Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan di akhirat kepada
umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta
infirmasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini disusun dengan segala kemampuan penulis dan semaksimal


mungkin, Namun, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka disini penulis
meminta maaf apabila penulisan yang salah maupun kurang mohon untuk dimaklumi.
Kritik, saran dan pesan anda semua menjadi bahan koreksi untuk penulis.

Bangkalan, 23 Mei 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2

BAB I ................................................................................................................... 3

A. Pendahuluan ............................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................................... 3

BAB II .................................................................................................................. 4

A. Pengertian Mengajar yang Efektif ............................................................ 4


B. Syarat-syarat Mengajar yang Efektif ........................................................ 7
C. Jenis Prinsip Dasar Dalam Cara Mengajar Efektif ................................... 9
BAB III ................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ............................................................................................... 12
B. Saran ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

BAB I

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari
pembahasan mengenai Pendidikan karena keeratan hubungan antara
keduanya. Mengajar dianggap sebagai salah satu alat atau cara dalam
menyelenggarakan Pendidikan, bukan pendidik itu sendiri, karena mengajar
hanya salah satu cara mendidik maka pendidikan pun dapat berlangsung tanpa
pengajaran. Oleh karena itu proses belajar megajar yang efektif di perlukan
syarat-syarat tertentu, jenis prinsip dasar mengajar yang efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mengajar ?
2. Apa syarat-syarat mengajar yang efektif ?
3. Bagaimana prisip dasar dalam cara mengajar yang efektif ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mengajar.
2. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat mengajar yang efektif.
3. Untuk mengetahui prinsip dasar dalam cara mengajar yang efektif.

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Mengajar yang efektif


Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari
pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara
keduanya. Sebagian orang menganggap mengajar hanya sebagian dari upaya
pendidikan. Mengajar hanya dianggap sebagai salah satu alat atau cara dalam
menyelenggarakan pendidikan, bukan pendidikan itu sendiri, karena mengajar
hanya salah satu cara mendidik maka pendidikan pun dapat berlangsung tanpa
pengajaran. Anggapan ini muncul karena adanya asumsi tradisional yang
menyatakan bahwa mengajar itu mnggapan ini muncul karena adanya asumsi
tradisional yang menyatakan bahwa mengajar itu merupakan kegiatan seorang
guru yang hanya menumbuhkan ranah cipta murid-muridnya, sedangkan
ranah rasa dan karsa mereka terlupakan.
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidikan adalaah
membantu dan membimbing siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah
kejiwaan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, baik kriteria
institusional maupun konstitusional. Untuk dapat menjalankan tugas dan
tanggung jawab itu, guru berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang
mengarah pada pengertian membantu dan membimbing siswa dalam
melapangkan jalan menuju perubahan positif seluruh ranah kejiwaannya.
Pengertian yang umum di pahami oranmg terutama mereka yang
awam dalam bidang-bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu
merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Dengan
demikian, tujuannya pun hanay berkisar sekitar pencapaian penguasaan siswa
atau sejumlah pengetahuan dan kebudayaan. Dari pengertian semacam ini
timbul gambaran bahwa peranan dalam proses pengajaran hanya dipegang
oleh guru, sedangkan murid dibiarkan pasif.

4
1
Arifin (1978) mendefinisikan mengajar sebagai, suatu rangkaian
kegiatan penyampain bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima,
menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. definisi itu
tidak jauh berbeda pengetahuan (bahan pelajaran) saja. Nuansa (perbedaaan
tipis) yang terdapat dalam definisi ini adalah adanya pengembangan
kekuasaan siswa atas materi pelajaran. Namun, citra pengajaran yang hanya
terpusat pada guru masih juga tergambar dengan jelas. Dengan demikian,
siswa selaku peserta didik dalam definisi arifin diatas, tetap tidak atau kurang
aktif.
2
Tyson dan Caroll (1970), setelah mempelajari secara seksama
sejumlah teori pengajaran, menyimpulka bahwa mengajar ialah a way
working with students, a process interaction, the teacher does somtthing to
student; the students do something in retum. Dari definisi ini tergambar bahwa
mengajar adalah sebuah cara atau proses hubungan timbal balik antara siswa
dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
Sehubungan dengan definisi itu, Tyson dan Caroll menetapkan sebuah
syarat, yakni apabila interaksi antar personal (guru dan siswa) di dalam kelas
terjadi dengan baik, maka keiatan belajar akan terjadi. Sebaliknya, jika
interaksi guru-siswa buruk, maka kegiatan belajar siswa pun tidak akan terjadi
atau mungkin terjadi tetapi tidak sesuai dengan harapan.
3
Nasution (1986), berpendapat bahawa mengajar adalah suatu aktifitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan
dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas( ruang belajar), tetapi juga
meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yanmg
relevan dengan kegiatan belajar siswa.

1
Arifin, 1978. Hubungan timbale balik pendidikan di lingkungan sekolah dan keluarga. jakarta; bulan
bintang hal 78
2
Syah muhibbin, 2014. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung; PT remaja
rosdakarya offset. Hal 177-181
3
Nasution, 2000. Berbagai pendekatan belajar dan mengajar . jakarta; bina aksara hal 102

5
4
Tardif (1989), mendefinisikan mengajar lebih sederhana tetapi cukup
komprehensif dengan menyatakan bahwa mengajar itu pada prinsipnya itu
any action performend by an individual (the teacher) with the intenrtion of
facilitating leaming in another individual (the leamer). Artinya, mengajar
adalah perbuatan yang dilakukan oleh seorang guru dengan tujuan membantu
atau memuidahkan orang lain (siswa) melakukan kegiatan belajar. Kata the
teacher (guru) dan the leamer (orang yang belajar/siswa) dalam definisi
Tardif itu semata-mata hanya sebagai contoh yang mewakili dua individu
yang sedang berinteraksi dalam proses pengajaran. Jadi, interaksi antar-
indivdu diluar definisi tadi juga bisa terjadi, misalnya antara orang tua dengan
anak atau antara kiai dengan santri.
Biggs (1991), seorang pakar psikologi kognitif masa kini, membagi
konsep belajar dalam tiga pengertian:
a. Pengertian kuatitatif yang menyangkut jumlah pengertian yang diajarkan.
b. Pengertian institusional, yang menyangkut kelembagaan atau sekolah.
c. Pengertian kualitatif yang menyangkut mutu yang ideal.
Dalam pengertian kuantitatif, mengajar berarti the transmission of
knowlage, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini, guru hanya perlu
menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa
dengan sebaik-baiknya. Diluar itu, kalau perilaku belajar siswa tidak memadai
atau gagal mencapai hasil yang diharapkan, maka kesalahan dilimpahkan
kepada siswa. Jadi kegagalan dianggap semata-mata karena siswa sendiri yang
kurang kemampuang, kurang motivasi ataupun kurang persiapan.
Dalam pengertian institusional, mengajar berarti the efficient
orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar
secara efisien. Dalam pengertian ini, guru dituntut untuk selalu siap
mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa
yang berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.

4
Syah muhibbin, 2014. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung; PT remaja
rosdakarya offset. Hal 177-181

6
Dalam pengertian kualitatif, mengajar berarti the facilitation of
learning yakni upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam
hal ini, guru berinteraksi sedemikian rupadengan siswa sesuai dengan konsep
kualitatif, yakni agar siswa belajar arti membentuk makna dalam pemahaman
sendiri. Jadi, guru tidak menjajalkan pengetahuan kepada murid, tetapi
melibatkannya dalam aktifitas belajar yang efisien dan efektif. Pengajaran
kualitatif ini lebih terpusat kepada siswa (student centered). Sedangkan
pengajaran kuantitatif lebih terpusat pada guru (teacher centered), dalam
pendekatan pengajaran institusioanalpun sesungguhnya masih mengandung
cirri pemusatan pada kegiatan guru namun tidak seekstrim pendekatan
pengajaran kuantitatif.
Dari bermacam-macam definisi yang telah penyusun utarakan, kecuali
definisi pertama diatas, dapat di tarik benang merah yang menghubunkan
pandangan para ahli tadi, yakni bahwa mengajar itu pada intinya mengarah
pada tinbulnya pengaruh belajar siswa.
B. Syarat-Syarat Mengajar Efektif
Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar
siswa yang efektif pula. Maka, untuk mengajar yang efektif diperlukan
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Didalam belajar, siswa
harus mengalami aktivitas mental, dan juga aktivitas jasmani.
2. Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar. Dengan
variasi metode, mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik
perhatian siswa ,mudah diterima siswa, dan suasana kelas menjadi hidup.
3. Motivasi. Hal ini sangat berperan pada kemajuan perkembangan anak
selanjutnya melalui Proses Belajar Mengajar. Bila motivasi guru tepat
mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan anak dalam belajar.
4. Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah ini juga harus
mampu mengembangkan segala segi kepribadian anak, disamping
kebutuhan anak sebagai anggota masyarakat.

7
5. Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak
cukup hanya merencanakan pengajaran klasikal, karena masing-masing
anak mempunyai perbedaan dalam beberapa segi, misalnya intellegensi,
bakat, tingkah laku, sikap, dll.
6. Guru akan mengajar dengan efektif, bila selalu membuat perencanaan
dahulu sebelum mengajar. Dengan persiapan mengajar, guru akan merasa
mantap dan lebih percaya diri berdiri di depan kelas untuk melakukan
interaksi dengan siswa-siswinya.
7. Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada anak. Sugesti
yang kuat,akan merangsang anak untuk lebih giat lagi dalam belajar.
8. Seorang guru harus memiliki keberanian menghadapi murid-muridnya,
berkenaan dengan permasalahan yang timbul pada saat Proses Belajar
Mengajar berlangsung.
9. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis disekolah.
Lingkungan yang saling menghormati, dapat memahami kebutuhan anak,
dll.
10. Pada penyajian bahan pelajaran pada anak, guru perlu memberikan
persoalan yangdapat merangsang anak untuk berpikir dan memunculkan
reaksinya.
11. Semua pelajaran yang diberikan anak perlu di integrasikan, sehingga anak
memiliki pengetahuan yang terintegrasi, tidak terpisah-pisah pada sistem
pengajaran lama, yang memberikan pelajaran terpisah satu sama lainnya.
12. Pelajaran disekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata di
masyarakat.
13. Dalam interaksi belajar-mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan
pada anak untuk dapat menyelidiki sendiri, belajar sendiri, mencari
pemecahan masalah sendiri,dsb.
14. Pengajaran remedial, yang diadakan bagi siswa yang mengalami kesulitan
belajar, dsb.

8
C. Jenis Prinsip Dasar Dalam Cara Mengajar Efektif
Jenis prinsip dasar dalam cara mengajar yang disajikan di bawah ini,
dapat dipakai sebagai petunjuk oleh para pengajar guna meningkatkan cara
mengajar mereka antara lain:
1. Menguasai Isi Pengajaran
Hukum yang pertama dalam teori “Tujuh Hukum Mengajar” dari John
Milton Gregory berbunyi: “Guru harus mengetahui apa yang diajarkan.”
Jika guru sendiri mengetahui dengan jelas inti pelajaran yang akan
disampaikan, ia dapat meyakinkan murid dengan wibawanya, sehingga
murid percaya apa yang dikatakan guru, bahkan merasa tertarik terhadap
pelajaran.
2. Mengetahui dengan Jelas Sasaran Pengajaran
Pengajaran yang jelas sasarannya membuat murid melihat dengan jelas
inti dari pokok pelajaran itu. Mereka dapat menangkap seluruh liputan
pelajaran, bahkan mengalami kemajuan dalam proses belajar. Empat
macam ciri khas yang harus diperhatikan pada saat memilih dan
menuliskan sasaran pengajaran:
a. Inti dari sasaran harus disebutkan dengan jelas.
b. Ungkapan penting dari sasaran harus bertitik tolak dari konsep
murid.
c. Sasaran harus meliputi hasil belajar.
Contoh-contoh di atas telah menjelaskan empat macam hasil belajar yang
berbeda: pengetahuan, pengertian, sikap, dan ketrampilan.
3. Utamakan Susunan yang Sistematis
Pengajaran yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang
semrawut, tidak memberikan kesan yang jelas bagi orang lain. Tidak
adanya inti, tidak tersusun, tidak sistematis, akan sulit dipahami dan sulit
diingat. Oleh sebab itu inti pengajaran harus disusun dengan teratur dan
sistematis.
4. Banyak Gunakan Contoh Kehidupan

9
Pada saat mengajar, seringlah menggunakan contoh atau
perumpamaan kehidupan sehari-hari atau yang pernah dialami misalnya
dalam perdagangan, rental, nilai uts / uas, dan lain sebagainyaContoh
kehidupan adalah jembatan antara kebenaran ilmu dan dunia nyata.
5. Berbicara Menggunakan Bentuk Cerita
Bentuk cerita tidak hanya diutarakan dengan kata-kata, namun juga
boleh dicoba dengan menambahkan gerakan-gerakan, yang memperdalam
kesan murid.Bentuk yang paling lazim adalah menggunakan
perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran.
6. Menggunakan Panca Indera Murid
Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti
menggunakan panca indera murid. Bahan pengajaran audio visual bukan
saja cocok untuk Sekolah Minggu anak-anak, juga untuk Sekolah berbagai
usia. Ensiklopedia adalah buku yang sering dipakai oleh para ilmuwan,
namun di dalamnya terdapat banyak penjelasan yang menggunakan
gambar-gambar.Itu berarti bahwa para ilmuwan pun perlu bantuan gambar
untuk mengadakan penelitian. Para ahli pernah mengadakan catatan
statistik selama 15 bulan, sebagai hasilnya mereka mendapatkan
persentase dari isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh murid: bagi
murid yang hanya tergantung pada indera pendengaran saja masih dapat
mengingat 28%, sedangkan bagi murid yang menggunakan indera
pendengaran ditambah dengan indra penglihatan dapat mengingat 78%.
7. Melibatkan Murid dalam Pelajaran
Melibatkan murid dalam pelajaran dapat menambah ingatan mereka,
juga motivasi dan kegemaran mereka.Cara itu dapat menghilangkan
kesalahpahaman yang mungkin terjadi ditengah pertukaran pikiran antara
guru dan murid, selain mengurangi tingkah laku yang mengacau.
Misalnya: biarkan murid menggunakan kata-katanya sendiri untuk
menjelaskan argumentasi atau pendapatnya; biarlah murid menggali dan
menemukan hubungan antar konsep yang berbeda, biarlah murid bergerak

10
sebentar. Jika murid sibuk melibatkan diri dengan pelajaran, maka tidak
ada peluang lagi untuk mengacau atau membuat ulah.
8. Menguasai Kejiwaan Murid
Guru yang ingin memberikan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
murid, tentu harus memahami perkembangan jiwa murid pada setiap usia.
Ia juga harus mengetahui dengan jelas kebutuhan dan masalah pribadi
mereka. Pengertian antara guru dan murid adalah syarat utama untuk
komunikasi timbal balik.Komunikasi yang baik dapat membuat
penyaluran pengetahuan menjadi lebih efektif.
9. Gunakanlah Cara Mengajar yang Hidup
Sekalipun memiliki cara mengajar yang paling baik, namun jika terus
digunakan dengan tidak pernah diubah, maka cara itu akan hilang
kegunaannya dan membuat murid merasa jenuh. Cara yang terbaik adalah
menggunakan cara mengajar yang bervariasi dan fleksibel, untuk
menambah kesegaran.
10. Menjadikan Diri Sendiri Sebagai Teladan
Masalah umum para guru adalah dapat berbicara, namun tidak dapat
melaksanakan.Pengajarannya ketat sekali, namun kehidupannya sendiri
banyak cacat. Cara mengajar yang efektif adalah guru sendiri menjadikan
diri sebagai teladan hidup untuk menyampaikan kebenaran, dan itu
merupakan cara yang paling berpengaruh. Kewibawaan seseorang terletak
pada keselarasan antara teori dan praktek. Jikalau guru dapat menerapkan
kebenaran yang diajarkan pada kehidupan pribadinya, maka ia pun
memiliki wibawa untuk mengajar.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari bermacam-macam definisi yang telah penyusun utarakan, kecuali


definisi pertama diatas, dapat di tarik benang merah yang menghubunkan
pandangan para ahli tadi, yakni bahwa mengajar itu pada intinya mengarah
pada tinbulnya pengaruh belajar siswa.
Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar
siswa yang efektif pula. Maka, untuk mengajar yang efektif diperlukan
beberapa syarat-syarat.
Seorang guru juga masih memerlukan jenis prinsip dasar dalam cara
mengajar yang efektif guna meningkatkan cara mengajar mereka agar lebih
efekfif lagi kedepannya.

B. Saran
Makalah ini dibuat sebagai wadah untuk menambah wawasan tentang
bagaimana cara mengajar yang efektif. Diharapkan tulisan ini dapat
membantu untuk menanamkan pemahaman tentang cara mengajar yang
efektif.
Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1978. Hubungan timbale balik pendidikan di lingkungan sekolah dan
keluarga. Jakarta: bulan bintang.

Syah, muhibbin. 2014. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung:


PT remaja rosdakarya offset.

Nasution. 2000. Berbagai pendekatan belajar dan mengajar . Jakarta: bina


aksara.

13

Anda mungkin juga menyukai