Anda di halaman 1dari 15

MK.

KIMIA PANGAN

Penentuan Kadar Vitamin C

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

NAMA: NIM:
1. Nujma Syaheen Afifa P17331120443
2. Weny Anggraini P17331120463

Dosen Pengampu : Asep Iwan Purnawan, SKM, M.Si. Med

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2021
Penentuan Kadar Vitamin C
PENENTUAN VITAMIN C METODE IODOMETRI

Tanggal Praktikum :
Selasa, 27 April 2021

Tujuan Praktikum :
Menentukan kadar vitamin c.

Prinsip
Vitamin C dengan iodium akan membentuk ikatan pada atom C nomor 2 dan nomor 3,
sehingga ikatan rangkap akan hilang

Reaksi :
KIO3 (aq) + 6H+ (aq) + 5I- (aq)  3I2 (aq) + 3H2O (l) + K+ (aq) (1)
C6H8O6 (aq) + I2 (aq) -> C6H6O6 (aq) + 2I- (aq) + 2H+ (aq) (2)
I2 (aq) + S2O3 -2 (aq)  2I- (aq) + S2O3 -2 (aq)

Tinjauan Pustaka :
Pada dasarnya konsep analisis kimia dapat dibagi atas 2 bagian, yakni analisis kualitaif
dan analisis kuantitatif. Ada 2 aspek penting dalam analisis kualitatif yaitu pemisahan dan
identifikasi. Kedua aspek ini dilandasi oleh kelarutan, keasaman pembentukan senyawa
kompleks, oksidasi-reduksi, sifat penguapan, dan ekstraksi. Sifat-sifat ini sebagai sifat periodic
menunjukkan kecenderungan dalam kelarutan klorida, sulfide, hidroksida, dan karbonat sulfat
dan garam-haram lainnya dari logam. Analisis kimia kuantitaif menyangkut analysis gravimetric
dan titirimetri. Dalam analysis gravimetri, zat yang akan ditentukan diubah ke dalam bentuk
endapan yang sukar larut, selanjutnya dipisahkan dan ditimbang. Sedangkan analisis titrimetri
yang sering disebut analisis volumetric, zat yang akan ditentukan dibiarkan berekasi dengan
suatu perekasi yang diketahui sebagai larutan standar (baku). Kemudian volume larutan
tersebut yang diperlukan untuk dapat bereaksi sempurna tersebut diukur (Barsasella, 2012 :
125).
Suatu metode titrimetric untuk analisis didasarkan pada sutu reaksi kimia seperti :
aA + tT → produk
dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagensia T. Reagensia T, yang disebut
titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara incremental), biasanya dari dalam buret, dalam
bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. Larutan kedua ini disebut larutan standard dan
konsentrasinya ditetapkan oleh suatu proses disebut standarisasi. Penambahan titran
diteruskan sampai telah dimasukkan sejumlah T yang secara kimia setara dengan A. maka
dikatakan telah tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu. Untuk mengetahui kapan penambahan
titran itu, dapat menggunakan suatu zat, yang disebut indicator, yang menanggapi munculnya
kelebihan titran dengan perubahan warna. Titik dalam titrasi pada saat indicator berubah warna
disebut titik akhir (Day, 2002 : 49).
Banyak sekali metode volumetric yang berprinsipkan pada transfer elektron, yaitu
reaksi oksidasi reduksi yang berasal dari transfer langsung elektron dari donor ke akseptor.
Bermacam reaksi redoks dapat digunakan untuk analisis volumetri asalkan kesetimbangan
yang tercapai setiap penambahan titran dapat berlangsung dengan cepat. Dan diperlukan juga
adanya indicator yang mampu menunjukkan titik ekuivalen stoikiometri dengan akurasi yang
tinggi. Banyak titrasi redoks dilakukan dengan mengunakan indicator warna. Salah satu system
redoks yaitu kalum iodat yang banyak dipakai dalam kimia analitik dan reaksi dalam titrasi
Andrew’s. Pada pemakaian iodium sebagai reagen redoks harga E° iodium berada pada daerah
pertengahan maka sistem iodium dapat digunakan untuk oksidator maupun reduktor. Jika E°
tidak bergantung pada pH (pH<8,0) maka persamaan reaksinya :
I2 (s) + 2e → 2I E° = 0,535 V
I2 adalah oksidator lemah sedangkan iodide secara relatif merupakan reduktor lemah.
Kelarutannya dalam air cukup baik dengan pembentukan triodida (KIO3). Iodium dapat
dimurnikan dengan sublimasi. Ia larut dalam larutan KI dan harus disimpan dalam tempat yang
dingin dan gelap. Berkurangnya iodium akibat penguapan dan oksidasi udara menyebabkan
banyak kesalahan analisis. Cara lain standarisasi adalah dengan Na2S2O3.5H2O. Larutan
tiosulfat distandarisasi terlebih dahulu dengan K2Cr2O7. Biasanya indicator yang digunakan
adalah kanji/amilum. Iodide pada konsentrasi <10-5 M dapat dengan mudah ditekan oleh
amilum. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompoleks iodium-
amilum mempuyai kelarutan yang kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik
akhir reaksi (Khopkar, 2008 : 52).
Iodin adalah salah satu reagen yang paling populer pada analisis kimia. Pada iodimetri,
iodin digunakan sebagai titran pada titrasi langsung, dan juga pada titrasi tidak langsung,
berdasarkan pada reaksi antara agen pengoksidasi kuat dan ion iodida berlebih untuk
menghasilkan jumlah iodin yang equivalen dengan analit. Iodin kemudian dititrasi dengan
larutan standar dari agen pereduksi. Kondisi dari larutan juga memainkan peranan penting
selama tirasi iodimetri. Untuk menunjukkan reaksi yang cepat dan tepat dari oksidan dengan
potensial reduksi yang relatif rendah (contohnya natrium tiosulfat, hidrogen sulfida), larutan
asam dari iodin harus digunakan. Bagaimanapun, untuk mengoksidasi agen pereduksi lemah
(arsenic (III) atau ion antimonium (III) dengan iodin, salah satu dari medium alkaline netral
diperlukan. Potensial normal redoks dari pasangan reversible I2/I adalah 0,535 V. Nilai ini tidak
berpengaruh pada pH larutan sampai pH 9. Pada pH yang lebih tinggi, iodin bereaksi dengan
ion hidroksida untuk memproduksi ion iodida dan iodat (Ciesielski, 2006)
Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodin (I 2) dan
digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih
kecil daripada system iodium-iodida sebagaimana persamaan di atas atau dengan kata lain
digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat seperti vitamin C.
Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai pentiter dengan
reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodin-iodida. Persamaan
reaksi yang terjadi antara iodin dengan vitamin C adalah: I3- + 2ē ⇌
3IC6H6O6 + 2 H+ + 2ē → C6H8O6
Titik ekuivalen dalam titrasi kali ini ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi ungu
kehitaman, yang menandakan bahwa vitamin C telah habis bereaksi dengan iodin, dan
kemudian iodin bereaksi dengan larutan kanji sehingga menghasilkan warna ungu kehitaman
(Masitoh, 2014).
Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, vitamin C bermanfaat untuk memperkuat
daya tahan tubuh dan menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh, serta mampu menyerap
zat besi dari makanan yang dibutuhkan untuk mencegah anemia. Untuk menentukan kadar
vitamin C digunakan metode iodimetri. Dasar dari metode iodimetri adalah bersifat mereduksi
vitamin C (asam askorbat). Asam askorbat merupakan zat pereduksi yang kuat dan secara
sederhana dapat dititrasi dengan larutan baku iodium. Metode iodimetri (titrasi langsung dengan
larutan baku iodium 0,1 N) dapat digunakan pada asam askorbat murni atau larutannya
(Agustina, 2014).
Perbedaan teknik pengukuran dan proses pemerasan juga berpengaruh pada
kandungan vitamin C dalam jus buah. Faktor iklim, temperature dan jumlah pupuk nitrogen
yang digunakan pada penumbuhan tanaman dan kondisi iklim seperti cahaya berpengaruh
pada konsentrasi AA buah. Contohnya, peningkatan jumlah pupuk nitrogen dari 80-120 kg/ha
menurunkan kandungan vitamin C sebanyak 7% pada kembang kol. Jumlah kandungan vitamin
C pada jus buah juga bisa dipengaruhi oleh jenis penyimpanan. Jus buah harus disimpan pada
suhu dingin. Ketika jus buah ditempatkan pada suhu dingin, kandungan vitamin C akan
berkurang, bagaimanapun penyimpanan vitamin C pada suhu yang dingin akan mengurangi
kandungan vitamin C. Hal ini karena vitamin C sangat sensitive terhadap temperature dan
sangat mudah dioksidasi (Bekele, 2015).
Vitamin C adalah vitamin yang tergolong vitamin yang larut dalam air. Sumber vitamin C
sebagian besar tergolong dari sayur-sayuran dan buah-buahan segar. Asupan gizi rata-rata
sehari sekitar 30 sampai 100 mg vitamin C yang dianjurkan untuk orang dewasa. Namun,
terdapat variasi kebutuhan dalam individu yang berbeda (Sweetman, 2005).
Vitamin C atau asam askorbat adalah komponen berharga dalam makanan karena
berguna sebagai antioksidan dan mengandung khasiat pengobatan (Goodman, 1991).
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh. Pertama, fungsi vitamin C adalah sebagai
sintesis kolagen. Asam askorbat penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase,
yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan hidroksipolin, suatu unsur integral
kolagen. Tanpa asam askorbat, serabut kolagen yang terbentuk di semua jaringan tubuh
menjadi cacat dan lemah. Oleh sebab itu, vitamin C penting untuk pertumbuhan dan
kekurangan serabut di jaringan subkutan, kartilago, tulang, dan gigi (Guyton, 2007).
Fungsi yang kedua adalah absorbsi dan metabolisme besi. Vitamin C mereduksi besi
menjadi feri dan menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah untuk diabsorbsi. Fungsi yang
ketiga adalah mencegah infeksi. Vitamin C berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi (Pauling, 1971). Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa vitamin C
memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya aterosklerosis. Vitamin C mempunyai
hubungan dengan metabolisme kolesterol. Kekurangan vitamin C menyebabkan peningkatan
sintesis kolesterol (Khomsan, 2010).
Jenis jeruk yang banyak digemari masyarakat sebagai asupan vitamin C adalah jeruk
berastagi dan keprok. Jeruk berastagi merupakan jenis jeruk Washington Navel Orange
(WNO) yang banyak ditanam di Brastagi, Sumatera Utara. Buahnya berbentuk bulat dengan
permukaan agak halus. Daging buahnya bertekstur lunak, mengandung banyak air, dan
berwarna kekuningan. Ujung bauh bundar dan berpusar. Rasanya yang manis dan baunya
yang harum membuat jeruk berastagi digemari banyak orang. Umumnya, jeruk ini dimakan
dalam keadaan segar, namun di Brazil dan Florida 90% dari produksi diolah menjadi sari buah
(Rahmawati, 2015). Jeruk keprok atau yang juga sering disebut dengan tangerine adalah salah
satu jenis jeruk yang paling digemari. Buah jeruk keprok adalah sumber vitamin C yang kaya.
Jeruk keprok juga mengandung folat dan betakaroten. Buah ini memiliki 40 kalori, 1,5 gram
serat dan kandungan vitamin A yang lebih besar dari jeruk biasa. Jeruk keprok memiliki
beberapa manfaat bagi kesehatan antara lain mengandung vitamin A yang baik untuk
kesehatan mata, mengandung vitamin C dan kalsium yang baik untuk persendian dan juga
untuk menjaga tulang tetap kuat, membantu penyeerapan zat besi, dan dapat membantu
menyehatkan kulit (Rismarini, 2018).
Analisis kadar vitamin C biasa menggunakan titrasi dengan iodium. Metode ini paling
banyak digunakan karena murah, sederhana, dan tidak memerlukan peralatan
laboratorium yang canggih. Titrasi ini memakai iodium sebagai oksidator yang
mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai indikatornya (Widjanarko, 2002). Pati
atau amilum merupakan karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih,
tawar, dan tidak berbau. Dalam jumlah besar, pati dihasilkan dari dalam daun-daun hijau
sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Pati juga tersimpan dalam
bahan makanan cadangan permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang,
akar tanaman menahun, dan umbi (Claus et al., 1970)Pati memiliki bentuk kristal bergranula
yang tidak larut dalam air pada temperatur ruangan yang memiliki ukuran dan bentuk
tergantung pada jenis tanamannya. Pati digunakan sebagai pengental dan penstabil dalam
makanan. Pati alami menyebabkan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan
retrogradasi, kestabilan rendah, dan ketahanan pasta yang rendah. Hal tersebut menjadi
alasan dilakukan modifikasi pati (Fortuna et al., 2001).
Iodin adalah salah satu unsur golongan halogen yang berwarna ungu-kehitaman,
bersifat korosif, merupakan unsur golongan halogen yang beracun dan memiliki banyak isotop
radioaktif. Garam iodin banyak terdapat pada rumput laut. Iod juga ditemukan dalam bentuk
cair yang diekstrak dari mineralnya banyak ditemukan di Chile. Iodin memiliki sifat yang
hampir sama dengan klorin dan bromin tetapi tidak sereaktif mereka. Iodin bersenyawa
dengan banyak unsur lain terutama untuk menyediakan panas dan sebagai katalis kimia
(Vernandes, 2017). Berdasarkan uraian yang telah disebutkan, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kadar vitamin C pada sampel jeruk berastagi dan keprok. Manfaat
yang diharapkan adalah dengan diketahuinya kadar vitamin C dari kedua jenis jeruk ini,
masyarakat dapat menentukan pilihan jeruk sesuai kebutuhan dalam rangka menambah
asupan vitamin yang dibutuhkan tubuh.

Alat dan Bahan :


Bahan :
a) Air perasan jeruk
b) Amilum 1%
c) Aquades
d) Iodium 0,01 N
e) asam askorbat dalam 250 mL
f) 10 ml filtrat
g)
Alat :
1. Labu seukuran 100 ml
2. Erlenmeyer
3. Timbangan
4. Gooch crucible atau dengan sentrifuge
5. Pipet
6. Gelas Arloji
7. Spatula
8. Gelas kimia
9. Batang pengaduk
10. Corong
11. Gelas ukur
12. Buret (statif dan klem buret)
Reagen :
a) Larutan Standar Iodium 0,01 N (16 g KI / l H2O) 1,239 g+KI 16 g KI dalam 1 L
b) Larutan Standar Vitamin C : 0,2 g asam askorbat dalam 250 mL = 0,2 g/ 250ml =
x g/ml
c) Amilum 1%
d) Bahan air jeruk

Prosedur Praktikum :
a) Timbang 200-300 gr bahan, hancurkan dalam waring blender sampai diperoleh
slurry.
b) Timbang 10 – 30 gr (10,000 gr) air perasan jeruk masukkan ke dalam labu
seukuran 100 ml, tambahkan aquades sampai tanda batas. Kocok.
c) Saring dengan gooch crucible atau dengan sentrifuge.
d) Ambil 5 – 25 ml (10 ml) filtrat dengan pipet dan masukkan ke dalam erlenmeyer
125 ml
e) Tambahkan 2 ml amilum 1%, tambahkan 20 ml aquades bila perlu.
f) Titrasi dengan larutan standar Iodium 0,01 N, sampai larutan berwarna biru
seulas

Titrasi larutan standar Vit C


a) Ambil 10 mL larutan standar Vit C dengan menggunakan pipet, masukan ke
dalam Erlenmeyer 125 mL
b) Tambahkan 2 mL amilum 1% ke dalam gelas ukur tambahkan aquades bila perlu
(Amilum disini bersifat kualitatif karena merupakan indicator)
c) Titrasi dengan larutan standar iodium 0,01 N, sampai larutan bewarna biru
seulas

Hasil Praktikum dan Perhitungan           :
Diket :
 Titrasi sampel
Titrasi pertama = 10,5 ml
Titrasi kedua = 10,0 ml
Titrasi ketiga = 10,3 ml
Rata-rata = 10,5 + 10,0 + 10,3 = 10,27 ml
3
 Titrasi Standar = 12,1 ml
 [ Vit C] = 0,2 g / 250 ml = 0,0008 g/ml
 Berat sampel = 10,0000 g = 10000 mg
 Faktor pengenceran = 100/10

Dit :
Kadar Vit C = ?
Jawab :
Titrasi sampel berat sampel (mg) 1
Kadar Vit C = x [ Vit c ] x x fp x
Titrasi standar 100 1000
10,27 10000 100 1
= x 0,0008 x x x
12,1 100 10 1000
= 0,85 x 0,0008
= 0,00068 %
Jadi, kadar Vitamin C dalam air jeruk sebesar 0,00068 %

Pembahasan Hasil :
Analisis kadar vitamin C dalam sampel ini menggunakan metode titrasi iodometri
(titrasi langsung). Titrasi ini merupakan titrasi berdasarkan reaksi redoks yang
menggunakan larutan beku I2 untuk mengoksidasi analatnya. Iod merupakan
oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor
yang cukup kuat dapat dititrasi. Indikator yang digunakan ialah amilum, dengan
perubahan dari tidak berwarna menjadi biru. Sedangkan vitamin C dengan iod akan
membentuk ikatan dengan atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang
(Harjadi, 1990).
Indikator amilum merupakan indikator yang sangat lazim digunakan pada saat
titrasi iodometri ini. Penentuan titik akhir titrasi dapat terjadi karena terbentuk kompleks
amilum I2 yang berwarna biru tua. Hal ini disebabkan karena dalam larutan amilum,
terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan
konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan amilum dapat
membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam
spiralnya. Sehingga menyebabkan warna biru tua kompleks tersebut.
. Fungsi larutan iod yang digunakan ini adalah untuk memperlihatkan jumlah
vitamin C yang terdapat dalam sampel menjadi senyawa dihidroaskorbat.
Sedangkan fungsi amilum adalah untuk membentuk suatu kompleks berwarna biru
yang terjadi pada saat bereaksi dengan iodin karena adanya iodida. Larutan
amilum tidak boleh ditambahkan tepat sebelum titik akhir dicapai atau pada saat
konsentrasi iod tinggi, karena sedikit iod akan tetap teradsobsi bahan pada titik akhir
titrasi.
Vitamin C (asam askorbat) bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh luar yang
menyebabkan kerusakan seperti suhu, oksigen, enzim, kadar air, dan katalisator logam. Asam
askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat yang masih mempunyai
keaktifan sebagai vitamin C. Asam dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat
mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan
sebagai vitamin C lagi.

Vitamin C merupakan asam gula yang banyak terdapat pada buah-buahan dan sayur-
sayuran segar. Kegunaan vitamin C adalah sebagai antioksidan dan berfungsi penting dalam
pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi, serta membantu memelihara pembuluh
kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis normal vitamin C adalah 60-90 mg/hari.
Penentuan kadar vitamin C dalam suatu sampel dapat dilakukan dengan iodimetri.
Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium.
Iodimetri ini terdiri dari 2 jenis yaitu: (a) Iodimetri metode langsung, merupakan titrasi iodimetri
dimana bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku Iodium. Contohnya pada
penetapan kadar asam askorbat atau vitamin C dan (b) Iodimetri metode residual (titrasi balik),
merupakan titrasi bahan iodimetri dimana bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku
iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium
tiosulfat.
Pada praktikum ini jenis titrasi iodimetri yang digunakan adalah jenis pertama yaitu
metode titrasi langsung yang digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam jeruk buah
dan jeruk nipis. Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai
pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodin dengan
menggunakan indikator amilum (kanji). Titrasi ini dilakukan dalam suasana netral sedikit asam
yaitu sekitar pH 5-8. Dalam titrasi iodimetri, iodin digunakan sebagai agen pengoksidasi, namun
dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi
yang dititrasi langsung dengan iodin. Dalam hal ini vitamin C merupakan pereduksi yang sangat
kuat, maka vitamin C tepat jika digunakan sebagai sampel dalam titrasi iodimetri pada
praktikum ini.
Dalam titrasi iodimetri, iodin akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial reduksi yang lebih kecil dibandingkan potensial reduksi iodin (+0,535 volt). Vitamin C
mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil (+0,116 volt) dibandingkan potensial reduksi
iodin, sehingga vitamin C dapat dititrasi secara langsung dengan iodin. Deteksi titik akhir titrasi
pada iodimetri dilakukan dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna
biru kehitaman atau ungu kehitaman pada saat tercapainya titik akhir titrasi (TAT).

1. kenapa hasilnya warna biru


2. bagaimana hasilnya kalo pake buah yg berserat
3. bahas iodometri, iodium, vit c
4. bahas vit c
5. perbedaan penentuan kadar vit c pake iodometri sama pake titrasi dye
6. kelebihan kekurangan masing2

1. Kenapa bisa menghasilkan warna biru antara iodium dan vit.c?


2. Jika menggunakan buah yang berserat, apakah vit. C tetap menempel pada
serat? Karena dapat diketahui Vitamin C mudah mengalami oksidasi.
3. Kenapa pake jeruk? Bagaimana jika menggunakan buah yang berserat?
4. Apa perbedaan Dye Penetrant Test dan Iodometri?
5. Kelebihan dan Kekurangan Dye Penetrant Test dan Iodometri?

Jawaban
1. Dari hasil praktikum dan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil
kadar vitamin C pada air perasan jeruk yaitu sebesar 0,00068 %. dengan nilai
rata-rata tritasi/sampel sebesar 10,27. Pada Titrasi standar Vitamin C sebesar
12,1. Larutan akhir berwarna biru seulas. Tetapi Amilum dapat menjadi kompleks
berwarna biru tua bila bereaksi dengan iodin. Pada penambahan amilum
dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi yaitu saat warna menjadi kuning
bening. Reaksi kimia yang terjadi pada saat titrasi berlangsung lambat dalam
larutan netral, tetapi lebih cepat bila berada di dalam larutan berasam.
2. Menurut kelompok kami, Jika menggunakan buah yang berserat, Vitamin C
masih tetap akan menempel pada serat tersebut, contohnya pada kasus jambu
biji yang mengandung vitamin lebih banyak dari jeruk dan jambu biji kaya akan
serat, begitu juga pada jeruk yang memiliki serat yaitu serabut putih jeruk
walaupun tidak sebanyak jambu biji dan Vitamin C mudah mengalami oksidasi.

3. Alasan nya adalah, karena prosedur didalam pada hari selasa menggunakan
sampel air perasan jeruk. namun bisa diganti dengan jambu biji yang mempunyai
kandungan vitamin c yang tinggi dan serat dapat diketahui memiliki asupan
Vitamin C yang cukup tinggi, buah jeruk juga memiliki cukup banyak serat yang
terdapat pada serabut putih di buah jeruk walaupun tidak sebanyak jambu biji.

4. Perbedaan nya dapat dilihat dari prosedur nya dan pengertian dari
pratikum tersebut
Iodometri
Penetapan vitamin C dapat dilakukan dengan analisis iodometri yang
merupakan reaksi oksidasi reduksi. Kelarutan dari iodin meningkat lewat
kompleksasi oleh iodida untuk membentuk triiodida. Vitamin C merupakan salah
satu senyawa yang sangat dibutuhkan pada reaksi metabolisme tubuh.
Kekurangan vitamin C pada makanan yang dikonsumsi dapat menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh. Jumlah kecukupan gizi terhadap konsentrasi
vitamin per hari yang berhubungan dengan kesehatan harus disesuaikan dengan
Recomended Daily Allowance (RDA) (Yuliarti, 2009). Penyakit deficiency disease
scurvy dapat dicegah dengan asupan vitamin C paling sedikit 10 mg per hari
(Weber, dkk., 1996).
Triiodida kemudian mengoksidasi vitamin C (C6H8O6) menjadi asam
dehidroaskorbat (C6H6O6). Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam
air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga
dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin
C termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas,
cahaya, dan logam. Vitamin C dapat ditemukan pada sayur dan buah-buahan.
Kelebihan vitamin C akan dikeluarkan melalui urine, sedangkan kekurangan
vitamin ini akan menyebabkan penyakit sariawan atau askorbut dengan gejala
pendarahan disekitar gusi, gigi, usus, menurunnya jumlah sel darah merah dan
kerusakan sumsum.
Penentuan kadar vitamin C dalam tablet atau dalam sari buah dapat
ditentukan melalui titrasi. Jenis titrasi yang digunakan termasuk dalam titrasi
iodometri. Titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana oksidator yang
dianalisis kemudian direaksikan dengan ion Iodida berlebih dalam keadaan yang
sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantatif dan dititrasi dengan
larutan standar atau asam. Titrasi Iodometri ini termasuk golongan titrasi redoks
yang mengacu pada transfer elektron. Titrasi iodometri dapat dibedakan menjadi
titrasi langsung dan titrasi tidak langsung. Titrasi langsung merupakan titrasi
yang menggunakan alat sebagai titrat atau titran. Sementara itu pada titrasi tak
langsung, alat tidak langsung terlibat dalam tahap titrasi (Harjadi 1986).
Sebenarnya, titrasi ini dapat dilakukan tanpa indikator karena warna iodin
yang ditritasi akan lenyap bila titik akhir tercapai. Warna yang terjadi ialah coklat
tua menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning muda, sampai warna benar-benar
lenyap. Namun untuk lebih mudahnya, ditambahkan amilum sebagai indikator.
Amilum dapat membentuk kompleks berwarna biru tua bila bereaksi dengan
iodin. Penambahan amilum dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi yaitu saat
warna menjadi kekuningan. Reaksi kimia yang terjadi saat titrasi berlangsung
lambat dalam larutan netral tetapi lebih cepat dalam larutan berasam.

Dye Penetrant Test


Penentuan vitamin C juga dapat dilakukan dengan proses titrasi
menggunakan larutan indophenol dye (Kumar, dkk., 2013). Metode larutan Dye
pada saat ini merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk menetapkan
kadar vitamin C dalam bahan pangan. Prinsip penetapan kadar ini yaitu vitamin
C dalam suasana asam akan mereduksi larutan dye membentuk larutan yang
tidak berwarna. Apabila semua asam askorbat sudah mereduksi larutan dye
sedikit saja maka akan terlihat dengan terjadinya perubahan warna menjadi
merah jambu.
Selain mengoksidasi vitamin C, pereaksi indofenol juga mengoksidasi
senyawa senyawa lain, misalnya senyawa sulfhidril , thiosianat , senyawa
piridium , bentuk tereduksi , dari turunan asam nikotin dan riboflavin. Dalam
larutan vitamin C terdapat juga bentuk dehydro asam askorbat yang tidak
tertitrasi oleh indofenol atau tidak dapat ditentukan jumlahnya dengan senyawa
indofenol. Agar dapat menghitung jumlah dehydro asam askorbat, diperlukan
perlakuan untuk mengubah dehidro asam askorbat menjadi asam askorbat.
Karena dehidro asam askorbat dalam jaringan segar jumlahnya sangat kecil dan
tidak berarti sebagai sumber vitamin C, maka kadar vitamin C ditentukan dengan
titrasi secara langsung menggunakan dikhlorofenol indofenol.
Bahan pangan yang akan ditentukan kadar vitamin C nya harus dilarutkan
dengan asam lemah terlebih dahulu. Tujuan penggunaan asam dimaksudkan
untuk mengurangi oksidasi vitamin C oleh enzim enzim oksidasi dan pengaruh
glutation 19 yang terdapat dalam jaringan tanaman. Asam lemah yang
digunakan antara lain asam acetat, asam trikhloro acetat ,asam metafosfat dan
asam oksalat. Sebaiknya titrasi dilakukan segera setelah perlakuan selesai (Nuri
andarwulan dan sutrisno,2005).
Hasil yang didapat tidak terlepas oleh adanya berbagai kesalahan yang
mungkin terjadi. Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi antara lain kurang
akurat yang dipengaruhi oleh adanya kesalahan oksigen. Adanya oksigen di
udara dapat menyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi karena dapat mengoksidasi
ion iodida menjadi iodin. Selain itu, pH tinggi dapat menyebabkan bereaksinya
iodin dengan air sehingga menyebabkan penggunaan larutan tiosulfat menjadi
menurun.

5. Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Iodometri


 Kelebihan : Titrasi dapat berlangsung lebih cepat dikarenakan titrat dan titran
dapat langsung bereaksi, biasanya menggunakan penambahan kanji diawal
tirtrasi, warna titik akhir akan sangat mudah teramati, penambahan larutan
standar Iodium sebanyak 0,01 N, pada akhir titrasi, maka akan didapatkan
hasil larutan berwarna biru seulas.
 Kekurangan : penitarnya mudah terurai oleh cahaya sehingga preparasi
contoh harus dilakukan terlebih dahulu, pada saat titrasi dikhawatirkan
kehilangan ion iod, jika dalam keadaan asam, larutan iod dapat mudah
dioksidasi oleh udara.

Kelebihan dan Kekurangan Dye Penetrant Test


 Kelebihan : sagat mudah diaplikasikan, terbilang murah dalam pembiayaan,
tidak dapat dipengaruhi oleh sifat kemagnetan material dan komposisi
kimianya, jangkauan pemeriksaannya juga cukup luas.
 Kekurangan : tidak dapat dilakukan pada beda berpori atau material produk
powder metallurgy. Hal tersebut dikarenakan akan menyebabkan terserapnya
cairan penetrant secara berlebihan sehingga dapat meng-indikasikan cacat
palsu.

Kesimpulan :
Dari hasil praktikum didapatkan sampel air perasan jeruk. Analisis kandungan vitamin c
dalam air jeruk secara iodometri sebesar 0,00068 %

Daftar Pustaka :
Agustina, A dan Rahmi, N. 2014. Penetapan Kadar Vitamin C pada Buah Belimbing Wuluh
Averrhoa Bilimbi L.) secara Iodimetri. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Obat dan Obat Tradisional : Karanganyar. Diakses pada tanggal 29 April 2021 pukul
12.18 WIB.
Barsasella, D. 2012. Buku Wajib Kimia Dasar. Jakarta : TIM. Diakses pada tanggal 29 April
2021 pukul 12.18 WIB.

Bekele, D.A. dan Girma, S.G. 2015. Iodometric Determination of the Ascorbic Acid (Vitamin C)
content of some Fruits consumed in Jimma Town Community in Ethiopia. Ethiopia: Jimma
University Diakses pada tanggal 29 April 2021 pukul 12.18 WIB.

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II. (….). 4 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi
Iodometri Yaitu. https://bit.ly/3xy4Rxq. Diakses pada tanggal 29 April 2021 pukul
12.18 WIB.

Anda mungkin juga menyukai