pihak penyelenggara negara lainnya, disamping badan dan/atau pejabat
pemerintahan, kesemuanya selaku unsur yang melaksanakan fungsi pemerintahan.

Komentar dan Kesimpulan

Menurut kami, seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan,
bahwa dengan diberlakukannya UU No. 30 Tahun 2014, kompetensi PTUN menjadi
semakin luas. Dengan meluasnya kewenangan PTUN, maka harapan masyarakat
akan perlindungan hukum kepada PTUN menjadi semakin tinggi. Fungsi PTUN
menjadi semakin kuat untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat yang
dirugikan oleh pejabat pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai