Anda di halaman 1dari 53

TUGAS MANDIRI

RESUME MODUL ELEKTIF WOUNDCARE

DOSEN PEMBIMBING :

Sri Anik Rustini., S.H., S.Kep., Ns., M Kes.

DISUSUN OLEH :

Lulu Antika ( 1820027 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN AJARAN 2020 – 2021


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i

Pertemuan ke – 1......................................................................................................1

Etika Dalam Perawatan........................................................................................1

Pertemuan ke – 2......................................................................................................3

Anatomi Fisiologi Sistim Intagumen...................................................................3

Peretemuan ke – 3....................................................................................................6

Penyembuhan Luka dan Perbaikan Luka.............................................................6

Pertemuuan ke – 4....................................................................................................8

Pengkajian Pada Luka..........................................................................................8

Pertemuan ke – 5....................................................................................................12

Menegement Perawatan Luka............................................................................12

Pertemuan ke-6......................................................................................................15

Arterial Ulcer.....................................................................................................15

Pertemuan ke-7......................................................................................................18

Vena Ulcus.........................................................................................................18

Pertemuan ke-8......................................................................................................22

Foot Ulcer Diabetic............................................................................................22

Pertemuan ke-9......................................................................................................26

Pengkajian Dekubitus........................................................................................26

Pertemuan ke - 10..................................................................................................29

Pengkajian Luka Kanker....................................................................................29

Pertemuan ke – 11..................................................................................................30

Enterpreneurship................................................................................................30

Pertemuan ke – 12..................................................................................................31

Resume Jurnal....................................................................................................31

i
Pertemuan ke – 1
Etika Dalam Perawatan
Prinsip-prinsip etis
1) Autonomy
Individu memiliki kebebasan untuk menentukan tindakan atau
keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih
2) Non maleficence
Suatu tanggung jawab untuk melakukan kebaikan yang
menguntungkan klien dan menghindari perbuatan yang merugikan
atau membahayakan klien, Perawat diwajibkan melaksanakan
tindakan yang bermanfaat bagi klien, namun peningkatan teknologi
dalam sistem asuhan keperawatan dapat juga merupakan risiko dari
tindakan yang membahayakan
3) Beneficience
Perawat melakukan hal yan baik dengan begitu dapat mencegah
kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang
program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi
perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko
serangan jantung.
4) Justice
Ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,
standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien
rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus
mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian
bertindak sesuai dengan asas keadilan
5) Veracity
Kejujuran (truth telling)yaitu menyatakan hal yang sebenarnya dan
tidak bohong
6) Confidentiality
Suatu prinsip dasar etika untuk menjaga privacy klien.
Menghindari berdiskusi mengenai kondisi klien dengan orang lain
yang tidak ada kaitannya dengan perawatan klien.
7) Fidelity
Ketaatan, atau tanggung jawab untuk setia pada suatu kesepakatan.
Tanggungjawab yang dimaksudkan meliputi tanggungjawab
menjaga janji, mempertahankan kerahasiaan, memperhatikan, dan
menunjukkan kepedulian
8) Accountability
Tanggung gugat, adalah mampu menjawab/mempertanggung
jawabkan dengan kata-kata yang berhubungan dengan tindakan
seseorang
Sikap/prilaku perawat luka
1. Bertutur lembut dalam berkomunikasi
2. Bisa bekerjasama dengan pasien & keluarga
3. Mampu mengontrol emosi

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4. Selalu siap apabila diperlukan
5. Respon tanggap yang baik
6. Ramah & sopan
7. Memiliki perhatian terhadap pasien
8. Memberi informasi yang jelas tentang terapi sesuai kewenangan

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Pertemuan ke – 2
Anatomi Fisiologi Sistim Intagumen
Anatomi Sistem integument

Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu : epidermis (kulit ari), dermis
(kulit jangat atau korium) dan lapisan subkutan/hypodermis

1) Epidermis
Epidermis sering kita sebut sebagai kuit luar. Epidermis merupakan lapisan
teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda : 400-600
μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm
untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut).
 Stratum Korneum /lapisan tanduk, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng,
tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan
lapisan terluar dimana eleidin berubah menjadi keratin yang tersusun tidak
teratur sedangkan serabut elastis dan retikulernya lebih sedikit sel-sel
saling melekat erat.
 Stratum Lucidum tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis
yang homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum
lucidum terdiri dari protein eleidin. Selnya pipih, bedanya dengan stratum
granulosum adalah sel-sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-
butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya
terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
 Stratum Granulosum/ lapisan keratohialin, terdiri atas 2-4 lapis sel
poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada
membran sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi perekat
antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya
materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.
 Stratum Spinosum/ stratum malphigi / pickle cell layer, tersusun dari
beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel pada lapisan ini berbentuk
polihedris dengan inti bulat/lonjong. Pada sajian mikroskop tampak
mempunyai tonjolan sehingga tampak seperti duri yang disebut spina dan
terlihat saling berhubungan dan di dalamnya terdapat fibril sebagai
intercellular bridge.Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen;
filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas
(kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel- sel
spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami
gesekan seperti telapak kaki.
 Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada
epidermis (berbatasan dengan dermis), tersusun dari selapis sel-sel pigmen
basal , berbentuk silindris dan dalam sitoplasmanya terdapat melanin. Pada
lapisan basal ini terdapat sel-sel mitosis.
2) Dermis
Lapisan yang mempunyai ketebalan 4kali lipat dari lapisan epidermis
(kira-kira 0.25-2.55mm ketebalannya) tersusun dari jaringan penghubung
dan penyokong lapisan epidermis dan mengikatkannya pada lapisan dalam
hipodermis.

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
 Lapisan papilari,
Merupakan lapisan tipis dan terdiri dari jaringan penghubung yang longgar
menghubungkan lapisan epidermis kelapisan subcutis, banyak terdapat sel
mast dan sel makrofag yang diperlukan untuk menghancurkan
mikroorganisme yang menembus lapisan dermis. Di lapisan ini juga
terdapat sejumlah kecil elastin dan kolagen. Lapisan ini berbentuk
gelombang yang terjulur kelapisan epidermis untuk memudahkan kiriman
nutrisi kelapisan epidermis yang tidak mempunyai pembuluh darah.
 Lapisan Retikular,
Merupakan lapisan tebal dan terdiri dari jaringan penghubung padat
dengan susunan yang tidak merata, disebut lapisan retikular karena banyak
terdapat serat elastin dan kolagen yang sangat tebal dan saling berangkai
satu sama lain menyerupai jaring- jaring. Dengan adanya serat elastin dan
kolagen akan membuat kulit menjadi kuat, utuh kenyal dan meregang
dengan baik. Komponen dari lapisan ini berisi banyak struktur khusus
yang melaksanakan fungsi kulit.
3) Lapisan subkutaneus (hipodermis)
Lapisan ini mengandung banyak sel lemak, juga beisi banyak pembuluh
darah dan ujung saraf.

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
Peretemuan ke – 3
Penyembuhan Luka dan Perbaikan Luka
Penyembuhan Luka
1. Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut
Taylor (1997) yaitu:
 Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan
dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum
kesehatan tiap orang
 Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat
tetap dijaga
 Respon tubuh secara sistemik pada trauma
 Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka
 Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis
pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme
 Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari
benda asing tubuh termasuk bakteri.
2. Fase Penyembuhan Luka
Menurut Taylor (1997):
a) Fase Inflamatory
Fase inflammatory dimulai setelah pembedahan dan berakhir
hari ke 3 – 4 pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah

8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
Hemostasis dan Pagositosis. Sebagai tekanan yang besar, luka
menimbulkan lokal adaptasi sindrom.
b) Fase Proliferative

Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke-21.


Fibroblast secara cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar.
Dua substansi ini membentuk lapis-lapis perbaikan luka. Jaringan
baru ini disebut granulasi jaringan.

c) Fase Maturasi
Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke-21 dan dapat
berlanjut selama 1 – 2 tahun setelah luka.
Merawat luka
1. Pengertian
Merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit,
membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma,
fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit
2. Tujuan
 Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit
dan membran mukosa
 Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
 Mempercepat penyembuhan
 Membersihkan luka dari benda asing atau debris
 Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
 Mencegah perdarahan
 Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.

Pertemuuan ke – 4
Pengkajian Pada Luka
Pengkajian Luka Secara Umum
Pengkajian luka harusnya dilakukan secara holistic yang bermakna
bahwa pengkajian luka bukan hanya menentukan mengapa luka itu ada

10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
namun juga menemukan berbagai factor yang dapat menghambat
penyembuhan luka.
Menurut Carville (1998), Pengkajian luka meliputi :
1. Jenis Luka
 Luka akut yaitu berbagai jenis luka bedah yang sembuh melalui
intensi primer atau luka traumatik atau luka bedah yang
sembuh melalui intensi sekunder dan melalui proses perbaikan
yang tepat pada waktu dan mencapai hasil pemulihan integritas
anatomis sesuai dengan proses penyembuhan secara fisiologis.
 Luka kronik, adalah terjadi bila proses perbaikan jaringan tidak
sesuai dengan waktu yang telah diperkirakan dan
penyembuhannya mengalami komplikasi, terhambat baik oleh
faktor intrinsik maupun ekstrinsik yang berpengaruh kuat pada
individu, luka atau lingkungan.
2. Type Penyembuhan
 Primary Intention
 Delayed Primary Intention
 Secondary Intention
 Skin Graft
 Flap,
3. Kehilangan jaringan

menggambarkan kedalaman kerusakan jaringan atau berkaitan


dengan stadium kerusakan jaringan kulit.

11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
 Stage I
 Stage II
 Stage III
 Stage IV
4. Penampilan Klinik

Tampilan klinis luka dapat di bagi berdasarkan warna dasar luka


antara lain

 Hitam atau Nekrotik yaitu eschar yang mengeras dan nekrotik,


mungkin kering atau lembab.
 Kuning atau Sloughy yaitu jaringan mati yang fibrous, kuning
dan slough.
 Merah atau Granulasi yaitu jaringan granulasi sehat.
 Pink atau Epithellating yaitu terjadi epitelisasi.
 Kehijauan atau terinfeksi yaitu terdapat tanda-tanda klinis
infeksi seperti nyeri, panas, bengkak, kemerahan dan
peningkatan exudate.
5. Lokasi

Lokasi atau posisi luka, dihubungkan dengan posisi anatomis tubuh


dan mudah dikenali di dokumentasikan sebagai referensi utama.

6. Ukuran Luka

Dimensi ukuran meliputi ukuran panjang, lebar, kedalaman atau


diameter ( lingkaran )
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
7. Exudate.

Hal yang perlu dicatat tentang exudate adalah jenis, jumlah, warna,
konsistensi dan bau.

8. Kulit sekitar luka.

Inspeksi dan palpasi kulit sekitar luka akan menentukan apakah


ada sellulitis, edema, benda asing, ekzema, dermatitis kontak atau
maserasi.

9. Nyeri.

Penyebab nyeri pada luka, baik umum maupun lokal harus


dipastikan. Apakah nyeri berhubungan dengan penyakit, pembedahan,
trauma, infeksi atau benda asing.

10. Infeksi luka

Infeksi klinis dapat didefinisikan sebagai ”pertumbuhan organisme


dalam luka yang berkaitan dengan reaksi jaringan”. (Westaby 1985).

11. Implikasi Psikososial.

Efek psikososial dapat berkembang luas dari pengalaman


perlukaan dan hadirnya luka.

Manajemen Nyeri Pada Luka


1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
faktor diantaranya yaitu :
a. Ketidakpercayaan
b. kesalahpahaman
c. Ketakutan
d. Kelelahan
e. Kebosanan
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik
seperti:
a. Teknik latihan pengalihan seperti Menonton TV, Berbincang-
bincang dengan orang lain, Mendengarkan music
b.Teknik relaksasi
c. Stimulasi kulit seperti Menggosok secara halus pada daerah
nyeri, Menggosok punggung,Menggunakan air hangat dan dingin,
Memijat dengan air mengalir
3. Pemberian analgetic

4. Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan menghambat atau mengubah


stimulasi nyeri yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode
stimulus listrik meliputi:
a. Transcutaneus electrical stimulator (TENS)
b. Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator
c. Stimulator kolumna vertebrae5.
5. Terapi Relaksasi yang biasa diterapkan
Prosedur penggantian balutan

14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan
luka, melakukan penggatian balutan dan mencegah terjadinya infeksi,yaitu
dengan cara mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih.
1. Tujuan
 Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan
dan dapat menjaga kebersihan luka
 Melindungi luka dari kontaminasi
 Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis
verband )
 Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
 Menurunkan pergerakan dan trauma
 Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
2. Bahan yang digunakan dalam perawatan luka
 Sodium Klorida 0,9 %
 Larutan povodine-iodine
3. Pemeriksaan penunjang pada luka
 Hitung darah lengkap
 Albumin Serum
 Leukosit
 BUN atau Kreatinin
 GDA (Gas Darah Arteri)
 Elektrolit Serum
 Natrium Urin
 Alkali Fosfat
 Glukosa Serum

15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
Pertemuan ke – 5
Menegement Perawatan Luka
Fase penyembuhan luka

Menurut Arisanty (2014), secara fisiologis tubuh dapat


memperbaiki kerusakan jaringan kulit (luka) sendiri yang dikenal dengan
penyembuhan luka. Penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam tiga fase,
yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan fase maturasi atau remodelling.

1. Respons inflamasi akut terhadap cedera : meliputi hemostasis,


pelepasan histamine dan mediator inflamasi lain dari sel-sel yang rusak
serta migrasi lekosit (netrofil, monosit dan makrofag) ketempat luka.
2. Fase destruktif : pembersihan debris dan jaringan nekrotik oleh netrofil
dan makrofag.
3. Fase proliferative : infiltrasi daerah luka oleh pembuluh darah baru
(neovaskularisasi), diperkuat oleh jaringan ikat
Penilaian luka
Dua hal penting yang pertama kali harus dinilai oleh dokter dalam
memberikan penatalaksanaan luka adalah :
1. Menilai adanya kegawatan, yaitu apakah terdapat kondisi yang
membahayakan jiwa pasien (misalnya luka terbuka di dada atau
abdomen yang kemungkinan dapat merusak struktur penting di
bawahnya, luka dengan perdarahan arteri yang hebat, luka di leher
yang dapat mengakibatkan obstruksi pernafasan dan lain-lain).
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
2. Menilai apakah luka akut atau kronis. Penilaian luka dilakukan
terhadap 2 aspek, yaitu terhadap pasien dan terhadap luka itu sendiri.
Bates jensen assesment tool
Barbara Bates Jensen pun telah mencetuskan alat ukur pengkajian
luka lainnya yang diberi nama Bates-Jensen Wound Assessmen Tool
(BWAT). BWAT merupakan instrumen yang lebih lengkap dan rinci dalam
mengevaluasi luka ulkus dekubitus (Jensen dalam Febrianti 2014). BWAT
atau pada asalnya dikenal dengan nama PSST (Pressure Sore Status Tool)
merupakan skala yang dikembangkan dan digunakan untuk mengkaji
kondisi luka tekan. Skala ini sudah teruji validitas dan reliabilitasnya,
sehingga alat ini sudah biasa digunakan di rumah sakit atau klinik
kesehatan.
The BWAT berisi 13 item yang menilai ukuran luka, kedalaman,
tepi luka, GOA (lubang pada luka yang ada dibawah jaringan sehat), jenis
jaringan nekrotik, jumlah nekrotik, granulasi dan jaringan epitelisasi, jenis
dan jumlah eksudat, warna kulit di sekitarnya, edema, dan indurasi (Harris,
2010). Ke 13 item tersebut digunakan sebagai pengkajian luka tekan pada
pasien. Setiap item di atas mempunyai nilai yang menggambarkan status
luka tekan pasien (Daniela Fernanda. Et.al, 2015).
Pencucian luka (wound dressing)
Tindakan mencuci luka harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi
luka. Jika kulit terbuka, bakteri yang berada di sekitarnya akan masuk ke
dalam luka. Paling baik adalah menggunakan air mengalir dan sabun.

18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
Tekanan dari pancaran air akan membersihkan luka dari bakteri dan
material kontaminan lain. Pencucian luka harus dilakukan pada:
a. Luka dangkal
b. Luka dengan risiko tinggi terjadinya infeksi
c. Luka kotor/terkontaminasi
d. Gigitan binatang atau manusia
e. Laserasi(tensionlaceration dan crushlaceration).
f. Luka dengan kerusakan otot, tendo atau tulang dibawahnya
g. Luka tusuk
Debridement luka
Debridement adalah proses mengangkat jaringan mati dan benda
asing dari dalam luka untuk memaparkan jaringan sehat di bawahnya.
Jaringan mati bisa berupa pus, krusta, eschar (pada luka bakar), atau
bekuan darah. Debridement harus dilakukan karena:
a. Jaringan mati akan mengganggu penyembuhan luka, meningkatkan
risiko infeksi dan menimbulkan bau.
b. Debridement akan memicu drainase yang inadekuat, menstimulasi
penyembuhan dengan menciptakan milieu  luka yang optimal.
c. Microtrauma akibat debridement mekanis menstimulasi rekruitmen
trombosit yang akan mengawali fase penyembuhan luka. Platelet-
derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor-β
(TGF-β) dalam granula alfa trombosit mengendalikan
penyembuhan luka selama fase inflamasi.
Convensional Dressing & Modern Dressing

19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
Perawatan luka konvensional:
1) Tidak mengenal perawatan luka lembab.
2) Kassa lengket pada urea luka
3) Luka dalum kondisi kering
4) Pertumbuhan jaringan lambat
5) Infeksi lebih banyak
6) Balutan luka hanya menggunakan kassa 
Perawatan luka modern
1) Perawatan luka lembab (moist wound care)
2) Kassa tidak lengket pada uren luku
3) Luka dalam kondisi lembab
4) Pertumbuhan jaringan lebih cepat

20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pertemuan ke-6
Arterial Ulcer
● Ulkus arteri, juga disebut sebagai ulkus iskemik, disebabkan oleh
perfusi yang buruk (pengiriman darah yang kaya nutrisi dan oksigen) ke
bawah ekstermitas. Alterial Ulcers (ulserasi iskemik) dapat disebabkan
oleh salah satu aterosklerosis progresif atau embolisasi arteri. Keduanya
menyebabkan iskemik dan ulserasi pada kulit. Kerusakan lebih lanjut pada
sistem arteri terjadi pada hipertensi bersamaan dengan kerusakan lapisan
tunika intima arteri. Penurunan suplai darah berakibat pada hipoksia dan
kerusakan jaringan. Episode trombotik dan athero embolik dapat
menyebabkan kerusakan jaringan dan pembentukan ulkus

 Tanda dan gejala


 Tampilan berlubang, biasanya berbentuk bulat dengan tepi luka
yang jelas rata
 Sering ditemukan diantara atau diujung jari kaki, ditumit,
dipergelangan kaki bagian luar atau dimana ada tekanan
 Ekstermitas bawah dingin, periwound kulit pucat, drainase
minimal
 Pangkal luka biasanya tidak berdarah dan berwarna kuning, coklat,
abu” atau hitam

21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
 Etiologi Arterial Ulcers
 Gagal ginjal
 Tekanan darah tinggi
 Vasculitis (kerusakan pembuluh darah)
 Bertambahnya usia
 Trauma dan mobilitas sendi terbatas
 Faktor Resiko Arterial Ulcers
 Tidak adanya sensasi protektif akibat neuropati perifer
 Kelainan struktural kaki
 Retinopati
 Penyakit ginjal
 Riwayat ulkus
 Peningkatan usia diatas 45 tahun
 Pengkajian
 Faktor resiko terjadinya insufisiensi arterial
kaji riwayat merokok, penyakit komorbid (diabetes mellitus,
hipertensi, kolesterol)
 Karakteristik nyeri
Penyebab nyeri, kualitas nyeri, lokasi penyebaran nyeri, skala
nyeri, waktu
 Riwayat ulkus
kejadian, faktor – faktor yang mempercepat, penatalaksanaan
dahulu sekarang, kemajuan atau kemunduran dalam penyembuhan
 Tentukan status perfusi pada tiap – tiap ekstermitas bawah
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
 Tentukan ada atau tidaknya nadi pedalis dengan mempalpasi nadi
dorsalis pedis dan nadi tibialis posterior pada masing – masing
pergelangan
 Kaji status neurosensoris
 Pemeriksaan karakteristik luka ( arterial ulcers), meliputi :
 Nyeri
 Bentuk dan ukuran luka
 Dasar luka
 Tepi luka
 Kulit sekitar luka
 Eksudat (warna, jumlah, bau, konsistensi)
 Lokasi luka yang khas ( antara jari – jari kaki, pada bagian atau
phalangeal, pada maleoolus, area – area yang terkena trauma
berulang – ulang atau gesekan sepatu
 Gambaran luka yang khas
 Komplikasi yang mungkin terjadi
 Manajemen pencegahan
 Hindari paparan suhu panas atau dingin atau perubahan
temperature secara tiba – tiba
 Hindari penggunaan celan yang ketat dan sepatu yang sempit
 Perawatan kaki secara teratur
 Manajemen Debridement
 Perawatan kaki secara umum
 Cuci kaki dengan air hangat atau bersihkan dengan normal saline
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
 Penggunaan antibiotik sistemik apabila ada tanda – tanda klinis
infeksi
 Tulle gras (bila dengan antiseptic gunakan dalam waktu yang tidak
lama)
 Calcium alginate
 Kompresi dengan normal saline (untuk insentive cleaning)
 Foam dressing
 Manajemen dermatitis / eczema
 Perawatan kaki secara umum

24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
Pertemuan ke-7
Vena Ulcus
 Definisi
Ulkus vena merupakan luka yang terjadi karena gangguan fungsi katup
vena, biasanya terjadi di kaki. Luka vena adalah luka yang mengenai
lapisan kulit sampai dengan jaringan subkutan dan terjadi pada bagian kaki
akibat terhambat aliran darah vena.
 Klasifikasi
1. Klasifikasi clinis
C0 : tidak ada tanda-tanda penyakit vena yang terlihat atau teraba
C1 : telangiectasis atau vena reticular
C2 : vena varikosa (verises)
C3 : edema
C4a : pigmentasi
C4b : lipodermatosclerosis atau atrofi putih
C5 : ulkus vena yang masih bisa di sembuhkan
C6 : ulkus vena aktif
Cs : simtomatis meliputi nyeri, rasa tekan, iritasi kulit, kaki teras berat,
kram otot serta keluhan lainnya yang disebebkan karena disfungsi vena
CA : Asimtomatis

25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
2. Klasifikasi etiologi :
Ec : kongenital
Ep : Primer
Es : sekunder (post-trombotik)
En : tidak terindentifikasi
3. Klasifikasi anatomi :
As : vena superfisial
Ap : vena perforantes
Ad : vena profundus
An : tidak teridentifikasi
4. Klasifikasi patofisiologi :
Pr : refluk
Po : obstruksi
Pr,o : refluk dan obstruksi
Pn : tidak terindentifikasi
 Kerusakan katup vena (Infusiensi Vena)
kondisi saat pembuluh darah balik (vena) mengalami kesulitan
mengalirkan darah dari tungkai bawah (kaki) kembali ke jantung. Kondisi
ini menyebabkan darah tidak mengalir kembali dengan efisien ke jantung
dan terjadi penumpukan darah di pembuluh darah di kaki.
 Patofisiologi ulkus vena
Hasil tekanan tinggi vena dilakukan melalui vena komunikan kedalam
sistem superfisial. Kondisi kronik terpaparnya sistem vena superfisial
dengan tekanan tinggi dan berdilatasi sepanjang vena dan vena-ven kecil
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
dan jaringan subkutaneus dan menyebabkan gangguan normal
mikrosirkulasi. Otot bagian betis mempunyai peranan yang dapat memacu
darah bergerak kearah jantung bila berkontraksi. Kemudian klep pembuluh
untuk mencegah terjadinya aliran darah balik dari jantung yang menuju
kebagian distal dan vena superfisial. Selama melakukan aktivitas seperti
berjalan, otot pada betis berkontraksi dan tekanan vena dapat menurun,
darah akan menuju ke sistem vena yang dalam dari vena superfisial
melalui vena komunikan.
 Manifestasi klinis
 Sekeliling luka tampak kemerahan atau kecoklatan dan kedalamnya
dangkal
 Lukanya tidak beraturan
 Eksudatnya sedikit dan bisa banyak
 Adanya pitting edema
 Inflamasi dan selulitis
 Penatalaksanaan
 Pemakaian dressing
Pemakaian dressing dapat diterima pada ulkus vena dan dapat
mencegah infeksi silang. Dressing dipilih yang tidak menimbulkan
alergi dan tidak merusak dasar luka. Pada kasus ulkus yang memiliki
eksudat lebih sesuai bila memakai dressing yang bersifat absorpsi. Pada
luka yang terinfeksi apabila gejala dan tanda infeksi sistemik muncul
dapat digunakan antibiotik sistemik dan bila hanya lokal, dapat
digunakan antimikroba lokal. Antimikroba lokal lebih tepat digunakan
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
untuk mengurangi jumlah bakteri pada luka kronis dengan infeksi aktif
dan terlokalisasi.
 Terapi kompresi
Terapi kompresi merupakan terapi konservatif pada ulkus vena yang
tidak terkomplikasi (ABPI>0.8). Terapi ini dapat mengurangi hipertensi
vena superfisial, mengurangi edema serta memperbaiki aliran balik
vena dengan meningkatkan kecepatan aliran vena dalam. Pada
kebanyakan kasus ulkus vena dapat sembuh dengan cara tersebut.
Namun pada beberapa kasus terapi kompresi tidak adekuat dalam
penyembuhan ulkus vena, sehingga diperlukan terapi operasi.
 Pengkajian
A. Identitas
Nama, usia, alamat, tanggal lahir, pekerjaan, jenis kelamin, agama
B. Keluhan Utama
Yang dirasakan pasien pada ulkus yang diderita (gatal, panas, bau,
nyeri), letak ulkus.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Penyebab utama terjadinya ulkus
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit medis pasien (Diabetes Melitus, vena profunda,
tromboflebitis, fraktur tungkai atau kaki)
E. Mengkaji ulkus
◦ Vena superfisial tungkai yang menonjol atau gejala varises
vena
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
◦ Terasa nyeri atau berat di tungkai, dapat menyeluruh
atau terlokalisir
◦ Pembengkakan ringan pada pergelangan kaki
◦ Rasa gatal diatas varises
◦ Kemerahan
◦ Kulit sekitar ulkus
◦ Pergelangan kaki mengkilat
◦ Pigmentasi kulit sekitar ulkus
◦ Mengerasnya dermis dan lemak subkutan yang
mendasarinya
◦ Ekzema stasis
◦ Kulit memucat atau tidak
◦ Letak ulkus
◦ Karakteristik ulkus
◦ Kedalaman, tepi luka dan bentuknya
◦ Edema atau tidak
◦ Warna luka
◦ Bila luka kronis bisa menggunakan pengkajian luka
Bates Janshon Assessment Tolls
 tervensi ulkus vena
Diagnosa : gangguan integritas kulit atau jaringan
Intervensi :
 monitor luka (lokasi luka, luas luka, kedalaman luka, warna
kemerahan dan tanda-tanda infeksi.
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
29
 Lakukan Teknik perawatan luka dengan prinsip steril
 Jaga kulit tetap bersih
 Edukasi kepada keluarga tentang perawatan luka yang baik dan
benar
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat topical

30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pertemuan ke-8
Foot Ulcer Diabetic
 Definisi
komplikasi utama dari diabetes dan mungkin merupakan komponen utama
kaki diabetik. Penyembuhan luka adalah mekanisme tindakan bawaan
yang bekerja dengan andal dalam banyak kasus. Ciri utama penyembuhan
luka adalah perbaikan bertahap dari matriks ekstraseluler yang hilang
(ECM), yang merupakan komponen terbesar dari lapisan kulit dermal.
Kaki diabetik adalah kaki yang menunjukkan patologi yang secara
langsung disebabkan oleh diabetes atau komplikasi diabetes jangka
panjang (kronis). Kaki diabetik berarti bahwa proses patofisiologis kaki
diabetik dapat menyebabkan cedera kaki, yang meningkatkan risiko
"kerusakan jaringan", yang menyebabkan peningkatan morbiditas dan
bahkan dapat menyebabkan amputasi. (Payne & Florkowsi, 1998)
 Faktor resiko
 Infeksi
 Sirkulasi darah dan tungkai yang menurun
 Neuropati diabetik
 Kerusakan endotel pembuluh darah
 Penyakit Pembuluh darah Perifer
 Merokok
 Tanda dan Gejala

31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
 Sering Kesemutan / gringgingan (Asmiptomatus)
 Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio Intermill)
 Nyeri saat Istirahat
 Kerusakan Jaringan (nekrosis, ulkus)
 Derajat keparahan ulkus diabetik
 Grade I : ulkus supervisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit
 Grade II : ulkus dalam tanpa terlibat tulang atau pembentikan abses
 Grade III : ulkus dalam dengan selulitis / abses atau osteomilitis
 Grade IV : tukak dengan ganggren loka;
 Grade V : tukak dengan ganggren luas / melibatkan keseluruhan
kaki
 Penyebab ulkus diabetik
 pasokan darah yang berkurang, dapat terjadi karena tekanan
pembuluh darah misalnya pada pemasangan torniket, balutan yang
ketat dan pembengkakan tungkai
 Obstruksi pada pembuluh darah yang sehat, misalnya pada
embolisme arterial dan frost bite dimana pembuluh kapiler akan
tersumbat
 Spasme pembuluh darah
 Komplikasi
 Neuropati sensorik merupakan menyebabkan hilangnya perasaan
nyeri dan sensibilitas tekanan sedangkan neuropati otonom
meningkatkan kekeringan dan pembentukan fisum pada kulit yang
terjadi akibat penurunan perspirasi.
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
 Penyakit vaskuler perifer, sirkulasi bawah yang buruk
menyebabkan lamanya penyembuhan luka dan terjadinya ganggren
 penurunan daya imunitas, hiperglikemia akan menggangu
kemampuan leukosit khusus yang berfungsi menghancurkan
bakteri.
 efek diabetes ulkus
 Efek pada tendon dan ligamen
Glikosilasi protein dan kolagen abnormal yang dihasilkan akan
menyebabkan penampang tendon dan ligamen menjadi lebih besar
(yaitu, lebih tebal) dan memiliki modulus elastisitas yang lebih
besar. Plantar fascia dan tendon Achilles paling terpengaruh oleh
proses ini. Keduanya akan meningkatkan kekakuan struktural
 Efek pada kulit
Tekanan pada kulit dan jaringan lunak di bawah kulit lebih besar
dari beban kompresi dan geser normal, yang mengindikasikan
terjadinya kerusakan jaringan yang sangat terkait dengan proses
ulkus traumatis. Selain itu, kulit di kaki penderita diabetes
mengalami kehilangan kendali saraf otonom, sehingga hidrasi
berkurang, yang mengurangi elastisitasnya dan karena itu lebih
rentan terhadap peningkatan tekanan mekanis.
 Efek pada tulang rawan
Mirip dengan tendon dan ligamen, tulang rawan mengubah
komposisinya terutama karena modifikasi serat kolagen. Ini

33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
meningkatkan kekakuan mereka dan mengurangi rentang gerak
semua sendi di kaki dan pergelangan kaki.
 Efek pada otot
Diabetes dapat sangat merusak konduksi saraf, yang menyebabkan
kemunduran dalam pengelolaan serat otot terkait. Akibatnya,
struktur otot internal dan eksternal (pengurangan volume otot) dan
fungsi (pengurangan kekuatan otot) kompleks pergelangan kaki
rusak
 Dampak pada sistem sensorik perifer
Gangguan konduksi saraf memiliki dampak yang signifikan pada
sistem sensorik perifer, karena menyebabkan telapak kaki
kehilangan perlindungan. Hal ini membuat kaki penderita diabetes
terpapar kerusakan termal atau mekanis, serta penemuan proses
infeksi atau kerusakan jaringan di kemudian hari
 Efek pada bentuk tungkai (deformitas)
Karena sebagian besar perubahan di atas, otot dan jaringan lunak di
sekitar tungkai jelas-jelas tidak seimbang, yang sangat mengubah
bentuk dan menentukan timbulnya deformitas kaki. Deformitas
kaki diabetik yang paling umum adalah lengkungan longitudinal
tinggi (kaki lengkung keras), jari kaki palu, dan hallux valgus.
 Teknik Perawatan Ulkus Diabetik
 mencuci kaki dengan benar, mengeringkan dan memberikan lotion
 Inspeksi kaki harus dilakukan setiap hari untuk memeriksa apakah
ada gejala kemerahan, lepuh, fisura, kalus, atau ulserasi
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
 Menggunakan ukuran sepatu yang pas dan tertutup pada bagian jari
kaki
 Menghindari jalan kaki tanpa menggunakan alas kaki,
menggunakan bantal pemanas pada kaki dan menggunakan sepatu
yang terbuka pada bagian jari kaki
 Terapi ulkus diabetik
 Tirah baring
 Pemberian antibiotik
 Debridement
 Pengendalian glukosa darah
 Pengkajian Ulkus Diabetikum
 Aktivitas dan istirahat
Dengan gejala lemah, sulit berjalan, kram otot, gangguan istirahat,
takikardi, penurunan kekuatan otot
 Makanan dan cairan
Dengan gejala hilang nafsu makan, mual, muntah, kulit kering,
muntah
 Neurosensori
Dengan gejala pusing, kesemutan, paraestesi, disorientasi,
ganggren memori, kejang, koma
 Keamanan
Dengan gejala kulit kering, gatal, ulkus kering, demam, lesi /
ulkus, paralisis otot
 Seksualitas
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
Dengan gejala impoten pada pria
 Intergritas ego
Dengan gejala stress, ansietas, peka rangsang
 Diagnosa Keperawatan
 Kekurangan volume cairan berhubungan diuresis osmosis
 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin

Pertemuan ke-9
Pengkajian Dekubitus
 PENGERTIAN
luka yang mengenai lapisan kulit samapai jaringan subkutan & terjadi
pada bagian kaki akibat terhambatnya sirkulasi aliran vena (Suriadi, 2004)
 PENYEBAB ULKUS VENA
 Normalnya : darah mengalir dari sistem vena supervisial ke sistem
vena dalam, yg dibantu oleh tekanan yg dipengaruhi oleh katub
katub satu arah & kontraksi otot betis. Katub dalam keadaan
normal menjaga darah mengalir dari vena supervisial ke sistem
vena dalam

36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
 Abnormal : katub yang menghubungkan vena supervisial & vena
dalam tidak berfungsi dengan benar menyebabkan darah mengalir
dari vena dalam kembali kevena supervisial.
 PATOFISIOLOGI
Obstruksi/ketidakmampuan vena mengalirkn darah kembali ke jantung
penumpukan darah pd vena kaki & persendian tekanan meningkat pd
vena menyebakn cairan bocor dari pembuluh darah masuk kejar sekitar
semakin byk pd akhirnya terjadi pembengkakan mempengaruhi gerakan
o2 & nutrisi dari kapiler masuk kejaringan akibatnya jar rusak karena
kekurangan o2 & nutrisi & cairan yg bocor menekan pembuluh vena
akibatnya terbentuk ulkus vena
 TANDA & GEJALA
 Oedem
 Nadi perifer dapat diraba
 Lipodermatosklerosis (bentuk kaki botol)
 Pigmen hemosiderin
 Angkle flare (pelebaran pd pergelangan kaki)
 PENGKAJIAN
 Periksa kembali riwayat kes : faktor resiko vena ulcer
 Lakukan pemeriksaan pd seluruh kaki dari lutut bawah sampai
malleolus medialis
 Tentukan karakteristik vena alcer : lokasi, tepi luka, dasar luka,
jmlh eksudat & kulit sekitar luka
 Lakukan evaluasi diagnostik : dopler USG
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
37
 Kaji keadaan perfusi
 Kaji temperatur kulit
 Kaji neuropati sensori
 Periksa adanya nyeri
 PENATALAKSANAAN VENA ULCER
 C : compression / kompresi
 O : optimalkan lingkungan luka
 R : Review / tinjau kembali faktor yg berkontribusi
 E : Establish / buat rencana pemeliharaan
 KOMPRESI
Tujuan : memperbaiki efisiensi pemompaan betis, meningkatkan fungsi
katub, membalikkan kebocoran kapiler, mengurangi deferiial tekanan,
mengontrol oedem
Digunkan jika ABI > 0.8
Mix arterial & vena disease (ABI 0.6 s/d 0.8) : kompresi ringan
 Panduan untuk Kompresi

No. Berat Ukuran Tujuan u/ kompresi


ringannya kompresi
kompresi
1. Sangat ringan 10 s/d 15 mmHg Mix arterial & vena diases
yang > berat
2. Ringan 15 s/d 20 mmHg Mix arterial & vena diases
3. Sedang 20 s/d 20 mmHg Edema vena
4. Tinggi >40 mmHg Limfedema, foody fibrosis

38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
 Perawatan vena ulcer
 Wound cleansing
 Hindari penggunaan zat iritan atau alergen
 Debridemen jaringan mati
 Gunakan dressing topikal sesuai kondisi luka

39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39
39

Pertemuan ke - 10
Pengkajian Luka Kanker
Kanker di organ manapun pada tubuh sering kali menyebabkan luka terbuka yang
semakin lama akan kian membesar, belum lagi dampak secara fisik maupun
psikologis mengingat luka kanker mempunyai ciri khas yaitu mengeluarkan bau,
belum lagi resiko berdarah, oleh karena itu dalam merawat luka kanker harus
dengan tehnik yang baik sehingga masalah2 tersebut dapat di kurangi, terlebih
lagi dampak psikologis penderita. Berikut tips dan trik merawat luka kanker:

1.Baca doa sebelum mengganti balutan agar diberi kemudahan dan kelancaran
juga member I ketenangan

2.Pada prinsipnya luka kanker bukanlah luka steril jd persiapkan alat yg di


butuhkan cukup dalam kondisi bersih bukan steril

3.Sebelum perawatan luka/ganti balutan ada baiknya jika mandi terlebih dahulu
agar tercipta kesegaran yang mungkin tidak didapatkan ada ketika balutan ( baru
diganti) dan dapat mempermudah lepasnya balutan luka

4.Buka balutan lama dengan menggunakan sarung tangan bersih

5.Bilas kembali dengan Nacl/air rebusan daun jambu biji

6.Oleskan salep yang mengandung metronidazol ( metronidazol dapat mengurangi


bau pada luka), jika salep sulit di oleskan pada luka, maka salep dapat dioleskan
pada balutan yang akan menempel langsung pada luka.

40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
7.Untuk mengurangi resiko terjadinya luka berdarah, ada baiknya
menggunakanbalutan modern yang mempunyai kandungan calcium alginate yang
mampu mencegah/mencegah terjadi luka berdarah

8.Tambahkan kassa/pembalut wanita/underpad/pempers ( mengingat luka kanker


juga akan memproduksi cairan yg banyak)

9.Tutup luka secara baik dengan plester / occlusive sehingga meminimalkan


terjadinya infeksi dari luar.

10.Ganti balutan 3 hari sekali atau jika cairan sudah menembus pada balutan yang
paling luar

41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
Pertemuan ke – 11
Enterpreneurship
WOUND CARE adalah pelayanan kesehatan dalam pencegahan dan perawatan
luka di masyarakat denganmemberikan pelayanan yangmudah, ramah, dan
cepat.Pelayanan rutin, mudah, cepat dan tepat, karena menggunakantenaga
kesehatan yang ahli dalam perawatan luka.Untuk pelayanannya dilakukan di
rumah klien.

Definisi KewirausahaanAdalah proses mengidentifikasi, mengembangkan,


membawa visi dalam kehidupanVisi dpt berupa ide inovatif, peluang, cara lebih
baik menjalankan sesuatuHasil akhir : penciptaan usaha baru yg dibentuk dari
kondisi resiko dan ketidakpastian

Tahapan berwirausahaTahap memulai : melihat peluang usahaPelaksanaan


(mengelola aspek usaha); pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi,
kepemimpinan, pemasaran dan evaluasiMempertahankan usaha : mengembangkan
usaha

Ciri dan sifat kewirausahaanPercaya diriBerorientasi pada hasilBerani mengambil


resikoKepemimpinanKeorisinilanBerorientasi ke masa depanJujur dan tekun
Sikap wirausahaDisiplinKomitmen tinggiJujurKreatif dan
inovatifMandiriRealistis

42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
42
Kewirausahaan KeperawatanMengidentifikasi, mengembangkan dan membawa
visi dalam kehidupan tentang pelayanan keperawatan

Jenis usaha dalam keperawatanPraktek KeperawatanKlinik keperawatan

Pendidikan;D III dengan pengalaman kerja 3 thS1 Keperawatan2. SIPP : bukti


tertulis yg diberikan kepada perawat untuk melakukan praktek keperawatan secara
perorangan dan/atau berkelompok

43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
43
Pertemuan ke – 12
Resume Jurnal

Jurnal 1

Judul :. Efektivitas perawatan luka teknik balutan wet-dry dan mois wound
healing pada penyembuhan ulkus diabetic

- Hasil analisa menunjukan bahwa rata-rata efektifitas penyembuhan luka pada


kelompok perawatan luka dengan menggunakan teknik Wet-dry sebesar 2,33
sedangkan pada penyembuhan luka dengan teknik Moist Wound Healing rata-
rata 1,40. Uji t-berpasangan menunjukan nilai signifikan p =0,004 yang mana
nilai p Value sehingga ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
antara kelompok penyembuhan luka dengan perawatan luka dengan teknik
Wet-dry dengan kelompok perawatan luka Moist Wound Healing Proses
penyembuhan luka pada pasien dengan ulkus diabetik dengan menggunakan
teknik balutan Wet-dry dan teknik Moist Wound Healing didapatkan hasil uji
statistik adanya perbedaan antara proses penyembuhan dengan teknik moist
healing dan wet-dry sehingga disimpulkan bahwa pasien dengan ulkus
diabetic yang perawatan luka dengan menggunakan moist healing cenderung
proses penyembuhan lukanya lebih cepat.

Jurnal 2
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
Judul : PERBEDAAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA
YANG DILAKUKAN PERAWATAN LUKA DENGAN NaCl 0,9% DAN
POVIDON IODINE 10% DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

TAHUN 2013

- penyembuhan luka post sectio caesarea dengan menggunakan larutan NaCl


0,9% dari 15 responden dengan nilai minimum 0, maksimum 0, mean 0,
median 0 dan SD 0. penyembuhan luka post sectio caesarea
denganmenggunakan larutan povidon iodine 10% dari 15 responden dengan
nilai minimum 0, maksimum 4, mean 0,27, median 0,00 dan SD 1,03. Data
bervariasi antara -0,763 sampai dengan 1,303. penyembuhan luka dengan
menggunakan larutan NaCl 0.9% memiliki mean sebesar 0, sedangkan mean
pada kelompok yang diberikan perawatan luka dengan menggunakan larutan
povidon 10% sebesar 0,27. SD pada kelompok yang diberikan perawatan luka
dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% se- besar 0, sedangkan SD pada
kelompok yang diberikan perawatan luka dengan menggunakan larutan
povidon 10% sebesar 1,033. Mean rank kelompok yang diberikan perawatan
luka dengan menggunakan larutan NaCl 0.9% (kelom pok perlakuan) sebesar
16, sedangkan mean rank pada kelompok yang perawatan luka dengan
menggunakan larutan povidon 10% sebesar 15 sehingga ada perbedaan mean
rank antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Data bervariasi antara
0,763 sampai dengan 1,303
- Dari hasil dan pembahasan pada penelitian perbedaan penyembuhan luka post
sectio caesarea yang dilakukanperawatan luka dengan NaCl 0,9% dan
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
povidon iodin 10% di ruang bougenville RSUD Tugurejo Semarang Tahun
2013 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penyembuhan luka post sectio caesarea yang diberikan perawatan luka
dengan NaCl 0.9% (kelompok perlakuan) memiliki nilai minimal 0,
maksimal0, mean 0 median 0 dan SD 0.
2. Penyembuhan luka post sectio saesarea dengan povidon iodine 10%
(kelompok kontrol) memiliki nilai minimal 0, maksimal 4, mean 0,27
median 0,00 dan SD 1,033. Data bervariasi antara -0,763 sampai dengan
1,303.
3. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara penyembuhan luka post
sectio caesarea yang dilakukan perawatan luka dengan NaCl 0.9% dan
povidon iodine 10%. Dari hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney
U-Testdengan menggunakan kom- puter menunjukan bahwa nilai
Zhitung sebesar -1.000 < Z tabel 1.96 dan Asymp.sig(2-tailed) sebesar
0.317 > (α) 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara
penyembuhan luka post sectio cae- sarea yang dilakukan perawatan luka
dengan NaCl 0.9% dan povidon iodine 10%.

Jurnal 3

Judul : Perbandingan Pencucian Menggunakan Daun Sirih Dengan Larutan Nacl


0,9% Terhadap Proses Penyembuhan Luka Pada Pasien Dm Ganggren Di Rsud
Soewandhie Surabaya.

46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
46
- Penelitian menunjukkan bahwa hasil uji statistic didapatkan p=0,002, maka
dapat diartikan adanya perbedaan sebelum dan sesudah pencucian luka
menggunakan NaCl 0,9% dan daun sirih. Hasil akhir peneitian dapat
disimpulkan bahwa daun sirih lebih signifikan dibanding NaCl 0,9%.
Penggunaan daun sirih ternyata lebih baik dalam mempercepat proses granulasi
pada luka ganggren dibandingkan dengan NaCl 0,9%.
- Pencucian luka menggunakan daun sirih lebih baik dibandingkan pencucian
dengan menggunakan NaCl 0,9% terhadap proses penyembuhan luka pada
pasien DM ganggren di RSUD dr Mohammad Soewandhie Surabaya.

Jurnal 4

Judul : EKTRAK PELEPAH PISANG KEPOK SEBAGAI BAHAN BAKU


SEDIAAN KRIM ANTISEPTIK

- Berdasarkan hasil uji stabilitas pH, viskositas dan daya sebar sedian krim
ekstrak pelepah pisang kapong formulasi 1 konsentrasi emulgator asam
stearat 1.5 gram dan trietanolamin 0,3 gram merupakan formulasi yang paling
baik

Jurnal 5

Judul : Aplikasi Perawatan Luka Dengan Menggunakan Enzymatik Therapy: Aloe


Vera Dalam Manajemen Luka Diabetes

47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
- Perawatan luka yang dilakukan dengan modern dressing mengunakan
hidrogel lidah buaya (Aloevera) serta dengan prinsip lembab menunjukkan
hasil yaitu terdapatnya perubahan jaringan yang terjadi pada beberapa
komponen pengkajian luka menurut Betes Jensen antara lain berkurangnya
ukuran luka, kedalaman luka, prosentase granulasi, epitelisasi, berkurangnya
jumlah jaringan nekrosis serta jumlah slough. Tahapan tindakan yang
dilakukan yaitu mencuci luka, melakukan debridement, penentuan
balutan/dressing yang tepat yaitu dengan hidrogel lidah buaya, salep luka
(metcovazin) sebagai topical terapi, dressing menggunakan cadexomer iodine
dan absorbent di tutup dengan kassa sretil secara oklusif. Penggunaan
enzymatik therapy: aloe vera dalam perawatan luka diabetes dapat digunakan
sebagai manajemen luka diabetes terpadu dengan memperhatikan prinsip
perawatan luka terkini menggunakan evidence based nursing.

Jurnal 6

Judul : Pengkajian Luka Menurut Meggit-Wagner dan Pedis Pada Pasien Ulkus
Diabetikum

- Pengkajian ulkus menurut Meggit-Wagner adalah R1 grade 4 dan R2 dan R3


grade 3. Menurut PEDIS ketiga responden grade 3(Infeksi berat). Tenaga
kesehatan diharapkan menerapkan pengkajian ulkus diabetikum yang lebih
mendetail sehingga dapat menentukan perawatan yang sesuai

48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
Jurnal 7

Judul : Pengaruh Perawatan Luka Menggunakan Madu Terhadap Kolonisasi


Bakteri Staphylococcus Aureus pada Luka Diabetik Pasien Diabetes Mellitus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember. (The effect Of Wound
Care Using Honey On Stephylococcus Aureus Bacterial Colonization In Diabetic
Wound Of Patients With Diabetes Mellitus in Work Area of Public Health Center
of Rambipuji Jember)

- Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan, Glukosa dengan konsentrasi


tinggi yang terkandung dalam madu mampu membunuh bakteri karena
adanya proses osmosis antara cairan dalam sel dengan lingkungan luar
dengan pH yang berkisar 3,5- 4,5 sehingga bakteri tidak dapat
mempertahankan hidupnya. Efek madu pada penyembuhkan lyka
menghasilkan zat kimia untuk debridement, jaringan rusak dan mati karena
mempermudah untuk pengangkatan atau dibersihkan dari dasar luka. Jumlah
kolonisasi bakteri Staphylococcus Aureus setelah dilakukan perawatan luka
menggunakan madu adalah 178,71 cfu/ml dengan rata – rata penurunan
jumlah kolonisasi bakteri Staphylococcus Aureus sebesar 127,286 cfu/ml.

Jurnal 8

Judul : Evaluasi Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan dan


Perawatan Luka Diabetes di Rumah Sakit Militer (Determine Nurses' Knowledge
about Diabetes Injury Prevention and Treatment).

49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
- Penelitian ini mengindikasikan masih terbatasnya pengetahuan perawat
terkait evidence based practice dalam pencegahan LKD pada domain
penggunaan alas kaki deteksi resiko dan tanda deformitas kaki. Adapun
pengetahuan perawat tentang proses perawatan masih rendah pada aspek
TIME Management dan penatalaksanaan biofilm

Jurnal 9
Judul : EFEKTIFITAS PENYEMBUHAN LUKA MENGGUNAKAN NaCl 0,9%
DAN HYDROGEL PADA ULKUS DIABETES MELLITUS DI RSU KOTA
SEMARANG
- Dari jurnal ini kelompok kami menyimpulkan bahwa perbaikan luka ulkus
dengan menggunakan NaCl 0,9% rata-rata menurun 3-4 poin (23,26 -
20,67). Berdasarkan rentang status luka menurut Bates-Jansen nilai
tersebut termasuk dalam rentang deregenerasi luka. Sedangkan pada
perbaikan luka ulkus dengan Hydrogel rata-rata menurun 10-13 poin
(23,63 – 10,00) lebih baik karena lebih rendah yaitu dengan rentang
regenerasi-maturasi luka. Jadi penyembuhan luka ulkus diabetes melitus
dengan Hydrogel 3 x lebih efektif dibandingkan dengan NaCl 0,9%.

Jurnal 10

Judul : Efektivitas Sirih Merah dalam Perawatan Luka Perineum di Bidan Praktik
Mandiri

50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
- Efektivitas daun sirih merahdalam perawatan luka robek perineum dapat
disimpulkan bahwa rata-rata lama penyembuhan luka perineum dengan
menggunakan infusum dauh sirih merah adalah 3-4 hari, sedangkan lama
penyembuhan dengan menggunakan iodin rata-rata 5-6 hari. Berarti
perawatan luka robek perineum pada ibu nifas lebih efektif menggunakan
infusum sirih merah daripada iodin, dikarenaka daun sirih merah tidak
menimbulkan efek samping dan dapat menghilangkan bau tidak sedap
pada genitalia pada ibu yang mengalami luka perineum postpartum.
-

51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51
51

Anda mungkin juga menyukai